You are on page 1of 20

Tugas Pendidikan Pancasila

NILAI NILAI PANCASILA

Oleh: Kelompok 3, Kelas I J: Zulfikar Abdul Salam Yusuf Irham Khaerul Amal Rosmini Mannan

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2009

I. PENDAHULUAN Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar Negara kita yang terkenal akan kesakralannya, yang terkenal dengan

semboyannya Bhinneka Tunggal Ika. Dimana simbolnya merupakan lambang keagungan bangsa Indonesia yang terpancar dalam bentuk Burung Garuda. Itulah lambang Negara kita, pengamalan sekaligus ideologi kita, Pancasila. Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasila merupakan suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga negara sebelum melaksanakan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal dan konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai warga negara. Karena kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, maka setiap warga negara wajib loyal kepada dasar negaranya. Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektivitas penyelenggaraan negara. Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan negara di segala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun hankam. Kesetiaan, nasionalisme, dan patriotism warga negara kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka terhadap filsafat negaranya yang secara formal diwujudkan dalam bentuk perundang-undangan (UUD 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan Peraturan Perundangan lainnya). Kesetiaan warga negara tersebut

tampak dalam sikap dan tindakan menghayati, mengamalkan, dan mengamankan peraturan perundangan-undangan itu. Kesetiaan ini akan semakin kokoh apabila mengakui dan meyakini kebenaran, kebaikan, dan keunggulan Pancasila sepanjang masa. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai dasr negara, maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila. Namun berdasarkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai sekarang.

II. RUMUSAN MASALAH 1. Apa defenisi Pancasila? 2. Apa yang dimaksud dengan nilai? 3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Pancasila?

III. PEMBAHASAN A. Defenisi Pancasila Bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa Pancasila yang kini menjadi dasar dan falsafah negara, pandangan hidup, dan jiwa bangsa merupakan produk kebudayaan bangsa Indonesia yang telah menjadi sistem nilai selama berabad-abad lamanya. Pancasila bukanlah sublimasi dari Declaration of Independence

(Amerika Serikat), Manifesto Komunis, atau paham lain yang ada di dunia. Pancasila tidak bersumber dari berbagai paham tersebut, meskipun diakui bahwa terbentuknya dasar negara Pancasila memang menghadapi bermacam-macam pengaruh ideologi pada masa itu. Istilah Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (abad ke-14). Dalam buku tersebut, istilah Pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (Pancasila Krama). Pancasila berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Sanksekerta, yaitu Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti asas. Sehingga Pancasila mengandung arti lima buah prinsip atau asas. Asas-asas tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak tokoh nasional yang telah merumuskan konsep Pancasila sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Namun jika dicermati, secara umum definisi konsep tersebut relative sama. Berikut adalah beberapa pengertian Pancasila yang dikemukakan oleh para ahli:

Muhammad Yamin Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian, Pancasila

merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Ir. Soekarno Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turuntemurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia. Prof. Dr. Notonegoro Pancasila Berdasarkan adalah dasar ini falsafah dapat negara Indonesia. bahwa

pengertian

disimpulkan

Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang

persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

B. Nilai-nilai dalam Pancasila 1. Pengertian Nilai

Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut value yang biasa diartikan sebagai harga atau taksiran. Maksudnya adalah harga atau

penghargaan yang melekat pada objek. Objek yang dimaksudkan di sini dapat berupa barang, keadaan, perbuatan, peristiwa dan lain-lain. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai, apabila sesuatu itu berguna, benar, indah, baik, religius, dan sebagainya. Karena itu, nilai adalah suatu yang abstrak, bukan sesuatu yang konkrit, yang hanya bisa dipikirkan, dipahami dan dihayati. Nilai berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan dan hal-hal lain yang bersifat batiniah. Nilai adalah suatu kualitas, bukan kuantitas. Nilai adalah sesuatu yang bersifat ideal. Nilai bukan sesuatu yang konkrit dan faktual tetapi yang berada dibalik hal-hal yang konkrit dan faktual itu. Dalam bahasa filsafat, nilai berkaitan dengan das sollen (apa yang seharusnya), bukan das sein (apa yang senyatanya). Pandangan tentang nilai terdapat kontroversi, yakni adanya perbedaan pandangan yang menganggap nilai itu bersifat subjektif dengan pandangan yang menganggap nilai itu bersifat objektif. Nilai bersifat subjektif Pandangan yang mengatakan bahwa nilai itu bersifat subjektif menganggap bahwa nilai dari sesuatu itu tergantung pada subjek yang menilainya. Suatu objek yang sama dapat mempunyai nilai yang berbeda atau bahkan bertentangan bagi orang yang satu dengan yang lain. Sesuatu itu baru akan mempunyai nilai apabila

ada subjek yang menilainya, sebaliknya sesuatu itu tidak mempunyai nilai apapun tanpa ada subjek yang menilainya. Nilai bersifat objektif Pandangan yang menyatakan bahwa nilai itu bersifat objektif menganggap bahwa nilai suatu objek melekat pada objeknya dan tidak tergantung pada subjek yang menilai. Setiap objek itu mempunyai nilai sendiri, tanpa diberi nilai oleh subjek. Pemahaman maupun penilaian seseorang terhadap suatu objek hanyalah

merupakan bagian dari dunia pengalamannya, yang tidak bersifat subjektif, berubah-ubah atau bahkan saling bertentangan. Dari pandangan dan pemahaman tentang nilai baik yang bersifat objektif maupun subjektif, berikut ini dikemukakan beberapa pengertian tentang nilai: Kamus Ilmiah Populer Nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar, bijaksana, dan apa yang berguna, sifatnya lebih abstrak dari norma. Laboratorium Pancasila IKIP Malang Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia.

Nursal Luth dan Daniel Fernandez Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Nilai bukanlah soal benar salah,. Tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak. Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan melalui perilaku oleh manusia. C. Kluckhoorn Nilai adalah suatu konsepsi yang eksplisit khas dari perorangan atau karakteristik dari sekelompok orang mengenai sesuatu yang didambakan, yang berpengaruh pada pemilihan pola, sarana, dan tujuan dari tindakan. Nilai bukanlah keinginan tetapi apa yang diinginkan. Artinya, nilai itu bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai sesuatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengatasi kemauan pada saat dan situasi tertentu itulah yang dimaksud dengan nilai. Dari beberapa pengertian nilai yang ada, dapat dipahami bahwa nilai adalah kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa, dan negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak kehadirannya.

Konsekuensinya,

nilai

akan

menjadi

tujuan

hidup

yang

ingin

diwujudkan dalam kenyataan. 2. Macam-macam Nilai Pada hakekatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk menggolong-golongkan nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat beraneka ragam, tergantung pada sudut pandang dalam rangka penggolongan tersebut. Beberapa ahli telah mengidentifikasi macam-macam nilai yang selama ini telah tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Di antaranya adalah: Max Sceler Mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tigkatan sebagai berikut: a. Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau tidak. b. Nilai-nilai kehidupan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan dan

kesejahteraan umum.

c. Nilai-nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. d. Nilai-nilai kerohanian : dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi Prof. Dr. Notonegoro Menggolongkan nilai menjadi tiga macam, yaitu: a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/rohani manusia. Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam: Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal manusia. Nilai keindahan (nilai estetis), yang bersumber pada perasaan manusia. Nilai kebaikan (nilai moral), yang bersumber pada unsur kodrat manusia (manusia dalam segala dimensinya).

Nilai religius, yang merupakan nilai tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber pada kepercayaan manusia.

Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang berwujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berwujud immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu dapat mengandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Dibandingkan dengan nilai immaterial, nilai-nilai material lebih mudah diukur. 3. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah

Pancasila. Ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan, dan tingkah laku bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila itu merupakan nilai intrinsik yang

kebenarannya dapat dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang universal. Nilai-nilai Pancasila merupakan kebenaran bagi bangsa Indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan dipersepsi sebagai nilai-nilai subjektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman hidup seirama dengan proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh dimensi waktu dan ruang.

Nilai-nilai Pancasila termasuk ke dalam nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian yang mengakui pentingnya nilai material dan nilai vital secara seimbang (harmonis). Hal ini dapat dibuktikan dengan susunan sila-sila dari Pancasila yang tersusun secara sistematis-hirarkis. Secara garis besarnya, nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila dapat dikelompokkan secara konsepsional dan secara ilmiah. a. Secara Konsepsional Secara konsepsional, nilai-nilai yang dikandung Pancasila meliputi Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis. 1. Nilai Dasar Nilai dasar merupakan prinsip yang bersifat sangat abstrak, umum (universal) dan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Nilai dasar Pancasila bersifat abadi, kekal, dan tidak dapat berubah (relatif tetap). Wujudnya ialah Sila-sila Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai ini dapat juga ditemukan dalam empat alinea Pembukaan UUD 1945 dan pokok-pokok pikirannya. Dalam Pembukaan UUD 1945:

- Alinea 1 , mencerminkan keyakinan Kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, perikemanusiaan dan perikeadilan. Konsekuensi logisnya ialah penghapusan penjajahan di atas muka bumi. - Alinea 2, menegaskan cita-cita nasional/cita-cita

kemerdekaan, negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Ketegasan tersebut mengandung makna falsafah yang mendasar (cita-cita negara). - Alinea 3, memuat pernyataan Kemerdekaan yang untuk bebas

mencapai

kehidupan

kebangsaan

(eksistensi/cita-cita), memuat watak aktif dari masyarakat Indonesia yang menyatakan kemerdekaan. - Alinea 4, member arahan tentang tujuan negara, susunan negara, sistem pemerintahan negara, dan dasar negara. Dalam Pokok-pokok Pikiran: Persatuan, Keadilan Sosial, Kedaulatan Rakyat, Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai dasar ini merupakan asas-asas yang kita terima sebagai dalil dan bersifat mutlak. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial) akan dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai instrumental dan nilai praksis yang lebih bersifat fleksibel, dalam bentuk norma-

norma

yang

berlaku

di dalam

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

2. Nilai Instrumental Merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar yang dijabarkan secara lebih kreatif dan dinamis. Sifatnya kontekstual, harus disesuaikan dengan tuntunan zaman. Nilai instrumental berupa kebijakan, strategi, sistem, organisasi, rencana, program dan proyek. Perwujudan nilai instrumental adalah butir-butir silasila Pancasila. Pelaksanaan umum dari nilai dasar, biasanya dalam wujud norma sosial ataupun norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang bersifat dinamik, menjabarkan nilai dasar yang umum ke dalam wujud yang konkrit, sehingga dapat sesuai dengan perkembangan zaman, merupakan semacam tafsir positif terhadap nilai dasar yang umum tersebut. Nilai instrumental terpengaruh oleh waktu, keadaan dan tempat, sehingga sifatnya dinamis, berubah, berkembang, dan enovatif. Kontektualisasi nilai dasar harus dijabarkan secara kreatif dan dinamik ke dalam nilai instrumental. Penjabaran nilai dasar terwujud dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya.

3. Nilai Praksis Merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Nilai praksis yang abstrak (misalnya menghormati,kerja sama, kerukunan, dan sebagainya) diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut tampak nyata dan dapat kita rasakan bersama. Nilai praksis merupakan interaksi antara nilai instrumental dengan situasi konkrit pada tempat dan waktu tertentu. Berbagai wujud penerapan Pancasila dalam kenyataan sehari-hari, baik oleh penyelenggara negara maupun oleh masyarakat Indonesia sendiri, misalnya dalam kerukunan hidup beragama. Praksisnya : silaturrahim antar umat beragama, melakukan dialog antar umat beragama, toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. b. Secara Ilmiah Secara ilmiah, nilai-nilai yang dikandung Pancasila ialah

berjenjang. Artinya tata urutan nilai-nilai Pancasila telah sesuai dengan tata nilai yang ada dalam kehidupan manusia. Tata urutan tersebut tidak dibuat-buat. Nilai-nilai yang dikandung Pancasila dapat dirinci menurut jenjang, jenis, dan ragam, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut jenjangnya, antara lain: Nilai religius ialah nilai yang tertinggi yang dimiliki (melekat) oleh Tuhan Yang Maha Esa, yaitu KeMahaan Tuhan Yang Maha Kuasa, misalnya yang Maha Agung, yang Maha Suci, Absolut, Mutlak, dan sebagainya. Nilai spiritual ialah nilai yang melekat pada manusia, yaitu mengenai budi pekerti, perangai, kemanusiaan,

kerohanian, dan sebagainya. Nilai vitalitas ialah nilai yang melekat pada semua makhluk hidup, yaitu mengenai daya hidup, kekuatan hidup, dan pertahanan hidup semua makhluk. Nilai moral ialah nilai yang melekat pada perilaku hidup semua manusia, yaitu akhlak, susila, perangai, budi pekerti, tata adab, santun, dan sebagainya. Nilai material. Nilai ini melekat pada semua benda-benda dunia, yang wujudnya ialah jasmani, badani, lahiriah, dan konkrit. 2. Menurut jenisnya, antara lain: Nilai Illahiah ialah nilai yang dimiliki Tuhan Yang Maha Esa, namun melekat pada manusia, yaitu berwujud harapan, janji, keyakinan, kepercayaan, persaudaraan, dan persahabatan.

Nilai Etis ialah nilai yang dimiliki dan melekat pada manusia, yaitu berwujud keberanian, kesabaran, rendah hati, murah hati, suka menolong, kesopanan, dan

keramahan. Nilai Estetika. Nilai ini melekat pada semua makhluk duniawi, yaitu berupa keindahan, seni, ketragisan,

kesyahduhan, keelokan, nuansa, dan keharmonisan. Nilai Intelek. Nilai ini melekat pada makhluk manusia, berwujud ilmiah, rasional, logis, analisis, dan akaliah. 3. Menurut ragamnya, antara lain: Nilai Instrinsik, yaitu nilai yang melekat pada bendanya, nilai yang dikandung bagi dirinya sendiri, dan terlepas dari kemanfaatannya. Nilai Instrumental, yaitu nilai yang terwujud dalam

kegunaan/kemanfaatan, sesuatu hal yang berguna bagi yang lain, sesuatu jika dapat dimanfaatkan pelakunya. Nilai Inheren, yaitu nilai yang menimbulkan kepuasan bagi pelakunya. Nilai Kontributif, yaitu nilai penyerta. Artinya, nilai ini mendukung keberhasilan nilai-nilai yang lain. Suksesnya suatu nilai didukung nilai ini.

IV. KESIMPULAN 1. Pancasila berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Sanksekerta, yaitu Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti asas. Sehingga Pancasila mengandung arti lima buah prinsip atau asas. Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia. 2. Nilai adalah kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa, dan negara. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan sesuatu yang konkrit, yang hanya bisa dipikirkan, dipahami dan dihayati. 3. Secara konsepsional, nilai-nilai yang dikandung Pancasila dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Nilai Dasar Nilai Instrumental Nilai Praksis

Secara ilmiah, nilai-nilai Pancasila dapat dirinci menurut jenjang, jenis dan ragamnya. Menurut jenjangnya, dibagi menjadi: Nilai Religius Nilai Spiritual

Nilai Vitalitas Nilai Moral Nilai Material

Menurut jenisnya, dibagi menjadi: Nilai Illahiah Nilai Etis Nilai Estetika Nilai Intelek

Menurut ragamnya Nilai Instrinsik Nilai Instrumental Nilai Inheren Nilai Kontributif

DAFTAR PUSTAKA

Alhaj, SZS Pangeran dan Usmani Surya Patria. 1995. MATERI POKOK PENDIDIKAN PANCASILA MODUL 1 6. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta. Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Landa, Muh. Nehru, dkk. 2004. Penuntun Belajar Kewarganegaraan Untuk SMU, SMK dan MA Jilid 1a. Makassar: CV. Rusyam. Tim Dosen Pancasila Universitas Hasanuddin. 2003. Pendidikan

Pancasila Perguruan Tinggi Berbasis Kompetensi. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.

You might also like