Professional Documents
Culture Documents
kita : - Tawuran Pelajar - Pelecehan Seksual - Bullying - Penyalahgunaan Narkoba - Pelanggaran HAM - Inkonstitusional - Radikalisme - Terorisme - Disintegrasi Negara - dll.
4. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua & guru; 5. Semakin kaburnya moral baik & buruk; 6. Penggunaan bahasa yang memburuk;
group;
narkoba, alkohol, & seks bebas; 8. Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu & sebagai warga negara; 9. Menurunnya etos kerja & adanya rasa saling curiga; 10. Kurangnya kepedulian di antara sesama
(Lickona. Educating for Character: How our school can teach respect & responsibility ., New Yor Bantam Books, 1992:12-22)
Pembangunan karakter : cita-cita luhur pendiri bangsa Indonesia & tertulis dalam Pancasila & Pembukaan UUD 1945
Pembangunan karakter merupakan merupakan amanat pendiri negara dan telah dimulai sejak awal kemerdekaan.
Keajegan
perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dg baik, sehingga hasilnya belum optimal.
Fenomena keseharian menunjukkan perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh Falsafah Pancasila (religius, humanis, nasionalis, demokratis, keadilan & kesejahteraan rakyat)
FUNGSI:
TUJUAN:
Mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila
Pengembangkan
potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik & berperilaku baik.
Pebaikan
Penyaring
RUANG LINGKUP
Keluarga; satuan pendidikan; masyarakat sipil; masyarakat politik; pemerintah; dunia usaha; media massa. 6
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan (Simon Philips:2008)
dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga, juga bawaan sejak lahir (Doni Koesoema A. : 2007)
dari karakter individu-individu warga bangsa yang berproses secara terus-menerus dan kemudian mengelompok.
nilai-nilai kehidupan nyata bangsa Indonesia yang merupakan perwujudan dan pengamalan ideologi Bangsa (Pancasila)
Baik (Positif)
Buruk (Negatif)
Pilihan
Lickona (1992), ahli pendidik karakter dari Cortland University dikenal sebagai Bapak Pendikar Amerika yang menerapkan idenya pada tingkat pendidikan dasar & menengah: (1) moral knowing (pengetahuan tentang moral); (2) moral feeling (perasaan tentang moral), dan (3) moral action (perbuatan moral atau act morally).
Moral Knowing
1. Moral awareness 2. Knowing moral values 3. Perspective taking
Moral Feeling
1. Conscience (nurani) 2. Self- esteem (percaya diri 3. Empathy (merasakan penderitaan orang lain) 4. Loving the good (mencintai kebenaran) 5. Self-control (mampu mengontrol diri) 6. Humility (kerendahan hati)
Moral Action
1. Competence 2. Will (keinginan ) 3. Habit (kebiasaan )
4. Moral reasoning
PANCASILA
UUD 1945
NKRI
Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas, baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen NKRI
BANGSA BERKARAKTER
1. Tangguh, 2. kompetitif, 3. berakhlak mulia, 4. bermoral, 5. bertoleran, 6. bergotong royong, 7. berjiwa patriotik, 8. berkembang dinamis, 9. berorientasi Iptek yang semuanya dijiwai oleh IMTAQ kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
R A N:
POLHUKAM, KESRA, PEREKONOMIAN
STRATEGI:
1.Sosialisasi/ Penyadaran 2.Pendidikan 3.Pemberdayaan 4.Pembudayaan 5.Kerjasama
LINGKUNGAN STRATEGIS
15
sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa & bernegara yang sesuai dengan dasar & ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, & global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi IPTEKS berdasarkan Pancasila & dijiwai oleh Iman & Takwa Kepada Tuhan YME (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, Tahun 2010-2025., 2010:7-8). nama & metode sudah dilakukan semenjak awal kemerdekaan, Masa Orde Lama & Baru, namun belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. semangat menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia Pancasila. Semangatnya secara filosofi sudah betul seperti yang diamanahkan oleh UUD 1945, tetapi metodenya bermasalah karena dengan cara-cara indoktrinasi.
4.
Sementara itu di persekolahan diajarkan Pendidikan Moral Pancasila, tetapi dengan penekanan pada moral knowing (kognitif) dan mengabaikan moral feeling dan moral action (afektif & psikomotor), sehingga hasilnya tidak efektif dalam pembentukan karakter. Secara teoritik pendidikan karakter melibatkan bukan saja aspek knowing the good (moral knowing0, tetapi juga desiring the good atau loving the good (moral feeling) dan acting the good (moral action). Karena pendidikan karakter yang hanya membelajarkan siswa moral knowing, tidak menjamin seseorang dapat berkarakter, yaitu orang yang sesuai antara pikiran, kata, dan tindakan. Wyne (1991) mengatakan bahwa 95% kemungkinan kita semua tahu mana perbuatan baik dan buruk. Masalahnya adalah kita tidak mempunyai keinginan kuat, atau komitmen untuk melakukannya dalam tindakan nyata.
5.
6.
SOSIALISASI PENGEMBANGAN REGULASI PENGEMBANGAN KAPASITAS IMPLEMENTASI & KERJASAMA MONITORING & EVALUASI
2. STREAM BOTTOM UP
SOSIO PEDAGOGIS
Pramuka; Kantin Kejujuran; UKS; PMR; Perlombaan/-olimpiade sains & OR; revitalisasi gugus sekolah
# KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS # PENGEMBANGAN BUDAYA SATUAN PENDIDIKAN # KEGIATAN KO-KURIKULER & EKSTRAKURIKULER # KEGIATAN KESEHARIAN DI RUMAH DAN MASYARAKAT
a. Blanchard (2001:1) & Berns & Erikson (2001:2): contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations; and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires (pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar & mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa & mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja). b. Siswa diharapkan memperoleh informasi komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tapi afektif (olah hati, rasa & karsa). c. Berns & Erikson (2001:5-11): 5 strategi dalam mengimplementasikan pembelajaran konstektual, yaitu: 1) Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah):integrasi berbagai konsep & keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan dalam mengumpulkan & menyatukan informasi & mempresentasikan penemuan. 2) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif): mengorganisir pembelajaran melalui kelompok belajar kecil. 3) Project-based learning (pembelajaran berbasis proyek: memusatkan pada prinsip & konsep utama disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah & tugas penuh makna, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran untuk mengjhasilkan karya nyata berdasarkan suatu penyelidikan. 4) Service learning (pembelajaran pelayanan): menyediakan aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan & keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui pelayanan & aktivitas 5) Work-based learning (pembelajaran berbasis kerja): pendekatan di mana tempat kerja atau seperti tempat kerja, kegiatan integrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa & bisnis.
d. ke-5 strategi tsb. dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter siswa, seperti:
karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu e. Pembelajaran kooperatif mengembangkan karakter toleransi, bersahabat, saling menghargai, kooperatif, peduli, gotong-royong, kompetitif. f. Pembelajaran berbasis pelayanan mengembangkan karakter produktif, kreatif, dinamis, beretos kerja, berani mengambil resiko. g. Komalasari (2010): menambahkan pembelajaran NILAI disamping ke-5 pendekatan di atas, yang didasarkan pada rumusan & tipologi dari Superka, et.al. (1976), meliputi: 1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach); tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: pertama, diterimanya nilai-nilai tertentu oleh siswa, kedua: berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan. Metoda yang digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: keteladanan, penguatan positif & negatif, simulasi, permainan peranan. 2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach); tujuannya: 1) membuat pertimbangan moral, 2) mendiskusikan alasan-alasan (Superka, et, al., 1976; Banks, 1985). Penekanan pada aspek kognitf & perkembangannya, mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral & dalam membuat keputusan-keputusan moral 3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach); tujuan: (a) membantu siswa menggunakan berpikir logis & penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai moral tertentu; (b) membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional & analitik, dalam menghubungkan & merumuskan konsepkonsep tentang nilai. Penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai. Metoda pengajaran: individu dan kelompok tentang masalah-masalah yang memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, & diskusi kelas berdasarkan pada pemikiran rasional (Superka, et. al., 1976).
4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach); tujuannya: (a) membantu siswa menyadari & mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; (b)membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka & jujur dengan orang lain; (c) membantu siswa supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional & kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri (Superka, et.al., 1976); Untuk mengembangkan keterampilan tsb, Raths, et.al. (1978) merumuskan 4 kunci pedoman: (a) tumpuan perhatian diberikan pada kehidupan; (b) penerimaan sesuai dengan apa adanya; (c) stimulus utk bertindak lebih lanjut; (d) pengembangan kemampuan perseorangan.
5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach): Tujuannya: (a)memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik perorangan maupun bersama-sama; (b)mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu &sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi. Memberi penekanan pada usaha melakukan perbuatan-perbuatan moral baik perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Metoda yang digunakan seperti pendekatan analisis nilai & klarifikasi nilai ditambah proyek baik di sekolah maupun masyarakat.
a.Pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan pengembangan diri seperti: kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian b.Perlu dukungan intervensi pemerintah & dukungan pengalaman terbaik (best practice) dan revitalisasi kegiatan
Tujuan Pokok OSIS : 1. Menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, serta minat para siswa ke dalam salah satu wadah yang bebas dari berbagai macam pengaruh negative dari luar sekolah 2. Mendorong sikap, jiwa dan semangat kasatuan dan persatuan di antara para siswa, sehingga timbul satu kebanggaan untuk mendukung peran sekolah sebagai tempat terselenggaranya proses belajar mengajar. 3. Sebagai tempat dan sarana untk berkomunikasi, menyampaikan pemikiran, dan gagasan dalam usaha untuk mematangkan kemampuan berfikir, wawasan, dan pengambilan keputusan.
Setiap organisasi selalu memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan OSIS ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
Meningkatkan generasi penerus yang beriman dan bertaqwa; Memahami, menghargai lingkungan hidup dan nilai-nilai moral dalam mengambil keputusan yang tepat; Membangun landasan kepribadian yang kuat dan menghargai HAM dalam kontek kemajuan budaya bangsa; Membangun, mengembangkan wawasan kebangsaan dan rasa cinta tanah air dalam era globalisasi; Memperdalam sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan kerjasama secara mandiri, berpikir logis dan demokratis; Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menghargai karya artistic, budaya dan intelektual; Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani memantapkan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Ekstrakurikuler yang merupakan wahana sosiopedagogis untuk mendapatkan hands-on experience yang memberikan kontribusi signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teoripraktek pembiasaan perilakuketerampilan dalam berkehidupan.
& membentuk nilai-nilai karakter, yi: rasa cinta kpd Tuhan & tanah air, membangun kesetiakawanan, membangun kejujuran, menumbuhkan sikap toleransi, memupuk kebiasaan bekerjasama, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menegakkan disiplin, menumbuhkan semangat kerja keras, menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan sikap pantang menyerah & tidak putus asa.
KEJUJURAN: 1)membentuk watak kejujuran; 2)pendidikan anti-korupsi di sekolah; 3)upaya pemerintah, pemda, & sekolah satu visi untuk memberantas penyakit korupsi yang dimulai dari penghabituasian nilai-nilai kejujuran.
c. KANTIN
d. Perlombaan/olimpiade sains, seni & olah raga: 1)merupakan kegiatan lain selain mengasah kemampuan akademik juga memiliki dimensi pendidikan karakter, seperti: nilai kejujuran, kerja keras, penghargaan terhadap perbedaan, rasa nasionalisme; 2) Mendiknas, menjelaskan didapatkan nilai budaya berprestasi, budaya apresiasi positif, budaya obyektif komprehensif, budaya rasa penasaran intelektual (intellectual curiosity), & keinginan saling belajar; 3)beberapa perlombaan untuk pendidikan dasar & menengah, seperti: olimpiade Sains Nasional (OSN), Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Festival & Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI). e. USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS): memupuk kebiasaan hidup sehat, perilaku bersih, memiliki daya hayat & tangkal dari pengaruh buruk, seperti: penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang.
f. PMR:mengembangkan kepalangmerahan kepada siswa, mendidik kepedulian aktif dengan memberikan kegiatan-kegiatan: siaga bencana, pertolongan pertama, kesehatan remaja, donor darah. g. Revitalisasi GUGUS SEKOLAH: 1)wadah sekelompok guru mapel dari wilayah tertentu untuk meningkatkan mutu PBM & pengembangan profesi; 2) di SD-KKG, di SMP & SMA-MGMP, di SMK-Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD) yang memiliki peran penting di sekolah
Pendidikan Komprehensif:
Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif
pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagianbagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita.. (Ki Hajar Dewantoro)
PT
SMA
PAUD /SD
SIKAP
Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan; 1. Perkembangan psikologis anak 2. Lingkup dan kedalaman materi 3. Kesinambungan 4. Fungsi satuan pendidikan 5. Lingkungan
34