You are on page 1of 5

MEKANISME PERCOBAAN BUNUH DIRI

1. Pembekapan (Smothering) adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru, akan menimbulkan kematian asfiksia. Contoh : Pada penderita penyakit jiwa, orang tahanan dengan menggunakan gulungan kasur, bantal, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut. 2. Gagging dan Chocking adalah terjadi sumbatan jalan nafas oleh benda asing, yang mengakibatkan hambatan udara untuk masuk ke paru-paru. Mekanisme kematian yang terjadi adalah asfiksia atau reflex vagal akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus diarkus faring, yang menimbulkan inhibisi kerja jantung dengan akibat cardiac arrest dan kematian. Umumnya korban pada penderita sakit mental atau tahanan.

3. Pencekikan (Manual Stangulation) adalah penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat. Mekanisme kematian pada pencekikan adalah : a. Asfiksia b. Reflex vagal, terjadi sebagai akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus pada corpus caroticus (carotid body) dipercabangan arteri karotis interna dan eksterna, (jarang terjadi). 4. Penjeratan (Strangulation) adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki yang melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernafasan tertutup. Mekanisme kematian pada penjeratan akibat asfiksia atau reflex vaso-vagal. Contoh : pengikatan dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan yang hanya dililitkan saja(dengan jumlah lilitan lebih dari satu). Hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis. 5. Gantung (Hanging) Mekanisme kematian pada kasus gantung yaitu : a. Kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis. Hal ini terjadi akibat dislokasi atau fraktur vebterbra ruas leher, misalnya pada judicial hanging (hukum gantung). Terhukum dijatuhkan dari ketinggian 2 meter secara mendadak dengan menghilangkan tempat berpijaknya sehingga mengakibatkan terpisahnya C2-C3 atau C3-C4 yang terjadi akibat terdorong oleh simpul besar yang terletak pada sisi leher. Medulla spinalis bagian atas akan tertarik/teregang atau terputar dan menekan medulla oblongata, b. Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara pernapasan.

c. Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri-arteri leher. d. Reflex vagal Posisi korban pada kasus gantung diri yaitu : 1. Kedua kaki tidak menyentuh lantai (complete hanging) 2. Duduk berlutut (biasanya menggantung pada daun pintu) 3. Berbaring (biasanya dibawah tempat tidur) Jenis gantung diri yaitu : a. Typical hanging, terjadi bila titik gantung terletak diatas daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis paling besar. b. Atypical hanging bila titik penggantungan terdapat disamping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vebtebralis. c. Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu. Catatan : Kasus gantung biasanya merupakan kasus bunuh diri, meskipun kadang-kadang dilaporkan sebagai kasus pembunuhan, yaitu untuk menunjukan kesan seolah-olah sikorban bunuh diri dengan maksud untuk menghilangkan jejak pembunuhan.

6. Kasus dengan menggunakan racun, adalah racun yang dipakai itu mempunyai bau atau mempunyai sifat korosif (umumnya kasus bunuh diri ) seperti contoh : asam sulfat pekat, bila racun yang bersifat korosif tadi menyebabkan luka bakar yang teratur mulai dari mulut, mengalir kedagu, leher bagian depan dan dada pada pada bagian tengah.

IDENTIFIKASI FORENSIK
Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang baik dalam kasus pidana maupun perdata. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Jenazah yang tidak dikenal Jenazah yang telah membusuk Rusak Hangus terbakar Kecelakaan masal Bencana alam Huru hara yang mengakibatkan banyak korban mati Potongan tubuh manusia Penculikan anak Bayi yang tertukar atau diragukan orang tuanya

Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode yaitu : 1. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari jari ante mortem. Dilakukan penanganan yang sebaikbaiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, membungkus kedua tangan jenazah dengan kantong plastic. 2. Metode visual merupakan cara yang hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. 3. Pemeriksaan dokumen adalah dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, Paspor) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah. Catatan : dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu milik jenazah yang bersangkutan. 4. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah, dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, khususnya anggota ABRI, masalah identifikasi dipermudah dengan adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.

5. Identifikasi medik adalah Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus. Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi termasuk pemeriksaan dengan sinar X, dan ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak atau kerangka pun masih dapat dilakukan identifikasi ini. 6. Pemeriksaan gigi, pemeriksaan ini dengan meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan manual, sinar X dan pencetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi. 7. Pemeriksaan serologik adalah bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah, pada jenazah yang telah membusuk dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang. 8. Metode eksklusi adalah Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut sebagainya. 9. Identifikasi potongan tubuh manusia (Mutilasi) bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan pemeriksaan pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigenantibodi (reaksi presipitin). 10. Identifikasi kerangka, bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan memungkinkan dapat dilakukan rekontruksi wajah. Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama dan dapat dicari adanya titik-titik persamaan. 11. Pemeriksaan Anatomik Dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia.Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).

12. Penentuan Ras Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya.Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid. Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal.Sedangkan tinggi badan dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli. Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia; TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) +1,0459(fib) (lk 4,8684) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) + (lk 4,9526) TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (lk 5,0226) Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 milimeter dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tingi badan perlu diperhatikan. Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio laki-laki banding wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang sangat dianjurkan.(Khusus untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh berikut kulit luarnya).

You might also like