You are on page 1of 217

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI

CIDANAU - CIUJUNG - CIDURIAN CISADANE- CILIWUNG - CITARUM


TAHUN 2012

POLA
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIDANAUCIUJUNG-CIDURIAN-CISADANECILIWUNG-CITARUM

TAHUN 2012

DAFTAR ISI
Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1 1 4 4 4 4 5 5 5
5 6 6 7 7

1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola 1.2.1 Maksud 1.2.2 Tujuan 1.2.3 Sasaran 1.2.4 Visi dan Misi 1.3 Isu-Isu Strategis 1.3.1 Isu Strategis Nasional
1.3.1.1 1.3.1.2 1.3.1.3 1.3.1.4 1.3.1.5 Target Penyediaan Air Bersih Ketahanan Pangan Ketersediaan Energi Perubahan Iklim Global Ketahanan Air (Water Security)

1.3.2 Isu Strategis Lokal/Regional 2 BAB II Kondisi pada Wilayah Sungai

8 11

2.1 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber Daya Air dan Peraturan Lainnya yang Terkait 11 2.2 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air atau Pembangunan Provinsi atau Kabupaten/Kota 2.2.1 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air 2.2.2 Kebijakan Nasional Penataan Ruang 2.2.3 Kebijakan Daerah Pengelolaan Sumber Daya Air 2.3 Inventarisasi Data 2.3.1 Data Umum Kebijakan 13 13 14 16 16 16

2.3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah 17 2.3.1.2 Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Angka 21 2.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 21 2.3.1.4 Digital Elevation Model (DEM) 22 2.3.1.5 Laporan Hasil Studi, Kajian Teknis, Perencanaan Terkait Sumber Daya Air 23

2.3.2 Data Sumber Daya Air


2.3.2.1 2.3.2.2 2.3.2.3 2.3.2.4 2.3.2.5 2.3.2.6 2.3.2.7 2.3.2.8 2.3.3.1 2.3.3.2 2.3.3.3 2.3.3.4 2.3.3.5 Iklim Air Permukaan (hujan, debit, tampungan air) Air Tanah Sedimentasi Sungai Erosi Lahan Muka Air Pasang Surut Kualitas Air Prasarana/Infrastruktur RKI (Air Minum, Industri, Perkotaan dan Pariwisata) Irigasi Penggelontoran Ketenagaan Perikanan

24
24 24 31 34 34 35 37 37

2.3.3 Data Kebutuhan Air

40
40 41 42 42 43

halaman

iii

2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan 2.4.1 Ditinjau dari Hasil Rumusan PKM 2.4.2 Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Air 2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan 2.5.1 Potensi Konservasi Sumber Daya Air

46 46 47 52 52

2.5.1.1 Konservasi Lahan Kritis 52 2.5.1.2 Koordinasi dan Sinergi Program 53 2.5.1.3 Prokasih, Proper dan Superkasih 54 2.5.1.4 Program dan Renstra Provinsi tentang Kualitas Air 56 2.5.1.5 Rancangan Peraturan Presiden tentang Penetapan Kelas dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Ciliwung 58 2.5.1.6 Pengaturan dan Pembatasan Pengambilan Air Tanah 58

2.5.2 Potensi Pendayagunaan Sumber Daya Air

61

2.5.2.1 Skematisasi Model Alokasi Air 61 2.5.2.2 Peningkatan Potensi Sumber Daya Air 61 2.5.2.3 Peningkatan Potensi Saluran Pembawa Air 68 2.5.2.4 Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi Kebutuhan 69

2.5.3 Potensi Pengendalian Daya Rusak Air


2.5.3.1 2.5.3.2 2.5.3.3 2.5.3.4 2.5.3.5 2.5.4.1 2.5.4.2 Penanganan Penanganan Penanganan Penanganan Penanganan Banjir Krisis Air/Kekeringan Kerusakan Pantai Bencana Tsunami Bencana Longsor

70
70 71 71 72 72

2.5.4 Potensi Sistem Informasi Sumber Daya Air


Integrasi Sistem Informasi Sistem Pendukung Keputusan - Ribasim

73
73 73

2.5.5 Potensi Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha 74
2.5.5.1 Kemitraan Desalinasi (PT Jaya Ancol) 74 2.5.5.2 Air Baku kota Cilegon (PT Krakatau Tirta Industri, Kawasan Industri Krakatau, Cilegon) 74 2.5.5.3 Pemangku Kepentingan dan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air 75 2.5.5.4 BLU dan IJL 75

2.5.6 Potensi Penataan Ruang


2.5.6.1 2.5.6.2 2.5.6.3 Zonasi Java Spatial Model Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan

76
76 77 78

BAB III ANALISIS DATA 3.1 Asumsi, Kriteria, dan Standar yang digunakan 3.1.1 Asumsi 3.1.2 Kriteria 3.1.3 Standar 3.1.4 Analisis
3.1.4.1 Analisis Konservasi Sumber Daya Air 3.1.4.2 Analisis Pendayagunaan Sumber Daya Air 3.1.4.3 Analisis Pengendalian Daya Rusak Air 3.1.4.4 Analisis Sistem Informasi Sumber Daya Air 3.1.4.5 Analisis Pemberdayaan dan Peningkatan Masyarakat dan Dunia Usaha 3.1.4.6 Analisis Perencanaan dan Penataan Ruang

79 79 79 82 86 87
87 100 114 126 Peran 127 129

halaman

iv

3.2 Skenario Kondisi Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim pada Wilayah Sungai 133 3.2.1 Skenario 133 3.3 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air 4 138 BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR141

halaman

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 1.1. Cakupan WS 6 Ci Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota* 2 2.1. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci 27 2.2. Perkiraan Pengambilan Air Tanah Dalam di WS 6 Ci 32 2.3. Lahan Kritis di WS 6 Ci 35 2.4. Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Pemantauan Rutin 37 2.5. Waduk yang Sudah Ada di WS 6 Ci 37 2.6. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 42 2.7. Data Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Djuanda (Jatiluhur) 43 2.8. Luas Tambak di WS 6 Ci 44 2.9. Persandingan Masalah di masing-masing WS 6 Ci 48 2.10. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air dan Institusi Pengelola 54 2.11. Potensi Waduk 6 Ci 63 2.12. Pemangku Kepentingan dan Anggota Wadah Koordinasi TKPSDA WS 6 Ci 75 3.1. Kriteria Kinerja DAS 82 3.2. Kriteria Keragaan DAS 83 3.3. Tingkatan pengelolaan kultur teknis 84 3.4. Praktek pengelolaan mekanik 84 3.5. Standar dan Kriteria Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan Debit Banjir 85 3.6. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Storet 85 3.7. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Indeks Pencemaran (IP) 85 3.8. Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik 86 3.9. Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan 86 3.10. Kategori Perikanan dan Persyaratan Flushing rate dan Salinitas 87 3.11. Perubahan luas dan total erosi untuk tingkat erosi berat-sangat berat 90 3.12. Kualitas logam berat di titik pengamatan Nanjung - inlet waduk Saguling (2000-2010) 96 3.13. Kadar logam berat di titik 6 muara Sungai Citarum di waduk Cirata (2007-2010) 98 3.14. Kadar besi dan mangan di inlet dan outlet waduk Jatiluhur (2002 2008) 99 3.15. Kadar logam berat (besi, mangan dan seng) di waduk Jatiluhur (2009-2010) 99 3.16. Kebutuhan Air RKI di WS 6 Ci (termasuk kebutuhan untuk pariwisata) 101 3.17. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 102 3.18. Kebutuhan Air untuk Penggelontoran 102 3.19. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci 102 3.20. Kekurangan Air Irigasi dan RKI Pada Water District (WD) 123 3.21. Skenario Berdasarkan Tatakelola Pemerintahan dan Pertumbuhan Ekonomi 133 3.22. Hubungan Skenario, Asumsi dan Strategi 138
halaman

vi

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 142 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 156 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 172

halaman

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar 1.1. Peta WS 6 Ci 3 2.1. Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah di WS 6 Ci 19 2.2. Kondisi Tata Guna Lahan di WS 6 Ci pada tahun 2009 20 2.3. Distribusi Kepadatan Penduduk di WS 6 Ci berdasarkan Podes 2008 dan Sensus 2010 21 2.4. Distribusi Penduduk Usia Produktif Berdasarkan Lapangan Usaha 2008 22 2.5. Peta Topografi WS 6 Ci 25 2.6. Curah Hujan Tahunan di WS 6 Ci 26 2.7. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci 27 2.8. Peta Situ di WS 6 Ci 29 2.9. Peta Situ di Wilayah Cisadane-Ciliwung 30 2.10. Potensi Air Tanah di WS 6 Ci 31 2.11. Peta Cekungan Air Tanah di WS 6 Ci 33 2.12. Peta Lokasi Lahan Kritis di WS 6 Ci 36 2.13. Peta Kualitas Air 39 2.14. Kebutuhan Air untuk Keperluan RKI di WS 6 Ci (m3/detik) 41 2.15. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci (2010) 42 2.16. Kebutuhan Air untuk Tambak di WS 6 Ci 44 2.17. Peta Lokasi Tambak di WS 6 Ci 45 2.18. Peta Konservasi Air Tanah untuk CAT Bandung-Soreang 60 2.19. Peta Skematisasi Model Alokasi Air WS 6 Ci 65 2.20. Peta Water District 66 2.21. Daerah Potensial untuk Pengembangan Waduk 67 3.1.Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 80 3.2. Pertumbuhan GDP Indonesia 80 3.3. Pertumbuhan Penduduk Indonesia 81 3.4. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Citarum Hulu 88 3.5. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Ciliwung Hulu (Katulampa) 88 3.6. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Cidurian-Cikande 89 3.7. Perubahan perentase areal setiap tingkatan erosi pada tiga kondisi pengelolaan di WS 6 Ci 89 3.8. Tingkatan erosi (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan jelek di WS 6 Ci 91 3.9. Tingkatan erosi berat (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan baik di WS 6 Ci 92 3.10. Peta Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) di WS 6 Ci 93 3.11. Hasil Simulasi Sedimentasi Daerah Tangkapan Air Saguling 94 3.12. Peta Potensi Erosi di Wilayah Hulu Waduk Saguling dengan Pengelolaan Jelek 95 3.13. Fluktuasi kadar dan trend logam berat di titik Nanjung (Inlet waduk Saguling) 97 3.14. Fluktuasi dan trend kadar logam berat di waduk Cirata (titik 6)98

halaman

viii

Gambar 3.15. Fluktuasi Kadar besi dan mangan di waduk Jatiluhur (20022008) 100 Gambar 3.16. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 101 Gambar 3.17. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci 103 Gambar 3.18. Neraca Air untuk WS 6 Ci Tahun 2010 103 Gambar 3.19. Neraca Air untuk 3 Ci Tahun 2010 104 Gambar 3.20. Neraca Air untuk 2 Ci Tahun 2010 104 Gambar 3.21. Neraca Air untuk 1 Ci Tahun 2010 105 Gambar 3.22. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Air di WS 6 Ci Tahun 2030 106 Gambar 3.23. Tingkat Kebutuhan Air Irigasi dan RKI di WS 6 Ci (2010-2030)106 Gambar 3.24. Skema WS 6 Ci 108 Gambar 3.25. Kebutuhan Air 2010 109 Gambar 3.26. Skema Strategi A Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 1110 Gambar 3.27. Skema Strategi B Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 2111 Gambar 3.28. Skema Strategi C Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 3112 Gambar 3.29. Skema Strategi D Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 4113 Gambar 3.30. Hubungan dan Hierarki Pengelolaan Bencana Banjir 115 Gambar 3.31. Peta Kawasan Rawan Banjir 116 Gambar 3.32. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2010 119 Gambar 3.33. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2030 120 Gambar 3.34. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2010 121 Gambar 3.35. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2030 122 Gambar 3.36. Peta Kawasan Rawan Bencana di WS 6 Ci 125 Gambar 3.37. Alih Fungsi Lahan Sawah di Indonesia (1994 2004) 132 Gambar 3.38. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 1 134 Gambar 3.39. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 2 135 Gambar 3.40. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 3 136 Gambar 3.41. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 4 137

halaman

ix

KOSA KATA
WS 6 Ci
terdiri dari 3 (tiga) wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai yaitu BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian (Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat), BBWS Cisadane-Ciliwung (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten), dan BBWS Citarum (Provinsi Jawa Barat)

1 Ci 2 Ci 3 Ci ADHB ADHK AK AKNOP APBD APBN ARL AWLL B3 BBWS BKT BLU BNA BOD Bopunjur BPDAS BPLHD BPS BPSDA BT BTA BUMD BUMN BWRMP CAT CBL COD CSR DAS DEM DI DIY DKI DPL DPP DO DSS EPCM ESDM

Wilayah Kerja BBWS Citarum Wilayah Kerja BBWS Ciliwung-Cisadane Wilayah Kerja BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Agak Kritis Analisa Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Automatic Rainfall Logger Automatic Water Level Logger Bahan Berbahaya dan Beracun Balai Besar Wilayah Sungai Banjir Kanal Timur Badan Layanan Umum (PSO) Basic Need Approach Biological Oxygen Demand Bogor, Puncak, Cianjur Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Biro Pusat Statistik Balai Pengelola Sumber Daya Air Bujur Timur Bilateral Technical Assistance Badan Usaha Milik Daerah Badan Usaha Milik Negara Basin Water Resources Management Plan Cekungan Air Tanah Cikarang Bekasi Laut Chemical Oxygen Demand Corporate Social Responsibility Daerah Aliran Sungai Digital Elevation Model Daerah Irigasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Khusus Ibukota (Jakarta) Diatas Permukaan Laut Daerah Pengembangan Pemukiman Dissolved Oxygen Decision Support System Environmental Pollution Control Manager Energi dan Sumber Daya Mineral x

halaman

FGD Focus Group Discussion FKDC Forum Komunikasi DAS Cidanau GAP Good Agriculture Practice GCM Global Circulation Mode Gerhan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNKPA Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air GP3A Gabungan Persatuaan Petani Pemakai Air Ha Hektar ICWRM Integrated Community Water Resources Management IJL Imbal Jasa Lingkungan IKK Ibu Kota Kecamatan IP Indeks Pencemaran IP Indeks Pertanaman ITB Institut Teknologi Bandung P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air IPA Instalasi Pengolahan Air IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah (WWTP) IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change IWRM Integrated Water Resource Management Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi Jabodetabekpunjur Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur JSM Java Spatial Model JWRMS Jabodetabek Water Resource Management Study K Kritis KDB Koefisien Dasar Bangunan Komir Komisi Irigasi KPTS Keputusan KR Koefisien Ragam KRS Koefisien Rejim Sungai KSN Kawasan Strategis Nasional KTI Krakatau Tirta Industri LMV Long Maturing Variety LS Lintang Selatan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MCK Mandi, Cuci, Kakus MDG Millennium Development Goal MOU Memorandum of Understanding MRT (1) Mass Rapid Transport MRT (2) Matrik Rencana Teknik MW Mega Watt OP Operasi dan Pemeliharaan P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air PAI Pengelolaan Aset Irigasi PAM Perusahaan Air Minum PBB Pajak Bumi dan Bangunan PDA Pos Duga Air PDAM Perusahaan Daerah Air Minum PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto PES Payment for Environmental Services (IJL) xi

halaman

Perda PERUM PERHUTANI PHBM PJT PKM PLTA PMD PODES ppb Prokasih Proper PRT PSDA PTPN Purwasuka Puslitbang Pusdata Raperpres Renstra RHL Ribasim RKI RLPS RPJM RPP RPRHL RTR RTH RTkRHL RTn RHL RTRW RTRWN SDR SISDA SK SKPD SMV SOP Sosekbud SPKTPA SPM SRI Superkasih SWP-DAS TKPSDA UKL-UPL USLE UTM

Peraturan Daerah Perusahaan Umum Perusahaan Hutan Negara Indonesia Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Perum Jasa Tirta Pertemuan Konsultasi Masyarakat Pembangkit Listrik Tenaga Air Pemberdayaan Masyarakat Desa Potensi Desa (Data) part per billion Program Kali Bersih Program Penilaian Kinerja Perusahaan Peraturan Pengelolaan Sumber Daya Air Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara Purwakarta-Subang-Karawang Pusat Penelitian dan Pengembangan Pusat Data Rancangan Peraturan Presiden Rencana Strategis Rehabilitasi Hutan dan Lahan River Basin Simulation Model Rumahtangga, Perkotaan dan Industri Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Rencana Pembangunan Jangka Menengah Rancangan Peraturan Pemerintah Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Rencana Tata Ruang Ruang Terbuka Hijau Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Rencana Tahunan RHL Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Sediment Delivery Ratio Sistem Informasi Sumber Daya Air Surat Keputusan Satuan Kerja Perangkat Daerah Short Maturing Variety Standard Operation Procedure Sosial Ekonomi Budaya Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air Standar Pelayanan Minimal System of Rice Intensification Surat Pernyataan Kali Bersih Satuan Wilayah Pengelolaan DAS Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Upaya Pengelolaan Lingkungan / Upaya Pemantauan Lingkungan Universal Soil Loss Equation Universal Transverse Mercator xii

halaman

WD WGS WHO WRDC WS WTC WTP WWTP

Water District (Distrik Air) World Geodetic System World Health Organization Water Resource Data Center (Pusdata) Wilayah Sungai West Tarum Canal (Kanal Tarum Barat) Water Treatment Plant (IPA) Wastewater Treatment Plant (IPAL)

halaman

xiii

1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mengacu kepada Peraturan ditetapkan Menteri bahwa Pekerjaan Umum Nomor 11

A/PRT/M/2006,

Wilayah

Sungai

Cidanau-Ciujung-

Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (WS 6 Ci) merupakan Wilayah Sungai Lintas Provinsi yang pengelolaannya ditangani oleh Pusat. WS 6 Ci terdiri dari 3 (tiga) wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga, yaitu BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, dan BBWS Citarum. Ketiga wilayah tersebut selanjutnya disebut sebagai 3 Ci (Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat), 2 Ci (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten) dan 1 Ci (Provinsi Jawa Barat). WS 6 Ci berdasarkan wilayah administrasi meliputi 14 Kabupaten dan 14 Kota terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten, 5 Kota di Provinsi DKI Jakarta, dan 10 Kabupaten dan 5 Kota di Provinsi Jawa Barat dengan luas total 20.718 km2 (3 Ci seluas 412.518 ha, untuk 2 Ci seluas 526.935 ha, dan 1 Ci seluas 1.132.334 ha). Peta lokasi WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 1.1, dan cakupan kota/kabupaten pada masing-masing wilayah (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) disajikan dalam Tabel 1.1. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat untuk berbagai keperluan, diperlukan suatu kerangka dasar pengelolaan sumber daya air terpadu antar sektor, antar wilayah dan antar berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air, yaitu berupa Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Pola berbasis wilayah sungai tersebut menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan sumber tersebut daya dengan air, mengoptimalkan potensi pengembangan

melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan.

halaman

Tabel 1.1. Cakupan WS 6 Ci Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota* Banten DKI Jakarta Jawa Barat Wilayah Kabupaten Kota Kabupaten Kota Kabupaten Kota
3 Ci Tangerang Pandeglang Serang Lebak Tangerang Serang Cilegon Tangerang Selatan Tangerang Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Selatan Timur Pusat Barat Utara Bogor

2 Ci

Bogor Bekasi

Bogor Depok Bekasi Bandung Bekasi Cimahi

1 Ci

Cianjur Bandung Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat

* beberapa kota/kabupaten masuk dalam lebih dari satu wilayah sungai

Penyusunan Pola ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis & Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Proses penetapan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air didasarkan pada tingkat kewenangannya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Sesuai tingkat kewenangannya, Pola Pengelolaan Sumber Daya Air untuk WS 6 Ci ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

halaman

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 1.1. Peta WS 6 Ci

halaman

1.2

Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola

1.2.1 Maksud Maksud dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah memberikan arah pengelolaan sumber daya air yang ada di WS 6 Ci dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah serta keseimbangan antara upaya konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air, sehingga dapat menjamin terselenggaranya Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu (sampai tahun 2030). 1.2.2 Tujuan Tujuan dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah terwujudnya kelestarian sumber daya air, pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya air yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan dan mengurangi daya rusak air serta sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan. 1.2.3 Sasaran Sasaran Pola adalah sebagai pedoman yang mengikat bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di WS memberikan arahan penyelenggaraan: Konservasi sumber daya air terpadu di WS 6 Ci, Pendayagunaan sumber daya air di WS 6 Ci dengan mempertimbangkan kebijakan daerah, termasuk arahan zonasi dalam penataan ruang, Pengendalian daya rusak air di WS 6 Ci, Sistem informasi sumber daya air di WS 6 Ci, Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya air di WS 6 Ci. Sasaran untuk masing-masing aspek dijelaskan lebih lanjut dalam

pembahasan.

halaman

1.2.4 Visi dan Misi Visi dan Misi dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah terwujudnya pengelolaan sumber daya air di WS 6 Ci secara adil, menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan dengan mendorong peran masyarakat dan dunia usaha. Menyelenggarakan konservasi sumber daya air secara terpadu dan

berkelanjutan dalam rangka menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air; Mendayagunakan sumber daya air secara adil dan merata melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum; Mengendalikan daya rusak air yang dilakukan secara menyeluruh mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan; Menyelenggarakan pengelolaan sistem infomasi sumber daya air secara terpadu, berkelanjutan dan mudah diakses oleh masyarakat; Menyelenggarakan pemberdayaan para pemangku kepentingan sumber daya air secara terencana dan berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja sumber daya air. 1.3 Isu-Isu Strategis

1.3.1 Isu Strategis Nasional 1.3.1.1 Target Penyediaan Air Bersih Sesuai dengan target sasaran MDG untuk penyediaan air minum pada tahun 2015 (tingkat nasional) cakupan pelayanan air perpipaan di perkotaan adalah 69%, sedang di perdesaan 54%. Tahun 2006 pelayanan air perpipaan di WS 6 Ci adalah antara 16% sampai dengan 35% di masing-masing kota. Target penyediaan air perpipaan tersebut perlu didukung oleh penyediaan air baku, yang dapat dialokasikan dari sungai dan waduk yang ada atau yang akan dibangun di WS 6 Ci. Selain dari PDAM, penyediaan air bersih masih memerlukan investasi yang lebih besar. PT KTI di Cilegon adalah contoh swasta yang melakukan investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI di kawasan industri dan kota Cilegon.
halaman

1.3.1.2 Ketahanan Pangan Indonesia perlu memenuhi produksi pangan sesuai RPJM, karena dalam situasi dunia yang tidak menentu tidak bisa menjamin impor beras dan pangan lain tiap tahun. Produksi beras di WS 6 Ci cukup besar dengan 7.925.646 ton pada tahun 2008, atau sebesar 24.50% total produksi Jawa (32.346.997 ton) dan 13,14 % dari produksi total Indonesia (60.325.925 ton). Namun demikian produksi ini akan turun kalau tidak ada kebijakan yang khusus untuk mendukung produksi tanaman pangan. Masalah yang dihadapi petani tanaman pangan di WS 6 Ci, di antaranya adalah skala usaha yang relatif kecil, minimnya modal usaha, tingginya biaya input pertanian, tingginya ketidakpastian harga produk, rendahnya akses kredit produksi pertanian, pangan serta dan pola menurunnya pasar. raya panen kualitas Selain yang itu, lingkungan perbedaan masa dan potensi paceklik, ketidaksempurnaan (mekanisme)

diikuti

mengakibatkan distribusi pangan tidak merata di setiap tempat dan setiap waktu. Hal tersebut menciptakan potensi kerawanan pangan dan jatuhnya harga produk pangan di tingkat petani/produsen. Selain hal di atas, perkembangan industri di Jawa (termasuk di WS 6 Ci) cukup pesat, dimana terjadi alih fungsi lahan untuk perluasan perkotaan dan lokasi industri dengan menggunakan areal yang semula merupakan lahan pertanian. Pengurangan luas lahan pertanian terutama di lokasi sawah subur beririgasi teknis yang sulit untuk diimbangi dengan pengembangan lahan sawah baru di luar Jawa. Selain itu, berkurangnya debit air untuk irigasi pada musim kemarau telah mengurangi hasil panen padi musim tanam berikutnya. Hal tersebut berdampak terhadap melemahnya ketahanan pangan. Begitu juga halnya dengan masalah banjir yang terjadi di WS 6 Ci yang juga berpengaruh terhadap menurunnya produksi pangan di wilayah ini. 1.3.1.3 Ketersediaan Energi Kebutuhan energi seperti energi listrik mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi pembangkit listrik tenaga air masih terbatas. Pembangunan PLTA dengan membangun bendungan memerlukan biaya investasi yang sangat besar, sementara listrik mikro-hidro belum diusahakan secara intensif.

halaman

Pada Sungai Citarum terdapat 3 (tiga) bendungan secara kaskade, masingmasing dimanfaatkan untuk PLTA, yaitu Bendungan Saguling (750 MW), Bendungan Cirata (1.000 MW), dan Bendungan Jatiluhur (187,5 MW). Selain Sungai Citarum, sungai lainnya sampai saat ini belum dimanfaatkan. Pada rencana pembangunan Bendungan Karian, Bendungan Sindang Heula, dan rencana bendungan kecil lainnya di Sungai Citarum juga tidak direncanakan untuk pembangkit tenaga listrik, melainkan hanya untuk air baku RKI dan irigasi. Mengingat peningkatan kebutuhan tenaga listrik yang cukup besar, maka perencanaan pembangunan bendungan yang akan datang perlu juga memperhitungkan manfaat tenaga listrik. Bahkan pada rencana Bendungan Karian masih dapat ditambahkan manfaat pembangkit mini-hidro dengan memanfaatkan air yang keluar dari bendungan ke arah sungai Ciberang sebesar 5,5 m3/det. 1.3.1.4 Perubahan Iklim Global Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekwensi, maupun intensitas kejadian cuaca ekstrem. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan terjadi perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin, mempengaruhi masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi, lokasi yang tinggi, serta ekosistem pantai. Belum ada pembuktian ada gejala perubahan iklim di WS 6 Ci. 1.3.1.5 Ketahanan Air (Water Security) Dalam konsep IWRM ketahanan air mencakup perlindungan terhadap sistem sumber daya air yang rentan, termasuk pelayanan air, perlindungan terhadap daya rusak air (banjir dan kekeringan), dan terkait dengan pembangunan berkelanjutan sumber daya air dan menjamin akses terhadap fungsi dan pelayanan air. Contoh isu ketahanan air di WS 6 Ci adalah di Kota Jakarta saat ini hanya memiliki ketahanan air sebesar 2,2% (Kali Krukut = 0.4 m3/detik) dari total kebutuhan, sehingga perlu pasokan dari luar sebesar 16 m3/detik dari Saluran Tarum Barat dan 3 m3/detik dari Sungai Cisadane. Akibat kesenjangan ini

halaman

timbul konflik kepentingan. Benturan kepentingan ini bukan hanya antar penduduk (petani dan PDAM, penduduk hulu-hilir), tetapi juga antar Pemerintah daerah Kabupaten/Kota atau Provinsi. 1.3.2 Isu Strategis Lokal/Regional Isu-isu strategis di WS 6 Ci yang dibahas dalam bagian ini bersifat umum, penjabaran lebih lanjut per wilayah terperinci dalam identifikasi permasalahan (Sub Bab 2.6) dan kebijakan operasional (Bab 4). Identifikasi isu-isu strategis lokal mengikuti arahan pengelolaan sumber daya air yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu: (1) Konservasi Sumber Daya Air, (2) Pendayagunaan Sumber Daya Air, (3) Pengendalian Daya Rusak Air, (4) Sistem Informasi Sumber Daya Air, (5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha (termasuk peran Institusi yang mengelola sumber daya air), dan (6) Integrasi Kebutuhan untuk Penataan Sumber Daya Air dengan Penataan Ruang. 1) Konservasi Sumber Daya Air Beberapa isu utama yang terkait dengan konservasi sumber daya air yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: Tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun; Pertambahan lahan kritis dan kerusakan DAS; Pencemaran air akibat pembuangan limbah peternakan, domestik dan industri (terutama kandungan logam berat); 2) Kerusakan hutan bakau dan erosi pantai.

Pendayagunaan Sumber Daya Air Beberapa isu utama yang terkait dengan pendayagunaan sumber daya air yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: Peningkatan kebutuhan air RKI (seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkotaan); Cakupan pelayanan PDAM masih rendah (dibandingkan dengan target sasaran MDG);

halaman

Keterbatasan

penyediaan

air

baku

permukaan

untuk

Metropolitan

Jabodetabek dan Metropolitan Cekungan Bandung; Potensi listrik tenaga air belum dimanfaatkan secara optimal; Jaringan irigasi teknis terbatas, banyak yang rusak, dan pelaksanaan OP rendah; 3) Alat ukur debit dan pintu air banyak yang rusak; Pengelolaan aset (irigasi) belum berjalan baik;

Pengendalian Daya Rusak Air Beberapa isu utama yang terkait dengan pengendalian daya rusak air yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: Penebangan hutan serta tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun; Perambahan daerah bantaran/sempadan sungai; Pembangunan perumahan di dataran banjir; Pembuangan sampah ke sungai dan saluran drainase; Pendangkalan/sedimentasi alur sungai, saluran drainase; Penurunan muka tanah, pasang tinggi air laut; Tanggul laut di pesisir kota; Bahaya tanah/tebing longsor; Kejadian kekurangan air di beberapa lokasi.

4)

Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) Beberapa isu utama yang terkait dengan SISDA yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: Basis data pada jaringan informasi SISDA dalam WS belum terintegrasi; Sebagian SOP untuk pemuktahiran SISDA, pemantauan dan evaluasi sudah disusun, namun pelaksanaan belum optimal, masih perlu dilengkapi; SISDA belum digunakan sebagai alat dalam perencanaan dan anggaran.

5)

Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha Beberapa isu utama yang terkait dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: Kinerja institusi yang bertanggungjawab untuk pengelolaan sumber daya air masih kurang, dan ada tumpang tindih serta kekosongan dalam pembagian peran dan tangung jawab; Pemangku kepentingan belum aktif berperan, sehingga masih memerlukan dukungan Pemerintah;

halaman

Potensi peran masyarakat dan peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya air perlu diperkuat.

6)

Penataan Ruang Selain kelima aspek pengelolaan sumber daya air di atas, ditemui juga isu terkait dengan penataan ruang di WS 6 Ci antara lain berkembangnya permukiman dan kegiatan usaha non pertanian pada: Alih fungsi lahan pertanian (untuk perkotaan, industri). Kawasan yang berfungsi sebagai badan air dan daerah resapan (cekungan, rawa, dan situ); Kawasan pertanian (khususnya persawahan) yang beririgasi teknis terutama pada kawasan metropolitan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Metropolitan Bandung; Sepanjang sempadan sungai, sepanjang bantaran kanan-kiri sungai yang berada dalam kawasan perkotaan. Integrasi penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air dapat diwujudkan dengan masuknya zona-zona air ke dalam RTRW Provinsi/Kabupaten.

halaman

10

2 BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI


2.1 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber Daya Air dan Peraturan Lainnya yang Terkait Sejumlah Peraturan Perundang undangan (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah (Perda), dan lainnya yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci antara lain sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945, 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerntah Pusat dan Daerah, 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penaggulangan Bencana, 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, 10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, 14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa, 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, 16. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah 17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 18. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan,

halaman

11

19. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, 20. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), 21. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), 22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara, 23. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, 24. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, 25. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, 26. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan, 27. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, 28. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 29. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, 30. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, 31. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan 32. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta II, 33. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, 34. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, 35. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Berkelanjutan, 36. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, 37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai

halaman

12

38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 44/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Pembinaan Sumber Daya Manusia Dalam Penerapan Prinsi-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum 39. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga, 40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 /PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air 41. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah 42. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, 43. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 594/KPTS/M/2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (WS 6 Ci). 44. Peraturan Daerah dan Peraturan Terkait lainnya 2.2 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air atau Kebijakan Pembangunan Provinsi atau Kabupaten/Kota 2.2.1 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air Kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disebut Jaknas Sumber Daya Air Pasal 2, menyebutkan bahwa Jaknas Sumber Daya Air menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan pola pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai yang dapat ditinjau kembali oleh dewan sumber daya air nasional setiap 5 tahun sekali. Jaknas tersebut mencakup: 1. Kebijakan Umum, terdiri dari: 1) Peningkatan koordinasi dan keterpaduan pengelolaan sumber daya air 2) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya terkait air 3) Peningkatan pembiayaan pengelolaan sumber daya air 4) Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum 2. Kebijakan Peningkatan Konservasi Sumber Daya Air Secara Terus Menerus, terdiri dari: 1) Peningkatan upaya perlindungan dan pelestarian sumber air 2) Peningkatan upaya pengawetan air
halaman

13

3) Peningkatan upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air 3. Kebijakan Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat, terdiri dari: 1) Peningkatan upaya penatagunaan sumber daya air 2) Peningkatan upaya penyediaan sumber daya air 3) Peningkatan upaya efisiensi penggunaan sumber daya air 4) Peningkatan upaya pengembangan sumber daya air 5) Pengendalian Pengusahaan sumber daya air 4. Kebijakan Pengendalian Daya Rusak Air dan Pengurangan Dampak, terdiri dari: 1) Peningkatan upaya pencegahan 2) Peningkatan upaya penanggulangan 3) Peningkatan upaya pemulihan 5. Kebijakan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, meliputi: 1) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan 2) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan 3) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengawasan 6. Kebijakan Pengembangan Jaringan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 1) Peningkatan kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan SISDA 2) Pengembangan jejaring SISDA 3) Pengembangan teknologi Informasi 2.2.2 Kebijakan Nasional Penataan Ruang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, kebijakan penataan ruang yang harus dipertimbangkan dan terkait dengan pengembangan WS 6 Ci meliputi: Kebijakan penataan ruang tingkat nasional yang merupakan rencana rinci tingkat nasional berupa Rencana Kawasan Strategis Nasional dan Rencana Kawasan Andalan. Kebijakan penataan ruang tingkat provinsi (berupa Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang WS), yang disetujui Menteri Pekerjaan Umum.

halaman

14

Kebijakan penataan ruang skala pulau yang merupakan rencana rinci tingkat nasional (berupa Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali).

Kebijakan penataan ruang tingkat kabupaten/kota (berupa Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota), perlu disepakati dengan Gubernur dan Menteri Pekerjaan Umum. Implikasi dari kebijakan dan strategi nasional di WS 6 Ci adalah sebagai berikut: Dalam RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali telah ditetapkan di dalam wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat yang berada dalam WS 6 Ci, ada 2 (dua) Kawasan Strategis Nasional (KSN) yaitu: a. Kawasan b. Kawasan Bandung). Berdasarkan RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali, di dalam wilayah yang telah ditetapkan sebagai wilayah pengelolaan wilayah sungai lintas provinsi yaitu WS 6 Ci (lihat Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 lampiran VI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11 A/PRT/M/2006 Lampiran 2). Menurut Peraturan Pemerintah 26 Tahun 2008 dan Raperpres RTR Pulau Jawa-Bali telah ditetapkan 5 (lima) kawasan andalan adalah sebagai berikut : a. Kawasan Andalan Bojonegara-Merak-Cilegon,dengan sektor unggulannya adalah industri, pariwisata, pertanian, perikanan dan pertambangan. b. Kawasan jasa. c. Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), dengan sektor unggulannya adalah pertanian, pariwisata, industri dan perikanan, Andalan Perkotaan Jakarta (Metropolitan),dengan sektor unggulannya adalah industry. pariwisata, perikanan, perdagangan dan Perkotaan Perkotaan Jabodetabekpunjur Bandung (Metropolitan Cekungan

Jabodetabekpunjur), Cekungan (Metropolitan

halaman

15

d. Kawasan Andalan Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka), dengan sektor unggulannya Andalan adalah pertanian, Cekungan industri, pariwisata dan perikanan. e. Kawasan Bandung (Kawasan perkotaan/Metropolitan), dengan sektor unggulannya adalah industri, pertanian, pariwisata dan perkebunan. 2.2.3 Kebijakan Daerah Pengelolaan Sumber Daya Air Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi menjadi acuan penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat kabupaten/kota. Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat Provinsi disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi (Dewan Sumber Daya Air Provinsi) dan ditetapkan oleh Gubernur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, Pasal 6 ayat 2. Sedangkan, pengelolaan kebijakan sumber pengelolaan daya air sumber daya air pada tingkat oleh Kabupaten/Kota dapat disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi Kabupaten/Kota dan ditetapkan Bupati/Walikota (Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, Pasal 6 ayat 3). Tetapi belum ada rencana untuk membentuk Dewan Sumber Daya Air di tingkat Kabupaten/Kota. Tiga wilayah provinsi di WS 6 Ci belum memiliki peraturan daerah terkait kebijakan Sumber Daya Air di Provinsi masing-masing. 2.3 Inventarisasi Data

2.3.1 Data Umum Secara administrasi WS 6 Ci secara geografis terletak pada posisi 106 23' BT sampai 107 40' BT dan 6 8' LS sampai 6 12' LS dan berada dalam wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, meliputi DAS Cidanau-CiujungCidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (terdiri dari 3 BBWS yaitu BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Ciliwung-Cisadane dan BBWS Citarum). WS 6 Ci berdasarkan wilayah administrasi meliputi 14 wilayah Kabupaten dan 14 Kota yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten, 5 kota di DKI Jakarta dan 10 Kabupaten dan 5 Kota di Provinsi Jawa Barat.

halaman

16

2.3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah 1). Arahan Struktur Pemanfaatan Ruang /Rencana Struktur Ruang wilayah Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berdasarkan RTR Pulau, arahan struktur pemanfaatan ruang/rencana struktur ruang wilayah di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.1. a) Kawasan Strategis Nasional

Dalam RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali telah ditetapkan 2 (dua) KSN di mana kedua KSN ini berada di dalam WS 6 Ci yaitu: (1) Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur (Metropolitan Jabodetabekpunjur) dan (2) Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Metropolitan Cekungan Bandung). b) Kawasan Andalan

Berdasarkan RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali, dimana WS 6 Ci telah ditetapkan sebagai wilayah pengelolaan WS lintas provinsi (lihat Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 lampiran VI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11 A/PRT/M/2006 Lampiran 2) terdapat 5 (lima) Kawasan Andalan sebagai berikut: (1) Kawasan Andalan Bojonegara-Merak-Cilegon. (2) Kawasan Andalan Perkotaan Jakarta (Metropolitan Jakarta). (3) Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur). (4) Kawasan Andalan Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka). (5) Kawasan Andalan Cekungan Bandung (Metropolitan Bandung). c) Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Mengacu pada RTRW Nasional, RTRW Pulau Jawa Bali dan RTRW Provinsi diperoleh gambaran bahwa rencana sistem jaringan prasarana wilayah yang terdapat pada WS 6 Ci sebagai berikut: (1) Jaringan Transportasi Darat: Jalan toll: Jakarta-Merak, Jakarta-CikampekBandung dan Jakarta- Bogor. (2) Jalan Kereta Api: Jakarta-Merak, Jakarta-Bogor, Jakarta-CikampekBandung dan Jakarta-Cikampek-Cirebon (3) Pelabuhan laut: Pelabuhan Internasional Tanjung Periuk (Jakarta) dan Bojonegara (Banten), serta Pelabuhan Nasional (Merak) di Banten.

halaman

17

(4) Bandar Udara: Bandar udara skala pelayanan primer (Bandar udara Cengkareng) dan Bandar udara skala pelayanan sekunder (Bandar udara Husen Sastranegara Bandung). (5) Sistem Jaringan Sumber Daya Air: Prasarana dan sarana sumber daya air yang ada di WS 6 Ci saat ini antara lain terdiri dari 3 (tiga) bendungan/waduk besar yaitu Waduk Saguling (pembangkit tenaga listrik), Waduk Cirata (pembangkit tenaga listrik) dan Waduk Jatiluhur (pembangkit tenaga listik, irigasi dan sumber air baku untuk PAM Jaya Jakarta). Ketiganya berada di sungai Citarum dibawah pengelolaan BBWS Citarum, serta 2 (dua) waduk kecil yaitu waduk Krenceng di Kota Cilegon (Banten) sebagai sumber air baku industri kota Cilegon, dan waduk Cipancuh di Kabupaten Indramayu (untuk irigasi). 2). Arahan Pengembangan Kawasan dan Pusat Kegiatan Bedasarkan kepadatan penduduk yang bermukim di WS 6 Ci terlihat bahwa pengelompokan penduduk terutama berada pada kawasan perkotaan dan pada Jabodetabekpunjur (kawasan metropolitan Jabodetabekpunjur)

kawasan perkotaan Cekungan Bandung (Kawasan Metropolitan Cekungan Bandung). Kawasan perkotaan Merak-Cilegon-Serang juga sedang mengalami perkembangan yang cepat, dan direncanakan pembangunan kawasan khusus (Bojonegara).

3).

Arahan Pola Pemanfaatan Ruang (Pola Ruang) Bedasarkan plotting RTRW Pulau Jawa Bali dan RTRW Provinsi (Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat), diperoleh gambaran bahwa pada tahun akhir rencana (yakni tahun 2030) dilihat dari Rencana Pola Ruang, rencana penggunaan ruang di WS 6 Ci akan didominasi oleh kawasan permukiman/perkotaan, kawasan pertanian (terutama pertanian lahan basah/irigasi teknis dan kawasan lindung. Dari Gambar 2.2 terlihat bahwa kawasan permukiman (perkotaan), industri dan permukiman perdesaan akan mencapai sekitar 32% dari total luas WS 6 Ci (sekitar sepertiga areal WS 6 Ci). Dengan demikian kebutuhan air baku untuk permukiman perkotaan dan industri akan meningkat, sedangkan kebutuhan air untuk irigasi kemungkinan akan menurun/berkurang. Selain itu, guna mempertahankan ketahanan pangan nasional maka perlu dihindari pengembangan kawasan permukiman pada kawasan irigasi teknis.

halaman

18

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.1. Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah di WS 6 Ci

halaman

19

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.2. Kondisi Tata Guna Lahan di WS 6 Ci pada tahun 2009

halaman

20

2.3.1.2 Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Angka Berdasarkan data Podes tahun 2008, yang diproyeksikan ke tahun 2010, jumlah penduduk di WS 6 Ci sebanyak 43.043.317 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 11.538.856 KK. Jika dilihat prosentase penduduk WS 6 Ci terhadap wilayah yang lebih luas, jumlah penduduk di WS 6 Ci sebesar 75,92% dari seluruh penduduk di 3 (tiga) provinsi tersebut, dan sebesar 32,52% dari seluruh penduduk Jawa. Pertumbuhan penduduk di WS 6 Ci selama 10 tahun terakhir, rata-rata sebesar 2,1%. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi di wilayah kabupaten Bekasi (6%) dan terkecil di wilayah Kota Jakarta Pusat (-3,8%) seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.3.

Sumber: Podes 2008 dan Sensus 2010, BPS

Gambar 2.3. Distribusi Kepadatan Penduduk di WS 6 Ci berdasarkan Podes 2008 dan Sensus 2010

2.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB WS 6 Ci memberi kontribusi sebesar 30,71% terhadap PDRB Nasional dan sebesar 56,56% terhadap PDRB Pulau Jawa (PDRB Tahun 2008, ADHK 2000). PDRB DKI Jakarta yang paling besar, sudah hampir 31% terhadap PDRB Pulau Jawa. Sejalan dengan pergeseran struktur tenaga kerja di WS 6 Ci, kegiatan perekonomian juga mengalami perubahan. Secara keseluruhan, kegiatan perekonomian di WS 6 Ci saat ini didominasi oleh sektor tersier (non pertanian, dan non Industri). Dari data statistik 2008, kontribusi total sektor tersier, sektor industri, dan sektor pertanian terhadap PDRB di WS 6 Ci masing-masing sebesar 61,94% (sektor tersier), 34,43% (sektor industri), dan
halaman

21

3,64% (sektor pertanian). Hal ini dapat dipahami karena di WS 6 Ci terdapat 2 kota Metropolitan (salah satunya adalah Jakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia, dimana lebih dari 60% perputaran uang di Indonesia berada di wilayah ini), Kawasan Pengembangan (Jabodetabekpunjur), dan beberapa kota medium lainnya yang sedang berkembang menuju kota besar.

WS 6 Ci

17,28%

19,16%

63,56%

1 Ci

25,96%

19,98%

54,06%

2 Ci

6,34%

20,79%

72,87%

3 Ci

24,36%

20,07%

55,57%

0% Pertanian Industri Jasa 3 Ci 24,36% 20,07% 55,57%

20%

40% 2 Ci 6,34% 20,79% 72,87%

60% 1 Ci 25,96% 19,98% 54,06%

80% WS 6 Ci 17,28% 19,16% 63,56%

100%

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.4. Distribusi Penduduk Usia Produktif Berdasarkan Lapangan Usaha 2008

Jumlah Industri di WS 6 Ci pada tahun 2008 sebanyak 123.735 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3.196.402. Dari sejumlah 123.735 unit industri tersebut, 93,10% berada di wilayah Jawa Barat, 5,41% di wilayah DKI Jakarta, dan sisanya sebesar 1,49% berada di wilayah Banten. Sementara itu jika dilihat dari persebaran tenaga kerja, 72,80% berada di Banten, 15,21% berada di Jawa Barat, dan 11,99% berada di DKI Jakarta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri di wilayah Banten lebih banyak industri sedang dan besar. Karena jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, walaupun jumlah industri relatif kecil, namun jumlah tenaga kerja relatif besar, berarti industri yang berada di Banten relatif lebih besar dibandingkan dengan industri yang berada di wilayah DKI Jakarta. 2.3.1.4 Digital Elevation Model (DEM) Secara umum sekitar 60% topografi WS 6 Ci bersifat landai dan datar dengan ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut. Sedangkan sekitar 40% lainnya berupa dataran tinggi dengan ketinggian berkisar 100-2.000 dpl khususnya di bagian selatan WS 6 Ci. Seluruh sungai di WS 6 Ci mengalir dari selatan ke arah utara yang bermuara di pantai utara (Laut Jawa). Terdapat 2 (dua) kawasan metropolitan: (1). Jabodetabek di bagian utara yaitu pada
halaman

22

dataran rendah dengan ketinggian 0-100 mdpl, dan (2). Cekungan Bandung berada di bagian selatan (dataran tinggi) pada ketinggian di atas 100 mdpl. Gambar 2.5 memperlihatkan topografi WS 6 Ci. 2.3.1.5 Laporan Hasil Studi, Kajian Teknis, Perencanaan Terkait Sumber

Daya Air Dalam penyusunan Pola WS 6 Ci ini juga menggunakan laporan dari studi, kajian teknis, dan perencanaan teknis lainnya yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air, baik yang sudah maupun sedang dilakukan, antara lain: BTA-155 (1989) Cisadane Cimanuk BTA 155; proyek kerja sama antara pemerintah Belanda dengan pemerintahan Indonesia (dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Sumber Daya Air), mulai Oktober 1985 sampai dengan Desember 1988. Tujuan dari proyek ini adalah: untuk membuat perencanaan/pengembangan Sumber Daya Air terpadu melalui pendekatan sistem analisis, meliputi area hampir sama dengan WS 6 Ci BWRMP (2000-2004) BWR(M)P (Basin Water Resources [Management] Planning); Ditjen Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, dari tahun 1996 sampai dengan 2004, Tujuannya adalah untuk mengkaji Perencanaan Pengembangan/Pengelolaan Sumber Daya Air terpadu dan berkelanjutan di WS Citarum, WS Ciliwung Cisadane, WS Ciujung Ciliman (ketiganya sekarang berada dalam WS 6 Ci) dan WS Jratunseluna JWRMS (1994) JWRMS (Jabotabek Water Resources Management Study); Ditjen Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, Februari 1994. Tujuannya adalah untuk mengkaji Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (aspek kuantitas dan kualitas juga air permukaan dan air tanah) di area Jakarta-BogorTangerang-Bekasi (sebagian area dari WS 6 Ci) ICWRMP (2009) ICWRMP (Integrated Citarum Water Resources Managment Program); Ditjen Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum (dalam hal ini BBWS Citarum), mulai tahun 2008 sampai sekarang masih berlanjut. Tujuannya

halaman

23

pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu untuk Citarum (sebagian dari WS 6 Ci) 2.3.2 Data Sumber Daya Air 2.3.2.1 Iklim Data hidroklimatologi memberikan gambaran mengenai kondisi hidrologi dan meteorologi secara umum, antara lain meliputi variabel curah hujan dan aliran, temperatur udara, kelembaban nisbi, lama peyinaran matahari dan kecepatan angin. WS 6 Ci dimasukkan ke dalam wilayah beriklim tropis dengan curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi sepanjang tahun dan sedikit variasi suhu udara antara bulan satu dengan lainnya. Tinggi curah hujan tahunan bervariasi sesuai lokasi dan kondisi topografinya. Kisaran nilai iklim di WS 6 Ci bisa dilihat pada Gambar 2.6. 2.3.2.2 Air Permukaan (hujan, debit, tampungan air) 1). Hujan Secara umum, curah hujan tahunan rata-ratanya antara 2.000 mm untuk bagian utara yang relatif datar, hingga 4.000 mm untuk bagian selatan yang merupakan daerah berpegunungan. Musim hujan berlangsung antara bulan Oktober hingga bulan April, sedangkan untuk bulan-bulan lainnya berlangsung musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga bulan Februari, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Juli sampai bulan Agustus. Curah hujan tahunan untuk WS 6 Ci ditunjukkan pada Gambar 2.6.

halaman

24

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.5. Peta Topografi WS 6 Ci

halaman

25

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.6. Curah Hujan Tahunan di WS 6 Ci

halaman

26

2).

Debit Data aliran sungai terbatas keberadaannya jika dibandingkan dengan data curah hujan. Banyak data aliran masih berupa data muka air yang belum diproses menjadi data debit. Pada umumnya data kurang memadai, tidak lengkap, terputus-putus, dan tidak andal. Data dengan kondisi demikian dapat dilengkapi dengan penerapan model hidrologi berdasarkan data hujan dan parameter fisik DAS lainnya. Berdasarkan hasil analisis RIBASIM, ketersediaan sumber air permukaan di WS 6 Ci dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.7dibawah ini:

Tabel 2.1. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci Ketersediaan Wilayah m3/det Milyar m3/tahun 3 Ci 175,35 5,5 2 Ci 205,13 6,5 1 Ci 44,69 14,0 Total 825,17 26,0
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

Sumber : Hasil Analisis Ribasim

Gambar 2.7. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci

Dari Tabel dan Gambar tersebut total ketersediaan air di WS 6 Ci diperkirakan kurang lebih sebesar 26 Milyar m3/tahun (5,5 Milyar m3/tahun di 3 Ci, 6,5 Milyar m3/tahun di 2 Ci dan 14,0 Milyar m3/tahun di 1 Ci).

halaman

27

Ketersediaan air rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu kurang lebih 1,9 Milyar m3/tengah bulanan, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu kurang lebih 0,5 Milyar m3/tengah bulanan. 3). Tampungan Air Di WS 6 Ci terdapat 41 situ berada di 3 Ci, sekitar 200 situ berada di 2 Ci dan 365 situ berada di 1 Ci. Peta lokasi situ di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan lokasi potensi situ di 2 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.9 .

halaman

28

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.8. Peta Situ di WS 6 Ci

halaman

29

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.9. Peta Situ di Wilayah Cisadane-Ciliwung

halaman

30

2.3.2.3 Air Tanah Ketersediaan air tanah di WS 6 Ci diperkirakan sebesar 8.240 juta m3/tahun (unconfined flow: 7.856 juta m3/tahun dan confined flow: 384 juta m3/tahun). Potensi ini tersebar di 3 Ci sebesar 1.286 juta m3/tahun, di 2 Ci sebesar 1.899 juta m3/tahun dan di 1 Ci sebesar 5.055 juta m3/tahun. Peta Cekungan Air Tanah pada Gambar 2.11 menggambarkan ketersediaan dan sebaran air tanah di ketiga wilayah yang termasuk dalam WS 6 Ci.

Potensi Air Bawah Tanah di Wilayah Sungai 6 Ci


9,000 8,000 7,000

Juta m3/tahun

6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0


3 Ci 2 Ci 1 Ci Total WS 6 Ci

Unconfined Flow Confined Flow Total Potensi Air Tanah

Wilayah

Sumber : Lampiran Daftar CAT di Pulau Jawa dan Madura, Departemen ESDM, 2009 (diolah)

Gambar 2.10. Potensi Air Tanah di WS 6 Ci

Data aktual mengenai pengambilan air tanah untuk WS 6 Ci baik pengambilan air tanah dangkal maupun air tanah dalam masih terbatas. Selain untuk keperluan domestik, diperlukan izin untuk pengambilan air tanah, dan ketentuan tarif yang sesuai. Data pengambilan air bawah tanah yang terdaftar khususnya pengambilan air tanah dalam tidak dapat dipertimbangkan sebagai indikasi pengambilan yang sebenarnya. Pengambilan yang sebenarnya diperkirakan paling tidak 3 (tiga) kali lebih banyak dibandingkan dengan pengambilan air bawah tanah yang terdaftar. Angka pengambilan air tanah dangkal yang sebenarnya hanya dapat diperoleh melalui survei sosial-ekonomi mengenai konsumsi dan kebutuhan air. Dari Tabel 2.2 terlihat bahwa saat ini rata-rata abstraksi air tanah di 3 Ci dan 2 Ci sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah, yaitu masing-masing sudah mencapai 75% dan 87%1. Akan tetapi, untuk 1 Ci, saat ini abstraksi air tanah masih dibawah batas ideal pengambilan air tanah, yaitu masih 25%. Namun, untuk beberapa lokasi misalnya di CAT

1Batas

ideal pengambilan air tanah adalah antara 3040% dari total potensi air tanah.
halaman

31

Bekasi-Karawang, CAT Subang dan CAT Batujajar pengambilan air tanah sudah melampaui batas ideal pengembilan air tanah. Walaupun saat ini pengembilan air tanah di CAT Bandung-Soreang masih dibawah batas ideal pengambilan air tanah (masih 27%), akan tetapi di beberapa tempat seperti di daerah Majalaya, Ranca Ekek, Dayeuh Kolot, Leuwi Gajah dan sebagainya, pengambilan air tanah ini sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah, dimana di daerah ini sudah terjadi penurunan muka air tanah dan juga penurunan tanah yang cukup serius.
Tabel 2.2. Perkiraan Pengambilan Air Tanah Dalam di WS 6 Ci
Potensi Air Tanah Cekungan Air Tanah (CAT) AREA km2 Q2 Confined Flow juta m3/thn Abstraksi Air Tanah Q2 Confined Flow juta m3/thn Neraca Air Tanah Q2 Confined Flow juta m3/thn Persentase Abstraksi Air Tanah

Catatan

CAT Rawadanau CAT SerangTangerang Total 3 Ci CAT Jakarta CAT Bogor Total 2 Ci CAT Cianjur CAT BekasiKarawang CAT Subang CAT Ciater CAT Lembang CAT Batujajar CAT BandungSoreang CAT Sumedang CAT Sukamantri CAT Indramayu
Total 1 Ci

375 2,822 3,197 1,439 1,311 2,750 467 3,641 1,514 566 169 89 1,716 483 151 1,282
10,078

13 18 31 40 37 77 16 6 3 30 16 1 117 28 13 46
276

2 21 23 19 48 67 3 16 4 2 NA 8 31 5 NA 1
70

11 (3) 8 21 (11) 10 13 (10) (1) 28 NA (7) 86 23 NA 45


206

+ + + + + + +

16 118 75 47 130 87 18 270 140 7 771 27 20 1


25

Total WS 6 Ci

384

Catatan : NA: Data tidak tersedia Sumber : 1. Lampiran Daftar Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Pulau Madura; Departemen ESDM, 2009 2. Dinas ESDM Provinsi Banten, 2010 3. BPLHD Provinsi DKI Jaya, 2010 4. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah

halaman

32

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.11. Peta Cekungan Air Tanah di WS 6 Ci

halaman

33

2.3.2.4 Sedimentasi Sungai a. Erosi dan Pendangkalan Waduk Persentase areal di 3 Ci dengan kelas erosi berat-sangat berat (> 180 ton/ha/th) sekitar 28,1% dari luas 3 Ci, Persentase areal di 2 Ci luas dengan tingkat erosi berat dan sangat berat (>180 ton/ha/th) adalah sebesar 15,2% dari luas 2 Ci, dan Persentase areal di 1 Ci luas dengan tingkat erosi berat dan sangat berat (>180 ton/ha/th) adalah sebesar 31,4% dari luas 1 Ci. b. Erosi Pantai dan Muara Sungai Erosi atau penggerusan pantai di 3 Ci terjadi di Kabupaten Tangerang pada 5 (lima) lokasi yaitu di Kecamatan Naga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk, Kronjo; di Kabupaten Serang terdapat 3 (tiga) lokasi yaitu di Kecamatan Tirtayasa, Kasemen, Cinangka, dan terdapat 1 (satu) lokasi di Kota Cilegon yaitu di daerah pelabuhan Merak. Penggerusan pantai terjadi di beberapa lokasi di 2 Ci, misalnya pantai utara Jakarta bagian timur. Penggerusan pantai di Sungai Citarum bagian hilir merupakan fenomena alam, abrasi terjadi karena adanya arus laut, kurangnya tanaman pelindung terhadap gelombang, penambangan pasir pantai dan kegiatan manusia yang mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan bakau menjadi tambak. Daerah yang mengalami penggerusan pantai pada tingkat yang mengkhawatirkan meliputi antara lain Kecamatan Tirtajaya, Cibuaya dan Kecamatan Pedes di Kabupaten Karawang, Kecamatan Pusakanagara (Subang), Kecamatan Sukra dan Kecamatan Kandanghaur di Kabupaten Indramayu. 2.3.2.5 Erosi Lahan Jumlah lahan kritis di WS 6 Ci (termasuk kategori lahan sangat kritis, kritis, agak kritis dan potensial kritis) berjumlah 1.568.589 ha. Dari angka tersebut, 1 Ci mempunyai angka lahan kritis yang paling tinggi, yaitu 884.560 ha, sedangkan untuk 3 Ci dan 2 Ci masing-masing seluas 340.098 ha dan 343.932 ha. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2

halaman

34

Tabel 2.3. Lahan Kritis di WS 6 Ci Wilayah (ha) No. 1. 2. 3. 4. Kategori Lahan Sangat Kritis (SK) Kritis (K) Agak Kritis (AK) Potensial Kritis Total
Sumber: BP DAS Citarum-Ciliwung

3 Ci 1.024 25.124 94.101 219.849 340.098

2 Ci 802 17.219 81.407 244.504 343.932

1 Ci 26.437 115.988 273.880 468.255 884.560

Total 28.263 158.331 449.388 932.608 1.568.590

% Lahan Kritis 1,36% 7,64% 21,69% 45,01%

Lahan sangat kritis paling tinggi ada di 1 Ci, yaitu seluas 26.437 ha, yang diikuti oleh 3 Ci dan 2 Ci, masing-masing seluas 1.024 ha dan 802 ha. Peta lokasi lahan kritis di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.12. Persentase luas lahan yang termasuk SK, K, AK yang terbesar terjadi di 1 Ci sebesar 39% (416.306 ha), kedua terjadi di 3 Ci sebesar 30% (120.249 ha), dan ketiga di 2 Ci sebesar 19% (99.428 ha). 2.3.2.6 Muka Air Pasang Surut Umumnya genangan akibat pasang air laut (rob) di pantai utara Jakarta terjadi sekitar Desember, Januari dan Februari setiap tahunnya, tetapi juga tejadi pada bulan Juni. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim angin Barat yang bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan tinggi, yaitu 8,21 s/d 10,62 knot. Hampir setiap tahun daerah-daerah di pantai utara Jakarta terkena limpasan rob. Pada beberapa tempat di pantai utara Jakarta terjadi penurunan tanah yang sangat cepat, lebih dari 10 cm/tahun. Pada sebagian lokasi tersebut telah dibangun tanggul laut, namun masih memerlukan peningkatan.

halaman

35

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.12. Peta Lokasi Lahan Kritis di WS 6 Ci

halaman

36

2.3.2.7 Kualitas Air Hasil pengukuran kualitas air (berdasarkan pemantauan dan pengukuran yang telah dilakukan pada masing-masing sungai) ditunjukan dalam Tabel 2.4. dan Gambar 2.13
Tabel 2.4. Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Pemantauan Rutin
Sungai Sungai Ciujung (2010) Sungai Cidurian (2010) Sungai Cidanau (2010) Sungai Cisadane (2009) (Banten) Sungai Cisadane (2009) (Jawa Barat) Sungai Ciliwung (2009) (DKI) Sungai Ciliwung (2009) (Jawa Barat) Sungai Citarum (2010) Jumlah Titik Lokasi Pemantauan 9 lokasi 9 lokasi 4 lokasi 8 lokasi 8 lokasi 13 lokasi 8 lokasi 10 lokasi Nilai Status Mutu* 5,38 s.d 6,85 5,61 s.d 7,07 6,08 s.d 7,12 6,42 s.d 6,98 - 25 s.d s.d 59 3,3 s.d 24,6 - 29 s.d - 44 -47 s.d -111 Metode IP IP IP IP STORET IP STORET STORET Kategori tercemar (Sedang) (Sedang) (Sedang) (Sedang) (Sedang (Ringan, (Sedang dan Berat ) dan Berat )

Sedang dan Berat) (Berat)

* = Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003

2.3.2.8 Prasarana/Infrastruktur Sarana dan prasarana pengairan berupa waduk yang telah beroperasi dan berfungsi pada saat ini sebagai penyuplai kebutuhan air di WS 6 Ci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5. Waduk yang Sudah Ada di WS 6 Ci
No 1 Waduk KRENCENG Fungsi Wilayah 3 Ci Sungai Krenceng Cadangan air pada saat musim kemarau; cadangan air apabila terjadi gangguan terhadap fasilitas Intake Cidanau dan Jaringan pipa air baku; sumber air baku untuk proses pengolahan air bersih yang akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Cilegon 2 JATILUHUR Air minum, irigasi, PLTA dan Pengendali banjir 3 CIRATA PLTA dan Pengendali banjir 4 SAGULING PLTA dan Pengendali banjir 5 CIPANCUH Irigasi dan Pengendali banjir Sumber: Hasil analisis 2010 Catchment Area (km2) 104,2 Panjang Dam (m) 1.000

1 Ci 1 Ci 1 Ci 1 Ci

Citarum Citarum Citarum Cipancuh

4.654,9 4.178,9 2.361,6 72,4

1.220 453 301,4 3.300

Infrastruktur utama yang telah dibangun di WS 6 Ci, dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara lain untuk irigasi, air baku untuk air minum dan industri, ketenagaan, perikanan, perikanan, penggelontoran dan pariwisata. Kondisi prasarana bangunan irigasi baik ditingkat jaringan utama,

halaman

37

sekunder maupun pada tingkat tersier dan bangunan pengendali banjir memerlukan perhatian lebih pada operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi.

halaman

38

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.13. Peta Kualitas Air

halaman

39

2.3.3 Data Kebutuhan Air 2.3.3.1 RKI (Air Minum, Industri, Perkotaan dan Pariwisata) Kegiatan domestik adalah kegiatan yang dilakukan didalam rumah tangga. Standar konsumsi pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi pemakaian air domestik dapat dilihat pada sub-bab 3.1.2 (Kriteria). Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) saat ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun 2010. Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Proyeksi kebutuhan air bersih untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih non domestik di WS 6 Ci antara 15% sampai 40% dari total kebutuhan RKI, kecuali untuk Kota Cilegon, yaitu 75% dari total kebutuhan RKI. Kebutuhan air untuk keperluan RKI pada tahun 2010 (base case) untuk WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.14. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan air tertinggi untuk keperluan RKI terjadi di 2 Ci, yaitu sekitar 76,819 m3/detik, baik untuk keperluan rumah tangga/domestik (44.666 m3/detik), dan non domestik (32,153 m3/detik). Sementara untuk 1 Ci dan 3 Ci yaitu masing-masing sekitar 37,096 m3/detik dan 9,508 m3/detik. Sarana rekreasi air di WS 6 Ci berada di lokasi waduk Jatiluhur, waduk Cirata dan waduk Saguling . Daerah pariwisata air tesebut memerlukan perhatian serius dari pihak pemerintah daerah terkait, hal tersebut dikarenakan kondisi saat ini waduk-waduk tersebut sudah mengalami degradasi khususnya berkurangnya daya tampung waduk akibat terjadinya sedimentasi. Dalam penyusunan pola ini, kebutuhan air untuk sarana rekreasi di daerah perkotaan telah diperhitungkan dalam kebutuhan air RKI.

halaman

40

140

120
100

m3/detik

80
60 40

20
0

DOMESTIK NON DOMESTIK


TOTAL RKI

3 Ci 6.187
3.322 9.508

2 Ci 44.666
32.153 76.819

1 Ci 24.951
12.145 37.096

RKI 75.803
47.620 123.423

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

Gambar 2.14. Kebutuhan Air untuk Keperluan RKI di WS 6 Ci (m3/detik)

2.3.3.2 Irigasi Kebutuhan air jaringan irigasi tergantung pada beberapa parameter, seperti luas tanam dalam hektar, jenis tanaman, tingkat pertumbuhan tanaman, kalender tanam, kondisi klimatologi (curah hujan dan evapotranspiration), pelaksanaan sistem irigasi, kondisi tanah dan efisiensi irigasi. Karena sangat banyak variabel yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi, maka dalam perhitungan kebutuhan air irigasi menggunakan model analisis Ribasim. Kebutuhan air irigasi yang diperhitungkan untuk unit dasar, merupakan kombinasi sistem irigasi, golongan, dan pola tanam. Input data yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan air irigasi, mencakup: a) karakteristik kondisi rata-rata irigasi (berhubungan dengan jenis tanah, evapotranspirasi potensial, dan curah hujan), dan b) karakteristik berbagai kombinasi pola tanam, luas tanam , jadwal irigasi, dan efisiensi irigasi. Time step yang dipakai untuk perhitungan adalah tengah bulanan. Hasil perhitungan kebutuhan irigasi yang dikelompokkan menjadi 3 wilayah dapat dilihat pada Gambar 2.15 dan Tabel 2.6.

halaman

41

450 TOTAL WS 6 Ci
400

3 Ci

2 Ci

1 Ci

350
300
m3/detik

250 200
150

100
50

0
TOTAL WS 6 Ci 3 Ci

Jan - I Jan-II Feb-I Feb-II Mar-I Mar-II Apr-I Apr-II Mei-I Mei-II Jun-I Jun-II Jul-I 289 183 201 158 147 146 190 222 282 294 305 316 260
27 61 201 20 39 123 29 41 131 33 35 90 29 31 87 25 20 101 18 20 153 11 17 195 8 31 243 8 37 249 12 51 242 14 52 250 19 50 190

Jul-II Ags-I Ags-II Sep-I Sep-II Okt-I Okt-II Nov-I Nov-II Des-I Des-II 221 185 113 60 30 50 147 257 299 405 348
18 46 157 22 47 116 20 35 59 17 20 22 13 8 9 6 2 42 3 0 144 7 20 231 7 22 270 19 64 322 20 61 268

2 Ci 1 Ci

Sumber: Hasil Analisis Ribasim

Gambar 2.15. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci (2010)

Tabel 2.6. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci


Wilayah Luas Sawah (Ha) Kebutuhan Air Irigasi (m3/dtk) (Juta m3/dtk)

3 Ci 2 Ci 1 Ci Total
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

45.714 99.355 348.704 493.773

15,99 37,44 164,12 217,54

504,09 1.180,76 5.175,51 6.860,36

2.3.3.3 Penggelontoran Sampai saat ini penggelontoran saluran di WS 6 Ci pada umumnya hanya untuk menjaga kualitas air sampai batas tertentu. Akan tetapi, karena nilai air secara ekonomis di masa yang akan datang akan meningkat, penggelontoran perlu dipertimbangkan sebagai tindakan sementara untuk memperbaiki kualitas air, dan hanya dilakukan selama persediaan air masih ada serta tidak mengganggu persediaan air untuk kebutuhan sektor lainnya. Berdasarkan m3/det. 2.3.3.4 Ketenagaan Di provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta, belum ada waduk yang dimanfaatkan untuk tenaga listrik (PLTA). Selain mengairi ratusan ribu hektar sawah melalui jaringan irigasi Jatiluhur, sumber air bagi penduduk kota besar seperti Bandung dan Jakarta, Sungai Citarum (1 Ci) juga sebagai sumber PLTA untuk Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sungai ini mengairi 3 (tiga) waduk, yaitu
halaman

perhitungan,

diperoleh

kebutuhan

air

untuk

keperluan

penggelontoran (pemeliharaan sungai) setiap tahunnya kurang lebih 78

42

Waduk Saguling (982 juta m3), Waduk Cirata (2.165 juta m3) dan Waduk Djuanda (3.000 juta m3) dengan menghasilkan daya listrik 1.400 MW. Data ketiga waduk untuk PLTA tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Data Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Djuanda (Jatiluhur)
Mulai Operasi Data Dam Jenis Tinggi Crest Level Crest Height Data Pembangkit Listrik tail Level (m) Head loss (m) Spillway Characteristics Kapasitas Terpasang (max power, M/W) Jumlah Turbin Jenis Turbin Waduk Saguling 1985 Rock fill dam with clay core 99 m 501 m 650,20 m 252 28.4 Gated spillway 750 4 unit Francis Waduk Cirata 1988 Rockfill dam with concrete face 125 m 455,5 m 225 m 103 4 Gated spillway 1000 8 unit Francis Waduk Djuanda 1967 Rockfill dam with inclined clay core 105 m 1220 m 114,5 m 27 1 Ungated (ogee) spillway 187,5 5 unit Francis

Sumber: Perum Jasa Tirta (PJT) II (2010)

2.3.3.5 Perikanan Untuk keperluan penyusunan pola PSDA di WS 6 Ci, perikanan yang ditinjau hanya terkait dengan air untuk perikanan tambak. Berdasarkan luasnya, tambak dibagi dalam kategori intensif, semi intensif dan luas tradisional serta pola tanam/musim tanam. Di WS 6 Ci, tambak tersebar di Kota, Jakarta Utara, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang. Luas tambak keseluruhan (berdasarkan Kabupaten yang masuk ke dalam WS 6 Ci) adalah 50.141 ha, dimana 27% berada di Kabupaten Karawang (Tabel 2.8).

halaman

43

Tabel 2.8. Luas Tambak di WS 6 Ci


No Nama Kabupaten Provinsi DKI Jakarta (2008) 1 Kota Jakarta Utara 2 Kota Jakarta Selatan 3 Kota Jakarta Barat 4 Kota Jakarta Timur 5 Kota Jakarta Pusat 6 Kepulauan Seribu Provinsi Jawa Barat (2008) 7 Kota Bogor 8 Kabupaten Bogor 9 Kota Bekasi 10 Kabupaten Bekasi 11 Kota Cimahi 12 Kota Bandung 13 Kabupaten Bandung 14 Kabupaten Cianjur 15 Kabupaten Sumedang 16 Kabupaten Indramayu 17 Kabupaten Subang 18 Kabupaten Purwakarta 19 Kabupaten Karawang 20 Kota Depok 21 Kabupaten Bandung Barat Provinsi Banten (2007) 22 Kota Cilegon 23 Kabupaten Serang 24 Kota Tangerang 25 Kabupaten Tangerang 26 Kota Serang 27 Kota Tangerang Selatan Luas total
Sumber: Dinas Perikanan Provinsi

Luas Tambak (ha) 334 0 0 0 0 1 0 0 0 0 10.495 0 0 0 25 0 8.629 7.009 0 13.405 0 0 0 0 5.642 0 4.601 0 0 50.141

Luas Kolam (ha) 3 5 72 57 0 0 32 1.074 1.125 400 2 51 594 1.281 494 332 760 552 1.899 219 1.920 0 32 220 132 0 0

Luas Total (ha) 337 5 72 57 0 1 32 1.074 1.125 10.895 2 51 594 1.306 494 8.961 7.769 552 15.304 219 1.920 0 5.674 220 4.733 0 0

Standar kebutuhan air untuk perikanan (tambak) yang digunakan dalam perhitungan DSS-Ribasim untuk WS 6 Ci dapat dilihat pada sub-bab 3.1.3 (Standar). Dengan menggunakan standar kebutuhan untuk pergantian air (flushing) dan salinitas serta luas tambak di WS 6 Ci diperoleh kebutuhan air untuk tambak di WS 6 Ci sebesar 28 m3/det (Gambar 2.16) dan Lokasi Tambak dapat dilihat pada Gambar 2.17.

25
3 Ci 2 Ci 1 Ci

20

m3/detik

15

10

3 Ci 3

2 Ci 3

1 Ci 22

Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010

Gambar 2.16. Kebutuhan Air untuk Tambak di WS 6 Ci

halaman

44

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.17. Peta Lokasi Tambak di WS 6 Ci

halaman

45

2.4

Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan

2.4.1 Ditinjau dari Hasil Rumusan PKM Dari pembahasan dalam PKM dapat disimpulkan bahwa hal utama yang perlu dilakukan adalah koordinasi antara semua institusi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air. Dalam hal ini BBWS dapat mengambil peran sebagai fasilitator untuk TKPSDA. Rumusan kondisi lingkungan dan permasalahan yang dirangkum per wilayah dari PKM tersebut sebagai berikut: 1. Kerjasama melalui TKPSDA WS 6 Ci (menjadwalkan pertemuan berkala minimal 4 kali/tahun). 2. Pemerintah, Pemda dan Swasta meningkatkan kegiatan bersama dalam program terpadu dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat. 3. Penyuluhan, pendampingan yang bersifat koordinatif kepada masyarakat dan pelatihan bagi petugas secara berkelanjutan. 4. Penyusunan peraturan dan MoU terkait role sharing siapa berbuat apa (pusat, provinsi, kab/kota, swasta). 5. Bantaran Sungai merupakan dataran untuk menampung banjir, tidak boleh ditempati untuk kepentingan/usaha lainnya. 6. Masyarakat berperan dalam mengurangi dampak risiko banjir, baik secara perseorangan maupun kelompok. 7. Tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan secara proporsional, dan memperoleh peluang/kesempatan yang sama dalam proses pengambilan keputusan dan manfaat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air. 8. Upaya perempuan ikut menanam dan memelihara pohon produktif untuk dimanfaatkan buahnya, ternak lebah, dan sebagainya. 9. Upaya penghematan air (air rumah tangga, pengolahan hasil pertanian) dan upaya penjernihan air sehari-hari skala rumah tangga 10. Upaya pengelolaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat dan pengelolaan sampah dan limbah padat dan cair (rumah tangga, pasar, industri kecil, dan lain-lain) mulai dari sumbernya melalui Reuse-ReduceRecycle serta penerapan eko-teknologi (pengolahan limbah cair berdasarkan ekosisitem dengan tanaman air). 11. Peran dalam penyebarluasan informasi: penghijauan, resapan air, sanitasi lingkungan, teknologi pertanian, air bersih rumah tangga, pengolahan hasil, pemasaran, dan lain-lain.

halaman

46

12. Peran perempuan dalam proses pengambilan keputusan, kesepakatan dalam organisasi masyarakat serta peran perempuan dalam pengelolaan organisasi, pelatihan, pengumpulan dan pemanfaatan sumbangan dalam P3A. 2.4.2 Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Air Permasalahan pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) mencakup 5 (lima) aspek, yakni: Konservasi Sumber Daya Air Pendayagunaan Sumber Daya Air Pengendalian Daya Rusak Air Sistem Informasi Sumber Daya Air Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.

Selain kelima aspek tersebut, dalam pembahasan dikaitkan pula dengan aspek penataan ruang. Daftar lengkap permasalahan pada masing-masing wilayah disajikan dalam Tabel 2.9.

halaman

47

Tabel 2.9. Persandingan Masalah di masing-masing WS 6 Ci


Aspek/Sub Aspek 1. KONSERVASI PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR 3 Ci 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (1.024 ha) dan kritis (25.124 ha) pada DAS di wilayah CidanauCiujung-Cidurian Hulu 2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah CidanauCiujung-Cidurian Hulu (94.101 ha) 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah CidanauCiujung-Cidurian (219.849 ha) 4) Jumlah luas hutan belum memenuhi kebutuhan standar lingkungan Permasalahan Berdasarkan Analisis 2 Ci 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis( 802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada di wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu 2) Berkurangnya fungsi kawasan hutan dan non hutan DAS agak kritis (81.407 ha) pada wilayah Ciliwung - Cisadane 3) Terancamnya kawasan hutan dan non hutan DAS potensial Kritis pada wilayah Ciliwung Cisadane (244.504 ha) 4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung Cisadane 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane 6) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis 7) Belum adanya insentif dan dis-intensif pada lahan terlantar dan lahan produktif 1 Ci 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (26.437 ha) dan kritis (115.988 ha) pada DAS di wilayah Citarum 2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (273.880 ha) 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (468.255 ha) 4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Citarum 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum 6) Budi daya pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis 7) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)

5) Terancamnyanya keaneka-ragaman hayati

6) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian 7) Kurang jelasnya batas di lapangan kawasan milik Perum Perhutani, BBKsumber daya air, PTPN dan lahan masyarakat di hulu, sehingga terjadi perambahan hutan 8) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis 9) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan 10) Masih adanya kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan 11) Belum ada penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/ waduk 12) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan, selain DAS Cidanau 13) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS 14) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai

8) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai

8) Masih adanya Kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan 9) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha

9) Adanya sedimentasi di sungai, situ dan muara

10) Terjadinya Longsoran dan erosi tebing di sungai 10) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai

11) Terjadinya alih fungsi lahan di JABODETABEK

11) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan krikil 12) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat 13) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai 14) Berkurangnya keanekaragaman hayati di wilayah Citarum

12) Masih adanya kawasan pemukiman baru belum mengikuti kaidah konservasi 13) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) 14) Belum optimalnya pelaksanaan PERDA tentang adanya penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk 15) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan krikil 16) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat 17) Adanya lahan bekas sodetan sungai Ciliwung,S. Angke dan S. Pesanggrahan serta anak sungainya yang dimanfaatkan oleh masyarakat 18) Berkurangnya keanekaragaman hayati di wilayah Ciliwung - Cisadane

15) Terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan kerikil 16) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian 17) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai

PENGAWETAN AIR

1) Belum optimalnya pembangunan dan pemeliharaan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 2) Berkurangnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian

1) Belum optimalnya pembangunan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah

1) Belum optimalnya pembangunan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah, pada CAT Bandung-Soreang, Batujajar, Subang dan Bekasi Karawang sehingga terjadi penurunan muka air tanah, penurunan tanah dan/atau instrusi air laut

3) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat 4) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah CidanauCiujung-Cidurian 5) Adanya kerusakan situ dan prasarananya

3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan 4) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha 5) Belum dilaksanakannya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat 6) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane 7) Belum teridentifikasinya potensi daerah retensi

3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan 4) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum 5) Meluasnya perambahan daerah retensi dan bantaran sungai untuk hunian dan usaha selain pertanian 6) Kurang teridentifikasinya potensi daerah retensi 7) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat 8) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Citarum

6) Masih terjadinya alih fungsi situ menjadi pemukiman atau tempat usaha 7) Kurangnya pemberdayaan masyarakat sekitar mata air dan situ berkaitan dengan pemeliharaan sumber air 8) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah, pada CAT Serang-Tangerang, berakibat terjadinya penurunan muka air tanah, muka tanah dan/ atau intrusi air laut 9) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan

8) Terjadinya kerusakan sumber air (127 mata air) di wilayah Ciliwung - Cisadane

halaman

48

Aspek/Sub Aspek PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN

3 Ci 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah industri 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya 6) Pengelolaan limbah/sampah belum optimal

Permasalahan Berdasarkan Analisis 2 Ci 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah industri 3) Limbah cair domestik dan Perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya 6) Pengolahan limbah sampah belum optimal

1 Ci 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah Industri 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya 6) Pengelolaan limbah sampah belum optimal

2. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR PENATAGUNAAN SUMBER 1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada DAYA AIR sumber air tertentu 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan RKI, karena kurangnya tampungan air/ waduk 2) Antisipasi peningkatan jumlah penduduk, serta kegiatan industri dan ekonomi berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda penghubung antara P.Jawa dan P.Sumatera 3) Perlu tambahan penyediaan pasokan air baku ke Jakarta dari arah barat. Saat ini terdapat air bersih 3 m3/det dari S.Cisadane ke Jakarta 4) Keterbatasan layanan PDAM Kab./Kota

1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air tertentu 2) Belum adanya Zona Pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan 1) Kekurangan Air untuk kebutuhan irigasi dan/atau RKI 2) Keterbatasan layanan air bersih di Jakarta

1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air tertentu 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan/atau RKI 2) Adanya potensi waduk-waduk kecil yang perlu dikaji lebih lanjut

3) Keterbatasan layanan dan jaringan PAM

3) Keterbatasan air permukaan (dari potensi waduk kecil yang ada) untuk penyediaan air bersih di Cekungan Bandung 4) Keterbatasan layanan PDAM di Cekungan Bandung dan Kota/Kabupaten lainnya 5) Adanya kekurangan air baku untuk kebutuhan DKI Jakarta

4) Perimbangan pasokan air baku Jakarta dari arah Timur (Citarum) dan dari Barat (Cisadane) 5) Keterbatasan layanan air bersih di Kota lain (BODETABEK) 6) Keterbatasan layanan PDAM di BODETABEK 7) Menurunnya luas lahan pertanian tanaman pangan (sawah)

PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR

1) Terganggunya fungsi irigasi karena adanya pengambilan air baku RKI di saluran induk irigasi Pamarayan Barat & Timur, Cidurian, sehingga terjadi konflik 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan 4) Belum adanya SOP tampungan/ situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian 5) Belum mutakhirnya SOP waduk Krenceng 6) Belum tersusunnya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi 7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi)

1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di sungai Cisadane

1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di wilayah Citarum

2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan 4) Belum tersedianya SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci 5) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) 6) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun 7) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat, mengakibatkan kesulitan pelaksanaan OP irigasi. 8) Belum sadarnya masyarakat dalam pelaksanaan hemat air 9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) dgn pemberdayaan petani. 10) Belum tersusunya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi

2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan 4) Belum adanya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum 5) Tidak/Belum Optimalnya Kinerja Prasarana Irigasi 6) Belum optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) 7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi)

8) Kurangnya pembinaan masyarakat petani dalam pelaksanaan irigasi partisipatif 9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP)

8) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun. 9) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat 10) Belum sadarnya masyarakat petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi 11) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP)/intensitas tanam dgn pemberdayaan petani. 12) Belum tersusunya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi

10) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat di pantai utara telah menurun.

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air

1) Belum di tingkatkan Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng, Kab Bogor 2) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air 3) Belum ada jaringan irigasi di Cimanceuri dan bendung Cimanceuri. 4) Belum ada jaringan irigasi diCikarang hilir 5) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi

1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air

2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi

2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi

halaman

49

As pe k/ Sub As pe k PENGUSAHAAN

3 Ci 1 ) Ma s ih ter b a ta s n ya p en gu s a h a a n a ir oleh s wa s ta d i wila ya h 3 Ci

3 . PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 ) Belu m a d a n ya Ma s ter Pla n Sis tem PENCEGAHAN Pen gen d a lia n Ba n jir s eca r a m en yelu r u h p a d a BENCANA Su n ga i Ciu ju n g d a n Cid u r ia n 2 ) Men u r u n n ya fu n gs i ta n ggu l b a n jir d i s u n ga i Ciu ju n g d a n Cid u r ia n 3 ) Ber k u r a n gn ya k a p a s ita s a lir a n s u n ga i d a n ja r in ga n d r a in a s e (p en yem p ita n s u n ga i, p en d a n gk a la n a lu r , s er ta h a m b a ta n oleh b a n gu n a n s u m b er d a ya a ir ) 4 ) Pen ggu n a a n d a er a h r eten s i/ d a ta r a n b a n jir d a n r a wa n b a n jir u n tu k p em u k im a n d a n tem p a t u s a h a s ela in p er ta n ia n 5 ) Ku r a n g ter id en tifik a s in ya p oten s i d a er a h r eten s i 6 ) Pen ggu n a a n b a n ta r a n s u n ga i u n tu k p em u k im a n d a n tem p a t u s a h a 7 ) Pem b u a n ga n s a m p a h k e s a lu r a n d r a in a s i d a n a lu r s u n ga i m en gh a m b a t a lir a n , m en ga k ib a tk a n b a n jir 8 ) Belu m a d a n ya Per d a p em b a ta s a n Koefis ien d a s a r Ba n gu n a n (KDB) d a n p em b u a ta n k ola m d eten s i p a d a k om p lek p er u m a h a n 9 ) Belu m ter s ed ia p eta ja lu r d a n tem p a t eva k u a s i b en ca n a b a n jir 1 0 ) Belu m ter p a s a n gn ya s is tem p er in ga ta n d in i b a n jir p a d a s u n ga i u ta m a 1 1 ) Ku r a n gn ya ter ta ta n ya (s is tem d a n k a p a s ita s d r a in a s e m ik r o) d i p er k ota a n m en yeb a b k a n gen a n ga n d i ja la n 1 2 ) Men in gk a tn ya a n ca m a n lu a p a n a ir p a s a n g la u t 1 3 ) Ad a n ya p em b a n gu n a n s tr u k tu r p a n ta i ya n g tid a k b er ijin , d a n m en yeb a b k a n ter ja d in ya er os i p a n ta i d i lok a s i s ek ita r n ya

Pe rm as alah an Be rdas arkan An alis is 2 Ci 1 ) Ku r a n g ter k on tr oln ya Pen gu s a h a a n a ir is i u la n g d i wila ya h Bogor 2 ) Ma s ih ter b a ta s n ya p en gu s a h a a n a ir m in u m d a r i J a tilu h u r oleh Pem er in ta h a ta u s wa s ta 1 ) Ma s ter Pla n Sis tem Pen gen d a lia n Ba n jir (1 9 9 6 ) s eca r a m en yelu r u h d i wila ya h Ciliwu n g - Cis a d a n e s u d a h tid a k m em a dn ai 2 ) Pen ggu a a n d a er a h r eten s i/ d a ta r a n b a n jir d a n r a wa n b a n jir u n tu k p emggu u k im 3 ) Pen n aa an n b a n ta r a n s u n ga i u n tu k p em u k im a n lia r

1 Ci 1 ) Belu m op tim a ln ya p en gu s a a n a ir m in u m oleh PJ T 2

4 ) Pem b u a n ga n s a m p a h k e s a lu r a n d r a in a s i d a n a lu r s u n ga i m en gh a m b a t a lir a n , m en ga k ib a tk a n b a n jir 5 ) Belu m a d a p eta r a wa n gen a n ga n ya n g Mu ta h ir 6 ) Belu m a d a n ya Per d a p em b u a ta n d eten s i d i ged u n g-ged u n g b er tin gk a t 7 ) Belu m p eta a d a ja lu r d a n tem p a t E va k u a s i b en ca n a 8 ) Belu m s em u a s u n ga i tela h ter p a s a n g s is tem p er in ga ta n d in i b a n jir

1 ) Belu m a d a n ya Ma s ter Pla n Sis tem Pen gen d a lia n Ba n jir s eca r a m en yelu r u h p a d a Su n ga i Cita r u m 2 ) Men u r u n n ya fu n gs i p r a s a r a n a p en gen d a li b a n jir d i s u n ga i Cita r u m 3 ) Ber k u r a n gn ya k a p a s ita s a lir a n s u n ga i d a n ja r in ga n d r a in a s e (p en yem p ita n s u n ga i, p en d a n gk a la n a lu r , s er ta h a m b a ta n oleh b a n gu n a n s u m b er d a ya a ir ) ggu n a a n d a er a h r eten s i/ d a ta r a n 4 ) Pen b a n jir d a n r a wa n b a n jir u n tu k p em u k im a n 5 ) Pen ggu n a a n b a n ta r a n s u n ga i u n tu k p em u k im a n d a n u s a h a 6 ) Pem b u a n ga n s a m p a h k e s a lu r a n d r a in a s i d a n a lu r s u n ga i m en gh a m b a t a lir a n , m en ga k ib a tk a n b a n jir 7 ) Belu m a d a n ya Per d a p em b a ta s a n KDB (Koefis ien Da s a r Ba n gu n a n ) d a n p em b u a ta n k ola m d eten s i p a d a k om p lek p er u m ater h asned ia p eta ja lu r d a n tem p a t 8 ) Belu eva k u a s i b en ca n a b a n jir Belu m ter p a s a n gn ya s is tem p er in ga ta n d in i b a n jir p a d a s u n ga i u ta m a

9 ) k u r a n gn ya p em elih a r a a n ter ja d in ya 9) p en d a n gk a la n , s ed im en ta s i d i a lu r s u n ga i s er ta ja r in ga n d r a in a s i d a n lon gs or a n teb in g gk a tn ya a n ca m a n b a n jir d a r i a ir 1 0 ) Men in 10) p a s a n g la u t 1 1 ) Ku r a n gn ya k a p a s ita s a lir a n s u n ga i (p en yem p ita n s u n ga id a n p en d a n gk a la n s er ta h a m b a ta n oleh b a n gu n a n s ila n g) 1 2 ) Men u r u n n ya fu n gs i ta n ggu l b a n jir d i s u n ga i-s u n ga i J ABODE TABE K 1 3 ) Ku r a n gn ya ter ta ta n ya (s is tem d a n k a p a s ita s d r a in a s e m ik r o) d i J ABODE TABE K m en yeb a b k a n gen a n ga n d i p er m u k im a n d a n d i ja la n 1 4 ) Ter ja d in ya k er u gia n a k ib a t b en ca n a lon gs or d i b eb er a p a tem p a t

Ku r a n gn ya ter ta ta n ya (s is tem d a n k a p a s ita s d r a in a s e m ik r o) d i p er k ota a n m en yeb a b k a n gen a n ga n d i ja la n 1 1 ) Men in gk a tn ya a n ca m a n lu a p a n a ir p a s a n g la u t 1 2 ) Ba n ya k ter ja d in ya b en ca n a lon gs or d i b eb er a p a tem p a t 1 3 ) Ad a n ya k er u s a k a n s itu d a n p r a s a r a n a n ya

1 4 ) Belu m ter s os ia lis a s in ya p eta ja lu r d a n lok a s i 1 4 ) Belu m op tim a ln ya p ela k s a n a a n PE RDA eva k u a s i b en ca n a ts u n a m i a k ib a t a k tivita s ten ta n g a d a p en eta p a n b a ta s d a n G.Kra k a ta u p em a n fa a ta n d a er a h s em p a d a n s u n ga i d a n s itu / wa d u k 1 5 ) Ter ja d in ya k er u gia n a k ib a t b en ca n a lon gs or d i 1 5 ) Pen u r u n a n m u k a ta n a h d i J a k a r ta tela h b eb er a p a tem p a t m en a ik k a n tin gk a t r es ik o b a n jir 1 6 ) Kek u r a n ga n a ir ir iga s i p a d a DI Ciu ju n g d a n 1 6 ) Melu a s n ya p er a m b a h a n d a er a h r eten s i Cid u r ia n d a n b a n ta r a n s u n ga i 1 7 ) Kek u r a n ga n a ir k eb u tu h a n r u m a h ta n gga d i wila ya h J a k a r ta Uta r a , Ta n ger a n g d a n Bek s i ter ja d in ya p em b a n gu n a n 1 8 ) Ma sa ih p em u k im a n d i d a er a h p a r k ir a ir / d a ta r a n b a nsjir 1 9 ) Ma ih a d a n ya h u n ia n d a n u s a h a la in d i b a n ta r a n s u n ga i 1 ) Melu a p n ya a ir s u n ga i Cid u r ia n a ta u Ciu ju n g 1 ) Melu a p n ya a ir s u n ga i d i wila ya h Ciliwu n g- 1 ) Pen a n ggu la n ga n d a r u r a t a k ib a t PENANGGULANGAN m en ggen a n gi d a er a h s ek ita r n ya Cis a d a n e b en ca n a b a n jir 1 ) Belu m op tim a ln ya p em u lih a n k on d is i r u m a h 1 ) Belu m op tim a ln ya p em u lih a n k on d is i 1 ) Belu m op tim a ln ya p em u lih a n k on d is i PEMULIHAN AKIBAT m a s ya r a k a t ya n g m en ja d i k or b a n s etela h r u m a h m a s ya r a k a t s etia p ter ja d in ya r u m a h m a s ya r a k a t ya n g m en ja d i BENCANA ter ja d in ya b en ca n a b a n jir b en ca n a b a n jir k or b a n s etela h ter ja d in ya b en ca n a b a nja jir 2 ) Ter ja d in ya k er u s a k a n p r a s a r a n a s u m b er d a ya 2 ) Ter ja d in ya k er u s a k a n p r a s a r a n a s u m b er 2 ) Ter d in ya k er u s a k a n p r a s a r a n a a ir s etela h ter ja d in ya b en ca n a b a n jir d a ya a ir s etia p ter ja d in ya b en ca n a b a n jir s u m b er d a ya a ir s etela h ter ja d in ya b en ca a a bk as nim jir a ln ya p en yed ia a n d a n a 3 ) Belu m m a k s im a ln ya p en yed ia a n d a n a u n tu k 3 ) Belu m m a k s im a ln ya p en yed ia a n d a n a 3 ) Belu mn m p ela k s a n a a n p em u lih a n k on d is i p r a s a r a n a u n tu k p ela k s a n a a n p em u lih a n k on d is i u n tu k p ela k s a n a a n p em u lih a n k on d is i d a n s a r a n a u m u m s etela h ter ja d in ya b en ca n a p r a s a r a n a d a n s a r a n a u m u m s etia p p r a s a r a n a d a n s a r a n a u m u m s etela h b a n jir ter ja d in ya b en ca n a b a n jir ter ja d in ya b en ca n a b a n jir 4 . SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR 1 ) Ku r a n g h a n d a ln ya d a ta b a s e s u m b er d a ya a ir 1 ) Ku r a n g op tim a ln ya d a ta b a s e s u m b er d a ya 1 ) Ku r a n g h a n d a ln ya d a ta b a s e s u m b er (Hid r ologi, Hid r ogeologi & Hid r om eteor ologi, a ir ya n g r elia b le (Hid r ologi, Hid r ogeologi & d a ya a ir (Hid r ologi, Hid r ogeologi & Keb ija k a n s u m b er d a ya a ir , Pr a s a r a n a s u m b er Hid r om eteor ologi, Keb ija k a n s u m b er d a ya Hid r om eteor ologi, Keb ija k a n s u m b er d a ya a ir , Tek n ologi s u m b er d a ya a ir , a ir , Pr a s a r a n a s u m b er d a ya a ir , Tek n ologi d a ya a ir , Pr a s a r a n a s u m b er d a ya a ir , Lin gk u n ga n p a d a s u m b er d a ya a ir , Kegia ta n s u m b er d a ya a ir , Lin gk u n ga n p a d a Tek n ologi s u m b er d a ya a ir , Lin gk u n ga n SoSek Bu d ) s u m b er d a ya a ir , Kegia ta n SoSek Bu d ) s u m b er d a ya a ir , Kegia ta n SoSek Bu d ) k a r en a d a ta b a s e b elu m len gk a p , SDM d a n a la t b elu m m em a d a i, k oor d in a s i/ ta n ggu n gja wa b u n tu k 2 ) Belu m m em a d a in ya SDM ya n g m en a n ga n i 2 ) Belu m m em a d a in ya SDM ya n g SISDA m en a n ga n i SISDA 3 ) Belu m len gk a p n ya p er a la ta n (p er a n gk a t k er a s 3 ) Belu m len gk a p n ya p er a la ta n (p er a n gk a t d a n lu n a k ) u n tu k ya n g m en u n ja n g SISDA k er a s d a n lu n a k ) u n tu k ya n g m en u n ja n g SISDA 4 ) Belu m ter s ed ia n ya d a n a ya n g m em a d a i u n tu k 4 ) Belu m a d a n ya u n it SISDA ya n g m ela k s a n a k a n SISDA ter p a d u m en gin tegr a s ik a n d a ta s u m b er d a ya a ir ya n g b er a s a l d a r i in s ta n s i-in s ta n s i ter k a it 5 ) Belu m a d a n ya p ed om a n ten ta n g p en gelola a n 5 ) Belu m a d a n ya p ed om a n ten ta n g SISDA ya n g s is tem a tis d a n k om p r eh en s if p en gelola a n SISDA ya n g s is tem a tis d a n k om p r eh en s ifia n ya d a n a ya n g m em a d a i 6 ) Belu m a d a n ya u n it SISDA ya n g 6 ) Belu m ter s ed m en gin tegr a s ik a n d a ta s u m b er d a ya a ir ya n g u n tu k m ela k s a n a k a n SISDA ter p a d u b er a s a l d a r i in s ta n s i-in s ta n s i ter k a it

halaman

50

Permasalahan Berdasarkan Analisis 3 Ci 2 Ci 5. PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH LEMBAGA 1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas 1) Belum efektifnya pembagian peran yang PENGELOLAAN antar unit pengelola sumber daya air, antara jelas antar unit pengelola sumber daya SUMBER DAYA AIR lain: kewenangan terhadap situ, anak sungai air, antara lain: kewenangan terhadap situ, anak sungai Aspek/Sub Aspek

1 Ci 1) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air karena belum memadainya SDM (kuantitas dan kualitas), belum optimalnya pembagian tugas, dan belum menggunakan PAI (Pembiayaan

2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air 1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu

2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air 1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu

PENDANAAN

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar wilayah PJT 1) layanan Belum maksimalnya pengawasan pengambilan air tanah dalam

2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar layanan PJT pengawasan 1) wilayah Belum maksimalnya pengambilan air tanah dalam

1) Kurangnya pendanaan karena komitmen pembiayaan pengelolaan sumber daya air masih terbatas/belum ada, terbatasnya sumber dana dan belum adanya struktur utk mengatur cost recovery dari pengguna (air)

2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri Pekerjaan Umum ke Gubernur Prov.Banten 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Ciujung/ Sungai Cidurian ke Jakarta)

2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri Pekerjaan Umum ke Gubernur Prov.Banten 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Ciujung/ Sungai Cidurian ke Jakarta) 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 2) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di 2 Ci 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci (3 Ci, 2 Ci & 1 Ci) 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di 2 Ci 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelelolaan sumber daya air 2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan dan lingkungan 3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah 6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Payment Enviroment Service (PES), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan 7) Belum berkembangnya kerja sama pengelolaan jasa lingkungan

1) Belum maksimalnya upaya pengawasan pemerintah terhadap pengambilan air tanah dalam yang dilakukan oleh pihak swasta/perusahaan/industri 2) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur 3) Adanya tumpang tindih pelaksanaan OP di Jargasi Jatiluhur 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Citarum ke Jakarta/antar Propinsi, S. Cibantarua ke S. Cisangkuy/antar Wilayah Sungai 1) dll.) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 2) Belum optimalnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi 1 Ci 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di WS 6 Ci 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi di 1 Ci 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelelolaan sumber daya air 2) Lunturnya budaya/tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kawasan hutan dan lingkungan 3) Belum maksimalnya masyarakat dalam melaksanakan hemat air 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah 6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Payment Enviroment Service (PES), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan 7) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS

FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 2) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian 3) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di 3 Ci 4) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 5) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) 6) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di 3 Ci 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana akibat daya rusak air

PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA

1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sumber daya air 2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan dan lingkungan 3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah 6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan 7) Masih terbatasnya peran serta perempuan dalam kegiatan masyarakat di bidang pengelolaan sumber daya air, pertanian dan keterlibatan dalam organisasi kelompok

8) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan Konservasi DAS 9) Belum optimalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber Daya Air

8) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan 9) Belum optimalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber Daya Air 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan 2)

PENATAAN RUANG

1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) 3) Antisipasi rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda

1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah)

halaman

51

2.5

Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan Pada sub-bab ini diuraikan beberapa potensi yang mungkin bisa dikembangkan atau diterapkan pada WS 6 Ci, ditinjau dari hasil rumusan PKM dan 5 (lima) aspek pengelolaan sumber daya air.

2.5.1 Potensi Konservasi Sumber Daya Air 2.5.1.1 Konservasi Lahan Kritis Secara umum potensi yang dapat dikembangkan dalam konservasi sumber daya air di WS 6 Ci, mencakup: Reboisasi dan penghijauan di lahan kritis (hutan dan non-hutan) Pengembangan wanatani (agro forestry) Pembangunan waduk dan bendung Pengelolaan teknik konservasi tanah dan air terpadu berwawasan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat serta pendampingan pada DAS Hulu dan lahan miring/pegunungan. Pengendalian erosi dengan bangunan teknik sipil berbasis lahan dan alur sungai Perencanaan program RHL untuk WS 6 Ci sudah lengkap disusun oleh BP DAS Citarum-Ciliwung melalui RTkRHL-DAS dengan jangka waktu 15 tahun (2010-2024), yang dapat ditinjau setiap 5 tahun apabila diperlukan. Dokumen ini disusun oleh BP DAS Citarum-Ciliwung tahun 2009 yang mencakup wilayah kerja 3 (tiga) provinsi (Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta) terdiri dari 3 (tiga) SWP-DAS. Pembagian batas SWP- DAS mengikuti kriteria dari BP DAS, tidak sepenuhnya segaris dengan garis batas WS 6 Ci. WS 6 Ci meliputi SWP DAS Citarum (21 DAS, luas total 3.166.114 ha), SWP DAS CiliwungCisadane-Cimandiri (23 DAS, luas total 988.237 ha), dan SWP DAS CiujungTeluklada (47 DAS, luas 774.695 ha). Dokumen tersebut telah disahkan pada bulan Desember 2009 oleh Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Kegiatan yang direncanakan terdiri dari kegiatan Vegetatif dan Sipil Teknik. Kegiatan Vegetatif disusun berupa Matrik Rencana Teknik di setiap DAS disertai luasannya. Lokasinya dicantumkan dalam peta perencanaan skala 1:50.000 dan dapat diidentifikasi sampai tingkat kecamatan. Kegiatan Sipil

halaman

52

Teknik berupa gully plug, dam pengendali, dam penahan, sumur resapan dan biopori, dinyatakan jumlahnya untuk setiap DAS. 2.5.1.2 Koordinasi dan Sinergi Program Lembaga Pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan konservasi sumber daya air terdiri dari lima lembaga pemerintah yang memerlukan koordinasi dan sinergi dalam implementasi program. Kelima lembaga pemerintah tersebut adalah: 1). Kementerian Pekerjaan Umum (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air), 2). Kementerian Kehutanan (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan

Perhutanan Sosial),
3). Kementerian Pertanian (Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Produksi Pertanian), 4). Kementerian Lingkungan Hidup (Asisten Deputi Urusan Pengendalian Sungai dan Danau), 5). Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Jendral Pembangunan Daerah, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa). Diperlukan suatu koordinasi program supaya kegiatan konservasi pada lima instansi tersebut dapat sinergi dengan mengacu pada peta RTkRHL-DAS yang telah disusun oleh BP DAS. Selanjutnya arahan RTkRHL-DAS (program 15 tahun) ini digunakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota untuk penyusunan RPRHL 5 tahunan dan RTn RHL untuk setiap tahun dimulai tahun 2011. Sinergi program antar lima lembaga pemerintah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat hulu memerlukan suatu koordinasi oleh TKPSDA tingkat WS. Implementasi program harus dinyatakan dalam bentuk kegiatan, waktu, biaya, pelaksana dan tempat pelaksanaan dengan menggunakan peta yang sama. Pendekatan konservasi tanah dan air berbasis masyarakat akan lebih efektif jika diarahkan ke pemberdayaan masyarakat desa konservasi dalam skala DAS mikro. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh lintas kementerian dalam konservasi sumber daya air dapat dilihat pada Tabel 2.10. Kegiatan tersebut didasarkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

halaman

53

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, Peraturan Pemerintah Nomor 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
Tabel 2.10. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air dan Institusi Pengelola
Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004) Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air: a. Pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air. b. Pengendalian pemanfaatan sumber air. c. Pengisian air pada sumber air. d. Pengaturan dan sarana sanitasi. e. Perlindungan sumber air terkait dengan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air. f. Pengendalian pengolahan tanah di bagian hulu. Institusi Pengelola Kegiatan (Struktural dan Non- Struktural) a. Pemerintah Daerah, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian: Zonasi, Vegetatif, Usaha tani Konservasi. b. Pemerintah Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum: Perijinan. c. Kementerian Pekerjaan Umum: Jaringan sumber daya air. d. Kementerian Pekerjaan Umum, Pemda: jaringan Drainase/Limbah. e. Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Daerah: Pengaturan/Ijin, Pertanian di lahan pasangsurut, waduk/situ. f. Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah: Terasering, Guludan, Tanaman Penutup (cover crops), Strip Rumput, Gully Plug, Kompos , usahatani konservasi terpadu. g. Pemerintah Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan: Ploting garis sempadan sumber air (sungai, waduk/situ, mata air, pantai). h. Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah. i. Kementerian Kehutanan, Pemerintah Daerah.

g. Pengaturan daerah sempadan sumber air. h. Rehabilitasi hutan dan lahan. i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. Pengawetan Air: Menyimpan air berlebihan dan dimanfaatkan saat dibutuhkan. Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif. Mengendalikan penggunaan air tanah. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.

Mencegah masuknya pencemaran air (bahan pencemar) pada sumber air dan prasarana sumber daya air.
Sumber: Hasil Analisis 2010

Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah waduk/situ , embung atau ponds. (perencanaan, pembangunan, OP). Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah: SRI, alokasi dan distribusi air, kegiatan untuk reduksi kehilangan air. Kementerian ESDM/ Kementerian Pekerjaan UmumSumber Daya Air, Pemerintah Daerah. Pencemaran: Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah: Waduk, Penggelontoran, Alokasi air/SOP, Penetapan Kelas Sungai, Monitoring dan Evaluasi kualitas air di sumber air dan prasarana sumber daya air. BLHD/ Kementerian Lingkungan Hidup,: Penerapan IPAL, Monitoring dan Evaluasi kualitas air yang masuk ke sumber air.

2.5.1.3 Prokasih, Proper dan Superkasih Terkait dengan upaya untuk mengendalikan dampak lingkungan khususnya pencemaran air sungai dan laut, pemerintah telah mencanangkan beberapa

halaman

54

program yang potensial digunakan dan dipadukan dalam pengelolaan kualitas air di WS 6 Ci, yakni: a. Prokasih (Program Kali Bersih). Prokasih dicanangkan pada tahun 1989 di Surabaya dengan sasaran 18 (delapanbelas) sungai utama yang berada di 8 (delapan) provinsi. Prokasih merupakan program pemerintah pusat (Kementerian Lingkungan Hidup) yang dalam pelaksanaannya di daerah didelegasikan kepada pemerintah provinsi. Gubernur sebagai penanggung jawab akan membentuk Tim Pelaksana Prokasih yang anggotanya terdiri dari unsur Pemda, Pemkab/kota, Perguruan Tinggi/PSL, Dinas terkait dan LSM serta media. b. Proper (Program Penilaian Kinerja Perusahaan). Sebagai tindak lanjut Prokasih pada tahun 1995 dicanangkanlah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan yang disingkat dengan Proper. Proper merupakan pengembangan Prokasih yang diarahkan untuk proses pentaatan industri yang terdiri atas beberapa program yang dikemas dalam Proper. Tiga hal utama yang menjadi dasar pendekatan Proper yang selanjutnya dilaksanakan secara terpadu. c. Superkasih (Surat Pernyataan Kali Bersih). Untuk semakin meningkatkan efektivitas Prokasih maka pada tahun 2003 Prokasih dikembangkan menjadi Super Kasih (Surat Pernyataan Kali Bersih). Super Kasih merupakan program yang bertujuan untuk mendorong percepatan penaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang berlaku dengan cara membuat surat pernyataan tertulis untuk melakukan penataan dalam batas waktu tertentu dengan memperhatikan faktor teknis dan administrasi yang disaksikan oleh pejabat tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Superkasih juga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan pemerintah daerah dan masyarakat serta pemilik kepentingan lain untuk beperan aktif di dalam pengendalian pencemaran lingkungan khususnya yang terjadi di DAS/perairan sungai maupun pantai/laut.

halaman

55

2.5.1.4 Program dan Renstra Provinsi tentang Kualitas Air a. Provinsi Banten Mengacu pada Renstra Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 20072012 dan terkait dengan konservasi sumber daya air khususnya pengendalian pencemaran air maka disusunlah program sebagai berikut: a) Pemantauan lingkungan hidup: Kegiatan tertuju pada upaya pemantauan kualitas lingkungan hidup (termasuk sumber daya air) yang menerima beban pencemaran. Data hasil pemantauan akan merupakan basis data lingkungan untuk kepentingan pengendalian, pengawasan, penegakan hukum maupun bahan penyusunan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. b) Pengelolaan B3 dan limbah B3: Kegiatan ini terkait dengan upaya pembinaan dan pengawasan pengelolaan B3 dan limbah B3. Pembinaan dapat bersifat teknis maupun administratif. c) Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan: Kegiatan ini meliputi penyusunan kebijakan penetapan baku mutu lingkungan hidup; dan baku mutu limbah berdasarkan daya tampung badan lingkungan tertentu. d) Koordinasi penyusunan AMDAL/UKL-UPL: Kegiatan upaya peningkatan koordinasi dalam penyusunan AMDAL (termasuk UKL-UPL) lingkungan. b. Provinsi Jawa Barat Untuk menunjang kebijakan khususnya terkait bidang pengendalian pencemaran air, maka disusunlah program jangka pendek/tahunan beserta kegiatannya sebagai berikut: a) Peningkatan kerjasama kabupaten dan kota untuk melaksanakan monitoring kualitas air di aliran sungai di wilayah administrasi masing-masing; b) Sosialisasi tentang hak dan kewajiban bagi masyarakat di sekitar industri; c) Pengurangan limbah domestik sejalan dengan target sasaran MDG dengan cara meningkatkan penggunaan/pembangunan MCK pada masing-masing DAS; d) Penguatan sumber daya manusia industri melalui kegiatan fasilitasi dan pengembangan program EPCM; e) Penegakan hukum bagi para pelanggar/pencemar lingkungan. Penegakan dapat berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana dan perdata; f) Kegiatan sekretariat penegakan hukum lingkungan terpadu; untuk kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran

halaman

56

g) Kegiatan fasilitasi pembinaan pengelolaan limbah B3; h) Kegiatan pembinaan dan pengembangan laboratorium Lingkungan; i) j) Kegiatan fasilitasi pengembangan produksi bersih dan tekhnologi ramah lingkungan; Kegiatan pemantauan pencemaran lingkungan;

Secara khusus program pengendalian kualitas air sungai Citarum dapat merujuk pada Roadmap Citarum yang tertuang dalam Rencana Penanganan Terpadu WS Citarum 2010-2025. Roadmap Citarum merupakan sebuah rancangan strategis yang berisi hasil identifikasi program utama untuk meningkatkan sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan memperbaiki kondisi sepanjang sungai Citarum. Penyusunan Roadmap dilakukan dengan pendekatan komprehensif, terpadu dan multi sektor untuk dapat memahami dan memecahkan masalah kompleks seputar pengelolaan air dan lahan sepanjang sungai Citarum. c. Provinsi DKI Jakarta Sejak tahun 2008 BPLHD DKI Jakarta telah melaksanakan program penataan sungai Ciliwung. Program penataan sungai Ciliwung diharapkan dapat memperkuat Prokasih yang telah dilaksanakan. Adapun tujuan dari penataan sungai Ciliwung adalah untuk mengembalikan fungsi sungai Ciliwung, baik secara ekologis, sosial maupun ekonomi, serta mendorong peningkatan kapasitas lembaga, peningkatan peran masyarakat serta makin tumbuhnya tatakelola lingkungan sungai yang baik atau Good River Environmental Governance. Untuk mencapai sasaran tersebut maka diluncurkan 6 (enam) program penataan sungai Ciliwung, terdiri atas: a) Program pengendalian/rehabilitasi pencemaran air; b) Program pengendalian kerusakan lingkungan (banjir dan kekeringan); c) Program penataan ruang; d) Program kebijakan publik; e) Program pemberdayaan masyarakat (peningkatan peran masyarakat); f) Program penguatan kelembagaan.

halaman

57

2.5.1.5 Rancangan Peraturan Presiden tentang Penetapan Kelas dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Ciliwung Kualitas air sungai Ciliwung saat ini telah mengalami pencemaran berat sejak dari hulu sampai muara sebagaimana dilaporkan oleh BPLHD Jawa Barat (2009) dan BPLHD DKI Jakarta (2009) bahwa berdasarkan hasil monitoring tahun 2009, menunjukkan bahwa sebagian besar ruas sungai Ciliwung mengalami cemar berat dari hulu (Attaawun) sampai muara (Pluit), hanya pada bagian kondisi air sungai Ciliwung mengalami cemar sedang. Mengingat bahwa Sungai Ciliwung memiliki peran penting di dalam kehidupan masyarakat khususnya Provinsi DKI Jakarta, maka perlu segera dilakukan upaya keras untuk mengatasi dan mengendalikan pencemaran air sungai Ciliwung, yaitu dengan cara melakukan pemulihan kualitas air melalui program nyata yang terkoordinir dengan baik dan terpadu dengan berbagai sektor terkait, baik secara teknis, administratif maupun financial. Rancangan Peraturan Presiden merupakan upaya pemerintah untuk

memberikan pedoman dan kekuatan hukum dalam upaya untuk mengatasi dan mengendalian pencemaran air sungai Ciliwung yang sedang berlangsung saat ini. Rancangan Peraturan Presiden ini memberikan penetapan pada upaya sebagai berikut: a) Penetapan kelas air sasaran; b) Pengendalian pencemaran; c) Peran masyarakat; d) Pembinaan dan pengawasan; e) Pembiayaan. 2.5.1.6 Pengaturan dan Pembatasan Pengambilan Air Tanah Pengaturan pengambilan air tanah baik untuk keperluan RKI maupun irigasi perlu dilaksanakan untuk menghindari terjadinya penurunan muka air yang berlebihan yang dapat berakibat terjadinya penurunan muka tanah seperti saat ini terjadi di daerah Cekungan Bandung (1 Ci) dan Jakarta (2 Ci) atau penyusupan air laut di daerah dataran pantai. Tatakelola pemanfaatan air tanah untuk keperluan industri di WS 6 Ci dapat dilakukan dengan cara pengaturan dan pembatasan pengambilan dan pemanfaatan air tanah sesuai dengan tingkat kerusakan air tanahnya yang

halaman

58

dituangkan dalam bentuk peta zona konservasi air tanah (contoh untuk CAT Bandung-Soreang dapat dilihat pada Gambar 2.18 Pengaturan dan pembatasan pengambilan dan pemanfaatan air tanah tersebut meliputi: 1) Pengaturan batasan kedalaman penyadapan air tanah, 2) Pengaturan volume pengambilan air tanah, 3) Pengaturan peruntukan pemanfaatan air tanah, 4) Pengaturan rancang bangun konstruksi sumur.

halaman

59

Sumber: Lampiran Daftar CAT di Pulau Jawa dan Madura, Deptartemen ESDM, 2009 (diolah)

Gambar 2.18. Peta Konservasi Air Tanah untuk CAT Bandung-Soreang

halaman

60

2.5.2 Potensi Pendayagunaan Sumber Daya Air 2.5.2.1 Skematisasi Model Alokasi Air Skematisasi digunakan untuk keperluan analisis neraca air WS 6 Ci, telah dibuat skematisasi seperti terlihat pada Gambar 2.19. Prasarana yang ada saat ini dan perkiraan/potensi pada masa datang telah digambarkan pada gambar tersebut. Elemen dasar dari skematisasi adalah jaringan yang ada di WS yang mewakili cara pengaliran dan penggunaan air secara menyeluruh, disebut Water District2, yang mencakup satuan luas WS sesuai dengan batas hidrologi dan penggunaan air utama serta beberapa pilihan pengendalian sumber daya air. Pada skematisasi tersebut terdapat 123 Water District dan 1100 node (simpul perhitungan) yang dapat dilihat pada Gambar 2.20. 2.5.2.2 Peningkatan Potensi Sumber Daya Air (1). Pembangunan Waduk Baru Potensi pembangunan waduk besar dan kecil untuk pemenuhan pasokan air baku ke kota dan kabupaten di WS 6 Ci telah dipertimbangkan sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di wilayah tersebut. Beberapa waduk di WS 6 Ci yang potensial untuk pemenuhan air baku RKI dan untuk keperluan lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.11. Selain potensi waduk tersebut di atas, ada juga potensi air baku di Bogor Barat dari sungai Cikaniki (anak sungai Cisadane). Air yang dapat dimanfaatkan adalah konstan sebesar 2 m3/det. Air dalirkan ke Bogor Barat (lokasi Ciburial) melalui saluran yang mengikuti kontur kaki gunung Salak sepanjang 10 km. Potensi air baku tersebut dinamakan Salak Kontur (karena saluran mengikuti kontur lereng gunung Salak). Air baku ini dapat digunakan sebagai tambahan air minum untuk Kota Bogor.

Water district adalah: Unit hidrologi terkecil yang mencakupi kebutuhan air dan pasokan air; Mempunyai persamaan sifat dalam merespon hujan dan aliran; Unit yang saling melengkapi dalam pengaturan Sumber Daya Air dan memungkinkan untuk membuat keseimbangan air.

halaman

61

Dengan sangat berkurangnya luasan daerah irigasi yang diairi dari Bendung Katulampa (sungai Ciliwung) dan Bendung Empang (sungai Cisadane), air yang dialirkan ke saluran induknya saat ini kurang bermanfaat. Kelebihan air ini berpotensi untuk penyediaan air baku RKI. (2). Peningkatan pemanfaatan waduk lama

Sesuai laporan BTA-155 (1989) dan Studi JWRMS (1994), waduk Cirata yang berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air, volume tampungan waduk dapat ditambah dengan meninggikan elevasi puncak bendungan15 m dari elevasi muka air + 220 m menjadi +235 m. Peninggian ini dapat menambah volume waduk + 1 milyar m3. Menurut penelitian fondasi dasar bendungan cukup kuat menyangga beban bendungan setelah ditinggikan. Dengan adanya peninggian bendungan untuk menambah luas tampungan waduk, diperlukan pembebasan lahan. Penduduk yang harus dipindahkan sekitar 13.500 jiwa. Setelah dilakukan simulasi, jalan inspeksi keliling waduk yang sudah dibuat, posisinya aman di atas genangan air sesudah waduk Cirata ditinggikan 15 m.

halaman

62

Tabel 2.11. Potensi Waduk 6 Ci


Lokasi No. Nama Potensi Waduk Nama Sungai Kampung Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Manfaat Total 1. Air baku dan irigasi Serang dan Cilegon : 5,5 m3/det. 2. Air baku Kab dan Kota Tangerang: 9,1 m3/det. 1. Air baku Serang dan Cilegon: 0,8 m3/det. 2. Air irigasi Cibanten: 0,8 m3/det. 3. Cidanau Cidanau Kaduperep Cinangka Kabupaten Serang Kabupaten Lebak Kabupaten Lebak Kabupaten Bogor Genteng Rancamaya Bogor Banten Air baku industri dan kota Cilegon: 5,0 m3/det. 32,43 juta 24,57 juta 265.00 314,71 juta Volume (M3) Efektif 207,48 juta Luas Genangan (Ha) EIRR (%) Sumber Data Catatan

A. Wilayah 3 Ci (Cidanau-Ciujung-Cidurian) 1. Karian Ciberang Ciujung Rangkasbitung Kabupaten Lebak Banten 1.74 Design Report: The Karian Dam Project, Sept. 2006 Telah ganti rugi sebagian lahan

2. Sindang Heula

Cibanten

Gelam

Pabuaran

Kabupaten Serang

Banten

9,25 juta

9,20 juta

150.20

Laporan Akhir Detail Desain Bendungan Sindang Heula , BBWS Ci, 2008 Laporan Akhir Survey Investigasi Air Baku Cidanau, BBWS 3 Ci, 2008 Vol. 3 - Supporting, CiujungCidurian Intergrated Water Resources in Indonesia, 1995 Ciujung-Cidurian Integrated Water Resources in Indonesia, 1995

Telah selesai DD

4. Pasirkopo

Cisimeut Ciujung

Leuwidamar

Banten

1. air baku Kab. Serang dan air irigasi DI Ciujung: 3,30 m3/det. 2. Hydropower 10 MW 1. Air baku Kab. dan Kota Tangerang: 4,1 m3/det. 2. Irigasi DI. Cidurian dan air baku Kab. dan Kota Tangerang: 9,7 m3/det. 1. Air baku Jakarta dan Bogor: .. M3/det. 2. Listrik 5 MW

82,50 juta

44,50 juta

920.00

5. Cilawang 6. Tanjung

Cibeureum Cidurian Cidurian

Banten Jawa Barat dan Banten Jawa Barat

__ __

62 juta 280 juta 2,483.00

- BTA 155,1989 - Cisadane river basin, 1986 - BTA 155,1989 - Cisadane river basin, 1986 BTA 155,1989 Review M/P Banjir Jakarta Review M/P Banjir Jakarta Laporan Akhir Pekerjaan Perencanaan Waduk Cikapundung di Kabupaten Bandung, TA 2004 Identifikasi Identifikasi Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prop. Jabar, 2009-2029 Pre FS

B. Wilayah 2 Ci (Cisadane-Ciliwung) 1. Genteng Cisadane 87 juta 625.00

2. Narogong 3. Pondok Benda

Cikeas Angke Pondok Benda Cinere

Cibinong Pamulang Cinere Langensari/ Cikidang Lembang

Bogor Tang-Sel Depok Bandung

Jawa Barat Banten Jawa Barat Jawa Barat

Air baku .. Air baku setempat Air baku setempat 1. Untuk mengatasi kekurangan air minum (daerah Kab. Bandung/ Lembang dan khususnya kota Bandung 2. Untuk mengatasi kekurangan air irigasi sebelah hilir (untuk tanaman sayuran/palawija) 3. Untuk mengurangi banjir di wilayah kota Bandung bagian Selatan. 1. Air baku 1.148 lt/det. 2. Irigasi: 1.658 ha 3. Pariwisata: 5% nilai total proyek 4. Banjir sungai Ciwidey terkendali 5. Memberikan tambahan debit (maintenance flow) sungai Citarum Pengembangan DAS Ciwidey sbg industri wisata

42 juta 5 juta 5 juta 319,000

407.00 115.32 289.79 12-15

4. Limo Pesanggarahan C. Wilayah 1 Ci (Citarum) 1. Cikapundung Cikukang (anak sungai Cigulung anak sungai Cikapundung)

2. Ciwidey

Hilir pertemuan sungai Ciwidey dan sungai Cicangkorah

Cikoneng

Pasir Jambu

Bandung

Jawa Barat

3,261,328

3,044,720

16.35

- Perencanaan waduk Ciwidey, TA 2005 Studi Kelayakan Pembangunan Waduk Ciwidey di Kabupaten Bandung, TA 2004

Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prop. Jabar, 2009-202

3. Citarik

Citarik

Damit, Cicalengka Tanjungwangi Tegal manggung Cimanggung

Bandung Sumedang

Jawa Barat Jawa Barat

1. Air bersih: Jatinangor & Rancaekek 2. Irigasi setempat 3. Industri: Kawasan Industri Bandung Timur untuk menghindari terjadinya penurunan muka air bawah tanah (4 m/thn.: hasil penelitian Dit. Geologi, 1998) 1. Air bersih: 592 ltr/det. 2. Irigasi: 1.717 ha 3. Listrik: 1.630 MW/thn 4. Banjir sungai Cimahi terkendali 5. Memberikan tambahan debit (maintenance flow) sungai Citarum Pengembangan DAS Cimahi sbg industri wisata

307,468

3.80 <10 (tidak layak)

Perencanaan Waduk Citarik 1 (satu) Usulan ini sdh diakomodir juga dlm Paket Kabupaten Bandung, TA 2004 RTRW Prop. Jabar, 2009-202. Ada Manfaat lain dari Wdk. Ciarik

4. Sukawana

Cimahi

Sukawana

Karyawangi

Parongpong

Bandung

Jawa Barat

718,767

4.10

12.78 - Studi Kelayakan Pembangunan Usulan ini sdh diakomodir juga dlm Waduk Sukawana di Cimahi dan RTRW Prov. Jawa Barat, 2009Sudetan Cibatarua di Kab. Garut 2020. dan Bandung (TA 2003) Perencanaan Desain waduk - Sukawana Kabupaten Bandung, TA 2004 15.00 - Perencanaan Detail Waduk Cimeta di Kabupaten Bandung, TA 2006 Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prov. Jawa Barat, 2009- Kajian Teknis Pembangunan Waduk 2020. Cimeta di Kabupaten Bandung, TA 2005

5. Cimeta

Cimeta

Pasirhuni

Cimanggu

Ngampah

Bandung

Jawa Barat

1. Air bersih kota Padalarang: 450 ltr/det. 2. Irigasi setempat: 825 ha 3. Pariwisata: 20% nilai total proyek

731,251

9.70

halaman

63

Lokasi No. C. Nama Potensi Waduk Wilayah 1 Ci (Citarum) Nama Sungai Kampung Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Manfaat Total

Volume (M3) Efektif

Luas Genangan (Ha)

EIRR (%) Sumber Data Catatan

6. Santosa - Tanpa Sudetan Cibatarua

Cilaki

Santosa

Kertasari

Bandung

Jawa Barat

Untuk menambah debit sungai Cisangkuy, dimana di DPS Cisangkuy pada musim kering terjadi kekurangan air (Studi Pengelolaan Operasi Sungai, - Jangka Pendek (2005): 8.539.776 m3 (Sep-Nov) - Jangka Menengah (2015): 27.844.126 m3 (Agust-Nov) - Jangka Panjang (2025): 69.509.644 m3 (Jun-Des)

21,066,375

71.90

8.64

Studi Kelayakan Pembangunan Waduk Sukawana di Cimahi dan Sudetan Cibatarua di Kab. Garut dan Bandung (TA 2003)

Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prov. Jawa Barat, 2009-2020.

Dengan Sudetan Cilaki Cibatarua

Santosa

Kertasari

Bandung

Jawa Barat

21.066.375 (Kapasitas sudetan Cibatarua: 2.052 3/det.) Air baku domestik, pertanian dan irigasi Air baku domestik, pertanian dan irigasi Air baku domestik, pertanian dan irigasi 317,969

71.90

7.15

7. Cibodas

Sungai Citarum Hulu Sungai Citarum Hulu Sungai Citarum Hulu

Desa Cikoneng

Ciparay

Bandung

Jawa Barat

Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir

8. Cikitu

Desa Cikitu Pacet

Bandung

Jawa Barat

51,839

Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir

9. Wakap

Desa Rancakole dan Desa Patrolsari Desa Arjasari

Arjasari

Bandung

Jawa Barat

94,045

Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir

10. Cibintinu 11. Cikuda 12. Sekerende 13 Tugu 14. Cikalimiring 15. Cikawari 16. Tareptep 17. Leuwiliang 18. Cigumentong 19. Cimulu 20. Tegal luar 21. Sadawarna

Sungai Kampung Cisangkuy Sukarasa Sungai Cidurian Sungai Cidurian Sungai Cidurian Sungai Cikeruh Sungai Cipamokolan Sungai Cipamolokan Sungai Citarik Sungai Citarik Sungai Citarik Sungai Citarum Sungai Cipunegara

Arjasari

Bandung Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kab. Subang

Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat

Desa Tegal luar

Bojongsoan g

Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi Air baku irigasi 1. Air baku

domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan domestik, pertanian dan RKI, irigasi/pertanian

210,141 895,000 288,000 1,850 juta 733,000 593,000 610,000 10,54 juta 1,65 juta 2,31 juta 37,8 juta 13,5 juta

Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir

2. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro 3. Pariwisata 4. Perikanan darat 5. Konservasi 6. Pengendalian banjir 22. Cilame Sungai Cilame - Cipunegara Sungai Cibodas Anak sungai Cibeber, Sungai Cikandung Cipunegara DAS CItarum DAS Citarum DAS Citarum DAS Citarum Kab. Subang Kab. Subang Desa Sadawarna Cibogo Subang Jawa Barat 17,7 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir

23. Cibodas 24. Cibeber

Kab. Subang Kab. Subang

Jawa Barat Jawa Barat

71 juta 53,759,816

Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir

25. Pasiranji 26. Nameng 27. Pangkalan 28. Maya 29. Telaga Herang 30. Kandung

Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat

200 juta 9,5 juta 471 juta 71,3 juta 97,6 juta 72,7 juta

Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir

Sumber: Hasil Analisis 2010


halaman

64

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.19. Peta Skematisasi Model Alokasi Air WS 6 Ci


halaman

65

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.20. Peta Water District


halaman

66

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 2.21. Daerah Potensial untuk Pengembangan Waduk

halaman

67

2.5.2.3 Peningkatan Potensi Saluran Pembawa Air (1). Kanal 2 Pembangunan Kanal 2 yang lokasi jalurnya agak jauh di selatan, yaitu di Purwakarta Selatan, Karawang Selatan dan Bekasi Selatan, berpotensi memasok air baku tambahan ke Bogor-Depok. Intake Kanal 2 langsung dari waduk Jatiluhur pada Pasir Gombong menyusur ke barat sampai di Babakan Cileungsi. Di Babakan air baku diolah menjadi air minum, kemudian dibagi ke Bogor Utara, Depok, Bekasi. Kapasitas Kanal 2 adalah 19 m3/det. Saluran dapat berupa saluran terbuka atau tertutup dengan pipa. Keuntungan saluran terbuka, biaya konstruksinya lebih murah, tetapi biaya pembebasan tanah lebih mahal dan harus dilaksanakan sekaligus, dan tidak aman terhadap pencemaran air, serta rawan diambil tanpa ijin oleh petani pada saat musim kemarau panjang. Jika dengan pipa, biaya pembebasan tanah murah, meskipun harga pipa mahal, tapi aman terhadap pencurian dan kualitas air akan lebih baik. Pada masa datang lebih disukai saluran dengan pipa. (2). Pemisahan Saluran Air Irigasi dan Air Baku Saluran induk irigasi yang berfungsi ganda, seperti Saluran Tarum Barat dan Saluran Ciujung Barat, mengalami kondisi yang terus menurun fungsinya karena kesulitan untuk melaksanakan pengeringan dan perbaikan rutin tahunan. Pemisahan menjadi 2 (dua) saluran yang terpisah, merupakan peningkatan terhadap masing-masing fungsinya sebagai berikut: Saluran air baku RKI lebih baik jika digunakan saluran tertutup (pipa besi ataupun beton). Dengan demikian air baku tidak mengalami pencemaran (sampah maupun limbah cair) sepanjang perjalanan dari sumber sampai ke instalasi penjernihan. Air baku juga lebih aman dari pencurian air. Saluran irigasi dapat tetap menggunakan saluran terbuka, sehingga dapat dilakukan pengeringan dan perbaikan rutin tahunan. Dengan adanya rencana peningkatan kapasitas Saluran Tarum Barat untuk air baku ke Jakarta, dapat dipertimbangkan untuk sekaligus memisahkan fungsi tersebut di atas. Saluran Tarum Barat dapat dibagi menjadi dua sisi. Saluran irigasi dapat diperkecil cukup untuk mengalirkan kebutuhan air irigasi,

halaman

68

menggunakan sisi kanan pada Saluran Tarum Barat. Saluran pembawa air baku sebaiknya membangun saluran pipa baru, ditempatkan pada satu sisi yang lain (sisi kiri) dalam saluran yang ada. Dengan membangun saluran tertutup/pipa air baku maka pembangunan siphon pada sungai Cikarang, yang direncanakan untuk mencegah pencemaran air baku ke Jakarta dari pencampuran dengan air sungai tersebut, menjadi tidak perlu dilaksanakan. Pada rencana peningkatan kapasitas air irigasi dan air baku RKI Kota SerangCilegon, yang akan dipasok dari Waduk Karian, sebaiknya langsung dipisahkan antara saluran irigasi yang tetap menggunakan Saluran Induk Ciujung Barat, dan membangun saluran pipa baru khusus untuk air baku Kota SerangCilegon. Dengan pemisahan tersebut maka efisiensi saluran pembawa air baku menjadi tinggi, karena menggunakan saluran pipa, sehingga pencemaran dan kehilangan air dapat dikurangi. Jika saluran induk irigasi dapat dikeringkan untuk pelaksanaan perbaikan rutin saluran, maka kondisi saluran irigasi menjadi lebih baik sehingga efisiensi air irigasi juga dapat meningkat. 2.5.2.4 Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi Kebutuhan Beberapa potensi terkait dengan pengembangan irigasi pertanian di WS 6 Ci mencakup: (1). SRI dan Peningkatan produksi pertanian Peningkatan produksi pertanian tidak hanya tergantung pada ketersediaan air semata, tapi juga tergantung pada sistem bercocok tanam. Kebijakan pembangunan pertanian saat ini bertujuan meningkatkan nilai tambah. Salah satunya melalui diversifikasi tanaman serta upaya penerapan SRI. Upaya ini juga berguna untuk mengurangi penggunaan air, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan luas tanam. (2). Peningkatan Efisiensi Irigasi Efisiensi irigasi yang dipakai dalam analisis saat ini adalah untuk irigasi semiteknis 50% dan irigasi teknis 55%. Efisiensi irigasi diharapkan akan meningkat di masa yang akan datang dikarenakan adanya rehabilitasi prasarana irigasi,

halaman

69

selain adanya perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran masyarakat petani. Dengan adanya rencana rehabilitasi/upgrading fasilitas irigasi yang ada, perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran masyarakat, maka effisiensi irigasi diperkirakan akan meningkat 10%, sehingga pada penyusunan pola pengelolaan sumber daya air untuk WS 6 Ci, perhitungan neraca air dipakai angka 60% untuk irigasi semi-teknis dan 65% untuk irigasi teknis. Dengan meningkatnya efisiensi irigasi tersebut, maka secara langsung dapat mengurangi kebutuhan puncak air irigasi, sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam dan luas lahan yang terairi. (3). Pemanfaatan Untuk Perikanan Oleh karena perikanan air tawar volumenya/arealnya tidak terlalu besar, maka yang akan diperhatikan pada pola pengelolaan sumber daya air ini terpusat pada perikanan tambak. Untuk memperoleh hasil yang optimal, tambak memerlukan air segar untuk pencampuran/penggelontoran. Oleh karena itu air untuk keperluan tersebut sudah dialokasikan mengingat potensi keuntungan per hektar dari tambak relatif lebih tinggi dibanding dengan tanaman padi atau palawija. (4). Peningkatan Efisiensi Pelayanan PDAM Efisiensi pelayanan PDAM pada umumnya masih rendah. Sebagai contoh di Jakarta saat ini adalah 53%. Hal tersebut disebabkan oleh sistem perpipaan yang telah tua, cepat rusak, serta alasan manajemen. Diharapkan pada masa datang efisiensi tersebut dapat ditingkatkan (Jakarta tahun 1990 efisiensi PDAM Jakarta masih 40%, terjadi peningkatan 13% selama 20 tahun). 2.5.3 Potensi Pengendalian Daya Rusak Air 2.5.3.1 Penanganan Banjir Potensi upaya pengelolaan banjir di WS 6 Ci mencakup:

halaman

70

(1).

Potensi Penanganan Filosofi Potensi filosofi yang dimaksud di sini adalah potensi terkait dengan penanganan revitalisasi kawasan perumahan dan relokasi perumahan daerah rawan banjir

(2).

Potensi Penanganan Struktural Potensi penanganan struktural mencakup kegiatan normalisasi, pembuatan waduk, dam pengendali, dam penahan, sumur resapan, dan biopori.

(3).

Potensi Penanganan Non-Struktural Potensi penanganan non-struktural meliputi Konservasi dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di DAS, pembelian lahan untuk memperluas lahan konservasi dan hutan koloni (Land Banking), penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat Peduli Lingkungan, pendampingan masyarakat dalam berperilaku pro konservasi lingkungan.

(4).

Potensi penanganan Sosial Budaya Potensi penanganan sosial budaya terutama adalah penanganganterhadap penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat Peduli Lingkungan termasuk di dalamya pendampingan masyarakat dalam berperilaku pro konservasi lingkungan.

2.5.3.2 Penanganan Krisis Air/Kekeringan Kekurangan air irigasi terutama terjadi pada bagian akhir jaringan irigasi. Potensi untuk mengurangi kekeringan adalah dengan memperbaiki distribusi air irigasi, meningkatkan efisiensi air irigasi, menindak tegas pengambilan air tidak berijin serta meningkatkan kesadaran dan kepatuhan petani terhadap jadwal tanam yang telah ditentukan. 2.5.3.3 Penanganan Kerusakan Pantai Potensi perlindungan secara vegetatif dilakukan dengan mempertahankan hutan bakau dan penanaman kembali tanaman bakau untuk perlindungan pantai. Sedangkan secara struktur dapat dibangun konstruksi perlindungan dan perkuatan pantai antara lain (1) bangunan pemecah gelombang, (2) turap, (3) bronjong, dan lain-lain. Jenis yang dipilih sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat, yaitu arah dan besarnya gelombang, karakteristik arus, jenis tanah setempat, kelandaian

halaman

71

pantai, serta peruntukan dari pantai tersebut. Untuk mendapatkan rencana struktural yang tepat harus dilakukan studi rinci pada masing-masing lokasi. 2.5.3.4 Penanganan Bencana Tsunami Kejadian tsunami tidak dapat dicegah, dan sulit diperkirakan kapan akan terjadinya, maupun seberapa tingkat kedahsyatannya. Sebagai antisipasi untuk mengurangi korban, kerusakan dan kerugian masyarakat akibat tsunami, perlu dibuat pemetaan daerah rawan tsunami, serta sosialisasi kesiagaan terhadap bahaya tsunami, sehingga masyarakat dapat mengetahui tingkat risiko dan jalur evakuasi pada daerah tersebut. Untuk meredam kecepatan arus tsunami, secara vegetatif perlu dipertahankan keberadaan hutan bakau sepanjang pantainya, Secara teknis sipil perlu dibuat peraturan/pengaturan bangunan yang aman, dan pembuatan jalur evakuasi ke arah tempat pengungsian di daerah yang aman, serta sistem peringatan dini saat kejadian gempa yang dapat memicu tsunami. 2.5.3.5 Penanganan Bencana Longsor Sebagai upaya vegetatif, lokasi ini masih dapat dibudidayakan untuk pertanian lahan kering, penghijauan dengan jenis pepohonan yang menghasilkan dengan akarnya yang dapat memperkuat ketahanan terhadap longsoran, atau penutupan permukaan lereng terbuka dengan rumput. Penebangan pohon pada lokasi ini harus dihindari. Sebagai upaya teknis sipil, longsor dapat ditanggulangi dengan: a. Pembuatan parit drainase untuk mengurangi resapan air dan penggerusan lereng, b. Perkuatan lereng dengan penutup permukaan lereng dengan lapisan beton atau pasangan batu kali, dan c. Pembuatan teras bangku. Sebagai upaya non-fisik adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang lokasi potensi daerah longsor dan pembatasan bangunan di sekitar daerah rawan longsor.

halaman

72

2.5.4 Potensi Sistem Informasi Sumber Daya Air 2.5.4.1 Integrasi Sistem Informasi Agar pengelolaan sumber daya air optimal diperlukan integrasi sistem informasi sumber daya air yang menyangkut database hidrologi yang meliputi curah hujan, kondisi aliran, kandungan sedimen, tingi muka air dan aliran pada kondisi ekstrem seperi banjir dan kekeringan, basis data hidrometeorologi serta basis data dan informasi mengenai potensi air tanah dan kondisi aquifer. Pengembangan database hidrologi perlu ditingkatkan menjadi real time pada lokasi terpilih yang berpengaruh signifikan dalam pengelolaan sumber daya air dengan menambah jaringan peralatan otomatis seperti AWLL maupun ARL. Pengembangan jaringan sistem informasi geohidrologi pada tiap cekungan air tanah agar dapat diintegrasikan dengan informasi hidrologi air permukaan. Basis data hidrologi dan geohidrologi akan memudahkan dalam perencanaan pendayagunaan pada tiap water district. Sedangkan informasi sumber daya air melalui sistem yang akan dibangun dapat memberikan peringatan tentang kekeringan maupun banjir dan kecenderungannya. Sistem informasi sumber daya air yang berpotensi dikembangkan meliputi teknologi dan tambahan peralatan, penyiapan sumber daya manusia pada ketiga unsur serta pengembangan kelembagaan pengelolaan sistem informasi sumber daya air yang terpadu. 2.5.4.2 Sistem Pendukung Keputusan - Ribasim Sistem Pendukung Keputusan atau DSS merupakan suatu alat bantu untuk mendukung kerangka kerja analisis sistem dalam menghasilkan informasi kuantitatif situasi keseimbangan air yang terkait dengan aspek ketersediaan dan kebutuhan air yang berada dalam suatu WS. Sistem analisa DSS yang pendekatannya tediri dari satu perangkat basis data dan Perangkat lunak ini terdiri atas: basis data (database); dan kumpulan model komputer yang konsisten beberapa model. Kunci dari model DSS tersebut adalah simulasi satuan WS, dimana dalam simulasi tersebut didasarkan pada distribusi air untuk berbagai kebutuhan, potensi air, dan skematisasi sistem tata air. Dalam studi ini alat bantu yang digunakan untuk
halaman

73

melakukan analisis sistem DSS adalah program RIBASIM yang dikembangkan oleh Delft Hydraulic (Deltares). 2.5.5 Potensi Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha 2.5.5.1 Kemitraan Desalinasi (PT Jaya Ancol) Sebagai mana diketahui bahwa penurunan tanah di Jakarta sangat tinggi, dari hasil pengamatan oleh Tim Geodesi ITB, di lokasi Muara Baru penurunan tanah 26 cm/tahun dan di Kawasan Berikat Nusantara 18 cm/tahun. Kondisi ini sangat mengkawatirkan, sehingga laju penurunan tanah di Jakarta ini harus dihentikan atau dikurangi, dengan cara penghentian atau pengurangan penggunaan air tanah dalam untuk industri. Kekurangan air harus diganti dengan penyediaan air bersih yang berasal dari air permukaan. Karena air PDAM tidak cukup sementara kebutuhan tidak bisa dikurangi, maka harus ada upaya lain. Salah satu potensinya adalah dengan menggunakan air laut yang diolah menjadi air bersih. Instansi yang sudah memproduksinya adalah PT Jaya Ancol yang mengolah air laut dengan teknologi desalinasi. Produksi yang telah dihasilkan 5.000 m3/hari. Ternyata harga produksi sebesar Rp 9.000/m3, masih lebih murah dari pada tarif air PDAM untuk komersial yakni Rp 125.000/m3 sehingga proses ini cukup menguntungkan. Teknologi desalinasi, pengolahan air laut untuk air minum dapat menjadi model solusi untuk menghentikan pengambilan air tanah dalam di Jakarta. Teknologi desalinasi ini bisa dipakai sebagai model oleh industri lain yang kekurangan air baku yang berlokasi di dekat pantai. Upaya pengembangan teknologi ini masih terkendala dengan adanya perjanjian kerjasama internasional antara Pemerintah DKI Jakarta dengan Perusahaan Air Minum yang saat ini dikuasai modal asing, yaitu apabila ada pengembangan baru air minum diperlukan adanya ijin dari perusahaan air minum asing tersebut. Monopoli ini sangat tidak sehat. Pemerintah DKI Jakarta perlu meninjau kembali perjanjian tersebut. 2.5.5.2 Air Baku kota Cilegon (PT Krakatau Tirta Industri, Kawasan Industri Krakatau, Cilegon) Peningkatan kebutuhan air bersih yang cukup besar untuk kawasan industri dan Kota Cilegon memerlukan tambahan air baku dari sungai Cidanau.
halaman

74

Potensi penyediaan air baku yang dapat dikembangkan adalah dengan membangun Bendungan Cidanau, membangun saluran pipa baru CidanauKrenceng, serta peningkatan kapasitas tampung Waduk Krenceng. Pembangunan tersebut membutuhkan dana yang sangat besar. PT KTI mungkin terlalu berat untuk membiayai seluruh investasi baru tersebut secara mandiri. Untuk itu perlu adanya kerjasama antara Pemerintah (Kementerian PU/Direktorat Jenderal Sumber Daya Air) dengan PT KTI atau perusahaan swasta lainya untuk pembangunan prasarana tersebut. Pembangunan atau peningkatan instalasi penjernihan dan jaringan distribusi air bersihnya dapat dilaksanakan oleh PT KTI atau perusahaan swasta lain, bekerjasama dengan PDAM Kota Cilegon. 2.5.5.3 Pemangku Kepentingan dan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Untuk melaksanakan koordinasi pengelolaan sumber daya air pada WS lintas provinsi dibentuk TKPSDA WS lintas provinsi sesuai dengan intensitas kebutuhan pengelolaan sumber daya air. TKPSDA WS 6 Ci telah terbentuk melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 594/KPTS/M/2010. TKPSDA WS 6 Ci mempunyai tugas membantu Menteri Pekerjaan Umum dalam koordinasi pengelolaan sumber daya air pengelolaan sumber daya air Anggota forum koordinasi pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci tersebut tercantum dalam Tabel 2.12 dibawah ini:
Tabel 2.12. Pemangku Kepentingan dan Anggota Wadah Koordinasi TKPSDA WS 6 Ci 1. Wakil dari Provinsi Jawa Barat 5 orang 2. Wakil dari Provinsi DKI Jakarta 5 orang 3. Wakil dari Provinsi Banten 5 orang 4. Wakil dari Kabupaten/Kota 28 orang 5. Wakil dari Balai Besar dan PJT 2 4 orang 6. Wakil dari Dit BPSDA/BP 1 orang + Jumlah anggota dari Pemerintah 48 orang Jumlah anggota dari Non Pemerintah 48 orang + Total 96 orang
Sumber: Hasil Analisis 2010

2.5.5.4 BLU dan IJL Potensi lain yang dapat dikembangkan adalah dengan membentuk suatu mekanisme IJL yang bertujuan untuk mengelola dana dari masyarakat penerima manfaat jasa lingkungan (masyarakat hilir) sebagai insentif untuk
halaman

75

masyakat

hulu

yang

telah

melaksanakan

kegiatan

dan

memelihara

lingkungan. Kemungkinan pengelolaan IJL dapat dilakukan melalui BLU. Suatu contoh kasus yang sudah berjalan adalah kegiatan IJL di DAS Cidanau yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC)3 sejak tahun 2002. Pembayaran jasa lingkungan merupakan salah satu strategi untuk mengatur ekosistem alami dan sistem pertanian di hulu yang dirancang agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat hulu sehingga dapat mengendalikan/mengatasi penebangan hutan. Implementasi jasa lingkungan ini dirancang dalam kurun waktu 5 tahunan, yaitu tahap pertama tahun 2005-2009 dan tahap kedua tahun 2010-2014. PT Krakatau Tirta Industri, sebuah pemanfaat air Cidanau untuk pemenuhan air baku di Cilegon telah berpartisipasi membayar sebesar Rp. 250.000.000,per tahun4 sebagai jasa lingkungan kepada kelompok masyarakat hulu agar mereka berpartispasi menjaga kelestarian tegakan pohon kawasan hulu Cidanau. Diharapkan dengan adanya insentif dari pihak hilir kepada hulu maka terjalin keseimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang akan dapat dinikmati bersama-sama. 2.5.6 Potensi Penataan Ruang 2.5.6.1 Zonasi Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam menetapkan zonasi di kawasan WS 6 Ci diserasikan dengan aspek Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yaitu: Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Airdan Pengendalian Daya Rusak. Zonasi merupakan salah satu instrumen yang potensial dalam memadukan antara perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya air.

3 4

Sumber: Buku Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC), 2007. Tahun 2005-2006 : 175 juta/tahun Tahun 2007-2009 : 200 juta/tahun Tahun 2010 : 250 Juta/tahun
halaman

76

Dari perwujudan sistem jaringan sumber daya air di Pulau Jawa yang terkait dengan WS 6 Cis (mengacu pada RTR Pulau Jawa-Bali), indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem sumber daya air adalah: a. Pengelolaan WS lintas provinsi yaitu Cidanau-Ciujung-Cidurian-CisadaneCiliwung-Citarum (Prov.Banten-Prov.DKI Jakarta-ProvJawa Barat), meliputi DAS Cidanau, DAS Ciujung, DAS Cidurian, DAS Cisadane, DAS Ciliwung dan DAS Citarum. b. Pengembangan jaringan sumber daya air terdiri atas: 1) Jaringan Irigasi Nasional yaitu: DI Cisadane, DI Ciujung, DI Cipamingkis, DI Cidurian, DI Cipancuh, DI Cihea, DI Jatiluhur dan DI Selatan Jatiluhur. 2) Bendungan dan bendung meliputi: Bendungan Karian, Bendungan Sindangheula, Bendungan Pasirkopo, Bendungan Cilawang, Bendungan Tanjung, Bendungan Krenceng, Bendungan Genteng, Bendungan Ciawi, Bendungan Jatiluhur, Bendungan Cirata, Bendungan Saguling, serta bendung Cisadane, Bendung Pamarayan, Bendung Rancasumur. Sistem jaringan prasarana pada WS lintas Kabupaten/Kota dan WS dalam satu Kabupaten/Kota ditetapkan masing-masing melalui Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. 2.5.6.2 Java Spatial Model JSM merupakan model berbasis perubahan pemanfaatan ruang/ penggunaan lahan dengan basis data Pulau Jawa yang potensial dapat digunakan sebagai piranti perkiraan informasi proyeksi masa depan yang konsisten dari: Distribusi spasial dari populasi dan tenaga kerja pada tingkat desa; Perkembangan kawasan perkotaan/permukiman yang dibutuhkan untuk memperkirakan kebutuhan yang terkait kegiatan manusia; Perubahan penggunaan lahan akibat pertumbuhan kawasan perkotaan yang mengambil/menguasai kawasan utama lainnya seperti kawasan irigasi teknis/sawah dan sebagainya. Dalam aplikasinya, hasil JSM dipergunakan untuk proyeksi perkembangan sebaran penduduk masing-masing Kecamatan yang dipergunakan dalam Ribasim.

halaman

77

2.5.6.3 Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan Kebijakan pencegahan dan/atau pengendalian konversi lahan pertanian, terutama sawah beririgasi teknis, menjadi sangat mendesak. Instrumen utama dalam pengendalian pemanfaatan ruang untuk mencegah terjadinya konversi lahan sawah beririgasi teknis adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), baik RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota melalui mekanisme perijinan lokasi. Penurunan luas lahan sawah ini sangat merugikan investasi yang telah dilakukan Pemerintah untuk pembangunan irigasi. Pada awal tahun 1990-an Pemerintah mengeluarkan peraturan yang melarang konversi dari lahan beririgasi teknis ke penggunaan lainnya, kemudian pada tahun 2009 pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang kerugian Perlindungan terhadap Lahan Pertanian yang telah Pangan Berkelanjutan. pemerintah Hal ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produksi pangan dan menghindari investasi dilakukan selama bertahun-tahun.

halaman

78

3 BAB III ANALISIS DATA


3.1 Asumsi, Kriteria, dan Standar yang digunakan

3.1.1 Asumsi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan Pola memuat sekurang-kurangnya tiga (3) parameter utama, ditambah satu parameter tambahan untuk dipertimbangkan, yakni: (1) Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik) (2) Pertumbuhan ekonomi (3) Perubahan iklim (4) Pertumbuhan penduduk Uraian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: (1) Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik) Arah politik dapat memberi pengaruh signifikan pada pembangunan. Secara prinsip, telah diidentifikasi kebijakan berikut: Current Trend (CT): Kebijakan yang berorientasi pada masalah yang mendesak dan solusi jangka pendek, mengikuti kecenderungan saat ini dan melanjutkan pembangunan yang sudah berjalan. Good Governance (GG): Pelaksanaan secara proaktif dari kebijakan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan penegakan hukum dan dukungan pemangku kepentingan yang memadai.
Peraturan Menteri merupakan produk politik, dan Kementerian Pekerjaan Umum telah menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 44 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Menerapkan Prinsip-Prinsip Tatakelola Pemerintahan yang Baik dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sebagaimana dikutip dari Koesnadi Hardjasoemantri, tatakelola pemerintahan yang baik hanya bermakna jika didukung oleh lembaga negara yang menciptakan politik, ekonomi dan sosial, dan iklim yang stabil.

(2)

Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan variasi pada masa lalu, digunakan 3 (tiga) tingkat pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan ekonomi rendah, jika pertumbuhan ekonominya < 4,5%. tapi dengan kecenderungan stabil antara 5% dan 6% per tahun, sehingga dalam skenario ini

halaman

79

Pertumbuhan ekonomi sedang , jika pertumbuhan ekonominya 4,5% 6,5%. Pertumbuhan ekonomi tinggi, jika pertumbuhan ekonominya > 6,5%.

15

10

0 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010

-5 World Bank
50 years Merdeka, BPS

-10

-15

Sumber: http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG/countries/latest?display=default 1960-1994 diolah dari "Statistics 50 years Independent of Indonesia, 1995", BPS 1995-2010 National Income of Indonesia, Statistics Indonesia 2010, BPS

Gambar 3.1.Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

8%

7%

Pertumbuhan GDP

6%

5%

4%

3%

2%

GDP growth % A2

GDP growth % B1

GDP growth % JSM 2.1

1%

0% 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035 2035-2040 2040-2045 2045-2050

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.2. Pertumbuhan GDP Indonesia

(3)

Perubahan Iklim Skenario perubahan iklim (berdasarkan analisis dengan menggunakan GCM, yang diakui oleh IPCC yang didukung PBB, terbatas pada perubahan curah hujan rata-rata 0,3 mm/hari (tahun 2030. Taksiran dari perubahan rata-rata
halaman

80

curah hujan tidak pasti, yaitu dinyatakan sebagai peningkatan atau penurunan. Sehingga untuk 2030 angka tersebut mungkin sebagai +0,3 mm/hari (pada musim penghujan) atau -0,3 mm/hari (pada musim kemarau). Dengan menggunakan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 3.000 mm/tahun pada WS 6 Ci (2.000 mm/tahun pada dataran pesisir dan 4.000 mm/tahun pada kawasan pegunungan), perubahan curah hujan ditaksir pada kisaran 3% pada tahun 2030. Untuk menyusun Skenario dan Strategi untuk perubahan iklim digunakan asumsi berikut: Tahun 2030
Rata-rata perubahan curah hujan (mm/hari): 0,3 Rata-rata perubahan curah hujan (persentase dari 3000/tahun): 3% Pengurangan air larian (run-off) sungai (%) 3% Peningkatan aliran banjir (%) 3% Dalam keseimbangan dan eksperimen numerik tanggap transien dengan GCM, perubahan curah hujan diproyeksikan meningkat (< 0.5 mm/hari) pada waktu CO2 menjadi dua kali lipat selama musim basah di seluruh daerah tersebut.

(4)

Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk di Jawa saat ini (termasuk transmigrasi dan masuknya penduduk dari pulaupulau lain) sekitar 1% per tahun, dan menggunakannya sebagai basis pertumbuhan penduduk dalam skenario.
1,60% 1,40% 1,20% 1,00% 0,80% 0,60% 0,40% 0,20% 0,00%

Sensus 2010 Bappenas 2004 BPS (Proyeksi 2005-2015)


Usulan dalam JSM

SRES A2 SRES B1

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.3. Pertumbuhan Penduduk Indonesia

halaman

81

Dampak nyata pertumbuhan penduduk terhadap pengelolaan sumber daya air tidak terlalu banyak, tapi dampaknya lebih terasa pada cara orang memilih tempat tinggal sehingga menyebabkan pertumbuhan perkotaan. Oleh karena itu kuantifikasi dan lokasi pertumbuhan kota merupakan salah satu alat analisis dari intervensi yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci. Kecenderungan dalam pemukiman penduduk yang tumbuh dapat

disimulasikan, dan faktor yang terkait dimasukkan dalam JSM. Untuk masingmasing desa di Jawa nilai tertentu daya tarik telah ditaksir, dan didasarkan pada peramalan yang dapat dilakukan (dikalibrasi untuk periode 1990 2000 dan diverifikasi untuk 2000 2010) terhadap perubahan tata guna lahan, pertumbuhan kota, dan pengurangan sawah, hutan, dan penggunaan lainnya. Dengan memanipulasi nilai tersebut (seperti zona terbatas untuk pemukiman atau yang didorong menjadi pemukiman pada daerah tertentu) pembangunan dapat berpengaruh positif terhadap pengelolaan sumber daya air. 3.1.2 Kriteria Kriteria yang digunakan dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci diuraikan sebagai berikut:. 1) Kinerja DAS

Tabel 3.1. Kriteria Kinerja DAS No. 1 2 3 Parameter % Luas Tutupan Lahan Vegetatif Permanen thd Luas DAS Erosi dan Sedimentasi Sedimentasi Sungai Kategori/Kriteria DAS Jelek < 30 % Besar SDR > 75% Besar Jml sedimen > 10 ton/ha/Th Besar KRS>120 Sedang 30 75 % Sedang/Normal SDR 50-75% Sedang Jml sedimen 5-10 ton/ha/Th Sedang/Normal KRS 50-120 Baik > 75 % Kecil SDR < 50% Kecil Jml sedimen < 5 ton/ha/Th Kecil KRS<50

Qmax/Qmin

Catatan: SDR = Sediment Delivery Ratio = Rasio Sedimentasi/Erosi lahan KRS = Koefisien Rejim Sungai = Qmax/Qmin Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum - Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS

halaman

82

Koefisien Rejim Sungai, Koefisien Ragam, dan Koefisien Limpasan Untuk menentukan kinerja DAS, parameter hidrologi yang dihitung adalah (a) Koefisien rejim sungai (KRS), (b) Koefisien ragam aliran sungai (KR), dan (c) Koefisien limpasan (C).
KRS = Debit max Debit min KR = Standar deviasi Nilai Rerata C= Jumlah runoff (mm/tahun) Jumlah hujan (mm/tahun)

Kriteria yang digunakan adalah kriteria dan indikator kinerja DAS menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS, seperti pada Tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2. Kriteria Keragaan DAS Parameter KRS Nilai <50 50-120 >120 Kondisi Baik Sedang Jelek
Sumber: Hasil Analisis 2010

KR <0.1% Baik >0.1% Jelek <0,25 Baik

C 0,250,50 Sedang

>0,50 Jelek

Pendugaan erosi lahan dilakukan dengan menggunakan Metoda USLE (Universal Soil Loss Equation): A = R K LS CP dimana
A: dugaan erosi lahan ton/ha/th, R: Indeks erosivitas hujan (Bols, 1978), K: Faktor erodibilitas tanah, LS: Faktor lereng dan panjang lereng (Wood and Dent), CP: faktor tingkat pengelolaan tanaman dan usaha tani).

Tingkat pengelolaan akan mempengaruhi nilai CP. Tingkatan pengelolaan dibuat jadi 3 pilihan yakni (1) pengelolaan jelek (bad management), (2) pengelolaan baik, (good management), dan (3) pengelolaan baik Agroforestry di kawasan non-hutan berlereng >40%. Data tutupan lahan didapat dari Kementerian Lingkungan Hidup (2009). Beberapa tingkatan pengelolaan pada tindakan kultur teknis dan mekanis dinyatakan seperti pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4

halaman

83

Tabel 3.3. Tingkatan pengelolaan kultur teknis Kode Tingkatan Contoh kultur teknis praktek 1 Sangat Tak menggunakan mulsa, sisa tanaman dibuang. Tak rendah (Jelek) menggunakan pupuk kandang, kompos, atau pupuk anorganik, Tak ada rotasi tanaman, pada periode bera tanah dibiarkan tidak ditanami. Tanaman semusim mono-cropping. Produksi biomas per satuan luas rendah. Tak ada siklus hara, tak ada keragaman tanaman 3 Sedang Mulsa 0.5-1.0 t/ha/th. Menggunakan pupuk kandang dari (moderate) peternakan lokal atau kompos rumah tangga. Pupuk anorganik seadanya. Rotasi tanaman semusim. Kebun campuran, tanaman sela kerapatan tinggi, tanaman tahunan dengan tanaman sela di bawahnya. Penutupan lahan 40-60%. Produksi biomass medium. Keragaman jenis tanaman sedang. Sirkulasi hara sedang 5 Sangat tinggi Mulsa 3-6 t/ha/th, jika perlu pupuk kandang didatangkan dari (Baik) luar. Pemakaian pupuk anorganik, kombinasi dengan kompos dan pupuk kandang untuk memaksimalkan produksi. Inter-cropping, intensitas tinggi atau poly-cropping. Rotasi dengan tanaman kacang-kacangan (legume) satu tahun dalam 3 tahun. Tutupan tanah >80%. Produksi biomass per luasan sangat tinggi, keragaman tanaman sedang-tinggi. Sirkulasi dan akumulasi hara intensif.
Sumber: Hamer, 1981

Tabel 3.4. Praktek pengelolaan mekanik Kode Tingkatan Contoh pengelolaaan mekanik praktek 6 Tak ada (Jelek) Hanya ada batas petakan saja 8 Sedang Lereng <5%: strip rumput permanen dengan standar sederhana, (moderate) rancangan sederhana gali-timbun pada graded atau kontur teras dengan fasilitas saluran pembuang minimal. Jika menggunakan mesin mekanisasi dilakukan tanam sejajar kontur. Lereng >5%: teras gulud sederhana, atau teras bangku standar rendah atau teras miring untuk tanaman pohon permanen (misalnya karet, pinus, dll) 10 Sangat tinggi Teras bangku dengan standar tinggi, miring ke arah dalam, (Baik) galengan stabil dilengkapi dengan Saluran Pembuang Air
Sumber: Hamer, 1981

halaman

84

2)

Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan Debit banjir

Tabel 3.5. Standar dan Kriteria Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan Debit Banjir Kriteria dan Indikator/Parameter Standar Pencemaran Baku mutu air: Sungai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Status Mutu Air: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air Ketersediaan Data seri waktu (time series) debit digunakan untuk mengetahui Air ketersediaan air. Parameter pemodelan Sacramento yang sudah dikalibrasi Permukaan dalam studi BTA 155 dapat dilihat dibawah ini. Paramater Pemodelan Rainfall Runoff untuk wilayah Jawa Barat bagian utara
Reservoir parameters UZTW UZFW LZTW LZFSW LZFPW Capacity (mm) 50 150 150 50 300 1 0 Initial Content (mm) 50 50 150 50 250 Depletion coefficient (1/day) 0,080 0,035 0,005

Percolation parameters ZPERC REXP

Distribution parameters PFREE 0,2 RSERV 0,95

Remaining parameter Crop=factor (non-irrigated areas): 0,85 Unit hydrograph component: 1,0 Remainder of parameters: 0

Debit banjir

Atas dasar: - Jakarta Flood Control Masterplan 1997: - Floodway : 1:100 tahun - Drainase perkotaan lainnya : 1:25 tahun - Drainase perkotaan setempat : 1:5 tahun - Drainase perdesaan: 1:5 tahun - JICA (Upper Citarum) menggunakan tingkat perlindungan 1:20 tahun, sedangkan Paket C menggunakan tingkat perlindungan 1:5 tahun.

Sumber: Peraturan-peraturan, BTA-155 dan Jakarta Flood Control Masterplan

3)

Kualitas Air

Kriteria pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001).
Tabel 3.6. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Storet No 1 2 3 4 Nilai Storet 0 -1 s/d -10 -11 s/d -30 -31 Kategori/Kelas A B C D Status Mutu Air Memenuhi baku mutu Cemar ringan Cemar sedang Cemar berat

Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Tabel 3.7. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Indeks Pencemaran (IP) No Nilai IP Kategori/Kelas Status Mutu Air 1 01 Memenuhi baku mutu 2 15 Cemar ringan 3 5 10 Cemar sedang 4 >10 Cemar berat
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

halaman

85

3.1.3 Standar 1) Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik dan Non-Domestik


Tabel 3.8. Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik
Kategori Kota Kota metropolitan Kota Besar Kota Kota Kota Kota Desa Sedang Kecil kecamatan Pusat Pertumbuhan/ Jumlah Penduduk > 1.000.000 500.0001.000.000 100.000-500.000 20.000-100.000 <20.000 3000 liter/kapita/hari 190 170 150 130 100 30 Sistem Non Standar Non Standar Non Standar Standar BNA Standar IKK Standar DPP

Catatan: Sumber:

Untuk kebutuhan air non-domestik berkisar antara 15% sampai 40% dari total kebutuhan domestik (kecuali Kota Cilegon = 75% dari kebutuhan domestik). Tingkat kehilangan di kisaran 25 30% Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum-Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1989

2)

Standar Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi a) Penetapan Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan
Tabel 3.9. Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan Tanaman Panjang dari periode pertumbuhan Panjang dari periode tidak termasuk persiapan lahan tanam (# langkah waktu termasuk masa panen (# langkah bulan) waktu bulan) Padi SMV 7 2 Padi LMV 9 2 Palawija 7 1 Tebu 23 1
Catatan : Sumber: SMV = Short Maturing Variety (Varietas berumur pendek/Unggul) LMV = Long Maturing Variety (Varietas berumur panjang/Non-Unggul) BTA-155 (1989)

b) Kebutuhan pra-jenuh sama dengan 200 mm untuk tanaman padi pertama (awal musim hujan) dan 150 mm untuk tanaman padi berikutnya. 3) Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Tambak Standar kebutuhan air tawar rata-rata (sesuai dengan SNI 19-6728.1-2002) adalah: Tambak sederhana Tambak semi intensif Tambak intensif : 0,8 L/det/ha : 3,9 L/det/ha : 5,9 L/det/ha

Dengan penggunaan air diperhitungkan dalam 1 tahun terdiri atas 2 musim maka, konsumsi air untuk tambak diperhitungkan 7 mm/hari.

halaman

86

4)

Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Flushing Kebutuhan flushing di WS 6 Ci dihitung dengan mengacu rumus pendekatan pada laporan studi BTA -155 (tahun 1989), sebagai berikut:

Qf = f.E.D.A/86.400. Cs
dimana:
Qf : f : drainase; E : D : A : Cs : kebutuhan air untuk flushing (m3/detik); faktor koreksi (%) retensi pollutant di fasilitas sanitasi dan saluran keluaran pollutant (gr BOD/capita/hari); kepadatan penduduk di catchment area (capita/km2); catchment area (km2); Baku mutu BOD (mg/l)

5)

Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Perikanan (tambak) Kebutuhan air untuk perikanan (tambak) yang digunakan dalam perhitungan DSS-Ribasim untuk WS 6 Ci sebagai berikut:

Tabel 3.10. Kategori Perikanan dan Persyaratan Flushing rate dan Salinitas
Jenis Tambak Intensif Semi-Intensif Tradisionil
Sumber: Hasil Analisis Ribasim

Flushing Rate (mm/hari) 13 7 0

Salinitas (mm/hari) 23 23 35

3.1.4 Analisis 3.1.4.1 Analisis Konservasi Sumber Daya Air 1) Analisis Konservasi DAS Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup pada masa sekarang dan akan datang. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan melalui: (a) pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air, (b) pengendalian pemanfaatan sumber air, (c). pemulihan air pada sumber air, (d) penataan prasarana dan sarana sanitasi, (e) perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air, (f) pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu, (g) penataan daerah sempadan sumber air, (h) rehabilitasi hutan dan lahan, (i) pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. Kerusakan DAS hulu tercermin dari bertambahnya persentase lahan kritis di suatu DAS. Penyebab utama kerusakan DAS hulu terdiri dari dua faktor utama, yakni pertama masalah kemiskinan akibat dari ketimpangan pembangunan antara Hulu-Hilir,

halaman

87

dan kedua masalah okupasi kawasan resapan menjadi kawasan pemukiman dan wisata. a. DAS Citarum Hulu (di stasion Nanjung) Koefisien Rejim Sungai (KRS) dari tahun 1974-2008 cenderung menaik dari 55105 (Sedang), Koefisien Ragam (KR) juga naik dari 0,79-0,90 (Jelek). Sedangkan nilai Koefisien Limpasan (C) relatif konstan pada nilai 0,66 - 0,67 (Jelek).

Sumber: BP DAS (diolah) 2010

Gambar 3.4. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Citarum Hulu

b. DAS Ciliwung Hulu Perubahan KRS, KR, dan C dari tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 3.5. Berdasarkan kriteria BP DAS, kondisi DAS Ciliwung hulu adalah: Angka KRS cenderung naik dari tahun 2002-2006 mulai dari 10-206 (Baik-Jelek). Nilai Koefisien limpasan (C) juga cenderung naik dari 0,40-0,54 (Sedang-Jelek). Nilai koefisien ragam (KR) naik tajam dari 0,5-1,2 (Jelek). Peningkatan nilai KRS mencerminkan bertambahnya debit maksimum dan menurunnya debit minimum. Hal ini sejalan dengan naiknya nilai C. Penurunan debit minimum menunjukkan berkurangnya aliran dasar (base flow) karena naiknya C dan berkurangnya fungsi resapan (recharge area) di DAS hulu.

Gambar 3.5. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Ciliwung Hulu (Katulampa)

Sumber: BP DAS (diolah) 2010

halaman

88

c. DAS Cidurian di stasion Cikande Pada periode tahun 1997-2008, nilai KRS rerata 282 bervariasi dari 39-601 (baikjelek), nilai KR rerata 1,40 bervariasi dari 0,7-1,7 (jelek-jelek), nilai C rerata 0,54 bervariasi dari 0,37-0,75 (sedang-jelek).

Sumber: BP DAS (diolah) 2010

Gambar 3.6. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Cidurian-Cikande

Peningkatan frekuensi banjir pada sungai tersebut di atas terjadi akibat adanya perubahan koefisien rejim sungai, koefisien ragam dan koefisien limpasan. Perubahan areal setiap tingkatan erosi pada ke 3 (tiga) kondisi pengelolaan tersebut digambarkan seperti pada Gambar 3.7. Areal dengan erosi berat-sangat berat (>180 ton/ha/thn) akan menurun dengan adanya perbaikan pengelolaan. Perubahan luas areal dengan tingkat erosi berat-sangat berat (>180 ton/ha/thn) dan total erosinya dinyatakan pada Tabel 3.11. Jika dilakukan pengelolaan baik, maka total erosi akan turun menjadi 16,3% dari kondisi pengelolaan jelek, jika pengelolaan baik + wana-tani lereng >40% non-hutan total erosi turun menjadi 10,7%.

Gambar 3.7. Perubahan perentase areal setiap tingkatan erosi pada tiga kondisi pengelolaan di WS 6 Ci

Sumber: BP DAS (diolah) 2010

halaman

89

Tabel 3.11. Perubahan luas dan total erosi untuk tingkat erosi berat-sangat berat
Luas dan Total erosi Areal Erosi Berat Sangat Berat (ha) Total erosi (juta ton/thn) % erosi dari kondisi jelek
Sumber: BP DAS (diolah) 2010

Pengelolaan Jelek 390.216 152,1 100%

Pengelolaan Baik 68.646 24,7 16,3%

Pengelolaan Baik+Wana-tani lereng >40% non-hutan 46.061 16,3 10,7%

halaman

90

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.8. Tingkatan erosi (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan jelek di WS 6 Ci

halaman

91

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.9. Tingkatan erosi berat (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan baik di WS 6 Ci

halaman

92

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.10. Peta Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) di WS 6 Ci

halaman

93

2)

Simulasi Sedimentasi di Waduk Saguling Waduk Saguling yang beroperasi pada sejak tahun 1986 dirancang dengan volume dead storage 257,8 juta m3 pada elevasi air +623 m dpl, spilling volume 886,9 juta m3, spillage level +643 m dpl. Dengan laju sedimentasi dugaan awal sebesar 1,5 juta m3/tahun maka umur dead storage sekitar 183 tahun, dan reservoir half lif e sekitar 294 tahun5. Pengukuran volume waduk dari data tahun 1986 dan tahun 2004 dengan metoda bathymetri memperlihatkan angka laju sedimentasi di Saguling terjadi sebesar 8,2 juta m3/tahun, sehingga dugaan umur dead storage akan menjadi 34 tahun (beroperasi 1986-2020).

Gambar 3.11. Hasil Simulasi Sedimentasi Daerah Tangkapan Air Saguling

Sumber: Hasil Analisis 2010

Untuk mengembalikan tingkat sedimentasi 1,5 juta m3/tahun, maka dengan asumsi SDR 10%, tingkat erosi lahan maksimal sekitar 15 juta m3/tahun (18 juta ton/tahun6), dicoba simulasi besarnya erosi lahan di daerah tangkapan waduk Saguling pada kondisi 3 tingkatan pengelolaan. Hasil simulasi (Gambar 3.12) menunjukkan bahwa pada kondisi pengelolaan jelek, baik, dan baik +agroforestry pada lahan non-hutan lereng >40%, total erosi lahan berturutan sekitar 62,9 juta ton/tahun (52,3 juta m3/tahun), 16,9 juta ton/tahun (14,1 juta m3/tahun, dan 13,2 juta ton/tahun (11,0 juta m3/tahun). Dengan cara pengelolaan baik tanpa harus melaksanakan agro-forestry pada lahan nonhutan lereng >40%, memperlihatkan erosi lahan kurang dari18 juta ton/tahun sehingga sedimentasi di Saguling kembali pada kondisi awal (1,4 juta m3/tahun). Dengan tambahan pelaksanaan agro-forestry pada lahan non-hutan lereng >40%, akan menghasilkan sedimentasi yang lebih kecil lagi sekitar 1,1 juta m3/tahun.

5 6

Sumber: Cisadane-Cimanuk Integrated Water Resources Development (BTA-155), Sept 1989 Volume IX: Erosion Berat jenis sedimen 1,2 ton/m3
halaman

94

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.12. Peta Potensi Erosi di Wilayah Hulu Waduk Saguling dengan Pengelolaan Jelek

halaman

95

3)

Analisis Konservasi Kualitas Air Evaluasi kadar logam berat pada tiga waduk yang berada di sungai Citarum dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan air waduk tersebut bila digunakan sebagai air baku air minum. Keberadaan logam berat di dalam air baku sangat penting diketahui karena selain berbahaya bagi kesehatan juga pengolahannya sulit dilakukan bila kandungannya melebihi batas ambang yang diperkenankan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh masing-masing operator waduk, yaitu PT Indonesia Power (Saguling), PT Pembangkit Jawa Bali (Cirata) dan PJT II (Jatiluhur) menunjukkan bahwa kadar logam di ke tiga waduk tersebut telah melebihi ambang batas kelas peruntukan air baku air minum (Kelas I /Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001) sehingga air pada ke tiga waduk tersebut tidak layak digunakan sebagai sumber air baku air minum. Parameter logam berat yang menjadi pembatas adalah golongan besi, raksa, nikel, tembaga, seng, krom (IV), kadmium, timbal, arsen, selenium, boron, dan mangan (Tabel 3.12). Data hasil pengamatan kadar logam berat menunjukkan fluktuasi dengan kecenderungan (trend) meningkat dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Fluktuasi dan trend kadar logam berat pembatas disajikan pada Gambar 3.13. Sumber pencemar utama adalah limbah berasal dari industri yang berada di Nanjung dan sekitarnya serta industri yang berada di sekitar kota Bandung. Kecenderungan kadar logam berat yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi adanya peningkatan buangan limbah industri di hulu waduk dan tanpa adanya pengolahan yang memadahi sehingga berdampak pada tingginya kandungan logam berat di waduk Saguling.

a. Waduk Saguling

Tabel 3.12. Kualitas logam berat di titik pengamatan Nanjung - inlet waduk Saguling (2000-2010)
No 1 2 3 4 5 Parameter Satuan 2000 max Level 2001 2003 2004 2005 2006 3,46 0,24 0,05 0,06 0,291 0 0,0005 0,07 0,0027 0,006 0,27 0,7 2008 2,5238 0,42 0 0,0009 0,0149 0 2009 2010 BM kelas 1* 0,3 1 0,002 0,002 0,05 0,05 0,01 0,03 0,05 0,01 1 0,1

Besi (Fe) mg/l 0,98 0,98 2,8 5,6 5,75 Raksa (Hg) ppb 0,005 0,005 0,42 0,98 0,19 Nikel (Ni) mg/l 0 0,000 0 0 0 Tembaga (Cu) mg/l 0,011 0,011 0,06 0,02 0,01 Seng (Zn) mg/l 0,021 0,021 0,098 0,06 0,002 Krom hexavalen 6 mg/l 0,006 0,006 0 0 0 (iV) 7 Kadmium (Cd) mg/l 0,005 0,008 0,006 0,007 0,006 8 Timbal (Pb) mg/l 0 0,000 0,04 0,023 0 9 Arsen (As) mg/l 0,01 0,010 0,09 0,01 0,04 10 Selenium (Se) mg/l 0,006 0,006 0,098 0,007 0,006 11 Boron (B) mg/l 0,01 0,010 0,1 0,067 0,07 12 Mangan (Mn) mg/l 0,3 0,300 0,84 0,53 0,2 BM: Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001; #: Standar WHO 1993 Sumber: PT Indonesia Power, Saguling

5,733 2,9938 0.4 0,14 0 0 0,092 0,1049 0,156 0,814 0 0 0,0059 0,0312 0,0047 0 0 0,054

0,0009 0 0 0,035 0,0012 0,011 0 0,002 0,069 0,055 0,5953 1,1918

halaman

96

Catatan: : memenuhi baku mutu : melebihi baku mutu

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.13. Fluktuasi kadar dan trend logam berat di titik Nanjung (Inlet waduk Saguling)

b. Waduk Cirata Evaluasi kadar logam berat di waduk Cirata dilakukan di titik pengamatan nomor 6, muara Sungai Citarum di Waduk Cirata (Inlet waduk) dari data 2007-2010 (Tabel 3.13). Berdasarkan data maksimum yang terjadi pada sepanjang waktu pengamatan tiap tahun oleh PT PJB menunjukkan bahwa terdapat 6 parameter logam berat di antara 12 parameter logam berat yang dianalisa telah melebihi baku mutu kelas I, yaitu besi, nikel, tembaga, seng, timbal, raksa dan kadmium. Hasil analisa menunjukkan data fluktuatif dengan trend yang berbeda di antara masingmasing parameter pembatas (Gambar 3.14). Besi dan tembaga menunjukkan data yang fluktuatif dengan kecenderungan yang meningkat. Sebaliknya, nikel, seng, timbal dan kadmium menunjukkan trend yang menurun. Raksa terindikasi

halaman

97

melebihi baku mutu kelas I sebesar dua kali lipat (2,09 ppb) hanya pada waktu pengamatan tahun 2007, namun pada tahun berikutnya nilainya memenuhi baku mutu kelas I dan menunjukkan trend yang menurun tajam.
Tabel 3.13. Kadar logam berat di titik 6 muara Sungai Citarum di waduk Cirata (20072010)
No. Parameter Satuan mg/l ppb mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 2007 0,561 2,09 0,0422 0,0163 0,1359 0 0,0306 0,0195 0,0014 0,005 0,057 0,377 2008 1,575 0,337 0 0,079 0,09 0 0,0232 0,2649 0,0022 0,009 0,075 0,371 2009 0,644 0,24 0,01 0,064 0,264 0 0,013 0,096 0,002 0,007 0,059 0,301 2010 1,534 0,14 0,03 0,104 0,021 0 0 0,016 0,001 0,001 0,054 0,336 BM Kls I 0,3 1 0,02 0,02 0,05 0,05 0,01 0,03 0,05 0,01 1 0,1 1 Besi (Fe) 2 Raksa (Hg) 3 Nikel (Ni) 4 Tembaga (Cu) 5 Seng (Zn) 6 Krom hexavalen (iV) 7 Kadmium (Cd) 8 Timbal (Pb) 9 Arsen (As) 10 Selenium (Se) 11 Boron (B) 12 Mangan (Mn) BM: Baku Mutu Kelas I PP nomor 82 Tahun 2001 Sumber : PT Pembangkit Jawa Bali, Cirata;

Catatan: : memenuhi baku mutu : melebihi baku mutu


Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.14. Fluktuasi dan trend kadar logam berat di waduk Cirata (titik 6)
halaman

98

c. Waduk Jatiluhur Evaluasi kadar logam berat di waduk Jatiluhur dilakukan berdasarkan 2 (dua) kelompok data maksimum terpilih dari hasil monitoring tahun 2002-2008 dan 2009-2010. Pengelompokan ini dikarenakan adanya perubahan/penambahan lokasi sampling, khususnya di waduk sebanyak 11 (sebelas) lokasi sejak tahun 2009. Evaluasi data 2002-2008 (Tabel 3.14) merupakan hasil monitoring kualitas air di titik pengambilan sampel inlet dan outlet waduk. Sedang tahun 2009-2010 (Tabel 3.15) evaluasi dilakukan berdasarkan data sampling di waduk.
Tabel 3.14. Kadar besi dan mangan di inlet dan outlet waduk Jatiluhur (2002 2008) No. Tahun Inlet Outlet BM Kls I Besi (mg/l) 1 2002 0,33 0,36 0,3 2 2003 0,49 0,53 0,3 3 2004 0,35 0,3 0,3 4 2005 1,23 1,05 0,3 5 2006 1,89 0,43 0,3 6 2007 0,5 1,77 0,3 7 2008 0,92 3,33 0,3 Mangan (mg/l) 1 2002 0,08 0,12 0,1 2 2003 0,08 0,13 0,1 3 2004 0,05 0,08 0,1 4 2005 0,14 0,3 0,1 5 2006 0,27 0,23 0,1 6 2007 0,38 0,41 0,1 7 2008 0,22 0,27 0,1
Sumber: Perum Jasa Tirta II, Jatiluhur; Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001

Tabel 3.15. Kadar logam berat (besi, mangan dan seng) di waduk Jatiluhur (2009-2010) No. Parameter Unit 2009 2010 BM Kls I 1 Besi (Fe) mg/l 0,78 4,56 0,3 2 Mangan (Mn) mg/l 0,25 0,34 0,1 3 Seng (Zn) mg/l 0,52 0,04 0,05
Sumber: Perum Jasa Tirta II, Jatiluhur; Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001

Secara umum, hasil pengamatan data kadar logam berat di waduk Jatiluhur menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran oleh besi (Fe), Mangan (Mn) dan Seng (Zn). Data tahun 2002-2008 menunjukkan bahwa hanya parameter mangan dan besi di inlet maupun outlet waduk Jatiluhur telah melampaui baku mutu kelas I. Kadar besi maupun mangan berfluktuasi dan mengindikasikan kecenderungan yang meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (Gambar 3.15). Kadar besi di outlet cenderung lebih tinggi dan memiliki kecenderungan meningkat yang lebih tinggi dibanding dengan di inlet. Sedang kadar mangan di outlet juga menunjukkan indikasi yang sama yaitu lebih tinggi dibanding di inlet dengan kecenderungan meningkat yang lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan akibat adanya pembuangan
halaman

99

limbah industri yang mengandung logam berat dari inlet waduk lain, yaitu beberapa anak sungai Citarum yang masuk ke waduk Jatiluhur. Dari data monitoring masing-masing waduk, yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur menunjukkan bahwa air waduk telah tercemari logam berat dimana kadar logam berat telah melebihi baku mutu kelas I (PP Nomor 82 Tahun 2001) sehingga dapat disimpulkan bahwa air waduk tidak layak untuk memenuhi kebutuhan air baku air minum, kecuali dilaksanakan pengolahan dengan biaya operasional yang relatif mahal.

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.15. Fluktuasi Kadar besi dan mangan di waduk Jatiluhur (2002-2008)

3.1.4.2 Analisis Pendayagunaan Sumber Daya Air 1) Analisis Kebutuhan Air Dengan menggunakan asumsi kebutuhan air bersih per kapita dan peningkatan standar hidup masyarakat, serta mempertimbangkan akan perkembangan sektor jasa dan industri, maka diperkirakan pada 20 tahun mendatang kebutuhan air bersih akan meningkat lebih 50%. Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data jumlah penduduk (Podes tahun 2008 dan proyeksi tahun 2030), dan besaran kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, perkotaan dan Industri (RKI) berdasarkan standar Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Pekerjaan Umum - Dirjen Cipta Karya, 1998, maka diperoleh angka kebutuhan air untuk keperluan RKI di WS 6 Ci sebagaimana disajikan pada Tabel 3.16.

a. Kebutuhan Air untuk RKI (Rumah Tangga, Perkotaan, Industri dan Pariwisata)

halaman

100

Tabel 3.16. Kebutuhan Air RKI di WS 6 Ci (termasuk kebutuhan untuk pariwisata)


Kebutuhan air untuk RKI Wilayah m3/det 3 Ci 2 Ci 1 Ci Total 10,485 73,029 39,909 123.423 2010 Juta m3 /thn 333,12 2.303,14 1.258,67 3.894,93 m3/det 15,83 91,42 47,39 154,64 2030 Juta m3/thn 499,21 2.883,19 1.494,67 4.877,07 4.645.688 27.549.884 15.970.294 48.165.866 7.164.502 34.615.024 20.548.794 62.328.320 Jumlah Penduduk*) 2010 2030

Sumber: *) Hasil pengolahan data Podes 2008

b. Kebutuhan Air untuk Irigasi Kebutuhan air untuk irigasi dan pertanian di WS 6 Ci saat ini merupakan kebutuhan yang paling dominan jika dibandingkan dengan kebutuhan air untuk keperluan lainnya misalnya untuk Rumah Tangga, Perkotaan, Industri (RKI) dan tambak. Pada masa akan datang kondisi ini akan terus berlangsung, walaupun terjadi penurunan luas lahan sawah. Dalam kurun 1989-2010 lahan sawah di WS 6 Ci menunjukkan penyusutan luas sebesar 135.066 ha atau sekitar 6.432 ha per-tahun. Penyusutan lahan ini terutama terjadi dari lahan sawah beririgasi Teknis, yaitu seluas kurang lebih 100 ribu ha, sedangkan dari lahan sawah beririgasi semi-teknis (termasuk sawah irigasi sederhana) seluas kurang lebih 35 ribu ha. Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data luasan sawah yang ada (2010) dan proyeksi untuk tahun 2030, maka diperoleh angka kebutuhan air untuk irigasi di WS 6 Ci seperti disajikan pada Gambar 3.16 dan Tabel 3.17.

Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010

Gambar 3.16. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci

halaman

101

Tabel 3.17. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci


Luas sawah Irigasi Wilayah 3 Ci 2 Ci 1 Ci Total 2010 (ha) 45.714 99.355 348.704 493.773 2030 (ha) 33.311 49.525 268.803 351.639 m3/dt 15,99 37,44 164,12 217,54 Kebutuhan Air untuk Irigasi 2010 2030 juta m3/th 504,09 1.180,76 5.175,51 6.860,37 m3/dt 11,59 18,41 124,69 154,68 juta m3/th 365,28 580,62 3.932,17 4.878,07

Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010

c. Kebutuhan Air untuk Pemeliharaan Sungai/Penggelontoran Berdasarkan rumus yang tertera di sub-bab 3.1.2 (Kriteria) diperoleh kebutuhan air untuk keperluan penggelontoran setiap tahunnya (pemeliharaan sungai di WS 6 Ci) sebesar kurang lebih 78 m3/detik.
Tabel 3.18. Kebutuhan Air untuk Penggelontoran
Wilayah Penggelontoran 2010

m3/s

3 Ci 2 Ci 1 Ci

9.81 33.02 35.59

Total WS 6 Ci 78.42 Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010

d. Kebutuhan Air untuk Ketenagaan Pemanfaatan sumber air untuk mendukung ketenagaan telah memanfaatkan 3 waduk di 1 Ci (Waduk Cirata, Saguling dan Djuanda) melalui PLTA. Untuk menambah ketenagaan dapat dilakukan melalui studi identifikasi pada waduk baik di waduk Karian (3 Ci) yang direncanakan pembangunannya dan beberapa waduk berpotensi di 2 Ci dan 1 Ci dengan pengembangan mikro-hidro. e. Kebutuhan Air untuk Perikanan Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data luasan tambak yang ada (2010) dan proyeksi untuk tahun 2030, maka diperoleh angka kebutuhan air untuk perikanan (tambak) di WS 6 Ci pada Tabel 3.19 dan Gambar 3.17.
Tabel 3.19. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci Luas Tambak (Ha) Kebutuhan Air untuk Tambak Wilayah 2010 2030 2010 2030 m3/dt Juta m3/th m3/dt juta m3/th 3Ci 5.463 6.009 3 90 3 99 2Ci 5.386 5.925 3 105 4 116 1 Ci 39.292 43.221 22 701 24 771 Total 50.141 55.155 28 896 31 986
Sumber: Hasil Analisis Ribasim 2010

halaman

102

Sumber: Hasil Analisis Ribasim

Gambar 3.17. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci

2)

Analisis Neraca Air Ketersediaan air di WS 6 Ci bervariasi menurut waktunya (Gambar 3.18). Debit aliran sungai pada suatu bulan sangat dipengaruhi oleh tingginya curah hujan yang terjadi di DAS. Dari bulan Oktober hingga bulan Mei, debit sungai sangat tinggi jika dibandingkan dengan debit pada bulan-bulan lainnya. Hal tersebut terkait dengan kondisi musim yang berlangsung di wilayah ini. Periode tersebut, di WS 6 Ci berlangsung musim hujan, sedangkan pada bulan-bulan lainnya berlangsung musim kemarau.

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

Gambar 3.18. Neraca Air untuk WS 6 Ci Tahun 2010

Untuk 3 Ci, ketersedian air berlebih jika dibandingkan dengan kebutuhan (Gambar 3.19). Total kebutuhan untuk RKI dan untuk irigasi dapat dipenuhi sepanjang tahun. Kebutuhan air di wilayah ini tidak bervariasi mencolok antara musim hujan dengan musim kemarau.

halaman

103

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

Gambar 3.19. Neraca Air untuk 3 Ci Tahun 2010

Perbandingan ketersediaan air sebagai runoff total terhadap curah hujan untuk wilayah ini sekitar 60%. Untuk 2 Ci, kondisi ketersedian airnya bersifat tidak mandiri. Artinya, jumlah air tersedia di wilayah ini tidak hanya berasal dari DASnya sendiri tetapi sebagian berasal dari DAS lain. Sistem ketersediaan air di sini bersifat interkoneksi dengan sistem dari DAS tetangga, utamanya dari DAS Citarum dengan waduk Jatiluhur melalui WTC. Dengan interkoneksi tersebut menjadikan pola tersedianya air sepanjang tahun akan lebih datar. Pada musim kemarau ketersediaan air relatif masih tinggi. Di 2 Ci, kebutuhan air didominasi oleh kebutuhan untuk RKI (Gambar 3.20). Pada pertengahan tahun kekurangan air terjadi, bersamaan pula dengan menurunnya ketersediaan air untuk irigasi di wilayah Citarum. Akan tetapi di sini re-use water belum dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan air.

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

Gambar 3.20. Neraca Air untuk 2 Ci Tahun 2010

halaman

104

Perbandingan ketersediaan air sebagai runoff total terhadap curah hujan tahunan untuk kedua wilayah (1 Ci dan 2 Ci) sekitar 70%. Di 1 Ci kebutuhan air untuk irigasi mendominasi sangat signifikan

dibandingkan dengan kebutuhan RKI karena di wilayah ini terdapat sistem irigasi teknis dengan sawah seluas lebih dari 200.000 ha (Gambar 3.21). Air irigasi mulai dibutuhkan ketika musim taman padi I dimulai yakni pada pertengahan September, sedangkan untuk musim tanam II dimulai sekitar bulan Maret. Ketersedian air menurun menjelang berakhirnya musim tanam terakhir pada musim kemarau. Kekurangan air yang terjadi pada akhir musim tersebut, dalam praktek di lapangan, biasa disiasati petani dengan (1) dengan menggunakan re-use water dan (2) pemberian air secara gilir-giring. Secara umum sumber air permukaan yang ada di WS 6 Ci relatif cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik untuk irigasi, rumah tangga, perkotaan maupun industri. Akan tetapi pada beberapa lokasi tertentu terjadi kekurangan air irigasi maupun RKI, dan juga kualitas airnya secara umum sudah tercemar selain tersedia atau tidaknya lokasi untuk menampung sumber air tersebut (potensi waduk).

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

Gambar 3.21. Neraca Air untuk 1 Ci Tahun 2010

Berdasarkan neraca air/analisis keseimbangan di WS 6 Ci, ditinjau dari total ketersediaan air (dari curah hujan) dan total kebutuhan air di seluruh WS 6 Ci seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.22, terlihat masih surplus. Namun demikian, jika ditinjau secara ruang dan waktu (dalam hal ini skala distrik air dan waktu perhitungan timestep dua mingguan selama kurun waktu perhitungan) menunjukkan adanya kekurangan air di tempat-tempat tertentu.

halaman

105

Gambar 3.22. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Air di WS 6 Ci Tahun 2030

Sumber: Hasil Analisis Ribasim

Secara umum kecenderungan tingkat kebutuhan air pada tahun 2010-2030 (Gambar 3.23) menunjukkan penurunan kebutuhan air untuk irigasi, sedangkan tingkat kebutuhan air untuk RKI meningkat. kemungkinan adanya peralihan di sekitar Cilegon-Serang, Hal ini terjadi

fungsi lahan pertanian oleh pesatnya Jabodetabek dan Metropolitan

pertumbuhan kota terutama terjadi pada wilayah di sekitar pusat pertumbuhan Metropolitan Cekungan Bandung.

2030

154,68

154,65

Tahun
2010

217,54

123,5

50

100

150
Irigasi

200
RKI

250

300

350

400

Sumber: Hasil Analisis Ribasim

Gambar 3.23. Tingkat Kebutuhan Air Irigasi dan RKI di WS 6 Ci (2010-2030)

Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air RKI akan menjadi isu yang penting di masa mendatang. Karena adanya permasalahan pengambilan air tanah yang melampaui batas, terutama terjadi di wilayah Jakarta dan Cekungan Bandung, maka pemakaian air tanah dalam akan dibatasi, yang artinya pemenuhan kebutuhan RKI harus diganti dan dipenuhi dari air permukaan. Gambar 3.24 adalah skema distribusi air rata-rata WS 6 Ci.

halaman

106

Lokasi kekurangan air untuk pemenuhan kebutuhan RKI dan kebutuhan irigasi pada tahun 2010 masing-masing diilustrasikan pada Gambar 3.32 dan Gambar 3.34, sedangkan untuk tahun 2030 kekurangan air untuk pemenuhan kebutuhan irigasi dan kebutuhan RKI masing-masing diilustrasikan pada Gambar 3.33 dan Gambar 3.35. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut diusulkan adanya pembangunan waduk baru maupun peningkatan dan pemanfaatan waduk yang ada saat ini seperti diusulkan pada Gambar 3.24 sampai dengan Gambar 3.31. Besarnya kekurangan air pada tahun 2010 sebesar 13,23% dari total kebutuhan air (defisit dibagi kebutuhan) dan diperkirakan akan meningkat menjadi 19,49% di tahun 2030 jika tidak dilakukan upaya penanganan.

halaman

107

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.24. Skema WS 6 Ci

halaman

108

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.25. Kebutuhan Air 2010

halaman

109

Serang, Cilegon

2
Krenceng
Unregulated: Cidanau

7.97

DI Ciujung (21.271 (15.600ha) ha)

DI Cidurian (10.280 ha)

DI Cisadane (22.089 ha)


Cengkareng Drain: 1 Banjir Kanal Barat: 2

Bekasi DKI Jakarta

DI Jatiluhur Utara (90.504 ha) DI Jatiluhur Barat (62.564 ha)

Tangerang

2 9.1

19.7
5.9

3 5 3.2 3 1.4

15.0

41.6
Depok
DI Jatiluhur Timur (83.246 ha)

Lebak, Pandeglang

2.6

Pesanggrahan : 0.5 Krukut: 0.9

5.7

Karawang Purwakarta Subang

14.6
Karian

13.3
Jatiluhur
Unregulated: Cisadane

Cipancuh

Unregulated: Ciujung

Bogor (kab.-kota)

18.8
4
Unregulated: -Katulampa -Empang

Cirata

Keterangan: : Kebutuhan Air : Daerah Irigasi : Reservoir existing : unregulated sumber penyediaan air : Reservoir potensial (RTRW) : Skenario 1 : Skenario 1 (or)

Saguling

Bandung

22.5
2
Santosa

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.26. Skema Strategi A Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 1


halaman

110

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.27. Skema Strategi B Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 2


halaman

111

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.28. Skema Strategi C Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 3

halaman

112

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.29. Skema Strategi D Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 4

halaman

113

3.1.4.3 Analisis Pengendalian Daya Rusak Air 1) Bencana Banjir Kerusakan akibat banjir tiap tahun meningkat, disebabkan karena nilai investasi pada daerah rawan banjir yang terus bertambah sehingga kerugian akan menjadi lebih besar pada daerah genangan yang sama. Nilai kerusakan adalah hasil dari perkalian tingkat kerawanan dan jumlah peristiwa. Peristiwa banjir pada daerah yang tidak berpenghuni tidak akan menyebabkan kerusakan. Ketika ada penduduk yang tinggal pada tempat tersebut, dan mereka tidak siap (rentan) terhadap banjir, maka akan terjadi kerugian akibat banjir. Kerawanan terhadap kerugian banjir sebagian besar merupakan akibat dari pilihan dan tindakan manusia sendiri bukan akibat dari bencana alam semata, dan merupakan hasil siklus dari pembangunan-kerusakan-perlindungan. Siklus tersebut dimulai dengan investasi di suatu daerah rawan banjir sehingga terjadi kerusakan saat banjir terjadi, kemudian memicu pembangunan perlindungan banjir; hal ini terus berlanjut dengan investasi baru yang lebih besar, mengakibatkan kerusakan dan memicu perlindungan banjir yang lebih besar lagi, dan seterusnya. Sangat sering strategi pengendalian banjir mengandalkan hampir seluruhnya pada pembangunan infrastruktur, sementara perhatian kepada penyebab banjir dan alternatif terpadu untuk mencegah kerusakan kurang diperhatikan. Hal ini sering menyebabkan biaya yang terlalu besar. Solusi yang lebih berkelanjutan dan lebih murah adalah konservasi daerah tangkapan air di hulu, penyediaan alternatif yang memadai bagi penduduk (yang kebanyakan miskin) yang merambah dataran banjir dan bantaran sungai, atau mengurangi pembangunan yang merugikan di muara sungai. Hal ini tentunya berlaku untuk WS 6 Ci, meskipun banyak upaya yang telah berhasil mengurangi kerusakan pada daerah-daerah tertentu. Pengendalian banjir biasanya merupakan pendekatan yang paling mahal, dan kebanyakan tidak mengarah ke solusi yang berkelanjutan. Suatu pendekatan yang lebih murah berfokus pada mitigasi kerusakan banjir bukannya perlindungan banjir, dengan mempertimbangkan upaya struktural dan nonstruktural. Hal ini disebut sebagai "pengelolaan banjir" dengan menyadari bahwa banjir tidak dapat dicegah sama sekali.

halaman

114

Fokus seharusnya diarahkan kepada upaya seperti: Menciptakan kerjasama hulu-hilir dalam pengelolaan DAS, Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, Bantuan kepada penduduk, industri dan perdagangan dalam membuat keputusan yang lebih baik dalam memilih lokasi dan penataan rumah dan bisnis mereka untuk menghindari kerawanan terhadap kerugian banjir, Pengendalian penebangan pohon serta melaksanakan konservasi tanah dan penggunaan lahan berkelanjutan pada daerah tangkapan air di hulu, Pengembangan lahan marjinal, Meningkatkan kesiapan terhadap banjir serta menciptakan asuransi kerugian banjir dan sistem kompensasi antar-masyarakat sebagai bagian dari perencanaan pengelolaan banjir.

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.30. Hubungan dan Hierarki Pengelolaan Bencana Banjir

Semua aspek, termasuk permasalahan teknis, kelembagaan, lingkungan, sosial dan finansial harus diperhitungkan. Pengelolaan banjir merupakan strategi untuk mendukung penduduk agar dapat beradaptasi dengan banjir, dan bahkan untuk mendapatkan manfaatnya bila memungkinkan. Dengan demikian tidak hanya berusaha untuk mencegah kejadian banjir, melainkan berusaha untuk mengelola dan menyesuaikan diri dengan banjir, untuk mengurangi dampak negatifnya, serta sekaligus menekankan pembatasan penggunaan lahan.

halaman

115

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.31. Peta Kawasan Rawan Banjir

halaman

116

2)

Kekurangan Air/Kekeringan Berdasarkan analisis Ribasim, kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan irigasi di 3 Ci terjadi di distrik air (Water District) 109 yang merupakan distrik air DI Ciujung bagian Barat dan distrik air 112 DI Cicinta. Di 2 Ci kekurangan air terjadi di distrik air 213, yang berasal dari Kali Pesanggrahan. Di 1 Ci kekurangan air di distrik 319 terutama terjadi pada saat aliran rendah sungai Cikarang dengan defisit air 1% dari total kebutuhan air irigasi. Defisit juga terjadi pada distrik air 330, WD 406, WD 407, WD 412, WD 422, WD 424, WD 438 disebabkan oleh aliran sungai yang rendah pada musim kemarau, sedangkan defisit yang terjadi pada distrik air 434 disebabkan oleh terbatasnya kapasitas dari waduk Cipancuh. Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air RKI menjadi isu yang penting di masa mendatang. Karena adanya permasalahan air tanah terutama terjadi di wilayah Jakarta dan Cekungan Bandung, maka pemakaian air tanah dalam akan dibatasi, yang artinya pemenuhan kebutuhan RKI akan dipenuhi dari air permukaan. Hasil simulasi Ribasim, dengan kondisi prasarana air tetap seperti sekarang ini dan tingkat kebutuhan air pada tahun 2030 menunjukkan adanya kekurangan air di distrik air tertentu yang sebarannya terlihat pada Gambar 3.32 dan Gambar 3.33 untuk kekurangan kebutuhan air irigasi tahun 2010 dan tahun 2030, dan pada Gambar 3.34 dan Gambar 3.35 menunjukkan kekurangan kebutuhan air RKI. Kekurangan air 3 Ci akan terjadi pada distrik air 116, 121 yang merupakan wilayah pusat pertumbuhan Cilegon - Serang, dengan persentase tingkat kekurangannya terhadap kebutuhannya mencapai 18,6 %, kekurangan tersebut disebabkan oleh kurangnya kapasitas air baku. Saat ini pasokan air untuk wilayah tersebut berasal dari sungai Cidanau dan sebagian berasal dari sungai Cibanten. Kekurangan pada distrik air 112 sebesar 11 % yang bersumber pada sungai Cidurian dan distrik air 202 dengan kekurangannya sebesar 21,7% yang dipasok dari sungai Cimanceuri. Kekurangan air di 2 Ci terjadi di distrik air 202 (Tenjo, Tigaraksa, Cikupa, Balaraja), distrik air 230 (Bojong Gede, Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Cibinong) yang merupakan pusat pertumbuhan di wilayah Tangerang, yang sumber airnya diambil dari sungai Cisadane. Pada wilayah DKI Jakarta (distrk

halaman

117

air 217, WD 219, WD 220, WD 232, WD 221, WD 228) kekurangan air karena kurangnya kapasitas pembawa WTC untuk pasokan air Jakarta. Kekurangan air juga akan terjadi di distrik air di Cekungan Bandung (distrik air 306, WD 328, WD 329, WD 422, WD 321, WD 323, WD 324). Perhitungan neraca air dilaksanakan dengan menggunakan piranti lunak Ribasim. Perhitungan kebutuhan air RKI menghasilkan besaran kebutuhan air pada tahun 2030 untuk berbagai lokasi pusat kegiatan sebagai berikut: Daerah kekurangan air RKI berdasarkan Kelompok kota untuk tahun 2030 dapat diringkas sebagai berikut: Kabupaten dan kota Serang-Cilegon sebesar 7,97 m3/det, sebagian Kabupaten Pandeglang dan Lebak memerlukan air RKI sebesar 2,60 m3/det, sehingga jumlah seluruhnya adalah sebesar 10,57 m3/det. Kabupaten dan kota Tangerang sebesar 19,70 m3/det DKI Jakarta sebesar 41, 60 m3/det Kota Depok sebesar 5,70 m3/det Kabupaten dan kota Bogor sebesar 18,80 m3/det Kabupaten dan kota Bekasi sebesar 15,00 m3/det Kota Karawang-Purwakarta-Subang sebesar 13,3 m3/det Kota Bandung dan sekitarnya sebesar 22,50 m3/det

halaman

118

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.32. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2010

halaman

119

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.33. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2030

halaman

120

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.34. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2010

halaman

121

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.35. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2030

halaman

122

Kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan RKI pada WS 6 Ci terjadi pada water district seperti terlihat pada Tabel 3.20, dengan asumsi bahwa penggunaan air untuk RKI seluruh sumber airnya berasal dari air permukaan.
Tabel 3.20. Kekurangan Air Irigasi dan RKI Pada Water District (WD) Water District ID Wilayah Kekurangan Air untuk Irigasi Kekurangan Air untuk RKI 2010 2030 2010 2030 319 319 306 306 330 330 324 321 406 406 422 323 407 407 324 412 412 328 1 Ci 421 422 329 422 424 422 424 434 426 438 434 438 213 213 220 217 227 221 219 232 222 220 2 Ci 228 221 230 228 232 230 232 109 109 202 116 3 Ci 112 112 121 202
Sumber: Hasil Analisis 2010

Selain karena belum dimanfatkannya sumber air yang ada secara optimal, penyebab utama terjadinya kekurangan air irigasi di wilayah tersebut juga karena masih rendahnya efisiensi penggunaan air, terjadi pemborosan air dan pengambilan air yang tidak berijin. Hal ini juga disebabkan oleh adanya kerusakan pada bangunan pengatur dan pengukur air, sehingga sering terjadi pemberian air yang tidak terukur dan cenderung berlebihan pada bagian awal jaringan. Akibatnya pada bagian akhir dari jaringan irigasi sering mengalami kekurangan air. Namun demikian, di lapangan kekurangan air RKI tersebut di atas relatif tidak terlalu signifikan, karena sebagian besar penduduk masih memanfaatkan air tanah (sumur dangkal). Apabila tidak dilakukan tindakan apapun, maka krisis/kekurangan air pada masa datang akan semakin mengkhawatirkan, terutama pada pusat-pusat pertumbuhan, antara lain Wilayah Metropolitan Jabodetabek dan Wilayah Metropolitan Bandung.

halaman

123

Pada tahun 2030, secara umum

kebutuhan air untuk keperluan irigasi fungsi lahan Metropolitan

cenderung menurun, sedangkan tingkat kebutuhan air untuk keperluan RKI cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena adanya peralihan wilayah di sekitar pusat pertumbuhan CilegonSerang, pertanian seiring dengan pesatnya pertumbuhan kota, terutama terjadi pada Jabodetabek dan Metropolitan Cekungan Bandung. Untuk mengatasi krisis air tersebut di atas, maka diperlukan upaya

pembangunan waduk potensial dan rehabilitasi jaringan distribusi guna menaikan effisiensi pengaliran dan upaya lainnya perlu dipertimbangkan. 3) Bencana Lainnya Selain bencana yang disebutkan di atas, Gambar 3.36 memperlihatkan peta kawasan rawan bencana lain di WS 6 Ci seperti longsor, gempa, bahaya gunung api dan gerakan tanah.

halaman

124

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.36. Peta Kawasan Rawan Bencana di WS 6 Ci

halaman

125

3.1.4.4 Analisis Sistem Informasi Sumber Daya Air Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, BBWS Cidanau-CiujungCidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat harus menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air yang terintegrasi sesuai dengan kewenanganannya. Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi sumber daya air (hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana, teknologi, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial, ekonomi, budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air) di WS 6 Ci. Jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola berbagai instansi dapat diteruskan pengelolaannya, namun perlu dibangun sistem pengelolaan sumber daya air yang terpadu oleh Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air dalam hal ini Balai Besar di WS 6 Ci dan Dinas yang membidang sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Masingmasing instansi berkaitan dengan data tetap menjalankan tugas dan fungsinya yaitu mengelola data secara berkelanjutan dan menyampaikannya ke Pusat Data yang rencananya dibangun oleh BBWS. Jaringan informasi sumber daya air harus dapat diakses dengan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air. Dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 66 ayat 3, mengamanatkan daya air. Mekanisme penyelenggaraan informasi sumber daya air dilakukan sebagai berikut : BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan kewenangannya menyediakan informasi sumber daya air bagi semua pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air. Pemerintah dan pemerintah daerah membentuk unit pelaksana teknis untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber

halaman

126

BBWS

Cidanau-Ciujung-Cidurian,

BBWS

Cisadane-Ciliwung,

BBWS

Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, badan hukum, organisasi dan lembaga serta perseorangan yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan sumber daya air menyampaikan informasi hasil kegiatannya kepada unit kerja yang bertanggung jawab di bidang informasi sumber daya air. BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, badan hukum, organisasi dan lembaga serta perseorangan, bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran dan ketepatan waktu atas informasi yang disampaikan. Untuk mendukung pengelolaan sistem informasi sumber daya air di WS 6 Ci yang berkaitan dengan data sumber daya air (hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana, teknologi, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial, ekonomi, budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air) diperlukan pada BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat harus membentuk Unit Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA). Selanjutnya yang perlu ditindak lanjuti adalah meningkatkan kerjasama antar instansi dalam pengelolaan sumber daya air. 3.1.4.5 Analisis Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha 1) Peraturan dan Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antar sektor, dan antar generasi; sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

mengamanatkan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan perlu disusun pola pengelolaan

halaman

127

sumber daya air. Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya. Sudah banyak peraturan perundangan, maupun peraturan daerah yang disusun dalam rangka pengelolaan sumber daya air. Karena penerapannya menyangkut berbagai pihak terkait, sehingga perlu adanya koordinasi antar institusi. Pengelolaan sumber daya air terpadu mempunyai ciri utama terlibatnya seluruh unsur di dalam WS dengan pendekatan manajemen risiko dengan terus. Pengelolaan sumber daya air terpadu memerlukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan semua institusi/pihak terkait, dan perlu didukung peran aktif TKPSDA WS 6 Ci yang telah dibentuk Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 16 Desember 2010. TKPSDA WS 6 Ci ini akan dapat berperan aktif bila mendapat dukungan kuat dari BBWS secara berkelanjutan, melalui perkuatan Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci serta dukungan dana dan operasionalnya. 2) Aspirasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan IWRM merupakan suatu proses koordinasi dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air dan lahan serta sumberdaya lainnya dalam suatu WS, untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan sosial yang seimbang tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem. Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air perlu melibatkan seluas luasnya peran serta masyakat dan dunia usaha. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat diberikan peran dalam penyusunan dan pembahasan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS. Karena itu, perlu mengidentifikasi isuisu strategis, potensi sumber daya air, dan upaya penanganannya, melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) sebanyak 2 (dua) kali. PKM 1 dan 2 telah dilaksanakan di ke-3 wilayah (3 Ci, 2 Ci, dan 1 Ci). Peserta yang diundang terdiri dari pejabat struktural dari unsur pemerintah dan masyarakat/organisasi/asosiasi yang berperan aktif di bidang sumber daya air, termasuk para calon anggota TKPSDA WS 6 Ci.

halaman

128

3.1.4.6 Analisis Perencanaan dan Penataan Ruang 1) Integrasi Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang Sampai saat ini berdasarkan RTRW yang telah disusun, baik pada RTRW Provinsi maupun pada RTRW Kabupaten/Kota yang telah ada, diperoleh gambaran antara lain sebagai berikut: a. Dalam rencana pola ruang pada RTRW yang telah disusun (RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota) yang seharusnya telah memuat/menampilkan lokasi (zoning) seperti halnya antara lain: kawasan resapan air, kawasan tangkapan air, kawasan retensi airyang termasuk dalam kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (dapat dilihat pada pedoman penyusunan RTRW), ternyata belum ada/belum tercantum dalam RTRW. Begitu pula halnya dengan dengan kawasan lindung setempat seperti halnya: sempadan sungai, sempadan danau, kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air serta kawasan yang terhadap air tanah. b. Dalam rencana struktur ruang pada RTRW yang telah disusun (RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota) gambaran yang seharusnya rencana sudah kawasan menampilkan/mengemukakan mengenai memberikan perlindungan

tangkapan air (berupa waduk/reservoir) untuk setiap rencana lokasi waduk, ternyata dalam RTRW yang telah disusun belum tercantum/belum ada. Begitu pula halnya dengan sistem jaringan prasarana sumber daya air dan sistem jaringan saluran primer dari intake (bendung) sampai ke lokasi pasokan (Daerah Irigasi, instalasi pernjernihan air untuk perkotaan), serta sistem jaringan sekundernya. Secara umum dapat dikatakan bahwa aspek sumber daya air belum

tercantum/terintegrasi secara jelas dalam RTRW yang telah disusun, bahkan juga dalam RTRW yang telah ditetapkan sebagai Perda.

halaman

129

2)

Konflik Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

a. Lintas Wilayah dan Lintas Sektoral Dalam pemanfaatan lahan tersebut sering ditemui adanya konflik pemanfaatan lahan pada kawasan perbatasan antara wilayah kota (wilayah administrasi kota) dengan wilayah admistrasi kabupaten, terutama pada kawasan yang seharusnya dialokasikan sebagai kawasan konservasi dijadikan sebagai kawasan budidaya. Konflik seperti ini ditemui dalam perkebangan pemanfaatan lahan di Jabodetabek Punjur dan Cekungan Bandung, antara lain dimanfaatkannya kawasan badan air (daerah sumber mata air, resapan air dan bantaran sungai serta situ) sebagai kawasan budidaya. Sebagai contoh pada kawasan Puncrut yang masuk dalam wilayah kabupaten Bandung Barat yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung yang direncanakan sebagai kawasan konservasi telah dimanfaatkan sebagai lahan usaha budidaya (permukiman dan pertanian holtikultura/sayuran). Dikaitkan dengan lintas sektor, dari hasil ploting RTRW pada WS 6 Ci ditemui adanya beberapa konflik baik dalam pemanfaatanlahan maupun dalam penyediaan infrastruktur, antara lain lahan (kawasan) yang dalam RTRW dialokasikan sebagai calon lokasi waduk Limo di wilayah Kota Depok, saat ini lokasi tersebut telah berkembang menjadi kawasanbudidaya (pemukiman dan budidaya lainnya). Begitu juga dengan rencana lokasi waduk Sodong di wilayah Kabupaten Bogor, saat ini lokasinya telah berkembang menjadi kawasan perkotaan (Kota Kecamatan Leuwiliang), dan waduk yang direncanakan tersebut juga akan merendam jalur jalan nasional yang menghubungkan Bogor dengan Rangkasbitung. Rencana lokasi waduk Genteng di wilayah kabupaten Bogor yang berbatasan dengan wilayah kota Bogor, saat ini tumpang tindih dengan rencana jalan toll lingkar luar kota Bogor, pengembangan permukiman perkotaan, serta budidaya lainnya. Pada kawasan Cekungan Bandung lokasi yang direncanakan dalam penyusunan Pola dan Rencana sumber daya air sebagai lokasi Waduk Ciwidey dikaitkan dengan penggunaan lahan pada saat ini pada lokasi tersebut telah dimanfaatkan sebagai lokasi permukiman dan kegiatan usaha lainnya. Sedangkan di dalam rencana (RTR Kawasan Cekungan Bandung/Raperpres dan RTRW Kabupaten Bandung/Perda) kawasan yang direncanakan sebagai lokasi Waduk Ciwidey ini telah direncanakan sebagai lokasi pengembangan permukiman. Hal ini perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan lokasi Waduk Ciwidey ini dalam perencanaan dan pelaksanaannya nanti.

halaman

130

b. Alih Fungsi Lahan Sawah Terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis yang dalam rencana pola ruang (RTRW Provinsi Banten dan RTRW Jawa Barat) telah direncanakan dan ditetapkan peruntukannya sebagai lokasi pengembangan pertanian lahan basah (persawahan), ternyata telah berkembang menjadi kawasan permukiman dan kegiatan usaha lainnya. Hal ini ditemui antara lain pada kawasan sawah berigasi teknis di wilayah kabupaten Serang (bagian Utara) ,kabupaten Tangerang (bagian Utara), kabupaten Karawang (bagian Utara) dan Cekungan Bandung (terutama dibagian selatan Kota Bandung). Apabila dikaitkan dengan kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan menggunakan dasar pertimbangan: kesesuain lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan, potensi teknis lahan dan luasan kesatuan hamparan lahan, maka kawasan pertanian lahan basah tersebut di atas dapat dijadikan sebagai kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (yang harus dilindungi).

halaman

131

Sawah area by DAS as percentage of total DAS area


0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0%

Cibungur Cidanau
Cipaseh Cibanten Ciujung Cimanedu Cisadane

Loss of sawah 2000-2025 by DAS 40% is lost!

2000
2025

Ciliwung Bekasi Cikarang Citarum Hilir Citarum Tengah Citarum Hulu


Hulu Waduk Jatiluhur

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.37. Alih Fungsi Lahan Sawah di Indonesia (1994 2004)

halaman

132

3.2

Skenario Kondisi Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim pada Wilayah Sungai

3.2.1 Skenario Berdasarkan asumsi di atas telah dibuat skenario yang mungkin, seperti disajikan dalam Tabel 3.21 di bawah ini. Tabel 3.21. Skenario Berdasarkan Tatakelola Pemerintahan dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sedang 1 2 dan 3

Tatakelola pemerintahan

CT GG

Rendah 1a 2a

Tinggi X 4

Catatan : x = dapat diabaikan, CT = Current Trend, GG = Good Governance Skenario tersebut mengasumsikan bahwa pada tata kelola pemerintahan sesuai kecenderungan saat ini (Current Trend) untuk kasus pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi tidak realistik. Oleh karena itu, kedua skenario tersebut (1a dan 2a) dapat diabaikan dan hanya digunakan untuk Sensitivity Analysis.

Asumsi untuk masing-masing parameter dirangkum dalam tabel berikut Parameter Penjelasan Current Trend (CT); Mengasumsikan bahwa situasi tatakelola pemerintahan saat ini kurang lebih sama atau status quo. Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik) Good Governance (GG); Tatakelola pemerintahan dan pengelola PSDA WS 6 Ci mampu melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik dan mampu meyakinkan semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan rencana yang telah diberikan. Pertumbuhan ekonomi Paling mungkin sekitar 5% 6% (Medium), dengan memperhatikan sensitivitas apakah pertumbuhan tersebut RENDAH, atau apakah TINGGI Perubahan iklim Pertumbuhan penduduk Bersiap untuk kondisi terburuk (kenaikan dan/atau penurunan curah hujan 0.3 mm/hari). Diasumsikan pertumbuhan penduduk stabil pada kisaran 1% per tahun dan menurun.

halaman

133

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.38. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 1

halaman

134

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.39. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 2

halaman

135

Sumbe r: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.40. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 3

halaman

136

Sumber: Hasil Analisis 2010

Gambar 3.41. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 4

halaman

137

3.3

Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Terhadap skenario dari kondisi WS 6 Ci telah dibuat beberapa alternatif strategi untuk masing-masing skenario untuk mencapai tujuan dari pengelolaan sumber daya air. Penyusunan konsep tersebut dibuat untuk masing-masing aspek pengelolaan sumber daya air, dan mencakup strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Hubungan antara asumsi, skenario, dan strategi ditunjukkan dalam Tabel 3.22 di bawah ini.

Tabel 3.22. Hubungan Skenario, Asumsi dan Strategi


ASUMSI SKENARIO Tatakelola Perubahan Pertumbuhan Pertumbuhan Pemerintahan Iklim Ekonomi Penduduk Identifier/ Judul STRATEGI Penjelasan

CT

Bersiap untuk skenario terburuk (kenaikan dan atau penurunan curah hujan kurang lebih 0,3 mm/hari)

MEDIUM (5%)

Hanya upaya minimum, A. Current Trend termasuk air bersih RKI, Compliance dengan fokus pada kuantitas air.

1a

CT

RENDAH

A.

Current Trend Hanya untuk Sensitivity Compliance Analysis.

Kira-kira 1% dan menurun

2a

GG

RENDAH

B.

Proactive Management

Hanya untuk Sensitivity Analysis.

2 ---3 GG

B.

Proactive Management

Seperti Strategi A, ditambah dengan kelembagaan yang kuat untuk PSDA terpadu.

MEDIUM (5%)

C.

Optimum Management

Proactive Management ditambah dengan perlindungan pertanian dan zonasi sumber daya air (water zoning)

GG

TINGGI (7%)

D.

Maximum Management

Upaya maksimum, dimaksudkan untuk meningkatkan semua upaya dari aspek PSDA dan berasumsi adanya cost recovery.

Sumber: Hasil Analisis 2010

Di bawah ini dijelaskan fitur dari masing-masing strategi dan konteksnya dalam perencanaan strategis (Pola) WS 6 Ci.

halaman

138

a. Alternatif Strategi A: Current Trend Compliance


Tujuan dari strategi A adalah untuk memenuhi kebutuhan air pada masa datang dengan biaya serendah mungkin. Upaya yang akan dilakukan pada strategi A ini hanya berupa upaya minimum termasuk upaya pemenuhan air baku untuk keperluan RKI secara terbatas tanpa melakukan upaya optimal terhadap penanganan kualitas air, akibat dari terbatasnya dana. Ini berimplikasi bahwa opsi kebijakan lain tidak akan digabungkan, seperti langkah-langkah yang lebih murah yang dirancang untuk mendorong kesinambungan jangka panjang dari sistem sumber daya air. Strategi A mencakup langkah-langkah JWRMS untuk pengaliran air dari waduk Jatiluhur ke wilayah Jabodetabek, Karawang dan Purwakarta, pengaliran air dari Barat dan Selatan ke Tangerang, Serang/Cilegon dan Jabodetabek. Strategi A berdampak tidak ada pengelolaan air tanah secara aktif, sehingga penurunan tanah akan berlanjut pada tingkat yang membahayakan seperti sekarang ini, tapi ketergantungan pada air permukaan di daerah Jakarta dan Bandung akan terbatas selama periode air tanah masih tersedia. Ketika air tanah telah hampir habis digunakan, keperluan beralih ke air permukaan dengan tingkat biaya yang diperkirakan telah menjadi jauh lebih tinggi. Strategi A berdampak pada rendahnya keterlibatan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi operasi sehingga menghalangi pelaksanaaan upaya non-struktural yang pada jangka panjang diperlukan untuk mengoptimalkan secara penuh potensi air bersih WS 6 Ci. Selain itu, strategi A mengasumsikan bahwa tidak ada investasi besar terkait dengan konservasi atau restorasi DAS, dan terkait dengan perbaikan kualitas air. Dilihat dari perspektif jangka panjang, strategi ini tidak diinginkan dan di sini hanya digunakan sebagai pembanding dengan strategi yang lainnya.

b. Alternatif Strategi B: Pro-active Management


Strategi B sama dengan Strategi A, dengan upaya tambahan dalam keseriusan peningkatan kelembagaan untuk mengelola sumberdaya air secara proaktif, dan dengan penegakan hukum yang lebih kuat dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air. Namun, dalam strategi ini dana yang tersedia belum/tidak memadai untuk memenuhi air. kebutuhan pengelolaan yang optimal, termasuk belum ada pembangunan bendungan baru, tapi sudah ada sedikit upaya peningkatan kualitas

halaman

139

c. Alternatif Strategi C: Optimum Management Strategi C bertumpu pada pemenuhan kebutuhan air, didasarkan pada IWRM yang aktif dan berkelanjutan, termasuk pengelolaan air tanah, serta serangkaian upaya dan kebijakan aktif yang dimaksudkan untuk pengendalian pencemaran, serta konservasi dan restorasi DAS. Strategi C melakukan upaya optimum dalam pengelolaan sumber daya air, melalui pelaksanaan sebagian besar upaya penanganan secara bertahap termasuk penanganan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, sistem informasi sumber daya air serta pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan demikian strategi ini hanya akan mungkin dengan sumber dana yang memadai dan peningkatan efisiensi. Strategi C menuntut otoritas untuk mengambil tindakan tepat untuk menanggulangi dan secara bertahap menghentikan pengambilan air tanah di kawasan pesisir Jakarta dan Cekungan Bandung. Setelah transisi ini, pengambilan air tanah hanya diizinkan untuk air baku PDAM dan sumur penduduk. d. Alternatif Strategi D: Maximum Management Strategi D melaksanakan semua upaya pengelolaan sumber daya air secara maksimum. Oleh karena itu strategi D ini mempunyai target yang sangat tinggi, dengan konsekuensi semua upaya stuktural harus dilaksanakan segera (lebih awal dibandingkan dengan strategi C) sementara dari segi finansial untuk pelaksanaan upaya struktural ini kelihatannya sangat tinggi, kurang realistik. Selain kurangnya kesiapan dari upaya struktural seperti segi studi kelayakan dan detail desainnya. Strategi D mencakup opsi yang direkomendasikan kajian JWRMS untuk memasok air Jabodetabek dari Timur dan Barat. Untuk hulu wilayah Saguling, serangkaian upaya lebih lanjut dipadukan dengan komponen untuk memenuhi kebutuhan di daerah tersebut (pasokan air ke Kota Bandung). Strategi ini menuntut pengelolaan air tanah yang aktif, dimana pasokan air permukaan di Jakarta dan Bandung akan ditingkatkan secara signifikan untuk menggantikan penggunaan air tanah dalam. Akhirnya, Strategi D memuat upaya pengembangan sumber daya air, seperti menaikkan bendungan Cirata sebesar 15 m (untuk meningkatkan volume tampungannya) dan pengembangan pembangkit listrik tenaga air antara Saguling dan Cirata (yaitu Rajamandala).

halaman

140

4 BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) mencakup 5 (lima) aspek, yakni: Konservasi Sumber Daya Air Pendayagunaan Sumber Daya Air Pengendalian Daya Rusak Air Sistem Informasi Sumber Daya Air Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.

Selain kelima aspek tersebut, dalam pembahasannya dikaitkan pula dengan aspek penataan ruang dan kelembagaan. Uraian lengkap kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah disajikan pada: Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 3 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 2 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 1 Ci) pada Skenario 1,2,3,4

halaman

141

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
1 KONSERVASI
1 No. Aspek/Sub Aspek 1.1
PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

2 B P

3 C P

4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan Terlaksananya konservasi lahan sangat Kritis dan kritis pada DAS di wilayah Cidanau-CiujungCidurian Hulu D P i Jangka Pendek (2011-2015) Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013 melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 100% dan lahan kritis 10% area (2014-2015)

A P

1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (1.024 ha) dan kritis (25.124 ha) pada DAS di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Hulu

STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan kritis 30% area, kumulatif menjadi 40% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi

iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan kritis 60% area, kumulatif menjadi 100% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi

Kebijakan operasional Melaksanakan RTkRHL di kawasan prioritas pada hulu DAS dan hulu waduk/ rencana waduk, disertai insentif bagi kelompok masyarakat yang melaksanakannya

Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Dinas Kehutanan, Pertanian & Perkebunan (di luar Kawasan Hutan), PU/SDA Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung & Produksi), PT. Bakti Usaha Menanam Nusantara Hijau

2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Cidanau-CiujungCidurian Hulu (94.101 ha) 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah CidanauCiujung-Cidurian (219.849 ha) 4) Jumlah luas hutan belum memenuhi kebutuhan standar lingkungan

Terlaksananya konservasi lahan agak kritis pada DAS di wilayah Cidurian-Ciujung-Cidurian Hulu

Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan agak kritis pada seluruh DAS dan melaksanakan RTkRHL 20% area agak kritis Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan potensial kritis pada seluruh DAS di wilayah dan melaksanakan RTkRHL 20% area Menambah luas hutan lindung dengan tidak memperpanjang ijin hutan produksi yang sudah habis masa ijin pengelolaannya, secara selektif Identifikasi flora-fauna pada habitat kunci, melaksanakan pelestarian keaneka-ragaman hayati Melakukan evaluasi dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA pada wilayah di Cidanau-Ciujung-Cidurian (25%)

Terlaksananya konservasi lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Cidanau-CiujungCidurian Terwujudnya luas kawasan hutan sebesar 30% di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Terlindunginya keanekaragaman hayati pada kawasan lindung, a.l Cagar Alam Rawa Danau Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah CidanauCiujung-Cidurian Terciptanya batas kawasan hutan yang jelas antara Perum Perhutani, BBKsumber daya air, PTPN, dan lahan masyarakat hulu Terlaksananya PerMenTan No. 47/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan Terlaksananya penanaman kawasan non hutan yang berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi, contoh kopi

5) Terancamnyanya keaneka-ragaman hayati

Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan agak kritis 50% area, kumulatif menjadi 70% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 50% area, kumulatif menjadi 70% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Menambah luas hutan lindung dengan tidak memperpanjang ijin hutan produksi yang sudah habis masa ijin pengelolaannya, secara selektif Melaksanakan perlindungan dan pelestarian keaneka-ragaman hayati pada kawasan lindung, secara berkelanjutan Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA pada wilayah di Cidanau-CiujungCidurian (25%), kumulatif (50 %) Mengawasi dan mengendalikan pengunaan lahan sesuai batas yang telah ditetapkan, serta menegakkan peraturan yang berlaku, secara berkelanjutan

Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 30% area, kumulatif menjadi 100% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 30% area, kumulatif menjadi 100% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Menambah luas hutan lindung dengan tidak memperpanjang ijin hutan produksi yang sudah habis masa ijin pengelolaannya, secara selektif Melaksanakan perlindungan dan pelestarian keaneka-ragaman hayati pada kawasan lindung, secara berkelanjutan Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA pada wilayah di Cidanau-CiujungCidurian (50%), kumulatif (100%) Mengawasi dan mengendalikan pengunaan lahan sesuai batas yang telah ditetapkan, serta menegakkan peraturan yang berlaku, secara berkelanjutan

Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan agak kritis pada seluruh DAS disertai insentif bagi kelompok masyarakat yang melaksanakannya Menyadarkan masyarakat untuk melindungi dan memperbaiki lahan potensial kritis

Secara selektif tidak memperpanjang ijin Bappeda, Dinas Kehutanan Prov, Perum hutan produksi, merubah status menjadi Perhutani, Kelompok Masyarakat hutan lindung, sampai tercapai jumlah 30% wilayah 3 Ci Melestarikan keaneka-ragaman hayati BLHD Prov, KLH, Kelompok Masyarakat pada kawasan lindung, a.l Rawa Dano

6) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah CidanauCiujung-Cidurian 7) Kurang jelasnya batas di lapangan kawasan milik Perum Perhutani, BBKsumber daya air, PTPN dan lahan masyarakat di hulu, sehingga terjadi perambahan hutan 8) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis

Melaksanakan sinkronisasi Gerhan dan GNKPA pada wilayah di CidanauCiujung-Cidurian

Dinas Kehutanan, BBWS, Dinas/Badan PU/SDA, BLHD, Bappeda, Perkebunan, dll yang terkait di tk. Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Melakukan pemetaan detail dan memasang tanda batas yang jelas pada kawasan hutan. Mengawasi dan mengendalikan pengunaan lahan sesuai batas yang telah ditetapkan.

Memasang tanda batas kawasan hutan, dan mengamankannya secara berkelanjutan

Dinas Kehutanan Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBKSDA, Perum Perhutani, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No. 47/2006, melaksanakan pelatihan dan melaksanakan gerakan budidaya pertanian di lahan pegunungan melalui pendekatan sekolah lapang, (10% area) Melaksanakan percontohan dan pendampingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, disertai pemberdayaan pananaman sistem tumpangsari untuk pendapatan sehari-hari, target 15% area Menyusun sistem pemberian Insentif bagi yang menambah dan disinsentif bagi pengembang yang mengurangi RTH, dituangkan dalam Perda (2011-2013). Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya (2014-2015) Menyusun Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mensyaratkan untuk memenuhi daya dukung lingkungan, mensosialisasikan, menegakkannya, serta menerapkan sanksinya. Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya

Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap II (40% area), kumulatif (50% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 25%, kumulatif 40% Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan

Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap III (50% area), kumulatif (100% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 60%, kumulatif 100% Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan

Menyelenggarakan budidaya pertanian lahan pegunungan yang sesuai dengan kaidah konservasi berpedoman kepada PerMenTan No. 47/2006 Membimbing masyarakat di kawasan berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi, dan memberdayakan agar tetap mendapat penghasilan untuk kehidupan hariannya

Dinas Perkebunan, Pertanian tk Prov/Kab/Kota terkait, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat

Dinas Perkebunan, Pertanian tk Prov/Kab/Kota terkait, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat

9) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan

Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan sebesar 30% atau sesuai dengan peraturan

Menambah luas RTH sehingga tercapai standar sesuai peraturan (30% luas)

Dinas Tata Ruang/ Tata Kota, PU, Bappeda, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat

P 10) Masih adanya kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan

Terwujudnya kawasan pemukiman yang memenuhi daya dukung lingkungan

Memantau secara berkelanjutan pembangunan kawasan pemukiman untuk memenuhi daya dukung lingkungan, serta menerapkan sanksi pelanggarannya

Memantau secara berkelanjutan pembangunan kawasan pemukiman untuk memenuhi daya dukung lingkungan, serta menerapkan sanksi pelanggarannya

Menyusun dan menerapkan Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi

Dinas Perumahan/ Tata Kota, PU, Bappeda, DPRD, BPN, Developer dan Kelompok Masyarakat

P 11) Belum ada penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/ waduk P 12) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan, selain DAS Cidanau

Terwujudnya Perda tentang sempadan pada sungai dan situ/ waduk Terlaksananya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan

Menerapkan Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk

Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya

Menginvetarisasi dan mengkaji potensi obyek dan subyek kerjasama pengelolan jasa lingkungan dengan referensi DAS Cidanau (2011-2013),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2014-2015)

Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya

Menyusun Perda, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Perda tentang sempadan dan sungai situ/waduk Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan)

Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat BLHD Dinas Kehutanan, Perkebunan tk Prov/kab/kota, BBWS, Dinas SDA Prov, Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

142

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 No. Aspek/Sub Aspek A B P C P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis D P 13) Belum optimalnya kerjasama huluhilir dalam pelaksanaan konservasi DAS Sasaran/Target yang diinginkan Terlaksananya konservasi DAS dg prinsip kerjasama hulu-hilir, antar Provinsi, antar Kab/Kota, antara swasta-masyarakat i Jangka Pendek (2011-2015) Menginvetarisasi potensi kerjasama hulu-hilir pada masing-masing DAS. Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir pada DAS Ciujung, dengan referensi DAS Cidanau
dan

STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciujung. Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir untuk DAS Cidurian (antar kab./kota, Melaksanakan penyadaran masyarakat tentang fungsi lahan bekas sudetan sungai. Menertibkan dan mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sebagai bagian dari daerah milik sungai Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan, serta kaji ulang dan pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Melaksanakan (2016-2020 = 25%, kumulatif = 35%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (30%), kumulatif (40%)

iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Cidurian (Prov. Jabar dan Banten) dan DAS lainnya (antar kab./kota)

Kebijakan operasional Mengembangkan, melaksanakan dan memantau kerjasama hulu-hilir setiap DAS dalam pelaksanaan konservasi

Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Bappeda, Dinas Kehutanan, Perkebunan, PU/SDA, Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat, Swasta

P 14) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai

Terlindunginya lahan bekas sudetan sungai

Melaksanakan penyadaran masyarakat tentang fungsi lahan bekas sudetan sungai. Menertibkan dan mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sebagai bagian dari daerah milik sungai Melakukan inventarisasi lokasi penambangan, memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan, serta kaji ulang dan pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan melaksanakan (2014-2015 = 10%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungaisungai utama pada wilayah Cidanau-CiujungCidurian Menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (10%)

Melaksanakan penyadaran masyarakat tentang fungsi lahan bekas sudetan sungai. Menertibkan dan mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sebagai bagian dari daerah milik sungai Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan, serta kaji ulang dan pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Melaksanakan (2021-2030 = 65%, kumulatif = 100%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Melaksanakan perencanaan pembangunan muara dan erosi pantai (60%), kumulatif (100%)

Mengembalikan fungsi lahan bekas BBWS, Dinas PU/SDA, BPN, tk sudetan sebagai bagian dari daerah milik Prov/Kab/Kota, masyarakat sungai

P 15) Terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan kerikil

Terlindunginya dasar dan alur sungai terhadap kerusakan akibat penambangan pasir dan kerikil

Memberikan arahan lokasi yang sesuai Dinas Pertambangan/ ESDM, BLHD, untuk penambangan, serta kaji ulang dan Dinas PU/SDA Kab./Kota/Prov, BBWS pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Melaksanakan perlindungan alur dan tebing sungai yang optimal BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P 16) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah CidanauCiujung-Cidurian P 17) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai

Terwujudnya perlindungan yang optimal pada alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-CiujungCidurian Terlindunginya kawasan muara dan pantai khususnya di 30 lokasi erosi pantai

Melindungi muara dan pantai dengan struktur

Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

143

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 No. Aspek/Sub Aspek A 1.2 PENGAWETAN AIR B P C P D P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Belum optimalnya pembangunan dan pemeliharaan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 2) Berkurangnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Sasaran/Target yang diinginkan Bertambah dan terpeliharanya waduk, situ dan kolam retensi i Jangka Pendek (2011-2015) Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah ada, serta melaksanakan pemeliharaannya Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah di seluruh DAS secara berkelanjutan melalui kampanye penyadaran masyarakat, peraturan standar bangunan dan pengendalian IMB STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah ada, serta melaksanakan pemeliharaannya Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah di seluruh DAS secara berkelanjutan melalui kampanye penyadaran masyarakat, peraturan standar bangunan dan pengendalian IMB Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (20162020) = 30% area, kumulatif 50% area iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah ada, serta melaksanakan pemeliharaannya Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah di seluruh DAS secara berkelanjutan melalui kampanye penyadaran masyarakat, peraturan standar bangunan dan pengendalian IMB Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (20212030) = 50 % area, kumulatif 100% area Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait

Menampung air hujan untuk mengurangi BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, aliran permukaan Balai PSDA, Kelompok Masyarakat

Terlindunginya dan meningkatnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilatyah CidanauCiujung-Cidurian

Menyadarkan masyarakat untuk meningkatkan fungsi daerah resapan dan mengendalikan IMB

Dinas Tata Ruang, Permukiman, PU/SDA , BLHD, Kehutanan Prov/Kab/Kota Terkait, BBWS, BPDAS, Kelompok Masyarakat

3) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat

Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat

4) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian

Terlindunginya mata air di wilayah Cidanau-CiujungCidurian secara berkelanjutan

Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2011-2013) dan melaksanakan pembuatan biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20% area Mensosialisasikan peraturan tentang sempadan sumber air. Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%) Melaksanakan inventarisasi kerusakan mata air. Merehabilitasi dan OP mata air (25%)

Meningkatkan jumlah air yang meresap dan menurunkan angka pengaliran

Dinas Permukiman/Tata Kota, PU/SDA , BLHD Prov/Kab./Kota Terkait, BBWS, Kelompok Masyarakat

Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%, kumulatif 100%). Mengawasi dan memelihara sempadan sumber air di sekitar mata air Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air (25%), kumulatif (50%) Menetapkan dan mematok sempadan situ (jumlah 50%, kumulatif 100%). Mengawasi dan memelihara sempadan situ Melaksanakan rehabilitasi situ melalui perencanaan partisipatif masyarakat setempat, pada Wilayah Cidanau-CiujungCidurian (25%), kumulatif (40%)

Mengawasi dan memelihara sempadan sumber air di sekitar mata air

Melindungi keberadaan lingkungan sumber air dengan memasang patok batas sempadan yang jelas

BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air (50%), kumulatif (100%) Mengawasi dan memelihara sempadan situ

Melakukan perbaikan dan pemeliharaan BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA mata air secara berkelanjutan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Melindungi keberadaan lingkungan situ dengan memasang patok batas sempadan secara jelas Melindungi dan memulihkan kapasitas dan fungsi situ di Wilayah CidanauCiujung-Cidurian BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

5) Adanya kerusakan situ dan prasarananya

Terlindunginya situ di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian secara berkelanjutan Terlaksananya rehabilitasi situ, untuk mengembalikan kapasitas dan fungsinya sesuai rencana

Mensosialisasikan peraturan tentang sempadan situ. Menetapkan dan mematok sempadan situ (jumlah 50%) Menginventarisasi kerusakan situ dan prasarananya. Melaksanakan rehabilitasi situ melalui perencanaan partisipatif masyarakat setempat, pada Wilayah Cidanau-CiujungCidurian (15%) Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya

Melaksanakan rehabilitasi situ melalui perencanaan partisipatif masyarakat setempat, pada Wilayah Cidanau-CiujungCidurian (60%), kumulatif (100%)

BBWS, Dinas PU/SDA Prov./Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

6) Masih terjadinya alih fungsi situ menjadi pemukiman atau tempat usaha 7) Kurangnya pemberdayaan masyarakat sekitar mata air dan situ berkaitan dengan pemeliharaan sumber air 8) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah, pada CAT Serang-Tangerang, berakibat terjadinya penurunan muka air tanah, muka tanah dan/ atau intrusi air laut 9) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan

Terlindunginya situ secara berkelanjutan

Menerapkan Perda tentang perlindungan dan fungsi situ

Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ (jumlah 50%, kumulatif (100%) Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah, serta menindak pengambilan yang melampaui ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan

Terwujudnya pemberdayaan masyarakat sekitar mata air dan situ, untuk ikut memelihara sumber air Terlaksananya pengendalian pengambilan air tanah

Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ (jumlah 25%)

Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ (jumlah 25%, kumulatif 50%) Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah, serta menindak pengambilan yang melampaui ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan

Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah, serta menindak pengambilan yang melampaui ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan

Menyusun Perda, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ untuk ikut berperan melindungi lingkungan sumber air Melaksanakan pemantauan dan penertiban pengambilan air tanah, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan, secara berkelanjutan

Dinas PU/SDA, DPRD, BPN Prov/Kab/Kota, Satpol PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat Dinas PU/SDA, Kehutanan Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat Dinas ESDM/Pertambangan, PU/CK/SDA, BLHD, PDAM, Badan Regulator, BBWS, Kelompok Masyarakat

Tercapainya efisiensi pemakaian air irigasi Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Berkurangnya kebocoran distribusi air minum

lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Melaksanakan efisiensi dan hemat air keperluan rumah tangga dan industri PDAM, Badan Regulator, Dinas PU/CK/SDA Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

144

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI

1 No. 1.3 Aspek/Sub Aspek PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN A P

2 B P

3 C P

4 Permasalahan Berdasarkan Analisis D P 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) Sasaran/Target yang diinginkan Peningkatan kualitas air sungai, situ dan waduk (min. Kelas II menurut PP no 82/2001) i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan program kali bersih secara terpadu (Prokasih, Superkasih) dan program penilaian kinerja perusahaan (Proper), secara rutin Merencanakan dan mengalokasi air penggelontoran melalui kesepakatan dalam TKPsumber daya air, serta melaksanakan penggelontoran sungai Mendorong terbitnya penetapan kelas air sungai dan waduk oleh Gubernur

STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai

iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai

Kebijakan operasional Meningkatkan kualitas air sungai sesuai atau lebih baik dari standar baku mutu

Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Dinas Kebersihan, BLHD, Dinas PU, BBWS, Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA, TKPSDA, Kelompok Masyarakat

Mengalokasikan air untuk penggelontoran sungai

Menegakkan peraturan tentang kelas air sungai dan waduk

* Menegakkan peraturan tentang kelas air sungai dan waduk

Menetapkan kelas air sungai dan waduk BLHD, BBWS, Bappeda, Dinas Perindustrian, PU/SDA tk Prov/kab/kota, TKPSDA, Kelompok Masyarakat Melaksanakan peningkatan sistim monitoring kualitas air sungai BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA, Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin. serta menegakkan peraturan. Merencanakan sistem monitoring kualitas air real time Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) 2) Belum opmimalnya pengelolaan limbah industri Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah industri Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah (terutama logam berat), dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL

Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan. Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah (terutama logam berat), dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL Memberikan teguran dan penindakan (penegakan hukum) bagi industri yang membuang limbah tidak melalui IPAL

Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan Mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah (terutama logam berat), dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL Memberikan teguran dan penindakan (penegakan hukum) bagi industri yang membuang limbah tidak melalui IPAL

Membangun dan mengoperasikan sistem BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA, monitoring kualitas air real time Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Meningkatkan SDM petugas terkait BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA, pengelolaan lingkungan (khususnya Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok kualitas air) Masyarakat

Memasyarakatkan Perda tentang pengolahan limbah industri dan kualitas limbah yang dapat dibuang ke perairan umum, terutama berkaitan logam berat, secara berkelanjutan Melaksanakan pengawasan ketat kualitas limbah industri sesuai baku mutu limbah cair (terutama logam berat) disertai penegakan hukum bagi pelanggar; Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. Menyusun data base industri, serta terintegrasi dalam sistim informasi kualitas air

BPHD, Dinas Perindustrian, PU/SDA Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

Memberikan teguran dan penindakan (penegakan hukum) bagi industri yang membuang limbah tidak melalui IPAL

BLHD, Dinas Perindustrian, PU/SDA Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Kelompok Masyarakat

Menyusun perencanaan pembangunan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, beserta penyiapan organisasi pengelolanya Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. Melaksanakan identifikasi, penyusunan, updating data base: lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi dan jenis industri di wilayah 3 Ci 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah cair domestik dan perkotaan; Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (5% area kota), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pengolahan limbah cair individu, perdesaan & komunal (terutama daerah berpenduduk padat & sekitar sumber air); 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian Terwujudnya pengendalian limbah pertanian; Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk secara benar dan sesuai anjuran Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya Terwujudnya pengendalian limbah peternakan; Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan limbah peternakan (untuk pupuk organik, biogas), disertai percontohan dan pemberdayaan peternak Melaksanakan sosialisasi penggunaan IPAL peternakan, disertai pembangunan IPAL percontohan dan pemberdayaan peternak

Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya

Mengembangkan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah 3 Ci Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (35% area kota, kumulatif 50%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pengolahan limbah cair individu, perdesaan & komunal (terutama daerah berpenduduk padat & sekitar sumber air); Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk secara benar dan sesuai anjuran, serta monitoring kepatuhan petani di lapangan Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak (pupuk organik, biogas), disertai percontohan dan pemberdayaan petani Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemberdayaan peternak

Swasta, BLHD, Dinas Perindustrian, Dinas PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat BLHD, Dinas Perindustrian, Bappeda PU/SDA Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah 3 Ci Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (10% area kota, kumulatif 15%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pengolahan limbah cair individu, perdesaan & komunal (terutama daerah berpenduduk padat & sekitar sumber air); Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk secara benar dan sesuai anjuran, serta monitoring kepatuhan petani di lapangan Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak (pupuk organik, biogas), disertai percontohan dan pemberdayaan petani Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemberdayaan peternak

Dinas PU/SDA, BBWS, BLHD, Dinas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait di Prov/Kab/kota, Kelompok Masyarakat

Merencanakan dan membangun sistem sanitasi perkotaan dengan memisahkan saluran pembuangan air limbah perkotaan dari saluran drainasi kota, secara bertahap

Dinas PU/CK, BLHD Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan pemberdayaan BLHD, Dinas Kebersihan, Dinas masyarakat thd penggunaan pengolahan Kesehatan, Dinas PU/PSDA, Bappeda limbah cair rumah tangga Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan penyadaran masyarakat tani tentang penggunaan pestisida dan pupuk sesuai anjuran Melaksanakan monitoring kualitas air saluran irigasi, sungai, situ dan waduk, terhadap sisa/ limbah pestisida dan pupuk Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak;

BLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

BLHD, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat

Dinas Peternakan, BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat, swasta

Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman

145

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci ( 3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI

1 No. Aspek/Sub Aspek A P

2 B P

3 C P

4 Permasalahan Berdasarkan Analisis D P 6) Pengelolaan limbah/sampah belum optimal Sasaran/Target yang diinginkan Terwujudnya pengelolaan limbah sampah i Jangka Pendek (2011-2015) Meningkatkan layanan pengambilan sampah perkotaan dan perdesaan dan penambahan tempat pembuangan sampah sementara maupun pembuangan akhir. Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Memperkenalkan, sosialisasi dan percontohan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh Pemda Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya.

STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Meningkatkan layanan pengambilan sampah perkotaan dan perdesaan dan penambahan tempat pembuangan sampah sementara maupun pembuangan akhir. Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh swasta dan masyarakat, dengan menerapkan insentif Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya.

iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Meningkatkan layanan pengambilan sampah perkotaan dan perdesaan dan penambahan tempat pembuangan sampah sementara maupun pembuangan akhir. Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh swasta dan masyarakat Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya.

Kebijakan operasional Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu dan berkelanjutan Melaksanakan pengelolaan sampah melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle) Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem bank sampah oleh swasta dan masyarakat, dengan menerapkan insentif pada tahap awal Melarang membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya.

Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Bappeda, Dinas Kebersihan, Dinas PU/CK kab/kota, BLHD, Kelompok Masyarakat

Bappeda, Dinas Kebersihan, PU/CK, BLHDkab/kota, Kelompok Masyarakat

Bappeda, Dinas Kebersihan, PU/CK, BLHD kab/kota, Kelompok Masyarakat, swasta Dinas Kebersihan, Dinas PU/CK/SDA, BLHD kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

146

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci ( 3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
No. 2.1

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


1 Aspek/Sub Aspek
PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

2 B P

3 C P

4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan Terbitnya Pergub peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu, termasuk penetapan kelas air sungai Terbitnya penetapan zona pemanfaatan sumber air dan terintegrasinya pada peta RTRW Prov. Banten Tercukupinya kebutuhan air irgasi desa dan air rumahtangga pedesaan Meningkatnya efisiensi penggunaan air RKI utk mengurangi kebutuhan air Mengurangi pencurian air atau pemborosan air RKI dan irigasi D P i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun, merumuskan Pergub melalui Dewan sumber daya air prov. dan mensosialisasikan peruntukan air dari sumber air (termasuk klas air sungai), secara berkelanjutan Menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan memadukan pada peta RTRW Prov dan Kabupaten /Kota Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan pengambilan air baku RKI dan irigasi

A P

1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu

STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Mengkaji ulang dan merumuskan kembali, Pergub peruntukan air dari sumber air (termasuk klas air sungai), melalui Dewan sumber daya air. Menerapkan Pergub Mengkaji ulang dan menetapkan kembali zona pemanfaatan air dan memadukan pada peta RTRW Prov dan kab/Kota Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan

iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Mengkaji ulang dan merumuskan kembali Pergub peruntukan air dari sumber air (termasuk klas air sungai), melalui Dewan sumber daya air. Menerapkan Pergub Memantau pelaksanaan zona pemanfaatan air dan melakukan revisi jika diperlukan Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan

Kebijakan operasional Menyusun, merumuskan, menetapkan, mensosialisasikan dan menerapkan Pergub peruntukan air dari sumber air termasuk klas air sungai

Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Dinas PU/SDA, Bappeda, BBWS, Dewan SDA prov, Kelompok Masyarakat

2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan RKI, karena kurangnya tampungan air/ waduk

Mengkaji menetapkan zona pemanfaatan Dinas Tata Ruang, Tata Kota, PU/SDA air dan memadukan pada peta RTRW Prov, BBWS, Kelompok masyarakat Prov, kab/kota Memanfaatkan panen air hujan/ tampungan lokal untuk kebutuhan setempat Dinas PU/SDA/CK Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

2.2

PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR

Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air

Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air

Terlaksananya penyediaan lahan untuk program pembangunan waduk, saluran pembawa, dan prasarana sumber daya air lainnya melalui pembebasan lahan yang adil dan menguntungkan masyarakat yang terkena dampak Terbangunnya waduk dan tampungan air untuk penyediaan air irigasi, air baku RKI termasuk suplai air baku ke ibukota Jakarta

Mengkaji kembali kebijakan Resettlement (dan ganti rugi, dalam rangka pembebasan lahan sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan setempat. Menerapkan hasil kajian untuk pembebasan lahan selanjutnya

---

---

Mengendalikan pengambilan air pernukaan untuk RKI sesuai SIPA, dan air irigasi sesuia kebutuhan, serta melaksanakan penegakan hukum bagi pelanggarnya Melaksanakan pembebasan lahan untuk keperluan program pembangunan melalui resttlement dan ganti rugi kepada masyarakat terdampak, secara adil dan dapat bermanfaat untuk penghidupan selanjutnya

BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok Masyarakat

Pemda, Bappeda, Dinas Sosial, Pertanian/ Perkebunan, PU/SDA, BPN Prov, Kab/Kota, Kemdagri, Ditjen SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan konstruksi bendungan Karian (2014-2017), melaksanakan perencanaan detail, pembebasan lahan untuk Saluran Pembawa Karian Serpong Conveyance System (2013-2014), membangun KSCS tahap I dan WTP (2015-2017) Melaksanakan pembebasan lahan lokasi genangan waduk Sindang Heula (2015-2016)

Melanjutkan pembangunan Bendungan Karian dan KSCS. Mengoperasikan Bendungan Karian (2018): air baku ke Tangerang & Jakarta 9,1 m3/det melalui KSCS, serta air baku dan irigasi ke Serang 5,5 m3/det melalui S.Ciberang Melaksanakan konstruksi bendungan Sindang Heula, saluran pembawa dan WTP (2018-2021) Menyusun perencanaan detail Bendungan Pasirkopo (2016-2017), dan pembebasan lahan (2019-2020) Melaksanakan konstruksi termasuk WTP (2016-2017) dan mengoperasikan Long Storage Ciujung Lama (2018) Melaksanakan pembangunan Bendung Karet Citawing termasuk WTP (20152017). Mengoperasikan (2018) Mengoperasikan Bendungan Krenceng, Stasiun Pompa Cidanau dan pipa pembawa, secara berkelanjutan

Melaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Karian, serta saluran pembawa KSCS

Menyimpan air pada waduk-waduk dan BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota, long storage untuk memenuhi penyedian Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat air irigasi dan RKI wilayah 3 Ci, termasuk untuk pengembangan Pelabuhan Bojonegara dan suplai air baku ke ibukota Jakarta

Mengoperasikan Bendungan Sindang Heula (2022): air baku Serang 0,8 m3/det, serta air irigasi Cibanten 0,8 m3/det Melaksanakan konstruksi (2021-2024) dan mengoperasikan Bendungan Pasirkopo (2025), manfaat air irigasi dan air baku 7 m3/det Mengoperasikan Long Storage Ciujung Lama

Melaksanakan studi kelayakan Bendungan Pasirkopo (2015).

Menyusun studi kelayakan dan perencanaan detail Long Storage Ciujung Lama (20132015) Menyusun perencanaan detail Bendung Karet Citawing (2013), serta melaksanakan pembangunannya (2015-2017) Menyusun perencanaan detail peningkatan Bendungan Krenceng, Stasiun Pompa Cidanau (2011-2013). Melaksanakan konstruksi peningkatan Bendungan Krenceng dan Sta.Pompa (2014-2015) Menyusun studi kelayakan Bendungan Cidanau (2013-2014), dan Perencanaan Detail (2015)

Mengoperasikan Bendung Karet Citawing

Mengoperasikan Bendungan Krenceng, Stasiun Pompa Cidanau dan pipa pembawa, secara berkelanjutan

Menyimpan air pada waduk-waduk untuk PT.KTI, BBWS, Kelompok Masyarakat memenuhi penyedian air RKI kota dan kawasan industri Cilegon

Menyusun perencanaan detail Bendungan Cidanau, dan pembebasan lahan (20162018), serta konstruksi Bendungan Cidanau (2019) Melaksanakan studi kelayakan Bendungan Tanjung dan Cilawang (2018-2020)

2) Antisipasi peningkatan jumlah penduduk, serta kegiatan industri dan ekonomi berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda penghubung antara P.Jawa dan P.Sumatera

Terlaksananya penyediaan air irigasi dan air baku RKI, mendukung pemenuhan kebutuhan air sesuai pertumbuhan jumlah penduduk, kegiatan industri dan kegiatan ekonomi yang tinggi Penyediaan tambahan suplai air baku/ air bersih ke Jakarta

---

Melanjutkan pelaksanaan konstruksi, dan mengoperasikan Bendungan Cidanau (2022). Direncanakan tambahan debit 2 m3/det (total menjadi 4 m3/det) ke waduk Krenceng Menyusun perencanaan detail Bendungan Tanjung atau Cilawang, dan pembebasan lahan (2021-2025). Melaksanakan pembangunan Bendungan Tanjung atau Cilawang (2026-2030), manfaat 7 m3/det air irigasi dan air baku RKI

BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota, PT.KTI, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat

Menyediakan air irigasi dan air baku RKI BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota, untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah PT.KTI, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat penduduk, kegiatan industri dan kegiatan ekonomi yang tinggi berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda, serta mendukung kebutuhan air baku Jakarta Barat Menyediakan pasokan air ibukota Jakarta dengan membangun wadukwaduk di S.Ciujung dan S.Cidurian BBWS, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt, Banten, Kelompok Masyarakat

3) Perlu tambahan penyediaan pasokan air baku ke Jakarta dari arah barat. Saat ini terdapat air bersih 3 m3/det dari S.Cisadane ke Jakarta 4) Keterbatasan layanan PDAM Kab./Kota

Melaksanakan pembangunan Karian Serpong Conveyance System (KSCS) tahap I, serta Water Treatment Plan, debit rencana air bersih ke Jakarta 3,2 m3/det Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi (50% jml penduduk)

Mengoperasikan KSCS tahap I setelah bendungan Karian terbangun, debit 3,2 m3/det ke Jakarta

Merencanakan dan membangun KSCS tahap II setelah bendungan Pasirkopo/ Tanjung/ Cilawang terbangun

Meningkatnya cakupan layanan PAM Kab./Kota sesuai target MDG's

Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi (60% jml penduduk)

Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi (70% jml penduduk)

Meningkatkan jumlah sambungan rumah PDAM Prov/Kab/Kota, Dinas PU/CK tangga mencapai 70% jml penduduk Kab.Kota, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

147

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

1 No. 2.3 Aspek/Sub Aspek PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR A P

2 B P

3 C P

4 Permasalahan Berdasarkan Analisis D P 1) Terganggunya fungsi irigasi karena adanya pengambilan air baku RKI di saluran induk irigasi Pamarayan Barat & Timur, Cidurian, sehingga terjadi konflik 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi Sasaran/Target yang diinginkan Terwujudnya harmonisasi penggunaan air irigasi dan air baku di saluaran Induk Pamarayan Barat dan Timur, Cidurian Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Pusat di wilayah 6 Ci, 31.592 ha (DI.Cidurian, DI.Ciujung), terutama yang rusak berat Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Provinsi dan Kab/Kota, terutama irigasi teknis dan semi teknis i Jangka Pendek (2011-2015) Mereview dan menyepakati alokasi air melalui Komisi Irigasi, serta melaksanakan alokasi air pada Saluran Induk Pamarayan Barat dan Timur, Cidurian, sesuai kesepakatan Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian, DI Ciujung), serta menambah bangunan/ alat pengukur debit, seluas 30% area

STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan alokasi air pada Saluran Induk Pamarayan Barat dan Timur, Cidurian, sesuai kesepakatan

iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan pemisahan saluran pembawa air baku dari saluran induk irigasi Pamarayan Barat, Timur, dan Cidurian Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian, DI.Ciujung), serta menambah bangunan/ alat pengukur debit, seluas 40% area, kumulatif 100% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi kewenangan Provinsi, Kab/Kota, seluas 40% area. Kumulatif 100% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 40% area, kumulatif 100%

Kebijakan operasional Melaksanakan alokasi air baku RKI dan air irigasi sesuai kebutuhan, untuk jangka panjang melakukan pemisahan fungsi saluran Irigasi dan saluran air baku RKI Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi mencapai 100%

Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian, DI.Ciujung), serta menambah bangunan/ alat pengukur debit, seluas 30% area, kumulatif 60% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi kewenangan Provinsi, Kab/Kota, seluas 30% area. Kumulatif 60% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 30% area, kumulatif 60%

Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi kewenangan Provinsi, Kab/Kota, seluas 30% area

Mendukung pengembangan irigasi Prov.Banten bagian selatan, dengan melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat 9.711 ha (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung) 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan Terlaksananya OP prasarana sungai sesuai standar

Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 30% area

Melaksanaan OP prasarana sungai (Tingkat Pelayanan 50%)

Melaksanaan OP prasarana sungai (Tingkat Pelayanan 75%)

Melaksanaan OP prasarana sungai (Tingkat Pelayanan 100%)

Melaksanaan OP prasarana sungai untuk mempertahahan tingkat layanan

Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan Meningkatnya efisiensi air irigasi

Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 Melaksanakan kajian SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (20112013) memformulasikan dan mengujicoba (2014-2015) Melaksanakan kaji ulang (2012-2013) SOP waduk Krenceng dan legalisasi (2014)

Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya, kumulatif (100%)

Melaksanakan OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya secara berkelanjutan

Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata pengelolaan situ-situ, baik secara swakelola maupun kontraktual

4) Belum adanya SOP tampungan/ situ di Wilayah Cidanau-CiujungCidurian

Tersedianya SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian

Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP tampungan/situ di Wilayah CidanauCiujung-Cidurian (2016-2020)

Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP tampungan/situ di Wilayah CidanauCiujung-Cidurian (2021-2030)

Menyiapkan SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian

5) Belum mutakhirnya SOP waduk Krenceng

6) Belum tersusunnya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi 7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi)

Mutakhirnya SOP waduk Krenceng sesuai peraturan, PP 37 tahun 2010 tentang Bendungan Tersedianya pedoman operasional AKNOP irigasi

Melaksanakan SOP di waduk Krenceng secara berkelanjutan

Melaksanakan SOP di waduk Krenceng secara berkelanjutan

Memutakhirkan SOP waduk Krenceng

Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan Terlaksananya irigasi partisipatif dan peningkatan kemampuan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier Meningkatnya IP mencapai 280% pada 2030, seiring dengan pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan efisiensi dan penambahan penyediaan air irigasi Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat, seluas 10.243 ha

Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh DI 3 Ci (2011-2013) dan menguji coba pelaksanaan AKNOP irigasi di beberapa DI (2013-2014). Melegalisasi AKNOP Irigasi (2015) Melaksanakan inventarisasi kondisi jaringan dalam rangka aset manajemen irigasi (25% area) Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier (30% area) dan pembinaan perannya dalam irigasi partisipatif Peningkatan IP dari 210% ke 250%

Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah 3 Ci (2016-2020) pada total area 50%

Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah 3 Ci (2016-2020) pada total area menjadi 100%

Mereview AKNOP Saluran Irigasi dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan bangunan (rp/ha), serta bangunan utama

Melaksanakan inventarisasi kondisi jaringan dalam rangka aset manajemen irigasi (25% area, kumulatif 50%) Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier (60% area, kumulatif 60%) dan pembinaan perannya dalam irigasi partisipatif Peningkatan IP dari 250% ke 265%

Melaksanakan inventarisasi kondisi jaringan dalam rangka aset manajemen irigasi (50% area, kumulatif 100%) Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier (40% area, kumulatif 100%) dan pembinaan perannya dalam irigasi partisipatif Peningkatan IP dari 265% ke 280%

Menyusun prioritas OP dan rehab jaringan dengan berdasarkan PAI.

8) Kurangnya pembinaan masyarakat petani dalam pelaksanaan irigasi partisipatif

Memberdayakan petani/ P3A dalam pengelolan jaringan irigasi tingkat tersier dan perannya dalam irigasi partisipatif

9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP)

Menaikkan IP dg pemberdayaan petani (dari 210% ke 280%), seiring dengan pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan efisiensi dan peningkatan penyediaan air irigasi

P 10) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat di pantai utara telah menurun.

Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (25% area)

Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (50% area, kumulatif 75%)

Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (25% area. Kumulatif 100%)

Merehabilitasi jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat.

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman

148

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

1 No. Aspek/Sub Aspek A 2.4


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

2 B P

3 C P

4 Permasalahan Berdasarkan Analisis D P 1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air Sasaran/Target yang diinginkan Terlaksananya pengembangan potensi tenaga air i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan inventarisasi potensi dan perencanaan pemanfaatan tenaga air (20112013), melaksanakan konstruksi mini-mikro hydro power (2014-2015 = 30%) Melakukan kajian pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi dan mendorong peran industri/ swasta untuk menerapkannya

STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan pembangunan pembangkit tenaga listrik di bendungan Karian dan mini-mikro hydropower 30% , kumulatif = 60% Mendorong pelaksanaan pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh industri/ swasta, dengan pemberian insentif bagi yang mengurangi pengambilan air tanah Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI, terutama dengan air baku dari Waduk Karian, serta meningkatkan kapasitas layanan PDAM Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pengembangan pembangkit tenaga listrik mini hidro

iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Membangun pembangkit tenaga listrik pada bendungan-bendungan dan minimikro hydropower 40%, kumulatif = 100%

Kebijakan operasional

Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait

Membangun pembangkit listrik tenaga air ESDM, PLN, BBWS, Dinas PU/ SDA prov, pada bendungan dan pengembangan Kelompok Masyarakat potensi mini dan mikro hydropower

2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi

Terlaksananya pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi, khususnya untuk air industri di kawasan perkotaan dan pantai utara Terlaksananya pengembangan pengusahaan air oleh swasta, contoh PT.KTI, air kemasan

Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh industri/ swasta, terutama di perkotaan dan pantai utara

Mendorong pengembangan penerapan Pemda kab/kota Tanggerang, Serang, teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh Cilegon, PDAM, industri/ swasta, industri/swasta, dengan pemberian Kelompok Masyarakat insentif bagi yang mengurangi pengambilan air tanah Mendorong pihak swasta untuk mengembangkan pengusahaan air baik untuk air bersih maupun tenaga air Pemda prov.Banten, BKPMD, Dinas Perdagangan, Perindustrian, PU/SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat

2.5

PENGUSAHAAN

1) Masih terbatasnya pengusahaan air oleh swasta di wilayah 3Ci

Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI, terutama dengan air baku dari Waduk Karian, serta meningkatkan kapasitas layanan PDAM

Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI, dari sumber air lainnya, serta meningkatkan kapasitas layanan PDAM

Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pengembangan pembangkit tenaga listrik mini hidro

Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pengembangan pembangkit tenaga listrik mini hidro

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

149

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3
No. 3.1

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


1 Aspek/Sub Aspek PENCEGAHAN BENCANA A P B P C P D P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Belum adanya Master Plan Sistem Pengendalian Banjir secara menyeluruh pada S.Ciujung dan Cidurian Sasaran/Target yang diinginkan Terlaksananya master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Ciujung dan Cidurian i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Ciujung dan Cidurian, dengan banjir rencana untuk kawasan: pertanian Q5, perkotaan Q25 STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan program-program prioritas pada master plan sistem pengendalian banjir pada S.Ciujung dan Cidurian, dengan banjir rencana kawasan pertanian Q5, kawasan perkotaan sementara dengan Q10 Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan normalisasi sungai Ciujung dan Cidurian dengan Q25, secara bertahap (25%), kumulatif (40%) Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan Drainasi 25%, kumulatif (50%) Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan program berikutnya, dan OP pada sistem pengendalian banjir pada S.Ciujung dan Cidurian, dengan banjir rencana kawasan pertanian Q5, perkotaan ditingkatkan Q25 Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan normalisasi sungai Ciujung dan Cidurian dengan Q25, secara bertahap (60%), kumulatif (100%) Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan Drainasi 50%, kumulatif (100%) Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun Relokasi penduduk Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait

Mengurangi korban/ kerugian akibat BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, banjir dan mengurangi frekuensi kejadian BPSDA, Kelompok Masyarakat banjir dengan banjir rencana untuk kawasan: pertanian Q5, perkotaan Q25

2) Menurunnya fungsi tanggul banjir di sungai Ciujung dan Cidurian

3) Berkurangnya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase (penyempitan sungai, pendangkalan alur, serta hambatan oleh bangunan sumber daya air)

Terlaksananya perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir pada sungai Ciujung dan Cidurian Tercapainya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase mampu menyalurkan banjir dengan debit tertentu

Melaksanakan perencanaan detail dan pelaksanaan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir secara bertahap Melaksanakan perencanaan normalisasi sungai Ciujung dan Cidurian dengan Q25, dan melaksanakannya secara bertahap (15%) Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan Drainase 25% Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air

Memelihara fungsi tanggul banjir secara berkelanjutan

BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat

Meningkatkan kapasitas aliran sungaai dan jaringan drainase untuk aliran Q25

BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi saluran drainasi secara berkelanjutan Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainasi secara berkelanjutan Menerbitkan penetapan daerah retensi dan perda mengenai daerah retensi termasuk larangan membangun

P P P

P P

P P 4) Penggunaan daerah retensi/ dataran banjir dan rawan banjir untuk pemukiman dan tempat usaha selain pertanian Tercapainya penetapan dan pemasangan patok batas kawasan retensi banjir serta melarang pembangunan di daerah retensi Terciptanya solusi dan terlaksananya ketetapan upaya bagi kawasan retensi yang telah terbangun Terwujudnya peta rawan banjir, serta meningkatnya pemahaman masyarakat tentang risiko di daerah rawan banjir Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian

BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, Kelompok Masyarakat

Merencanakan solusi dan menerapkan pengaturan bagi kawasan retensi yang telah terbangun Menyusun peta rawan banjir, mensosialisasikannya kepada masyarakat, disertai penjelasan tentang risiko yang dihadapi. Menyusun Perda yang membatasi pembangunan di daerah rawan banjir Mengidentifikasi potensi daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (20112013) dan membuat perencanaan daerah retensi (2014-2015) Menerbitkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas, serta sosialisasi Perda

Merencanakan solusi dan menerapkan pengaturan bagi kawasan retensi yang telah terbangun Mensosialisasikan risiko daerah rawan banjir. Membatasi pembangunan di daerah rawan banjir

__

Menetapkan pengaturan kawasan retensi BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, yang telah terbangun BPSDA, Kelompok Masyarakat

Mensosialisasikan risiko daerah rawan banjir. Membatasi pembangunan di daerah rawan banjir

Mensosialisasikan resiko daerah rawan banjir. Membatasi pembangunan di daerah rawan banjir

BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat

5) Kurang teridentifikasinya potensi daerah retensi

Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan dan pembangunan daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (30% area) Menerapkan perda sempadan sungai dan melaksanakan pengawasannya

Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan dan pembangunan daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (70% area), kumulatif menjadi 100% Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum

Mengidentifikasi potensi, merencanakan Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , dan membuat daerah/kolam retensi BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat Menertibkan sempadan sungai dan BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, mencegah terhadap penggunaan yang BPSDA, kelompok masyarakat dapat menghambat aliran banjir, diserati pemasangan patok batas yang jelas

6) Penggunaan bantaran sungai untuk pemukiman dan tempat usaha

Terwujudnya bantaran sungai bersih dari bangunan, timbunan material galian (pasir, kerikil) dan tanaman keras yang menghambat arus banjir

Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai 7) Pembuangan sampah ke saluran drainasi dan alur sungai menghambat aliran, mengakibatkan banjir 8) Belum adanya Perda pembatasan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan 9) Belum tersedia peta jalur dan tempat evakuasi bencana banjir Terwujudnya sungai dan saluran drainase bersih dari sampah Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat secara berkelanjutan untuk tidak membuang sampah ke sungai Menyusun Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan, serta sosialisasi kepada para pengembang dan masyarakat Merencanakan dan menetapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian Merencanakan pengembangan dan pemasangan sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan perencanaan sistem drainase dan kapasitasnya di perkotaan (2011-2013), melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan (2014-2015) Merencanakan dan membangun tanggul laut untuk melindungi water front city / kota Banten Lama Menyusun, menetapkan dan memasyarakatkan Perda tentang aturan pembangunan struktur di pantai dan kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS

Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat secara berkelanjutan untuk tidak membuang sampah ke sungai Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan

Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, serta pemberian sanksi bagi pelanggar Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan

Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai secara berkelanjutan Melaksanakan penyadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai Membatasi KDB dan pembuatan kolam detensi pada pembangunan komplek perumahan untuk mengurangi aliran permukaan akibat hujan Menetapkan lokasi pengungsian oleh Pemda Melaksanakan pemasangan sistem peringatan dini

Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat

Terbitnya Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan Tersedianya peta jalur evakuasi dan tempat pengungsian Terpasangnya sistem peringatan dini di semua sungai utama Terwujudnya sistem dan kapasitas aliran saluran drainase mikro yang memadai di perkotaan Teratasinya ancaman luapan air pasang laut

Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, Badan Perijinan, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi dan tempat pengungsian Melaksanakan pemasangan dan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan secara berkelanjutan

__

BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, kelompok masyarakat/swasta

P 10) Belum terpasangnya sistem peringatan dini banjir pada sungai utama P 11) Kurangnya tertatanya (sistem dan kapasitas drainase mikro) di perkotaan menyebabkan genangan di jalan P 12) Meningkatnya ancaman luapan air pasang laut

Melaksanakan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan secara berkelanjutan

BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BMKG, kelompok masyarakat/swasta Menata dan membangun sistem jaringan BBWS, Dinas PU/ SDA/CK Provinsi, drainasi mikro perkotaan yang terhubung Kab./Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat dengan sistem drainasi utama/ sungai

Memelihara tanggul laut untuk melindungi water front city/ kota Banten Lama

Memelihara tanggul laut untuk melindungi water front city/ kota Banten Lama, serta melakukan rehabilitasi jika diperlukan Memasyarakatkan, melaksanakan dan mengawasi Perda tentang aturan pembangunan struktur di pantai dan kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS, serta menerapkan sanksi bagi pelanggarnya

Melindungi water front city/ kota Banten Lama dari ancaman pasang air laut

Dinas PU/SDA provinsi, BBWS, Kelompok Masyarakat

P 13) Adanya pembangunan struktur pantai yang tidak berijin, dan menyebabkan terjadinya erosi pantai di lokasi sekitarnya

Stabilnya garis pantai, terlindungi terhadap erosi akibat gangguan oleh bangunan/ struktur di pantai

Memasyarakatkan, melaksanakan dan mengawasi Perda tentang aturan pembangunan struktur di pantai dan kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS, serta menerapkan sanksi bagi pelanggarnya

Mensyaratkan adanya Amdal/ KLHS dalam pembangunan struktur pantai, untuk mencegah kerusakan pantai

BLHD, Dinas PU-SDA Provinsi, Kab./Kota, BBWS, BPSDA, kelompok masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman

150

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 No. Aspek/Sub Aspek A P B P C P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis D P 14) Belum tersosialisasinya peta jalur evakuasi dan lokasi pengungsian bencana tsunami akibat aktivitas G. Krakatau Sasaran/Target yang diinginkan Pemahaman masyarakat tentang peta jalur evakuasi dan lokasi pengungsian, serta tindak darurat manakala ada ancaman bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan review dan penetapan peta jalur dan tempat evakuasi bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, serta sosialisasi ke masyarakat tentang jalur evakuasi STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Membangun jalur evakuasi dan penyiapan lokasi pengungsian bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi ke masyarakat dan pemasangan papan petunjuk Sosialisasi berkala tentang tindak darurat terhadap bahaya tsunami Melaksanakan sosialisasi peta rawan longsor Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis) Membina petani tentang budidaya padi sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati peraturan tentang pola tanam, secara berkelanjurtan Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Melaksanakan penyiagaan peralatan dan pelatihan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir secara berkelanjutan Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor Menyediakan cadangan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan peran masyarakat dan swasta iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Memelihara jalur evakuasi dan lokasi pengungsian bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi berkala ke masyarakat dan pemeliharaan papan petunjuk Sosialisasi berkala tentang tindak darurat terhadap bahaya tsunami __ Kebijakan operasional Mengantisipasi bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi ke masyarakat tentang jalur evakuasi Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Dinas Sosial, PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

P 15) Terjadinya kerugian akibat bencana longsor di beberapa tempat P

Berkurangnya kerugian akibat longsoran

Pendidikan kepada masyarakat terkena dampak tentang tindak darurat terhadap bahaya tsunami Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis).

Pendidikan kepada masyarakat dan sosialisasi berkala tettang tindak darurat terhadap bahaya tsunami Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis)

Dinas Sosial, Kominfo kab/kota, Kelompok Masyarakat BBWS, PJT II, Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Dinas P2B, Dinas Taru, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis) Membina petani tentang budidaya padi sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati peraturan tentang pola tanam, secara berkelanjurtan Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Melaksanakan penyiagaan peralatan dan pelatihan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir secara berkelanjutan Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor Menyediakan cadangan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan peran masyarakat dan swasta

P 16) Kekurangan air irigasi pada DI Ciujung dan Cidurian

Tercukupinya kebutuhan air irigasi

Membina petani tentang budidaya padi sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati peraturan tentang pola tanam, secara berkelanjurtan Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Melaksanakan pemantapan organisasi, penyediaan peralatan dan pelatihan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir

Mengurangi kebutuhan air irigasi dengan Dinas Petanian, PU/SDA Prov, Dinas cara budidaya sistem SRI, serta TanHutBun, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, mematuhi pola tanam Kelompok Masyarakat Meminimalisasi luapan air banjir yang menggenangi daerah sekitarnya Meningktakan kesiagaan peralatan dan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir di daerah rawan banjir BBWS, Dinas PU Prov/kab/kota, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), PMI, kelompok masyarakat

3.2

PENANGGULANGAN

1) Meluapnya air sungai Cidurian atau Ciujung menggenangi daerah sekitarnya

Teratasinya luapan air sungai

Terlaksananya evakuasi korban pada saat kejadian banjir

Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor Menyediakan cadangan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan peran masyarakat dan swasta

Mengantisipasi penanggulangan darurat BBWS, Dinas PU prov/kab/kota, BPBD, berupa evakuasi korban dan dana BNPB, PMI, kelompok masyarakat operasionalnya Memulihkan kondisi rumah korban pasca bencana dengan penyedian cadangan dana dari pemerintah, dan swasta serta melibatkan masyarakat Memulihkan kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air pasca banjir dan longsor Memulihkan kondisi prasarana dan sarana umum pasca bencana dengan penyedian dana dari pemerintah serta melibatkan peran masyarakat dan swasta Dinas PU/Permukiman, BBWS, Dinas PU/CK kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Swasta, kelompok masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,kab/kota, swasta, kelompok masyarakat

3.3

PEMULIHAN AKIBAT BENCANA

1) Belum optimalnya pemulihan kondisi rumah masyarakat yang menjadi korban setelah terjadinya bencana banjir dan longsor 2) Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setelah terjadinya bencana banjir dan longsor 3) Belum maksimalnya penyediaan dana untuk pelaksanaan pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum setelah terjadinya bencana banjir dan longsor

Tercapainya pemulihan kondisi rumah masyarakat

Terwujudnya perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak, memulihkan fungsinya Tersedianya dana yang memadai untuk pemulihan kondisi dan fungsi prasarana dan sarana umum

Dinas PU/Bina Marga, Bappeda Prov.,kab/kota, kelompok masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

151

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
4 SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
1 No. Aspek/Sub Aspek A P B P C P D P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Kurang handalnya database sumber daya air (Hidrologi, Hidrogeologi & Hidrometeorologi, Kebijakan sumber daya air, Prasarana sumber daya air, Teknologi sumber daya air, Lingkungan pada sumber daya air, Kegiatan SoSekBud) 2) Belum memadainya SDM yang menangani SISDA Sasaran/Target yang diinginkan Terwujudnya database sumber daya air yang lengkap dan terpercaya i Jangka Pendek (2011-2015) Mengevaluasi tingkat kehandalan data saat ini. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan penyajian data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan Kebijakan operasional Meningkatkan kualitas data dan tingkat kehandalan database sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat

Tersedianya SDM yang menangani SISDA secara memadai

Melaksanakan pengadaan pegawai dan meningkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan

Mengembangkan SDM secara berkelanjutan

Mengembangkan SDM secara berkelanjutan

Menyediakan SDM yang profesional untuk menangani SISDA

Ditjen SDA, Biro Kepeg & Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat

3) Belum lengkapnya peralatan (perangkat keras dan lunak) untuk yang menunjang SISDA

Tersedianya peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA terpadu

Menginventarisasi peralatan, mengevaluasi jaringan, melaksanakan rasionalisasi peralatan dan pengadaan peralatan baru untuk menunjang SISDA terpadu Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, perbaikan peralatan dan peningkatan SDM

Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan

Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan

Melaksanakan evaluasi, rasionalisasi, penyediaan, operasi dan pemeliharaan peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA

4) Belum tersedianya dana yang memadai untuk melaksanakan SISDA terpadu

Terwujudnya komitmen penyediaan dana untuk SISDA terpadu

Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan

Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan

Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat Menyediakan dana SISDA terpadu yang Bappenas, Ditjen SDA, BBWS, Bappeda memadai prov., Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat Menerbitkan pedoman tentang Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda pengelolaan SISDA yang sistematis dan prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., komprehensif Dipertan prov., dan instansi lain sesuai kebutuhan, Kelompok Masyarakat Mengintegrasikan data SISDA yang mudah diakses secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Ditjen SDA, Bappeda prov.kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat

5) Belum adanya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif

Tersedianya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif

Menyediakan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif

Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif

Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif

6) Belum adanya unit SISDA yang mengintegrasikan data sumber daya air yang berasal dari instansiinstansi terkait

Terintegrasinya data SISDA secara berkelanjutan

Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Menyeragamkan peta dasar dan data spatial, antar berbagai instansi terkait

Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Menyeragamkan peta dasar dan data spatial, antar berbagai instansi terkait

Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Menyeragamkan peta dasar dan data spatial, antar berbagai instansi terkait

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

152

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5
No. 5.1

PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH


1 Aspek/Sub Aspek LEMBAGA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR A P B P C P D P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas antar unit pengelola sumber daya air, al.: kewenangan terhadap situ, anak sungai 2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai Sasaran/Target yang diinginkan Terbitnya peraturan, pedoman atau MOU antar unit/ instansi tentang pembagian perannya dalam pengelola sumber daya air Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja pengelolaan sumber daya air i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun, membahas dan menyepakati pembagian peran dan wewenang antar institusi terkait bidang sumber daya air dalam bentuk pedoman, atau MOU kerjasama pengelolaan antar instansi Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Menambah jumlah pegawai sesuai analisis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Menambah jumlah pegawai sesuai analisis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Menjaga kesesuaian antara jumlah yang purna tugas dengan pengadaan pegawai baru sesuai analisis beban kerja Menjaga kesesusaian penempatan pegawai sesuai kompetensinya Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menajemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Membangun komitmen di antara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi operasional BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang pasokan air antar wilayah secara berkelanjutan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait

Menerbitkan pedoman atau MOU tentang Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., pembagian peran dan kerjasama antar kab/kota, Kelompok Masyarakat instansi dalam pengelolaan sumber daya air Meningkatkan kapasitas masing-masing BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, unit kerja Psumber daya air secara BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok berkelanjutan Masyarakat

Terpenuhinya jumlah pegawai dan peningkatan kapasitasnya, sesuai dengan kompetensinya

Memenuhi kebutuhan jumlah dan Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, kapasitas pegawai sesuai analisis beban BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, kerja Kelompok Masyarakat Memperbaiki pelaksanaan menejemen kepegawaian Menyusun, menetapkan dan menerapkan pedoman manajemen asset dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA

P P P

P P

P P 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air Terbitnya pedoman manajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air

Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%) Menyusun dan menetapkan pedoman menajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air

Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%), kumulatif 100% Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menajemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Membangun komitmen di antara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Mengoperasikan, memantau dan mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang pasokan air antar wilayah secara berkelanjutan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian

5.2

PENDANAAN

1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu

Terwujudnya keterpaduan dalam penyusunan program dan anggaran pengelolaan sumber daya air

Membangun komitmen di antara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Melakukan kajian dan penetapan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Melakukan kajian, pembahasan dan penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air

Meningkatkan komunikasi dan koordinasi Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci, dalam pengelolaan sumber daya air BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci

2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar wilayah layanan PJT

Terwujudnya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber daya air sebagai pemungut jasa pengelolaan sumber daya air Terkendalinya pengambilan air tanah dalam

Mengkaji, menetapkan dan menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Menetapkan BLU Pengelolaan sumber daya air dan memantau operasionalnya secara berkelanjutan

BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU

5.3

PENGATURAN PENGELOAAN SUMBER DAYA AIR P

1) Belum maksimalnya pengawasan pengambilan air tanah dalam

Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur pengambilan air tanah dalam, dan membangun sumur pantau pada lokasi yang rawan Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Menyusun dan menerbitkan dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Menetapkan kebijakan tentang pasokan air antar wilayah

Melaksanakan inventarisasi, dan BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM memantau pengambilan air tanah dalam Prov., Dinas SDA dan Pertambangan sesuai ijin yang telah diberikan Kab/Kota, BBWS, Satpol PP, Polri

2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan pasokan air antar wilayah (S. Ciujung/ S.Cidurian ke Jakarta) 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 2) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian 3) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 3Ci 4) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 5) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) 6) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di wilayah 3Ci 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana akibat daya rusak air

Meningkatnya kesadaran masyarakat/ swasta dalam pengambilan air tanah dalam

Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang pengambilan air tanah dalam

BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS

Terbitnya dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Terwujudnya kebijakan yang jelas mengenai suplai air antar wilayah provinsi Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Meningkatnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 3Ci Terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) Peningkatan kinerja forum komunikasi DAS Optimalnya koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir, bencana akibat daya rusak air lainnya, dan pemulihan prasarana yang rusak oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Melaksanakan pendelegasian perizinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Men. PU kapada Gubernur Menetapkan kebijakan tentang suplai air antar wilayah provinsi

Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., BBWS, BPSDA

Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota & BBWS, BPSDA BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian Kabupaten

5.4

FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian

Membentuk, mengaktifkan dan memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Meningkatkan Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 3Ci Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) Membentuk dan mengaktifkan forum DAS Meningkatkanerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan akibat daya rusak air

Mengaktifkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 3Ci secara berkelanjutan Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara berkelanjutan Membentuk forum komunikasi DAS dan mengaktifkan forum yang sudah ada Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir dan bencana akibat daya rusak air lainnya (termasuk tanah longsor)

Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 3Ci secara berkelanjutan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir dan bencana akibat daya rusak air lainnya (termasuk tanah longsor)

Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 3Ci secara berkelanjutan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian fungsi konservasi Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir dan bencana akibat daya rusak air lainnya (termasuk tanah longsor)

Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek. Dewan SDA Prov. Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota, Sek. Dewan SDA Kab./Kota BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci, Dinas PU DKI BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota, Bappeda, BBWS Bappeda prov, Dinas PU DKI, BBWS, BPPD, Kecamatan, Kelurahan, kelompok masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman

153

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5
No. 5.5

PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH


1 Aspek/Sub Aspek A PEMBERDAYAAN P & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA P B P C P D P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sumber daya air Sasaran/Target yang diinginkan Meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (30% area) Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Terwujudnya insentif kepada kelompok masyarakat yang telah mulai menyelenggarakan kegiatan secara swadaya 2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air Terlindungnya/ terjaganya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaan sumber daya air secara swadaya Melakukan inventarisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya/ tradisi menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan dan pemberdayaan dalam melestarikan budaya/ tradisi tersebut, secara berkelanjutan Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta bimbingan tentang hemat air irigasi, efisiensi menjadi 58% Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI atau metoda lainnya secara berkelanjutan Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area) Melaksanakan sosialisasi dan edukasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air industri melalui 3R Lihat (2.4) Pengembangan sumber daya air butir 2 STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (20% area, total menjadi 50%) Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaan sumber daya air secara swadaya Melakukan inventarisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya/ tradisi menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan dan pemberdayaan dalam melestarikan budaya/ tradisi tersebut, secara berkelanjutan Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta bimbingan tentang hemat air irigasi, efisiensi menjadi 61% Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI atau metoda lainnya secara berkelanjutan Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area), kumulatif (10%) Melaksanakan sosialisasi dan edukasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan secara berkelanjutan Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (50% area, total menjadi 100%) Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaan sumber daya air secara swadaya Melakukan inventarisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya/ tradisi menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan dan pemberdayaan dalam melestarikan budaya/ tradisi tersebut, secara berkelanjutan Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta bimbingan tentang hemat air irigasi, efisiensi menjadi 65% Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI atau metoda lainnya secara berkelanjutan Membina petani melaksanakan sistem SRI (10% area), kumulatif (20%) Melaksanakan sosialisasi dan edukasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan secara berkelanjutan Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Kebijakan operasional Melaksanakan pembinaan masyarakat, sehingga meningkatkan kesadaran dalam pengelolan sumber daya air Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS, Dinas PU/SDA, pemuka agama, tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat

Meningkatkan pembinaan kesadaran dan kemampuan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tersier

Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi Bapedda, Dinas Sosial, Dinas TanHutBun masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan Kab../Kota, Kelompok Masyarakat, Swasta sekitar sumber air, melalui pembinaan dan pendampingan

Melaksanakan prinsip insentif dan desinsentif dalam pemberdayaan masyarakat

Melaksanakan bimbingan dan pemberdayaan masyarakat untuk melestarikan budaya/ tradisi setempat dalam menjaga kelestarian hutan, lingkungan dan sumber daya air

Dinas Sosial, Kehutanan, Pertanian, BPLHD Kab/Kota, Prov., Dinas Pu/SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat

3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air

Meningkatnya kesadaran petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi Terlaksananya pembinaan petani berhemat air irigasi dengan sistem SRI atau metoda lainnya

Meningkatkan pmbinaan petani utk hemat air irigasi. Melaksanakan sosialisasi dan pelaksanaan hemat air melalui demplot sistem SRI atau metoda lainnya

Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, IP3A/GP3A/P3A, petani Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani

P P P

P P

P P Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan Terlaksananya penerapan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle Terlaksananya pengembangan dan Penerapan Teknologi desalinisasi air laut atau ultra filtrasi, untuk industri 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah Meningkatnya kesiapan masyarakat menghadapi banjir Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm pengendalian sampah di saluran, sungai Terlaksananya peningkatan pengembangan dan penerapan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan Terlaksananya peningkatan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan, termasuk MCK, dengan memanfaatkan CSR Terlaksananya peningkatan peran serta perempuan dalam bidang pengelolaan sumber daya air, pertanian dan keterlibatan dalam organisasi kelompok masyarakat

Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle

Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok masyarakat perkotaan

Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat Industri

Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Lihat (1.3) Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran butir 6

Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan

Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan

Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir

BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat

6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Pembayaran Jasa Lingkungan (IJL), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan

Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR

Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan

Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan

Meningkatkan peran swasta dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan melalui dana CSR dan IJL

Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, kelompok masyarakat, Kadinda

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan penggunaan MCK

Dinas CK, Dinas PerKim prov., kab/kota, BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, BPSDA, swasta dan kelompok masyarakat Dinas Sosial Prop/Kab/Kota, Badan Pemberdayaan Masyarakat Prov/Kab/Kota, Bappeda Prop/Kab/Kota, Dinas Pertanian Prop/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

7) Masih terbatasnya peran serta perempuan dalam kegiatan masyarakat di bidang pengelolaan sumber daya air, pertanian dan keterlibatan dalam organisasi kelompok masyarakat

Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, termasuk kegiatan konservasi sumber daya air (a.l penanaman pohon, mencegah pencemaran air, MCK, pengelolaan sampah), pendaya-g

Melaksanakan pemberdayaan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, termasuk kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, penyebar-luasan informasi, s

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

154

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
PENATAAN RUANG
1 No. Aspek/Sub Aspek A P B P C P D P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan Sasaran/Target yang diinginkan Terlaksananya UU 26/2007 tentang Penataan Ruang dan PP 26 Thn 2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Menetapkan zonasi pemanfaatan sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota Menetapkan zona daerah rawan bencana tsunami, rawan banjir, rawan longsor, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota Menetapkan kawasan yang harus diproteksi dari pembangunan perumahan/ perkotaan, antara lain lokasi calon genangan waduk/ tampungan air, kawasan retensi banjir, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota, serta melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahannya Mencantumkan struktur bangunan utama sumber daya air dalam RDTR Kab/Kota Mencantumkan kawasan rehabilitasi hutan dan lahan sesuai RTkRHL dalam RTRW Kab/Kota Menyusun Perda, mensosialisasikan dan menerapkan insentif dan disinsentif (tarif PBB yang berbeda untuk tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undangundangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan Membatasi peruntukan kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB, building code, melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan yang terkena genangan, melaksanakan pemantauan dan mengawasi pelaksanaan RTRW iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undangundangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan Membatasi peruntukan kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB, building code, melaksanakan yang terkena genagan, kepemilikan lahan melaksanakan pemantauan dan mengawasi pelaksanaan RTRW Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait

Mensosialisasikan, memantau, Dinas Tata Ruang, PU/CK/SDA, Bappeda mengawasi dan melakukan penindakan Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok terhadap pelanggaran peraturan Per-UU- Masyarakat an tentang penataan ruang dan RTRW Prov, Kab/Kota

Terlaksananya UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Mengendalikan pembangunan sesuai RTRW, dengan pengendalian perijinan

Dinas Tata Ruang , Tata Kota, PU/CK/SDA, Bappeda Prov/Kab/Kota , BBWS, PPNS, Polisi, Kelompok Masyarakat Dinas Tata Ruang, PU/PSDA, Bappeda, Badan Perijinan tk Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P

P P

P P

Terwujudnya insentif dan disinsentif terhadap kondisi pengelolaan lahan yang berbeda (tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) Terlaksananya UU 41/2009 ttg Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PP 1 tahun 2011

Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi)

Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi)

Menerapkan insentive dan disinsentive, pembedaan tarif PBB (tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi)

Dispenda, Dinas Pertanian, Perkebunan, BPN Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P P

P P

P P

Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan berkelanjutan (2011-2013) Mensosialisasikan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (2011-2013) Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan (2014-2015) melalui ijin lokasi dan IMB Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan (2014-2015)

Memonitor dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan

Memonitor dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan

Menetapkan kawasan pertanian pangan Dinas Pertanian, PU/SDA, Bappeda berkelanjutan dalam RTRW untuk Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok mendapatkan perlindungan khusus Masyarakat sesuai peraturan

Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, secara berkelanjutan Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan Mereview RTRW Prov, Kab/Kota berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda, dengan tetap memperhatikan perlindungan zona konservasi sumber daya air, daerah resapan air, dan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, secara berkelanjutan Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum terhadap penerapan RTRW

Mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan, melalui pengendalian perijinan bangunan Penegakan hulum pelaksanaan UU 41/2009

3) Antisipasi rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda

Terlaksananya pembangunan permukiman, perkotaan, kawasan industri, dengan tetap melindungi zona konservasi sumber daya air, daerah resapan air, dan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

---

Badan Perijinan, Dinas Pertanian, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas PU/SDA, Kelompok Masyarakat Badan Perijinan, Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, PPNS, Polisi, BBWS, Dinas PU/SDA, Kelompok Masyarakat Mendukung pembangunan wilayah Dinas Tata Ruang, PU/CK/SDA, Bappeda berkaitan dengan rencana pembangunan Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Jembatan Selat Sunda dengan tetap Masyarakat melindungi zona konservasi sumber daya air, daerah resapan air, dan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

155

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
1
No.

KONSERVASI
1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D PERLINDUNGAN P P P P DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i iii + ii + i Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) Mensosialisasikan kepada masyarakat * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan tentang Rencana Teknis Rehabilitasi lahan sangat kritis 60% area, kumulatif kritis 50% area, kumulatif menjadi 100%, Hutan dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013, menjadi 100%, dan lahan kritis 50% serta memantau dan mempertahankan melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan area, kumulatif menjadi 75%. Serta kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi sangat kritis 40% dan lahan kritis 25% memantau dan mempertahankan kondisi area (2014-2015) hutan yang sudah di rehabilitasi Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

1.1

1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis( 802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada di wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu

Terlaksananya konservasi DAS sangat kritis ( 802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu

P P P

2) Berkurangnya fungsi kawasan hutan dan non hutan DAS agak kritis (81.407 ha) pada wilayah Ciliwung Cisadane

Terlaksananya konservasi DAS agak kritis (81.407 ha) pada wilayah Ciliwung Cisadane Hulu

Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan agak kritis pada DAS di wilayah wilayah Ciliwung - Cisadane, dan melaksanakan RTkRHL 20% area

P P

3) Terancamnya kawasan hutan dan non hutan DAS potensial Kritis pada wilayah Ciliwung - Cisadane (244.504 ha)

Terlaksananya konservasi DAS potensial Kritis pada wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu (244.504 ha)

Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu dan melaksanakan RTkRHL 25% area

Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan * Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan lahan agak kritis 50% area, kumulatif agak kritis 30% area, kumulatif menjadi agak kritis pada DAS di wilayah wilayah (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, menjadi 70%. Serta memantau 100%, serta memantau dan Ciliwung - Cisadane Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok danmempertahankan kondisi hutan yang mempertahankan kondisi hutan yang Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB sudah di rehabilitasi sudah di rehabilitasi Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan Mengajak masyarakat memperbaiki DAS Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, lahan potensial kritis 40% area, kumulatif potensial kritis 35% area, kumulatif potensial kritis menjadi tidak kritis (244.504 BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan menjadi 65%,serta memantau dan menjadi 100%, serta memantau dan ha) Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, mempertahankan kondisi hutan yang mempertahankan kondisi hutan yang Kelompok Masyarakat sudah di rehabilitasi sudah di rehabilitasi Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung Cisadane (25%), kumulatif 50% Melaksanakan (2016-2020 = 25%, kumulatif = 35%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane * Membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi-lokasi sungai Cisadane dan melakukan operasi dan pemeliharaan laboratorium yang terbangun secara berkelanjutan Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap II (40% area), kumulatif (50% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung Cisadane (50%), kumulatif 100% Melaksanakan (2021-2030 = 65%, kumulatif = 100%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan rekomendasi RTkRHL di kawasan prioritas DAS sangat Kritis dan kritis di hulu waduk/rencana waduk (18.021 ha)

P P P P

P P P

4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung Cisadane 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung Cisadane

Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung Cisadane Terwujudnya perlindungan yang optimal alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane

Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung Cisadane (25%) Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan melaksanakan (2014-2015 = 10%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane * Melakukan inventarisasi untuk cagar alam dan budaya melalui pembuatan perlindungan alam , membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasilokasi sungai Cisadane Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No. 47/2006, melaksanakan pelatihan dan melaksanakan gerakan budidaya pertanian di lahan pegunungan melalui pendekatan sekolah lapang, (10% area) Melaksanakan percontohan dan pendampingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, disertai pemberdayaan pananaman sistem tumpangsari untuk pendapatan sehari-hari, target 15% area Menyusun Perda, mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi)

Melaksanakan perlindungan alur dan tebing sungai yang optimal

* Membangun laborotarium geologi (geo * Melaksanakan inventarisasi untuk cagar park) di lokasi-lokasi sungai Cisadane dan alam dan budaya melalui pembuatan melakukan operasi dan pemeliharaan perlindungan alam , membangun laboratorium yang terbangun secara laborotarium geologi (geo park) di lokasiberkelanjutan lokasi sungai Cisadane Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap III (50% area), kumulatif (100% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya Menyelenggarakan budidaya pertanian lahan pegunungan yang sesuai dengan kaidah konservasi berpedoman kepada PerMenTan No. 47/2006

Dinas ESDM, BPLHD, Bappeda, BBWS dan Dinas PU/PSDA, Kelompok Masyarakat

P P P

6) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis

Terlaksananya PerMenTan No. 47/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan

Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Dinas Pertanian Prov., PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat

P P

Terlaksananya penanaman kawasan non hutan yang berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi, contoh kopi

Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 25%, kumulatif 40% Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) * Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (30%), kumulatif 40%

Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 60%, kumulatif 100% Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) * Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (60%), kumulatif (100%)

Membimbing masyarakat di kawasan Dinas TanHutBun, Kab/Kota terkait, Dinas berlereng dengan tanaman jangka panjang Pertanian Prov., Kelompok Masyarakat bernilai ekonomi tinggi, dan memberdayakan agar tetap mendapat penghasilan untuk kehidupan hariannya

P P

7) Belum adanya insentif dan disintensif pada lahan terlantar dan lahan produktif

Terwujudnya insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi)

Menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi)

Dispenda, Dinas TanHutBun Kab/Kota, BPN Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P P P

8) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai

P P P

* Terlindunginya kawasan muara dan pantai * Menyusun perencanaan bangunan pengamanan muara dan erosi pantai, dan melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (100%) * Terlindungnya kawasan pantai secara * Merehabiltasi hutan bakau sepanjang alami dengan hutan bakau pantai secara berkelanjutan (25%) Melaksanakan OP Situ sesuai kebutuhan Melaksanakan 60% OP waduk/situ oleh Dinas PU DKI (waduk/situ yang telah di kelola daerah) Melaksanakan 60% OP waduk/situ oleh BBWS (bagi waduk/situ yang masih di kelola oleh pusat)

* Melindungi muara dan pantai dengan struktur

Dinas PU/SDA Kab/Kota dan Prov, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

9) Adanya sedimentasi di sungai, situ dan muara

P P P

* Merehabiltasi hutan bakau sepanjang pantai secara berkelanjutan (25%), kumulatif (50%) Melaksanakan 80% OP waduk/situ oleh Dinas PU DKI (waduk/situ yang telah di kelola daerah) Melaksanakan 80% OP waduk/situ oleh BBWS (bagi waduk/situ yang masih di kelola oleh pusat)

* Merehabiltasi hutan bakau sepanjang * Melindungi muara dan pantai secara pantai secara berkelanjutan (50%), vegetatif kumulatif (100%) Melaksanakan 100% OP waduk/situ oleh Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata Dinas PU DKI (waduk dan situ yang telah pengelolaan situ-situ, baik secara di kelola daerah) swakelola maupun kontraktual Melaksanakan 100% OP waduk/situ oleh Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata BBWS (bagi waduk dan situ yang masih di pengelolaan situ-situ, baik secara kelola oleh pusat) swakelola maupun kontraktual

Dinas PU/SDA Prov, Kab/Kota, BBWS, Dinas Kehutanan Prov, Dinas TanHutBun kab/kota , Kelompok Masyarakat Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat

BBWS, Dinas PU DKI, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

156

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No.

KONSERVASI
1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis A B C D P P 11) Terjadinya alih fungsi lahan di JABODETABEK Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun PERDA dan menerapkan pengendalian alih fungsi lahan secara berkelanjutan di Jabodetabek Menyusun Perda pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Mengendalikan dan mengawasi alih fungsi lahan secara berkelanjutan di Jabodetabek Menerapkan dan memantau pelaksanaan pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Menerapkan dan memantau pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Mengendalikan dan mengawasi alih fungsi lahan secara berkelanjutan di Jabodetabek Menerapkan dan memantau pelaksanaan pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Menerapkan dan memantau pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

P P

Perubahan tata guna lahan di JABODETABEK mengikuti ketentuan yang berlaku Penerapan aturan Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Terwujudnya kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi

P P P 12) Masih adanya kawasan pemukiman baru belum mengikuti kaidah konservasi P 13) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Menyusun Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Menyusun sistem pemberian Insentif bagi yang mengembangkan dan disinsentif bagi pengembang yang mengurangi RTH, dituangkan dalam Perda (2011-2013). Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya (20142015) Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya

Menyusun dan menerapkan Perda tentang pengendalian alih fungsi lahan di Jabodetabek Menyusun dan menerapkan Perda pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Menyusun dan menerapkan Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Menambah luas RTH sehingga tercapai standar sesuai peraturan (30% luas)

Bappeda, Dinas PU DKI, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, BPN, Kelompok Masyarakat Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat Dinas Perumahan, Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, BPN, Developer dan Kelompok Masyarakat Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat

Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan

Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan

Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan

P P P 14) Belum optimalnya pelaksanaan PERDA tentang adanya penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk

Terwujudnya Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk

Menerapkan Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk

Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk

Menyusun Perda, mensosialisasikan, Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Polri, Developer dan kelompok masyarakat Perda tentang sempadan dan sungai situ/waduk * Menyusun Pergub, mensosialisasikan, Gubernur Prov. Jabar dan DKI Jakarta, Dinas menegakkan dan menindak bagi pelanggar PU Prov., BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Pergub tentang sempadan dan sungai Polri, Developer dan kelompok masyarakat situ/waduk

Terlaksananya pelaksanaan PERDA tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk

* Menyusun Pergub tentang penetapan * Memantau serta menerapkan sanksi batas dan pemanfaatan daerah sempadan terhadap pelanggaran pelaksanaan sungai dan situ/waduk sebagai turunan Pergub tentang penetapan batas dan dari Perda, dan melaksanakan, pemanfaatan daerah sempadan sungai memantau serta menerapkan sanksi dan situ/waduk secara berkelanjutan terhadap pelanggaran pelaksanaan Pergub tentang penetapan batas dan pemanfaata * Meninventarisasi lokasi penambangan, memberikan arahan lokasi yang sesuai, mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai penegakan hukum. * Monitoring dan sangsi

* Memantau serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan Pergub tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk secara berkelanjutan

P P P 15) terjadinya kerusakan dasar dan alur * Terlindungnya dasar dan alur sungai sungai karena penambangan pasir terhadap kerusakan akibat penambangan dan krikil pasir dan krikil

* Monitoring dan sangsi

* Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan pasir dan krikil, mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai penegakan hukum.

Dinas ESDM/Pertambangan, BPLHD, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P 16) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat

* Terciptanya batas pemilikan lahan yang jelas di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat

* Menginvenatrisasi pemilikan lahan Perum * Pengawasan terhadap penggunaan Perhutani, PTPN dan Nasyarakat, lahan sesuai dengan batas yang telah melakukan pemetaan detail dan ditetapkan secara berkelanjutan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. Pesanggrahan dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan * Mengidentifikasi flora dan fauna penting pada habitat kunci di kawasan lindung, mengidentifikasi kebutuhan restorasi habitat untuk mengoptimalkan fungsi ekologis zona riparian wilayah Ciliwung Cisadane, mengembangkan flora dan fauna sesuai kebutuhan

* Pengawasan terhadap penggunaan lahan * Melakukan pemetaan detail dan Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional, sesuai dengan batas yang telah ditetapkan pemasangan tanda batas yang jelas antara Perum Perhutani, PTPN dan Masyarakat secara berkelanjutan lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat serta pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/PSDA Prop./Kab/Kota dan Masyarakat

P P 17) Adanya lahan bekas sodetan sungai * Terlindunginya lahan bekas sudetan Ciliwung,S. Angke dan S. sungai Ciliwung, S. Angke dan S. Pesanggrahan serta anak Pesanggrahan dan anak-anak sungainya sungainya yang dimanfaatkan oleh masyarakat

P 18) Berkurangnya keanekaragaman hayati di wilayah Ciliwung Cisadane

* Terlindunginya keanekaragaman hayati pada kawasan lindung

* Mengembalikan fungsi lahan bekas * Mengembalikan fungsi lahan bekas * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. S. Pesanggrahan dan anak-anak Pesanggrahandan anak-anak sungainya Pesanggrahan dan anak-anak sungainya sungainya sebagai bagian dari daerah sebagai bagian dari daerah milik sungai sebagai bagian dari daerah milik sungai milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, melalui kegiatan sosialisasi, penertiban penertiban dan pemantauan secara dan pemantauan secara berkelanjutan berkelanjutan * Memantau serta menerapkan sanksi * Memantau serta menerapkan sanksi Melakukan perlindungan terhadap terhadap pelanggaran terhadap terhadap pelanggaran terhadap kekelestarian keanekaragaman hayati di kelestarian keanekaragaman hayati kelestarian keanekaragaman hayati wilayah Ciliwung - Cisadane secara berkelanjutan secara berkelanjutan

Dinas Kehutanan, KLH, dan Kelompok masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

157

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No.

KONSERVASI
1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis A B C D P P Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

1.2

PENGAWETAN AIR

P P P

1) Belum optimalnya pembangunan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 2) Masih kurangnya badan air(wd retensi,situ dan lain-lain) di JABODETABEK 3) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah 4) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan

Bertambahnya waduk, situ dan kolam retensi Terlaksananya Rehabilitasi Situ,sumur resapan ,biopori

Membangun waduk, situ dan kolam retensi BBWS, Dinas PU DKI, Balai PSDA, Kelompok sesuai kebutuhan jangka panjang Masyarakat Melaksanakan revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung. Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Melaksanakan efisiensi dan hemat air keperluan rumah tangga dan industri BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat

P P P P

Terlaksananya pengendalian pengambilan air tanah

P P P

Tercapainya effisiensi pemakaian air irigasi

P P

Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Berkurangnya kebocoran distribusi air minum

P P P P

Melaksanakan perencanaan / DED untuk Revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung. Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya

Melaksanakan revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI berkelanjutan Melaksanakan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri secara berkelanjutan Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Menerapkan Perda tentang perlindungan dan fungsi situ

Melaksanakan revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung. Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI berkelanjutan Melaksanakan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri secara berkelanjutan Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (20212030) = 50 % area, kumulatif 100% area

BPLHD, PDAM, Badan Regulator, Bappeda, Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat

Dinas TanHutBun, PU/SDA kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat Dinas Perindustrian, PDAM, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat PDAM, Badan Regulator, Dinas PU DKI, Dinas PSDA kab/kota, Kelompok Masyarakat

P P P

5) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha 6) Belum dilaksanakannya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat

Terlindunginya situ secara berkelanjutan

Menyusun Perda, mensosialisasikan, Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Polri, Developer, Kelompok Masyarakat Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Melaksanakan pembuatan sumur resapan Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , dan biopori BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat Melindungi dan meningkatkan daerah resapan Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P P P P

Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat

P P P

7) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane 8) Belum teridentifikasinya potensi daerah retensi

Terlindunginya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung Cisadane Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Ciliwung - Cisadane

Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2011-2013) dan melaksanakan pembuatan biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20% area Melindungi dan mempertahankan daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Mengidentifikasi potensi daerah retensi di wilayah Ciliwung - Cisadane (2011-2013) dan merencanakan (2014-2015)

Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2016-2020) = 30% area, kumulatif 50% area Melindungi dan mempertahankan daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi dan pembangunan daerah retensi di wilayah Ciliwung Cisadane (30% area) Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar 43 mata air, kumulatif 70 mata air

Melindungi dan mempertahankan daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi dan pembangunan daerah retensi di wilayah Ciliwung Cisadane (70% area), kumulatif 100% area Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar 57 mata air, kumulatif 127 mata air

P P P P

Mengidentifikasi potensi daerah/kolam retensi dan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi

P P P P

9) Terjadinya kerusakan sumber air (127 mata air) di wilayah Ciliwung Cisadane

Terlindunginya sumber air (127 mata air) di wilayah Ciliwung - Cisadane secara berkelanjutan

Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar 27 mata air

Melaksanakan rehabilitasi dan OP 27 mata air Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di 27 mata air pada wilayah CiliwungCisadane

Melaksanakan rehabilitasi dan OP 43 mata air, kumulatif 70 mata air Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di 43 mata air pada wilayah Ciliwung-Cisadane

Melaksanakan rehabilitasi dan OP 57 mata air, kumulatif 127 mata air Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di 127mata air pada wilayah CiliwungCisadane

Melakukan sosialisasi peraturan perUndang-Undangan tentang sempadan sumber air bersama masyarakat menetapkan dan mematok sempadan sumber air Melakukan rehabilitasi dan OP secara berkelanjutan Melakukan pemberdayaan masyarakat di 127 mata air pada wilayah CiliwungCisadane

BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

158

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No.

KONSERVASI
1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis A B C D P P P P Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) * Melaksanakan gerakan Sungai bersih secara terpadu (Prokasih), secara rutin STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) * Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

1.3

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN

1) Menurunnya kualitas air * Peningkatan kualitas air sungai, situ dan dibandingkan dengan standar baku/ waduk (min. Kelas II PP no 82/2001) kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang)

* Meningkatkan kualitas air sungai sesuai atau lebih baik dari standar baku mutu

Dinas Kebersihan, BPLHD, Dinas PU, BBWS, Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat

P P P P

P P P

P P P

P P

P P P

P P P

2) Belum Optimalnya pengelolaan limbah industri

* Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah industri

Merencanakan dan mengalokasi air penggelontoran melalui kesepakatan dalam TKPsumber daya air, serta * melaksanakan penggelontoran sungai Mendorong terbitnya penetapan kelas sungai oleh Gubernur * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin. serta menegakkan peraturan. * Merencanakan sistem monitoring kualitas air real time * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya * kualitas air) * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri

* Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai

* Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai

* Mengalokasikan air untuk penggelontoran sungai

BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA, TKPSDA, Kelompok Masyarakat

* Menegakkan peraturan tentang kelas sungai

* Menegakkan peraturan tentang kelas sungai

* Menetapkan kelas air sungai

* Melaksanakan monitoring kualitas air, * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan. rutin, serta menegakkan peraturan * Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time * Mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time

* Melaksanakan peningkatan sistim monitoring kualitas air sungai

BPLHD, BBWS, Bappeda, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Dinas PU, TKPSDA, Kelompok Masyarakat BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

* Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time

* Meningkatkan SDM petugas monitoring, * Meningkatkan SDM petugas monitoring, * Meningkatkan SDM petugas terkait pengawas dan penegak hukum (PPNS) pengawas dan penegak hukum (PPNS) pengelolaan lingkungan (khususnya melalui fasilitasi training tentang melalui fasilitasi training tentang kualitas air) pengelolaan lingkungan (khususnya pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) kualitas air) * Melaksanakan sosialisasi peraturan * Melaksanakan sosialisasi peraturan * Menegakkan Perda tentang pengolahan tentang syarat kualitas air limbah, dan tentang syarat kualitas air limbah, dan limbah industri dan melaksanakan kewajiban penggunaan IPAL industri, kewajiban penggunaan IPAL industri, serta pengawasan kualitas limbah, terutama serta mendorong pembangunan IPAL mendorong pembangunan IPAL dan logam berat, secara berkelanjutan dan penegakan hukum bagi pelanggar penegakan hukum bagi pelanggar Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Melaksanakan pengawasan dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya * Mengembangkan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Mendorong pembangunan IPAL Industri

BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat

P P

Mendorong pembangunan IPAL Industri

P P P

P P

P P P

P P P P

P P

3) Limbah cair domestik dan Perkotaan * Terwujudnya pengendalian pencemaran belum diolah sebagaimana mestinya dari limbah domestik dan perkotaan;

* Memberikan teguran dan penindakan bagi * Melaksanakan pengawasan dan industri yang tidak mengoperasikan IPAL penindakan bagi industri yang tidak miliknya mengoperasikan IPAL miliknya * Menyusun perencanaan pembangunan * Membangun IPAL industri terpadu pada IPAL industri terpadu pada kawasan kawasan industri, dan industri, beserta penyiapan organisasi mengoperasikannya pengelolanya * Melaksanakan evaluasi Perda terkait * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu bila perlu memperbaharui Perda pada peraturan pemerintah terbaru. mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. * Melaksanakan identifikasi/updating data * Melaksanakan updating data base lokasi base lokasi dan jenis industri, potensi dan jenis industri, potensi pencemar, pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi IPAL, serta updating peta lokasi dan dan jenis industri di wilayah Ciliwung jenis industri di wilayah 2 Ci Cisadane * Peningkatan kapasitas IPAL Setiabudi dan * Pembangunan sistim sanitasi perkotaan Perencanaan IPAL dilokasi lain di Jakarta dan perdesaan dan pembangunan IPAL dilokasi lain di Jakarta

BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat * Melaksanakan pengawasan dan BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, penindakan bagi industri yang tidak Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, mengoperasikan IPAL miliknya Kelompok Masyarakat * Membangun IPAL industri terpadu pada Swasta, BPLHD, Dinas Perindustrian, Dinas kawasan industri, dan mengoperasikannya PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan evaluasi Perda terkait * Melaksanakan pengawasan ketat kualitas dengan limbah industri dan lingkungan, limbah industri sesuai baku mutu limbah bila perlu memperbaharui Perda mengacu cair (terutama logam berat) disertai pada peraturan pemerintah terbaru. penegakan hukum bagi pelanggar;

* Melaksanakan updating data base lokasi * Menyusun data base industri, serta Dinas PU/SDA, BBWS, BPLHD, Dinas dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, terintegrasi dalam sistim informasi kualitas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait serta updating peta lokasi dan jenis air diKab/kota, Kelompok Masyarakat industri di wilayah 2 Ci * Pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan dan pembangunan IPAL dilokasi lain di Jakarta BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota., Kelompok Masyarakat Dinas CK, BPLHD, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P

P P P

P P P P

4) Masih adanya bahaya dari sisa * Terwujudnya pengendalian limbah penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian pertanian

* Peningkatan kapasitas IPAL Setiabudi dan pembangunan IPAL dilokasi lain di Jakarta dan pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan Merencanakan dan membangun saluran * Merencanakan dan membangun saluran * Merencanakan dan membangun saluran Merencanakan dan membangun sistem pembuangan air limbah perkotaan terpisah pembuangan air limbah perkotaan pembuangan air limbah perkotaan terpisah sanitasi perkotaan dengan memisahkan dari saluran drainasi, secara bertahap (5% terpisah dari saluran drainasi, secara dari saluran drainasi, secara bertahap saluran pembuangan air limbah perkotaan area kota), terutama pada kawasan bertahap (10% area kota, kumulatif (35% area kota, kumulatif 50%), terutama dari saluran drainasi kota, secara bertahap pengembangan perumahan atau 15%), terutama pada kawasan pada kawasan pengembangan perumahan perkotaan baru pengembangan perumahan atau atau perkotaan baru perkotaan baru Melaksanakan sosialisasi dan * Melaksanakan sosialisasi dan * Melaksanakan sosialisasi dan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat terhadap pemberdayaan masyarakat terhadap pemberdayaan masyarakat terhadap terhadap penggunaan sanitasi lingkungan penggunaan sanitasi individu, perdesaan penggunaan sanitasi individu, perdesaan penggunaan sanitasi individu, perdesaan dan komunal (terutama daerah dan komunal (terutama daerah dan komunal (terutama daerah berpenduduk padat dan sekitar sumber berpenduduk padat dan sekitar sumber berpenduduk padat dan sekitar sumber air) air) air) Melaksanakan sosialisasi penggunaan * Melaksanakan sosialisasi penggunaan * Melaksanakan sosialisasi penggunaan Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan pestisida dan pupuk sesuai dosis monitoring kepatuhan petani di lapangan monitoring di lapangan Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. * Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. * Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk

BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok Masyarakat

BPLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat

P P P

Melaksanakan monitoring kualitas air BPLHD/BLHD, BBWS, Dinas Pertanian, Dinas saluran irigasi, sungai, situ dan waduk, PU/SDA Prov./kab/kota, Kelompok Masyarakat terhadap sisa/ limbah pestisida dan pupuk

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

159

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No.

KONSERVASI
1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D P P P Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan limbah ternak dan kewajiban menggunakan IPAL peternakan, disertai pembangunan IPAL percontohan dan pemberdayaan peternak STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) * Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak (mis. biogas, kompos dsb.) iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak (mis. biogas, kompos dsb.) Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya

* Terwujudnya pengendalian limbah peternakan

Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak

BPLHD, BBWS, Dinas Peternakan, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat, swasta

P P P

6) Pongolahan limbah sampah belum potimal

* Terwujudnya pengelolaan limbah sampah

P P P P

P P P

Melaksanakan pengelolaan sampah * Melaksanakan pengelolaan sampah * Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu perkotaan dan pedesaan secara terpadu perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), melalui sistem 3R (reduce, reuse, melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan recycle), dan berkelanjutan dan berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi pelarangan * Melaksanakan sosialisasi pelarangan * Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/badan air membuang sampah ke sungai/badan air membuang sampah ke sungai/badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi lainnya disertai tindakan hukum bagi lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya pelanggarnya pelanggarnya Memperkenalkan, sosialisasi dan * Mengembangkan pengelolaan sampah * Mengembangkan pengelolaan sampah percontohan pengelolaan sampah melalui melalui sistem daur ulang dan bank melalui sistem daur ulang dan bank sistem daur ulang dan bank sampah oleh sampah oleh swasta dan masyarakat, sampah oleh swasta dan masyarakat Pemda dengan menerapkan insentif

Melaksanakan pengelolaan sampah Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle) kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat

Melarang membuang sampah ke sungai/badan air lainnya

Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat

Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem bank sampah oleh swasta dan masyarakat, dengan menerapkan insentif pada tahap awal

Bappeda, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat, swasta

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

160

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
No.

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D P P P PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun, merumuskan Pergub melalui Dewan sumber daya air prov. dan mensosialisasikan peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan Menetapkan Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah Kabupaten/Kota di WS tertentu secara berkelanjutan STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Mengkaji ulang dan merumuskan kembali melalui Dewan sumber daya air peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan menetapkan kembali Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah kab/kota di WS tertentu secara berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Mengkaji ulang dan merumuskan kembali melalui Dewan sumber daya air peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan menetapkan kembali Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah kab/kota di WS tertentu secara berkelanjutan Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

2.1

1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu 2) Belum adanya Zona Pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan

Terbitnya Pergub peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu

Menyusun, merumuskan, menetapkan, mensosialisasikan dan menerapkan Pergub peruntukan air dari sumber air Mengkaji ulang dan menetapkan kembali Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah kab/kota di WS setiap 5 tahun

Dinas PU DKI, Bappeda, BBWS, Dewan SDA prov, Kelompok Masyarakat

P P P

Terbitnya Penetapan Zona Pemanfaatan Sumber air pada peta TARU Prov DKI Jakarta dan BODETABEK

Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat

2.2

PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR

P P

1) Kekurangan Air untuk kebutuhan irigasi dan/atau RKI

Meningkatnya ketersediaan air irgasi dan RKI * Mengurangi pencurian air atau pemborosan air RKI dan irigasi

Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan pengambilan air baku RKI dan irigasi

Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R)

Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan

Melaksanakan panen air hujan/ tampungan Dinas PU/SDA/CK Prov/Kab/Kota, BBWS, lokal Kelompok Masyarakat

Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak * Mengendalikan pengambilan air pernukaan BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan untuk RKI sesuai SIPA, dan air irigasi Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok penindakan terhadap pelanggaran sesuia kebutuhan, serta melaksanakan Masyarakat pengambilan air penegakan hukum bagi pelanggarnya Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) Melaksanakan hemat air/ efisiensi air RKI (190l/or/hr ---> 150l/or/hr) dan irigasi (3R) Pengguna Air di Prov Banten, DKI Jkt, Jabar dan BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

Tercapainya efisiensi penggunaan air

Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R)

P P P P P P P

2) Keterbatasan layanan air bersih di Jakarta

Meningkatnya ketersediaan air baku di Jakarta : Tersedianya tambahan air minum 9 m3/detik dari Jatiluhur yang dialirkan dengan pipa melalui tanggul kanan Tarum barat ke Jakarta

Merencanakan instalasi Penjernihan kapasitas 9 m3/det di Curug dan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Jakarta serta pelaksanaan produksi air minum 4 m3/det dikirim ke Jakarta. Perencanaan dan pelaksanaan Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det

Produksi air minum tambahan 5 m3/det dikirim ke Jakarta,total volume air minum 9 m3/det.OP instalasi air air minum dan pipa

OP instalasi air air minum dan pipa kapasitas 9 m3/det

Merencanakan instalasi Penjernihan kapasitas 9 m3/det di Curug dan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Jakarta serta pelaksanaannya

PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok Masyarakat

P P

P P

Tersedianya tambahan air Baku 15 m3/detik dari Jatiluhur ke Jakarta,yang dialirkan melalui Tarum barat dengan kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det Tersedianya saluran/pipa air baku Kanal 2 dari waduk Jatiluhur ke Jakarta setelah peninggian waduk Cirata (bagian dari kaskade waduk) Tersedianya tambahan air baku melalui kanal 2 sebesar 19 m3/detik dari bendungan Jatiluhur/Cirata untuk Depok dan Bogor,dan Industri Cikarang Tersedianya air baku 5 m3/detik dari bendungan Long Storage untuk Jakarta

Pelaksanaan Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det

Operasi dan Pemeliharaan Tarum Barat kapasitas 31 m3/det

Merencanaan dan Melaksanaan Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det

PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok Masyarakat

__

Melaksanakan studi kelayakan perencanaan jalur pipa Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan diameter pipa Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Sungai Citarum

Melaksanakan pembangunan jalur pipa Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan diameter pipa Melaksanakan peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Sungai Citarum

__

Melaksanakan studi kelayakan perencanaan dan pelaksanaan jalur pipa Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan diameter pipa Melaksanakan studi kelayakan, detail desain, pelaksanaan konstruksi Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Sungai Citarum Merencanakan, melaksanakan dan OP Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng Drain(DKI Jakarta)

BBWS, PJT II, PDAM, PU/SDA prov., kab/kota, Bappeda, Kelompok Masyarakat

PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Kelompok Masyarakat

P P P

P P P P

Terlaksananya kepastian pengiriman air baku 16 m3/det di ruas saluran Tarum barat dari Bekasi sampai Jakarta 3) Keterbatasan layanan dan jaringan PAM Meningkatnya layanan jaringan PAM

Merencanakan Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng drain (DKI Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk tidak memguang sampah dan limbah ke sungai Melaksanakan Rehabilitasi Saluran Tarum barat di ruas Bekasi sampai Jakarta,di 17 titik lokasi yang rawan bocor dan longsor. Meningkatkan jumlah sambungan rumah tangga 50% (MDGS) Menyusun Perencanaan pasokan dan perbaikan kualitas air dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain Melaksanakan penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (10%) Merencanakan Karian Serpong Conveyance System (KSCS) tahap I Merencanakan alokasi pasokan air dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok

Melaksanakan Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng drain (DKI Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk tidak memguang sampah dan limbah ke sungai __

Melaksanakan OP Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng drain (DKI Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk tidak memguang sampah dan limbah ke sungai __

BBWS, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt, Kelompok Masyarakat

P P P

Meningkatkan tkt layanan PAM mjd 75% standar metropolitan Melaksanakan perbaikan kualitas air dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain Melaksanakan penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (25%) Merencanakan dan Membangun KSCS tahap I setelah bendungan Karian terbangun Merencanakan alokasi pasokan air dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok

Meningkatkan tkt layanan PAM menjadi 100% standar metropolitan Memanfaatkan pasokan air dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain Melaksanakan penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (65%) Merencanakan dan Membangun KSCS tahap II Merencanakan alokasi pasokan air dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok

Terlaksananya kepastian pengiriman air baku 16 m3/det di ruas saluran Tarum barat dari Bekasi sampai Jakarta,dangan rehabilitasi di 17 lokasi Membangun pipa Kanal 2-Jakarta paralel waduk Cirata dinaikkan. Menambah pasokan dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain Membangun pipa Kanal 2 ke Jakarta, paralel waduk Cirata dinaikkan. Menambah pasokan dari Cisadane dan Banten. Menambah pasokan dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok.

BBWS, PJT II,Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt,PDAM, Kelompok Masyarakat

PLN, PJT II, Dinas PU/SDA Prov Jabar, DKI Jkt, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat BBWS, PDAM, Dinas PU DKI, BPLHD/BLHD

P P

4) Perimbangan pasokan air baku Jakarta dari arah Timur (Citarum) dan dari Barat (Cisadane)

Terlaksananya penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (100%) Meningkatnya perimbangan suplai air di wilayah Ciliwung-Cisadane dari barat (Banten)

PLN, PJT II, Dinas PU/SDA Prov Jabar, DKI Jkt, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat BBWS 3C, BBWS Cil-Cis, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt, Banten, Kelompok Masyarakat BBWS Cil-Cis, Dinas PU Prov DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

161

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
No.

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D P P Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun Perencanaan pasokan dari long storage Cascade Depok dan review alokasi air irigasi bendung katulampa dan bendung empang yang areanya berkurang STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan penggunaan pasokan air dari long storage Cascade Depok dan review alokasi air irigasi bendung katulampa dan bendung empang yang areanya berkurang Membangun Salak Contour Canal Tahap II = 50%, kumulatif 100% iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan penggunaan pasokan air dari long storage Cascade Depok dan review alokasi air irigasi bendung katulampa dan bendung empang yang areanya berkurang Melaksanakan operasional dan pemeliharaan di Salak Contour Canal Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

5) Keterbatasan layanan air bersih di Kota lain (BODETABEK)

Meningkatnya penyediaan air baku Kotakota lainnya (BODETABEK)

Menyediakan air baku Kota-kota lainnya (BODETABEK)

BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, PDAM, Bappeda, BPLHD/BLHD, Kelompok Masyarakat

P P

Tersedianya air baku 2 m3/detik dari Salak Contour Canal untuk daerah Kota Bogor

Mengkaji ulang perencanaan Salak Contour Canal (2011-2012) dan membangun Tahap I (2013-2015) = 50% Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Pondok Benda, Sungai Angke di Pamulang Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Limo, Sungai Pesanggrahan di Cinere Depok Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Genteng di Sungai Cisadane, Rancamaya Bogor Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Narogong di Sungai Citeureup/Cileungsi-Cibinong Melaksanakan studi pemanfaatan sisa air irigasi bendung Katulampa dan bendung Empang (2011-2013) dan mengalokasikan air ke saluran PDAM untuk kepentingan air baku Depok dan Bogor (2014) Merencanakan Kaskade Sungai Ciliwung di Depok Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK (50%) Menetapkan Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

Melaksanakan pembangunan, operasi dan BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Bappeda, pemeliharaan Salak Contour Canal Kelompok Masyarakat

Tersedianya air baku 0,5 m3/detik dari waduk Pondok Benda untuk daerah Pamulang Tersedianya air baku 0,5 m3/detik dari waduk Limo untuk Kota Depok

Melaksanakan pembangunan Waduk Waduk Pondok Benda dan membangun jaringan distribusi air baku Melaksanakan pembangunan Waduk Limo dan membangun jaringan distribusi air baku Melaksanakan pembangunan Waduk Genteng dan membangun jaringan distribusi air baku Melaksanakan pembangunan Waduk Narogong dan membangun jaringan distribusi air baku PDAM membangun kolam penjernihan dan saluran distribusi

Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Waduk Pondok Benda dan jaringan distribusinya Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Limo dan jaringan distribusinya

Bendungan lain di Limo-C (Pesanggrahan), BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Pondok Benda (Angke), Narogong Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang (Citeureup) dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat Bendungan lain di Limo-C (Pesanggrahan), BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Pondok Benda (Angke), Narogong Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang (Citeureup) dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat Melaksanakan studi kelayakan, detail desain, pelaksanaan konstruksi dan OP Waduk Genteng di Sungai Cisadane, Rancamaya Bogor Melaksanakan studi kelayakan, detail desain, pelaksanaan konstruksi dan OP Waduk Narogong di Sungai Citeureup/Cileungsi-Cibinong Memanfaatkan sisa air irigasi bendung Katulampa dan bendung Empang BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, BPSDA, Kelompok Masyarakat

Tersedianya air baku 2 m3/detik dari waduk Genteng untuk Kota dan Kab. Bogor Tersedianya air baku 1 m3/detik dari waduk Narogong untuk Bekasi dan Jakarta

Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Genteng dan jaringan distribusinya

Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Narogong dan jaringan distribusinya PDAM mengoperasikan dan menjaga kualitas penyaluran air minum ke konsumen

P P

Tersedianya air baku 4 m3/detik untuk daerah Depok dan Bogor

P P

Tersedianya air baku 1 m3/detik untuk daerah Depok 6) Keterbatasan layanan PDAM di BODETABEK 7) Menurunnya luas lahan pertanian tanaman pangan (sawah) Tercapainya cakupan layanan PAM BODETABEK Terkendalinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan

Melaksanakan Kaskade Sungai Ciliwung di Depok Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK (75%) Mengawasi Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

Melaksanakan dan mengoperasikan Kaskade Sungai Ciliwung di Depok Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK (100%) Mengawasi Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

P P P

Merencanakan, melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara Kaskade Sungai Ciliwung di Depok Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK Melindungi Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan

BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov./ kab/kota, Kelompok Masyarakat PDAM Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

162

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
No.

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis A B C D P P P Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Mereview dan melaksanakan alokasi air sungai Cisadane sesuai kesepakatan STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane sesuai kesepakatan secara berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane sesuai kesepakatan secara berkelanjutan Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

2.3

PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR

1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di sungai Cisadane 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dan lain-lain) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan 4) Belum tersedianya SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci

Terwujudnya harmonisasi penggunaan air irigasi dan air baku di sungai Cisadane Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi terutama yang rusak berat

Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane TKPSDA, BBWS, Dinas PU/SDA sesuai prinsip-prinsip penggunaan sumber Prov./kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat daya air Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, jaringan irigasi mencapai 100% Kelompok Masyarakat

P P

Merehabilitasi jaringan dan peningkatan irigasi mencapai 50%

Merehabilitasi jaringan dan peningkatan irigasi mencapai 100%

Melaksanakan OP jaringan irigasi

P P P

Terlaksananya OP prasarana sumber daya air sesuai standar

Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 50%)

Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 75%)

Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 100%)

Melaksanaan OP prasarana sumber daya air untuk mempertahahan tingkat layanan

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P P P

Tersedianya SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci

P P P

5) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) 6) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun 7) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat, mengakibatkan kesulitan pelaksanaan OP irigasi. 8) Belum sadarnya masyarakat dalam pelaksanaan hemat air

Meningkatnya kinerja irigasi dlm rangka ketahanan pangan Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat Terwujudnya pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat

Melaksanakan kajian SOP waduk/ tampungan/situ di WS 6 Ci (2011-2013) memformulasikan dan mengujicoba (20142015) Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi (keandalan 50%) Melaksanakan aset manajemen irigasi (50% area) Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (50% area) Merencanakan dan melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Cantek 100% dalam 2 thn, Pelaksanaan 30% dalam 3 thn) Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air (50% area) Peningkatan IP dari 214% ke 250%

Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci (2016-2020) Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi (keandalan 75%) Melaksanakan aset manajemen irigasi (75% area) Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (75% area) Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 50% dalam 5 thn, kumulatif pelaksanaan 80%) Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air (75% area) Peningkatan IP dari 250% ke 265%

Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci (20212030) Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi (keandalan 100%) Melaksanakan aset manajemen irigasi (100% area) Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (100% area) Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 20% dalam 2 thn, kumulatif pelaksanaan 100%) Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air (100% area) Peningkatan IP dari 265% ke 280%

Menyiapkan SOP waduk/tampungan/situ di BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Ditjen SDA, WS 6 Ci Kelompok Masyarakat

Meningkatkan dan mempertahankan keandalan irigasi maksimal Menyusun prioritas OP, rehab jaringan dg berdasarkan PAI. Merehabilitasi jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat.

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P

P P

Memisahkan fungsi sal.air baku dan irigasi PJT II, PDAM prov/Kota Jakarta, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat

P P P

Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan hemat air

Membina petani utk hemat air irigasi.

Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) dgn pemberdayaan petani. P P 10) Belum tersusunya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi

Meningkatnya IP secara maksimal

Menaikkan IP dg pemberdayaan petani (dari 214% ke 280%) Mereview AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan bangunandikaitkan dengan areal(rp/ha) dan bangunan utama (bh) utama (Bh).

Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat

Tersedianya pedoman operasional AKNOP irigasi

Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh DI Cilicis (2011-2013) dan menguji coba pelaksanaan AKNOP irigasi di beberapa DI (2013-2014) Memformulasi dan melegalisasi AKNOP Irigasi (2015) Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan Melaksanakan (2014-2015 = 50%) Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor. Merencanakan (2011-2013 = 100%) pemanfaatan tenaga air, melaksanakan (2014-2015 = 40%) Melakukan studi dan detail desain irigasi Cimanceuri dan bendung Cimanceuri Melakukan studi dan detail desain irigasi Cikarang hilir Melakukan kajian pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, serta mendorong peran industri/swasta untuk menerapkannya Menginventarisasi potensi dan mengkaji permasalahan pengambilan air tanah dalam oleh pengusaha air isi ulang (20112012) serta menata ulang pengambilan air tanah Melakukan studi dan pelaksanaan pengusahaan air minum 4 m3/detik berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta

Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah Cilicis (2016-2020) pada area 50%

Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah Cilicis (2016-2020) pada area 100%

__ Melaksanakan (2016-2020 = 100%) Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor. Melaksanakan (2016-2020 = 60%) pemanfaatan tenaga air , kumulatif = 100% Melaksanakan pembangunan jaringan irigasi Cimanceuri dan bendung Cimanceuri Melaksanakan pembangunan jaringan irigasi Ckarang hilir Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/swasta Mengawasi dan melakukan penegakkan hukum berdasarkan azas keadilan dan keseimbangan

__ Melaksanakan OP irigasi DI Sibanteng secara berkelanjutan Meningkatkan Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor. BBWS,Balai PSDA Prov.Jabar,Dinas PU Pengairan Kab. Bogor, Dinas Pertanian Kab.Bogor, Kelompok Masyarakat

2.4

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

P P

1) Belum di tingkatkan Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng, Kab Bogor 2) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air

Terlaksananya peningkatan Klasifikasi Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor.

P P

3) Belum ada jaringan irigasi di Cimanceuri dan bendung Cimanceuri. 4) Belum ada jaringan irigasi diCikarang hilir 5) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi 1) Kurang terkontrolnya Pengusahaan air isi ulang di wilayah Bogor

Terlaksananya pengembangan Potensi tenaga air di Katulampa/Sungai Baru Timur dan Bendung Masyono/Sungai Angke Terlaksananya pengembangan Potensi irigasi Cimanceuri dan terbangunnya bendung Cimanceuri Terlaksananya pengembangan Potensi irigasi Cikarang hilir Terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi

Mengoperasikan tenaga air di Katulampa dan Bendung Masyono

Membangun Microhydro di Sungai Baru Timur dan Sungai Angke (Bendung Masyono). Melaksanakan studi/detail desain pembangunan jaringan irigasi Cimanceuri dan bendung Cimanceuri Melaksanakan stud,detail desain dan pembangunan irigasi Cikarang hilir Melakukan kajian pengembangan dan mendorong peran industri/swasta dalam penerapan desalinasi Menata ulang dan menertibkan pengambilan air tanah dalam oleh pengusaha air minum isi ulang

ESDM, PLN, PJT II, BBWS Citarum, Kelompok Masyarakat

BBWS 2 C , Pemda kab Tanggerang, Kelompok Masyarakat BBWS 2 C, , Pemda Kab Bekasi, Kelompok Masyarakat Pemda DKI, Pemda kab/kota Tanggerang, Pemda Kab/kota Bekasi, PDAM, Kelompok Masyarakat, industri/swasta BPLHD, Dinas SDA dan Pertambangan Kab/kota, Balai PSDA, BBWS, Kelompok Masyarakat

_ Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/swasta Mengawasi dan melakukan penegakkan hukum berdasarkan azas keadilan dan keseimbangan

2.5

PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

P P P

Terkontrolnya Pengusahaan air isi ulang

P P P

2) Masih terbatasnya pengusahaan air minum dari Jatiluhur oleh Pemerintah atau swasta

Terjadinya pengembangan usaha air minum berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta

Melakukan studi dan pelaksanaan pengusahaan air minum 5 m3/detik berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta

PDAM melaksanakan menejemen distribusi air minum dengan menjaga kualitas dan keberlanjutannya sebesar 9 m3/detik

Melakukan studi dan pelaksanaan pengusahaan air minum 9 m3/detik berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta

Pemda DKI, Pemda Jabar, PJT II, PDAM, BBWS, Kelompok Masyarakat, Investor/swasta

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

163

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3
No.

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis A B C D P P P P Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun Master Plan Sistem Pengendalian Banjir secara menyeluruh di wilayah Ciliwung - Cisadane selesai tahun 2015,,debit banjir rencana Sungai utama 1:100, 1:50 sungai dalam kota 1:25, saluran Drainasi 1:5 STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain sistem pengendalian bajir di wilayah Ciliwung - Cisadane iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan sistem pengendalian banjir di wilayah Ciliwung - Cisadane Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

3.1

PENCEGAHAN BENCANA

1) Master Plan Sistem Pengendalian Banjir (1996) secara menyeluruh di wilayah Ciliwung - Cisadane sudah tidak memadai

Tersusunnya review master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh di wilayah Ciliwung - Cisadane

Menyusun Master Plan Sistem BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Pengendalian Banjir secara menyeluruh di Kelompok Masyarakat wilayah Ciliwung - Cisadane, debit banjir rencana Sungai utama 1:100, 1:50 sungai dalam kota 1:25, saluran Drainasi 1:5

P P P

2) Penggunaan daerah retensi/dataran banjir dan rawan banjir untuk pemukiman

Tercapainya penetapan dan pemasangan patok batas kawasan retensi banjir serta melarang pembangunan didaerah retensi Terlaksananya ketetapan kawasan retensi yang telah terbangun termasuk upaya dan solusinya Terwujudnya bantaran sungai bersih dari bangunan permanen dan tanaman keras yang menghambat arus banjir Terwujudnya sungai dan saluran drainase bersih dari sampah

Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air

Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air

Relokasi Penduduk

Menerbitkan penetapan daerah retensi dan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Perwa/Perbup mengenai daerah retensi BPDAS, Kelompok Masyarakat termasuk larangan membangun __ Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun Menetapkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas dan pengawasannya Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, kelompok masyarakat, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, kelompok masyarakat, Kelompok Masyarakat

P P P

Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun Menetapkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas dan pengawasannya Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan membuat TPS untuk di olah Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat Menyusun Pergub dan mensosialisasikan pengaturan pembuatan detensi di gedunggedung bertingkat dan komplek Perumahan Merencanakan dan menetapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian Merencanakan pengembangan dan pemasangan sistem peringatan dini di semua sungai Merencanakan dan melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi

Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun Menetapkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas dan pengawasannya Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat Menerapkan dan mengawasi Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedung-gedung bertingkat dan komplek Perumahan Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi dan tempat pengungsian Melaksanakan pemasangan dan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi sepanjang tahun

P P

3) Penggunaan bantaran sungai untuk pemukiman liar 4) Pembuangan sampah ke saluran drainasi dan alur sungai menghambat aliran, mengakibatkan banjir 5) Belum ada peta rawan genangan yang Mutahir 6) Belum adanya Pergub pembuatan detensi di gedung-gedung bertingkat dan komplek Perumahan 7) Belum ada peta jalur dan tempat Evakuasi bencana 8) Belum semua sungai telah dipasang sistem peringatan dini banjir 9) kurangnya pemeliharaan, terjadinya pendangkalan, sedimentasi di alur sungai serta jaringan drainasi dan longsoran tebing

Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai

P P P P

P P P P

Tersedianya review peta rawan genangan

Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat Menerapkan dan mengawasi Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedunggedung bertingkat dan komplek Perumahan Merview dan mensosialisasikan peta jalur evakuasi bencanca banjir Melaksanakan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi sepanjang tahun

Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat Menerbitkan dan menerapkan Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedunggedung bertingkat dan komplek Perumahan Menetapkan lokasi pengungsian oleh Pemda DKI Jakarta Melaksanakan pemasangan sistem peringatan dini Melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi sepanjang tahun

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, Dinas P2B, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat

P P P

Tersusunnya Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedung-gedung bertingkat dan komplek Perumahan Tersedianya jalur evakuasi dan tempat pengungsian Terpasangnya sistem peringatan dini di semua sungai Terwujudnya alur sungai dan jaringan drainasi aman dan terpelihara

P P P P P P

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, BMKG, Kelompok Masyarakat, swasta

P P P

P P P P 10) Meningkatnya ancaman banjir dari air pasang laut

Teratasinya ancaman bencana dari laut

Merencanakan dan Membangun tanggul laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal muara dan Marunda Menghentikan pengambilan air tanah dalam yang menyebabkan penurunan tanah, khususnya di lokasi Jakarta Utara, dengan menggantikan pemakaian Air Tanah dengan Air Permukaan Merencanakan dan Meningkatkan tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi

Membangun tanggul laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal muara dan Marunda Menghentikan pengambilan air tanah dalam yang menyebabkan penurunan tanah,Jakarta Utara dengan menggantikan pemakaian Air Tanah dengan Air Permukaan Meningkatkan tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi

P P

Melakukan pengamanan terhadap kerusakan pantai dan memelihara tanggul laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal muara dan Marunda Menghentikan pengambilan air tanah yang menyebabkan penurunan tanah, khususnya di lokasi Jakarta Utara dengan menggantikan pemakaian Air Tanah dengan Air Permukaan Melakukan pengamanan terhadap kerusakan pantai dan memelihara tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi Melaksanakan JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Pelaksanaan OP mangrove di pantai wilayah Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan Tangerang (Pantura Banten) __

Membangun tanggul laut di cilincing, Pluit dan pasar ikan

Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov DKI Jakarta, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat

Menghentikan penurunan tanah Jakarta Utara dengan menggantikan penggunaan Air Tanah dengan Air Permukaan

BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Badan Regulator, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P

Meningkatkan tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi

Dinas PU/SDA Prov DKI Jakarta, BBWS CilCis, Kelompok Masyarakat

P P

Melaksanakan FS dan Perencanaan JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Penanaman mangrove di pantai wilayah Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan Tangerang (Pantura Banten) Melaksanakan penyelesaian pembangunan Banjir Kanal Timur (23.5 km) Melaksanakan normalisasi Sungai Pesanggrahan, Angke, Sunter (PAS) Melaksanakan untuk penataan Sungai Ciliwung : - Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung dari TB. Simatupang sampai dengan Manggarai - Melaksanakan pelaksanaan sodetan Sungai Ciliwung di llokasi Kalibata dan Kebun Baru - Melaksanakan penambahan 1 Pintu Air Manggarai dan penambahan 1 Pintu Air Karet

Melaksanakan DED JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Penanaman mangrove di pantai wilayah Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan Tangerang (Pantura Banten) __

Melaksanakan JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Membangun hutan tanaman pesisir, Melindungi water front city dari ancaman pasang air laut Menyelesaikan pembangunan BKT

Dinas PU/SDA Prov DKI Jakarta, BBWS CilCis, Kelompok Masyarakat

P P P P 11) Kurangnya kapasitas aliran sungai (penyempitan sungaidan pendangkalan serta hambatan oleh bangunan silang) P P P P

Tercapainya kapasitas aliran sungai mampu menyalurkan banjir/genangan dengan debit tertentu

BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat

Konstruksi untuk normalisasi Sungai Pesanggrahan, Angke, Sunter (PAS)

BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat

P P P P P P P P

Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA dari Kalibata sampai dengan Manggarai Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat __ __ Melakukan sodetan di Sungai Ciliwung BKT. Melaksanakan penambahan 1 Pintu Air Manggarai dan1 Pintu Air Karet BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat

P P

P P P P

__

__

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman

164

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3
No.

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D P P Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) - Melaksanakan Revitalisasi Pintu Air Ciliwung Lama STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) __ iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) __ Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

Melaksanakan Revitalisasi Pintu Air Ciliwung Lama Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung Lama Melaksanakan pengerukan sungai dan Waduk di Jakarta

BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat

P P P P P P

- Melaksanakan perencanaan dan normalisasi Sungai Ciliwung Lama. Melaksanakan Pengerukan 13 Sungai dan 5 Waduk di Jakarta,Program JEDI (Jakarta Emergency Dredging Initiative) Melaksanakan normalisasi sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekasi, Cikeas, C Melaksanakan perencanaan Cengkareng Flood way II Terbangunnya Polder-polder di Jakrta Melaksanakan Perencanaan dan Pelaksanaan 30 polder-polder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. Merencanakan dan melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan perencanaan sistem drainase dan kapasitasnya di JABODETABEK (2011-2013), melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di JABODETABEK (2014-2015) dan berkelanjutan Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis).

__ __

__ __

P P

P P

Melaksanakan normalisasi sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekasi, Cikeas, C Melaksanakan Perencanaan Cengkareng Flood way II Melaksanakan Perencanaan dan Pelaksanaan 30 polder-polder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. Melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di JABODETABEK secara berkelanjutan

Melaksanakan normalisasi sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekasi, Cikeas, C Melaksanakan Konstrusi Cengkareng Flood way II Melaksanakan pembangunan 30 polderpolder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. Melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di JABODETABEK secara berkelanjutan

Melaksanakan Perencanaan normalisasi BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Masyarakat Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekas Perencanaan dan pelaksanaan penambahan Flood way Cengkareng Flood way II di Jakarta barat Melaksanakan pembangunan 30 polderpolder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan perencanaan normalisasi saluran drainase di perkotaan JABODETABEK dan pelaksanaannya untuk mengurangi genangan utamanya di jalan jalan Jakarta BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok Masyarakat

P P P P 12) Masih kurangnya polder di Jakarta

P P P P 13) Menurunnya fungsi tanggul banjir di sungai-sungai JABODETABEK P P P P 14) Kurangnya tertatanya (sistem dan kapasitas drainase mikro) di JABODETABEK menyebabkan genangan di permukiman dan di jalan

Terlaksananya rehabilitasi dan pembangunan tanggul banjir pada sungaisungai di JABODETABEK Tercapainya sistem dan kapasitas aliran saluran drainase mikro yang memadai di JABODETABEK

BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P P P 15) Terjadinya kerugian akibat bencana longsor di beberapa tempat

Berkurangnya kerugian akibat longsoran

Melaksanakan sosialisasi peta rawan longsor Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) Penerbitan Perda pengurangan pengambilanair tanah dalam dan penerapan rumah panggung Melaksanakan uji coba sistem pengelolaan polder dengan biaya pemulihan Mengurangi luas perambahan daerah retensi dan bantaran sungai (30%), kumulatif menjadi 60% Menyediakan kebutuhan air rumah tangga menggunakan mobil tangki untuk Tangerang dan Bekasi dan menambah supply kebutuhan air rumah tangga untuk wilayah Jakarta Utara dari PDAM Menerapkan dan memantau pelaksanaan daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai

__

BBWS, PJT II, Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) Penerbitan Perda pengurangan air tanah dalam dan penerapan rumah panggung Mengembangkan sistem pengelolaan polder dengan biaya pemulihan untuk polder lainnya Mengurangi luas perambahan daerah retensi dan bantaran sungai (40%), kumulatif menjadi 100% Menambah supply kebutuhan air rumah tangga untuk wilayah Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi dari PDAM

Mengurangi kerugian akibat longsor dan memperkuat daerah rawan longsor dengan Dinas P2B, Dinas Tarung, Kelompok vegetatif dan sipil teknis Masyarakat BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat Mengurangi penurunan muka tanah dg Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok mengendalikan pengambilan air tanah (non- Masyarakat domestik). Melaksanakan pengelolaan polder dengan Dinas PU DKI Jakarta, Dinas PSDA Prov menerapkan sistem biaya pemulihan kota Jabar, Kelompok Masyarakat Jakarta, Bandung) Mengurangi perambahan daerah retensi, Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , bantaran sungai BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat Memenuhi kebutuhan air rumah tangga di Dinas PU/SDA Prov, Dinas PU/SDA Kab/Kota, Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi BBWS, PDAM, Kelompok Masyarakat

P P P 16) Penurunan muka tanah di Jakarta telah menaikkan tingkat resiko banjir P

Pengaturan bangunan (rumah panggung), pembangunan polder dan tanggul

P P P P 17) Meluasnya perambahan daerah retensi dan bantaran sungai

Terlindunginya daerah retensi dan bantaran sungai terhadap perambahan masyarakar Terpenuhinya kebutuhan air rumah tangga di wilayah Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi

Menerbitkan Perda pengurangan pengambilan air tanah dalam dan penerapan rumah panggung Melaksanakan perencanaan pengelolaan sistem polder dengan sistem biaya pemulihan Mengurangi luas perambahan daerah retensi dan bantaran sungai (30%)

P P 18) Kekurangan air kebutuhan rumah tangga di wilayah Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi

Menyediakan kebutuhan air rumah tangga menggunakan mobil tangki untuk Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi

P P 19) Masih terjadinya pembangunan pemukiman di daerah parkir air/dataran banjir P P P 20) Masih adanya hunian dan usaha lain di bantaran sungai

Terwujudnya daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Terlindunginya Bantaran sungai dari hunian dan usaha lainnya

Menyusun Perda tentang daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai

Menerapkan dan memantau pelaksanaan daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai

Menyusun dan menerapkan Perda tentang Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang daerah parkir air/dataran banjir bebas dari dan Tata Kota, DPRD, BPN, Developer dan pemukiman dan usaha lain. Kelompok Masyarakat Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai secara berkelanjutan Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

165

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3
No.

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis A B C D P P P P Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Menyiapkan rencana evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K secara berkelanjutan Menyediakan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Menyiapkan rencana evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K secara berkelanjutan Menyediakan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Menyiapkan rencana evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K secara berkelanjutan Menyediakan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

3.2

PENANGGULANGAN

1) Meluapnya air sungai di wilayah Ciliwung-Cisadane

Berkurangnya luapan air sungai

Meminimalisasi kerugian akibat banjir

Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat Dinas PU/Permukiman DKI, BBWS, Dinas PU/CK kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat, Swasta BBWS, Dinas PU/SDA Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat, swasta

P P P P

Pelaksanaan evakuasi korban pada saat kejadian banjir 1) Belum optimalnya pemulihan kondisi rumah masyarakat setiap terjadinya bencana banjir 2) Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setiap terjadinya bencana banjir 3) Belum maksimalnya penyediaan dana untuk pelaksanaan pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum setiap terjadinya bencana banjir Tercapainya pemulihan kondisi rumah masyarakat

Menyiapkan rencana evakuasi dan dana operasionalnya Memulihkan kondisi rumah masrakat pasca bencana dengan penyedian dana dari pemerintah dan swasta serta melibatkan masyarakat Memulihkan kondisi prasarana sumber daya air Menyediakan dana pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum pasca bencana dengan penyedian dana dari pemerintah serta melibatkan masyarakat dan swasta

3.3

PEMULIHAN AKIBAT BENCANA

P P P P

P P P P

P P P

Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setelah terjadinya bencana banjir dan longsor Belum maksimalnya penyediaan dana untuk pelaksanaan pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum setelah terjadinya bencana banjir dan longsor

Menyediakan dana tahunan untuk perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak Menyediakan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan masyarakat dan swasta

Menyediakan dana tahunan untuk perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak Menyediakan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan masyarakat dan swasta

Menyediakan dana tahunan untuk perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak Menyediakan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan masyarakat dan swasta

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

166

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
4
No.

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D P P P P Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

1) Kurang optimalnya database sumber daya air yang reliable (Hidrologi, Hidrogeologi dan Hidrometeorologi, Kebijakan sumber daya air, Prasarana sumber daya air, Teknologi sumber daya air, Lingkungan pada sumber daya air, Kegiatan SoSekBud) 2) Belum memadainya SDM yang menangani SISDA

Terwujudnya database sumber daya air yang lengkap dan akurat

Menyediakan database sumber daya air yang lengkap dan akurat secara berkelanjutan

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat

P P P P

Tersedianya SDM yang menangani SISDA secara memadai

Melaksanakan pengadaan pegawai dan meningkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan

Mengembangkan SDM secara berkelanjutan

Mengembangkan SDM secara berkelanjutan

P P P

3) Belum lengkapnya peralatan (perangkat keras dan lunak) untuk yang menunjang SISDA

Tersedianya peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA terpadu

Menginventarisasi kebutuhan dan melaksanakan pengadaan peralatan untuk menunjang SISDA terpadu

Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan

Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan

P P P

4) Belum adanya unit SISDA yang mengintegrasikan data sumber daya air yang berasal dari instansiinstansi terkait

Terintegrasinya data SISDA secara berkelanjutan

* Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Menyediakan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, perbaikan peralatan dan peningkatan SDM

P P P P

5) Belum adanya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif 6) Belum tersedianya dana yang memadai untuk melaksanakan SISDA terpadu

Tersedianya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Terwujudnya komitmen penyediaan dana untuk SISDA terpadu

* Mengkoordinasikan data sumber daya air * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan dan menerbitkan buku data tahunan serta serta menyediakan data berbasis web menyediakan data berbasis web yang yang mudah diakses secara mudah diakses secara berkelanjutan berkelanjutan Mengkaji ulang pedoman tentang Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif komprehensif Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan

Menyediakan SDM yang profesional untuk Ditjen SDA, Biro Kepeg dan Ortala, BBWS, menangani SISDA Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II Menyediakan, mengoperasikan dan Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA memelihara peralatan yang memadai untuk Prov/Kab/Kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas menunjang SISDA ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat Mengintegrasikan data SISDA yang mudah BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, diakses secara berkelanjutan BPSDA, Ditjen SDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat Menerbitkan pedoman tentang pengelolaan Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda SISDA yang sistematis dan komprehensif Prov., Dinas ESDM prov., BMKG Prov., Dipertan Prov., dan instansi lain sesuai kebutuhan, Kelompok Masyarakat Menyediakan dana SISDA terpadu yang Bappenas, Ditjen SDA, BBWS, Bappeda prov., memadai Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat

P P P

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

167

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5
No.

PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH


1 Aspek/Sub Aspek 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis A B C D P P P P Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Menyusun, membahas dan menyepakati pembagian peran dan wewenang antar institusi terkait bidang sumber daya air dalam bentuk pedoman, atau MOU kerjasama pengelolaan antar instansi STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

5.1

LEMBAGA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas antar unit pengelola sumber daya air, al.: kewenangan terhadap situ, anak sungai

Terbitnya peraturan, pedoman atau MOU antar unit/ instansi tentang pembagian perannya dalam pengelola sumber daya air

Menerbitkan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama antar instansi dalam pengelolaan sumber daya air

Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat, Kelompok Masyarakat

P P P

2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai

Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja pengelolaan sumber daya air

P P P

Terpenuhinya jumlah pegawai dan peningkatan kapasitasnya, sesuai dengan kompetensinya

Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Menambah jumlah pegawai sesuai analis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)

Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Menambah jumlah pegawai sesuai analis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)

Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Menjaga kesesuaian antara jumlah yang purna tugas dengan pengadaan pegawai baru sesuai analisis beban kerja Menjaga kesesusaian penempatan pegawai sesuai kompetensinya Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menejemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi operasional BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan

Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air secara berkelanjutan

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat

Memenuhi kebutuhan jumlah dan kapasitas Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, pegawai sesuai analisis beban kerja Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Memperbaiki pelaksanaan menejemen kepegawaian Menyusun, menetapkan dan menerapkan pedoman manajemen asset dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P P

Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%) 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air Terbitnya pedoman manajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air Menyusun dan menetapkan pedoman menejemen aset dalam pengelolaan sumber daya air

Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%), kumulatif 100% Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menejemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Mengoperasikan, memantau dan mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan

P P P P

5.2

PENDANAAN

P P P

1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu

Terwujudnya keterpaduan dalam penyusunan program dan anggaran pengelolaan sumber daya air

Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Melakukan kajian dan penetapan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Melakukan kajian, pembahasan dan penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur pengambilan air tanah dalam, dan membangun sumur pantau pada lokasi yang rawan

Meningkatkan komunikasi dan koordinasi Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci, dalam pengelolaan sumber daya air BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota, Kelompok terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6 Masyarakat Ci

P P P

2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar wilayah layanan PJT

Terwujudnya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber daya air sebagai pemungut jasa pengelolaan sumber daya air

P P P

Mengkaji, menetapkan dan menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Menetapkan BLU Pengelolaan sumber daya air dan memantau operasionalnya secara berkelanjutan Melaksanakan inventarisasi, dan memantau pengambilan air tanah dalam sesuai ijin yang telah diberikan

BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat BPLHD Prov/Kab/Kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat

5.3

PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

P P P P

1) Belum maksimalnya pengawasan pengambilan air tanah dalam

Terkendalinya pengambilan air tanah dalam

P P P P

2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur Prov. Banten 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (S. Ciujung/ S.Cidurian ke Jakarta) 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 2) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di wilayah 2Ci 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana

Meningkatnya kesadaran masyarakat/ swasta dalam pengambilan air tanah dalam

Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Menyusun dan menerbitkan dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan

Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran BPLHD Prov/Kab/Kota, Dinas ESDM Prov., publik tentang pengambilan air tanah Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, dalam BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

Terbitnya dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan

Melaksanakan pendelegasian perizinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Men. PU kapada Gub. Banten

Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P P

Terwujudnya kebijakan yang jelas mengenai transfer air antar wilayah provinsi Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci Terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) Peningkatan kinerja forum komunikasi DAS Meningkatnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Optimalnya koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir penanggulangan bencana, dan pemulihan prasarana yang rusak oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Menetapkan kebijakan tentang transfer air antar wilayah

Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 2Ci secara berkelanjutan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir

Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 2Ci secara berkelanjutan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian fungsi konservasi Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir

Menetapkan kebijakan tentang transfer air Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA antar wilayah provinsi WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat Membentuk, mengaktifkan dan memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) Membentuk dan mengaktifkan forum DAS Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota dan BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek. Dewan SDA Prov., Kelompok Masyarakat Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota, Sek. Dewan SDA Kab./Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci, Dinas PU DKI, Kelompok Masyarakat BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota, Bappeda, BBWS, Kelompok Masyarakat BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian Kabupaten, Kelompok Masyarakat Bappeda prov, Dinas PU DKI, BBWS, BPPD, Kecamatan, Keluraha, Kelompok Masyarakat

5.4

FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

P P P P

Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Mengaktifkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 2Ci secara berkelanjutan Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan Membentuk forum komunikasi DAS dan mengaktifkan forum Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir

P P P P

P P P

P P P P

P P P

P P P

P P P

Meningkatkan Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Meningkatkanerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman

168

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5
No.

PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D PEMBERDAYAAN P P P P DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA Permasalahan Berdasarkan Analisis i Jangka Pendek (2011-2015) Meningkatnya kesadaran dan kemampuan * Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam pengelolaan sumber masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air daya air secara berkelanjutan, Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI ii + i iii + ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan penyadaran masyarakat * Melaksanakan penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air dalam Pengelolan sumber daya air secara secara berkelanjutan. Menambahkan berkelanjutan. Menambahkan pendidikan pendidikan Pengelolaan sumber daya air Pengelolaan sumber daya air dalam dalam muatan lokal tingkat muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU PAUD,SD,SMP,SMU Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

5.5

1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelelolaan sumber daya air

Melaksanakan pembinaan masyarakat, sehingga meningkatkan kesadaran dalam pengelolan sumber daya air

TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS, Dinas PU/SDA, pemuka agama, tokoh masyarakat , Kelompok Masyarakat

P P P P

Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (30% area) Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Terwujudnya insentif kepada kelompok Memberikan bantuan pemberdayaan dan masyarakat telah mulai menyelenggarakan percontohan dengan diutamakan kepada kegiatan secara swadaya kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaab sumber daya air secara swadaya 2) Lunturnya budaya/tradisi * Terlindungnya/terjaganya budaya/tradisi * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat masyarakat setempat dalam masyarakat dalam menjaga kelestarian yang mempunyai budaya dalam menjaga menjaga kelestarian kawasan hutan, kawasan hutan, lingkungan dan sumber kelestarian kawasan hutan, lingkungan, lingkungan dan sumber daya air daya air dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan 3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air Meningkatnya kesadaran petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (50% area) Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area) Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air industri melalui 3R

P P P

P P P

P P P

Melaksanakan pemberdayaan petani/ Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A Meningkatkan pembinaan kesadaran dan P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk dalam irigasi partisipatif, termasuk kemampuan petani/ P3A dalam pemeliharaan dan peningkatan jaringan pemeliharaan dan peningkatan jaringan pengelolaan jaringan irigasi tersier irigasi tersier (20% area, total menjadi irigasi tersier (50% area, total menjadi 50%) 100%) Memberdayakan dan meningkatkan Memberdayakan dan meningkatkan Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi kesejahteraan masyarakat DAS hulu, kesejahteraan masyarakat DAS hulu, masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar hutan dan sekitar sumber air, sekitar hutan dan sekitar sumber air, sekitar sumber air, melalui pembinaan dan sehingga aktif berperan ikut menjaga sehingga aktif berperan ikut menjaga pendampingan kelestarian hutan dan sumber air secara kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan berkelanjutan Memberikan bantuan pemberdayaan dan Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah kelompok masyarakat yang telah merintis merintis kegiatan pengelolaab sumber kegiatan pengelolaab sumber daya air daya air secara swadaya secara swadaya * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga yang mempunyai budaya dalam menjaga yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, kelestarian kawasan hutan, lingkungan, kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan dan sumber daya air, serta memberikan dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan bimbingan, arahan dan pemberdayaan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara untuk menjaga kelestariannya secara untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan berkelanjutan berkelanjutan Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (75% area) Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area), kumulatif (10%) Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (100% area) Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan Membina petani melaksanakan sistem SRI (10% area), kumulatif (20%) Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Meningkatkan pmbinaan petani utk hemat air irigasi.

Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA kab/kota, BBWS, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani, Kelompok Masyarakat

Bapedda, Dinas Sosial, Dinas TanHutBun Kab../Kota, Kelompok Masyarakat, Kelompok Masyarakat, Swasta

Dinas Sosial, Kehutanan, Pertanian, BPLHD Kab/Kota, Prov., Dinas Pu/SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P P

Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, IP3A/GP3A/P3A, petani, Kelompok Masyarakat

P P P

Terlaksananya pembinaan petani berhemat air irigasi dengan sistem SRI

Melaksanakan sosialisasi dan pelaksanaan Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA hemat air melalui demplot kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani, Kelompok Masyarakat

P P P

P P P P

P P

Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam hemat air untuk kebutuhan perkotaan Terlaksananya penerapan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle

Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga

Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok masyarakat perkotaan

Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas hemat air industri melalui Reduce-Reuse- PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat Recycle Industri, Kelompok Masyarakat * Mengembangkan dan menerapkan Dinas Perindustrian prov., PDAM, Dinas teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air PU/SDA prov., BPLHD/BLHD, Kelompok laut menjadi air bersih/tawar untuk industri Masyarakat Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P

Terlaksananya pengembangan dan Penerapan Teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air laut untuk industri 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah Meningkatnya kesiapan masyarakat menghadapi banjir Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai)

* Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR

* Mendorong kelompok industri mengolah * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan bersih/tawar secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR

P P P

P P P

Melaksanakan pemberdayaan masyarakat Dinas Kebersihan Prov./Kab/Kota, Dinas dlm pengelolaan sampah (di saluran, PU/SDA Prov./Kab/ Kota, BBWS, Kelompok sungai) Masyarakat Meningkatkan peran swasta dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan melalui dana CSR Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan penggunaan MCK Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, BPDAS, kelompok masyarakat, Kadinda Dinas CK, Dinas PerKim Prov/Kab/Kota, BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta

P P P

P P P

6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Payment Enviroment Service (PES), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan

Terlaksananya peningkatan pengembangan dan penerapan Dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan Terlaksananya peningkatan pemberdayaan masyarakat tentang kebersihan lingkungan, termasuk MCK

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

169

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5
No.

PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH


1 2 3 4 Aspek/Sub Aspek A B C D P P Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan kajian (20112012),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2013-2015) STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Melaksanakan kajian (20112012),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2013-2015) iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Melaksanakan kerjasama Jasa lingkungan Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

7) Belum berkembangnya kerja sama pengelolaan jasa lingkungan

Terlaksananya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan

Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan)

BBWS,BPLHD Prov/kab/kota, Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat

P P P

8) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan Konservasi DAS

9) Belum optimalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber Daya Air

Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat, PPNS, Polri, Satpol PP, Kelompok Masyarakat * Optmalnya peran serta perempuan dalam * Membentuk kelompok gerakan peduli air , * Membentuk kelompok gerakan peduli air * Membentuk kelompok gerakan peduli air , * Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan Dinas Sosial Prop/Kab/Kota, Badan pengelolaan Sumber Daya Air termasuk peduli sampah. Melaksanakan pembinaan, , peduli sampah. Melaksanakan peduli sampah. Melaksanakan pembinaan, peningkatan peran serta perempuan dalam Pemberdayaan Masyarakat Prov/Kab/Kota, dalam kegiatan konservasi, bimbingan dan peningkatan peran serta pembinaan, bimbingan dan peningkatan bimbingan dan peningkatan peran serta pengelolaan sumber daya air secara Bappeda Prop/Kab/Kota, Dinas Pertanian pendayagunaan dan daya rusak air, perempuan dalam pengelolaan sumber peran serta perempuan dalam perempuan dalam pengelolaan sumber berkelanjutan Prop/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat penyebarluasan informasi dan keterlibatan daya air secara berkelanjutan pengelolaan sumber daya air secara daya air secara berkelanjutan dalam organisasi kemasyarakatan. berkelanjutan

Terlaksananya konservasi DAS dengan prinsip hubungan hulu-hilir

Menyiapkan MOU and melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir pada DAS Ciliwung

Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciliwung

Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciliwung dan mengembangkan ke DAS lain

Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciliwung dan DAS lainnya (dalam bentuk bantuan dana dan lain-lain)

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

170

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
PENATAAN RUANG
1 2 3 4 No. Aspek/Sub Aspek A B C D P P P Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang (2011-2013) STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) ___ iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) ___ Kebijakan operasional Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait

1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan Terlaksananya : UU 26/2007 tentang Penataan Ruang dan PP 26 Thn 2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

P P P

Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undangundangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015)

Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undangundangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan

Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undangundangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan

Mensosialisasikan, memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan Per-UU-an tentang penataan ruang Menetapkan zonasi sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air kedalam RTRW Prov/Kab/Kota

Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

PERPRES 54/08,Tentang Penataan Ruang JABODETABEKPUNJUR

Menetapkan zonasi sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air kedalam RTRW Prov/Kab/Kota Memonitor dan mengawasi pelaksanaan RTRW Menerapkan sanksi pelanggaran

Dinas Tata Ruang dan Tata Kota prov., Bappeda prov , Dinas PU/SDA prov, kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

Perda Jabar No. 22/2010 tentang RTRW Prov. Jawa Barat UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) Terlaksananya UU 41/2009 ttg Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PP 1 tahun 2011 Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan berkelanjutan (2011-2013) Mensosialisasikan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (2011-2013) Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan

P P P

P P P

Menetapkan kawasan pertanian pangan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda berkelanjutan dalam RTRW untuk Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan Mensosialisasikan, memonitor, mengawasi Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda dan melakukan penindakan terhadap Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat pelanggaran alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas Tata Ruang, Kelompok Masyarakat Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, Polda/Polres, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P

Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan

Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan

P P

P P

Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan (2014-2015) melalui ijin lokasi dan IMB Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan (2014-2015)

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

171

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
1
No. 1.1

KONSERVASI
1 Aspek/Sub Aspek PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (26.437 ha) dan kritis (115.988 ha) pada DAS di wilayah Citarum Sasaran/Target yang diinginkan * Terlaksananya konservasi lahan sangat Kritis dan kritis pada DAS di wilayah Citarum i Jangka Pendek (2011-2015) * Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013, melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 40% dan lahan kritis 15% area (2014-2015) STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 60% area, kumulatif menjadi 100%, dan lahan kritis 35% area, kumulatif menjadi 50%. iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan kritis 50% area, kumulatif menjadi 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi Kebijakan operasional * Melaksanakan RTkRHL di kawasan prioritas pada hulu DAS dan hulu waduk/ rencana waduk Lembaga/Instansi Terkait Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat

P P P

2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (273.880 ha)

* Terlaksananya konservasi lahan agak kritis pada DAS di wilayah Citarum

* Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan agak kritis pada DAS di wilayah Citarum, dan melaksanakan RTkRHL 20% area

* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan agak kritis 50% area, kumulatif menjadi 70%

* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan * Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan agak kritis 30% area, kumulatif menjadi agak kritis pada DAS di wilayah Citarum 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi

P P

3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (468.255 ha)

* Terlaksananya konservasi lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Citarum

* Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Citarum dan melaksanakan RTkRHL 25% area

* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan * Menyadarkan masyarakat untuk potensial kritis 40% area, kumulatif menjadi potensial kritis 35% area, kumulatif menjadi melindungi dan memperbaiki lahan 65% 100%, serta memantau dan mempertahankan potensial kritis kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi

P P P P

4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan * Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di * Melakukan evaluasi dan sinkronisasi * Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi * Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan dalam dan di luar kawasan hutan pada terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah DAS hulu dan tengah wilayah Citarum serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA di serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA di Citarum wilayah Citarum (25%) di wilayah Citarum (25%), kumulatif (50 %) wilayah Citarum (50%), kumulatif (100%)

* Melaksanakan sinkronisasi Gerhan dan GNKPA di wilayah Citarum

Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat

P P P

5) Belum optimalnya perlindungan alur dan * Terwujudnya perlindungan yang * Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada optimal pada alur dan tebing sungai di melaksanakan (2014-2015 = 10%) wilayah Citarum sungai-sungai utama pada wilayah perlindungan alur dan tebing sungai di Citarum sungai-sungai utama pada wilayah Citarum * Melakukan inventarisasi untuk cagar alam dan budaya melalui pembuatan perlindungan alam , membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasilokasi sungai Citarum

* Melaksanakan (2016-2020 = 25%, kumulatif * Melaksanakan (2021-2030 = 65%, kumulatif = * Melaksanakan perlindungan alur dan = 35%) perlindungan alur dan tebing sungai 100%) perlindungan alur dan tebing sungai di tebing sungai yang optimal di sungai-sungai utama pada wilayah sungai-sungai utama pada wilayah Citarum Citarum * Membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi-lokasi sungai Citarum dan melakukan operasi dan pemeliharaan laboratorium yang terbangun secara berkelanjutan * Membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi-lokasi sungai Citarum dan melakukan operasi dan pemeliharaan laboratorium yang terbangun secara berkelanjutan * Melaksanakan inventarisasi untuk cagar alam dan budaya melalui pembuatan perlindungan alam , membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasilokasi sungai Citarum

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Dinas ESDM, BPLHD, Bappeda, BBWS dan Dinas PU/PSDA, Kelompok Masyarakat

P P P

6) Budi daya pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis

* Terlaksananya PerMenTan No. 47/PerMenTan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budi daya Pertanian pada lahan Pegunungan

* Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No. 47/PerMenTan/OT.140/10/2006, melaksanakan pelatihan bagi Good Agriculture Practice (GAP), melaksanakan gerakan budidaya sayuran/buah berbasis GAP melalui pendekatan sekolah lapang, dan menerapkan PerMenTan No. 48/Per

* Menerapkan PerMenTan No. 48/PerMenTan/OT.140/10/2009 tahap II (40% area), kumulatif (50% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya.

* Menerapkan PerMenTan No. 48/PerMenTan/OT.140/10/2009 tahap III (50% area), kumulatif (100% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya.

* Menyelenggarakan budidaya pertanian yang sesuai dengan kaidah konservasi berpedoman kepada PerMenTan No. 48/PerMenTan/OT.140/10/2009

Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Dinas Pertanian Prov., PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat

P P

* Terlaksananaya penanaman kawasan * Melaksanakan percontohan, pendampingan * Melaksanakan bimbingan kepada * Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat * Melaksanakan percontohan, non hutan yang berlereng dengan dan bimbingan kepada masyarakat tani di masyarakat tani di kawasan non hutan yang tani di kawasan non hutan yang berlereng pendampingan dan bimbingan kepada tanaman jangka panjang bernilai kawasan non hutan yang berlereng untuk berlereng untuk menanam tananam jangka untuk menanam tananam jangka panjang, masyarakat tani di kawasan non hutan ekonomi tinggi (contoh tanaman kopi) menanam tananam jangka panjang, disertai panjang, disertai pemberdayaan melalui disertai pemberdayaan melalui penanaman yang berlereng untuk menanam tananam pemberdayaan melalui penanaman sistim penanaman sistim tumpang sari secara sistim tumpang sari secara berkelanjutan jangka panjang, disertai pemberdayaan tumpang sari secara berkelanjutan (target berkelanjutan (target 25% area, kumulatif (target 60% area, kumulatif 100%) melalui penanaman sistim tumpang sari 15% area) 40%) secara berkelanjutan

Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) serta kelompok masyarakat

7) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)

* Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan

* Menyusun sistem pemberian insentif bagi * Menerapkan, memantau dan mengevaluasi * Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pengembang yang menambah dan pelaksanaan sistem pemberian pelaksanaan sistem pemberian disinsentif bagi pengembang yang Insentif/disinseftif secara berkelanjutan Insentif/disinseftif secara berkelanjutan mengurangi RTH, dituangkan dalam Perda (2011-2013). Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya (2014-2015)

* Menambah luas RTH sehingga tercapai standar sesuai peraturan (30% luas)

Dinas PU Prov, Bappeda, Dinas Kimrum, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat

P P P

8) Masih adanya Kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan 9) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha

* Terwujudnya kawasan pemukiman baru yang memenuhi daya dukung lingkungan * Terlindunginya situ secara berkelanjutan

* Menyusun Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi * Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya

* Menerapkan dan memantau pembangunan * Menerapkan dan memantau pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi kaidah konservasi * Menerapkan Perda tentang perlindungan dan fungsi situ

* Menyusun dan menerapkan Perda tentang Dinas Kimrum, Dinas PU Prov, Bappeda, pembangunan kawasan pemukiman baru DPRD, BPN, Developer, Kelompok yang mengikuti kaidah konservasi Masyarakat

P P P

* Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi * Menyusun Perda, mensosialisasikan, Dinas PU Pov., BBWS, DPRD, BPN, Satpol pelanggar Perda tentang perlindungan dan menegakkan dan menindak bagi PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat fungsi situ pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ * Melindungi muara dan pantai dengan struktur Dinas PU/SDA Kab/Kota dan Prov, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

10) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai

* Terlindunginya kawasan muara dan pantai

* Menyusun perencanaan bangunan pengamanan muara dan erosi pantai, dan melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (100%)

* Melaksanakan pembangunan pengamanan * Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (30%), kumulatif muara dan erosi pantai (60%), kumulatif 40% (100%)

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

172

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No.

KONSERVASI
1 Aspek/Sub Aspek 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) * Meninventarisasi lokasi penambangan, memberikan arahan lokasi yang sesuai, mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai penegakan hukum. STRATEGI ii + i iii + ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Memantau, menerapkan dan melaksanakan * Memantau, menerapkan dan melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggaran penegakan hukum terhadap pelanggaran penambangan pasir dan krikil secara penambangan pasir dan krikil secara berkelanjutan berkelanjutan Kebijakan operasional Lembaga/Instansi Terkait

A B C D P P P P 11) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai * Terlindungnya dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan kerikil terhadap kerusakan akibat penambangan pasir dan krikil

* Memberikan arahan lokasi yang sesuai Dinas ESDM/Pertambangan, BPLHD, Dinas untuk penambangan pasir dan krikil, PU/PSDA Prov./Kab/kota, BBWS, Kelompok mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah Masyarakat dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai pemantauan dan penegakan hukum.

P P P 12) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat

* Terciptanya batas pemilikan lahan * Menginventarisir pemilikan lahan Perum yang jelas di hulu antara milik PERUM Perhutani, PTPN dan masyarakat, PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat melakukan pemetaan detail dan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat * Terlindunginya lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya

* Pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan

* Pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan

P P P P

13) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai

* Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya sungai Citarum dan anak-anak sungainya sungai Citarum dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai sebagai bagian dari daerah milik sungai sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan pemantauan secara berkelanjutan pemantauan secara berkelanjutan

* Melakukan pemetaan detail dan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat serta pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai

Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional, Perum Perhutani, PTPN, Kelompok Masyarakat

BBWS, Dinas PU/PSDA Prop./Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

173

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No. 1.2

KONSERVASI
1 Aspek/Sub Aspek PENGAWETAN AIR A B C D P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan * Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah baik yang mempunyai ijin maupun yang tidak mempunyai ijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan * Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah baik yang mempunyai ijin maupun yang tidak mempunyai ijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan Kebijakan operasional * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan jangka panjang Lembaga/Instansi Terkait BBWS, Dinas PU/PSDA Prov., Balai PSDA

P P P

1) Belum optimalnya pembangunan * Bertambahnya waduk, situ dan kolam tampungan air (masih banyak air terbuang retensi pada musim hujan) 2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam * Terlaksananya pengendalian yang melampaui batas dan pemantauan pengambilan air tanah yang lemah, pada CAT Bandung-Soreang, Batujajar, Subang dan Bekasi Karawang sehingga terjadi penurunan muka air tanah, penurunan tanah dan/atau instrusi air laut 3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan * Tercapainya effisiensi pemakaian air irigasi * Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri * Berkurangnya kebocoran distribusi air minum

* Melaksanakan pengendalian dan * Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah baik yang pemantauan pengambilan air tanah mempunyai ijin maupun yang tidak (menyediakan kebutuhan air permukaan mempunyai ijin, disertai penyediaan secara berkelanjutan) kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan

BPLHD, PDAM, Badan Regulator, Bappeda, Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P P P P P P P

* Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI * Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri * Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air

* Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI secara berkelanjutan * Melaksanakan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri secara berkelanjutan * Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air * Melindungi dan mempertahankan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum secara berkelanjutan melalui pengendalian IMB

* Melaksanakan effisiensi pemakaian air di * Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI setiap DI dan melaksanakan metode SRI secara berkelanjutan secara berkelanjutan * Melaksanakan effisiensi pemakaian air * Melaksanakan sosialisasi dan rumah tangga dan industri secara menerapkan effisiensi pemakaian air berkelanjutan rumah tangga dan industri * Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang * Melaksanakan efisiensi dan hemat air lama, mensosialisasikan, mengawasi dan keperluan rumah tangga dan industri menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air * Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum secara berkelanjutan melalui pengendalian IMB * Mengurangi laju perambahan daerah retensi dan bantaran sungai kumulatif menjadi 0% * Melindungi dan meningkatkan daerah resapan

Dinas TanHutBun, PU/PSDA kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat Dinas Perindustrian, PDAM, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat PDAM, Badan Regulator, Dinas PU/PSDA Prov., Dinas PSDA kab/kota, Kelompok Masyarakat

P P P

4) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum

* Terlindunginya dan meningkatnya luas * Melindungi dan mempertahankan luas daerah resapan di bagian hulu dan daerah resapan di bagian hulu dan tengah tengah wilatyah Citarum wilayah Citarum secara berkelanjutan melalui pengendalian IMB

Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, BPN, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P P P

5) Meluasnya perambahan daerah retensi dan bantaran sungai untuk hunian dan usaha selain pertanian

* Terlindunginya daerah retensi dan * Mengurangi laju perambahan daerah retensi * Mengurangi laju perambahan daerah bantaran sungai terhadap perambahan dan bantaran sungai (menjadi 70% nya) retensi dan bantaran sungai kumulatif oleh masyarakat menjadi 40%

* Mengendalikan perambahan daerah retensi dan bantaran sungai

P P P P

6) Kurang teridentifikasinya potensi daerah retensi

* Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Citarum

* Mengidentifikasi potensi daerah retensi di wilayah Citarum (2011-2013) dan membuat perencanaan daerah retensi (2014-2015)

* Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi dan pembangunan daerah retensi di wilayah Citarum (30% area)

* Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan * Mengidentifikasi potensi, merencanakan, dan pembangunan daerah retensi di wilayah melaksanakan konsolidasi kepemilikan Citarum (70% area), kumulatif menjadi 100% lahannya, dan membuat daerah/kolam retensi * Meningkatkan jumlah air yang meresap dan menurunkan angka pengaliran

P P P P

7) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat

* Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat

P P P P

8) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Citarum

* Terlindunginya mata air di wilayah Citarum secara berkelanjutan

P P P

* Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur * Melaksanakan pembuatan sumur resapan * Melaksanakan pembuatan sumur resapan resapan dan biopori kepada masyarakat dan biopori kepada masyarakat (2016dan biopori kepada masyarakat (2021-2030) (2011-2013) dan melaksanakan pembuatan 2020) = 30% area, kumulatif 50% area = 50 % area, kumulatif 100% area biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20% area * Mensosialisasikan peraturan tentang * Menetapkan dan mematok sempadan * Mengawasi dan memelihara sempadan sempadan sumber air. Menetapkan dan sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%), sumber air di sekitar mata air mematok sempadan sumber air di sekitar kumulatif (100%) mata air (jumlah 50%) * Melaksanakan inventarisasi kerusakan * Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air * Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air mata air. (25%), kumulatif (50%) (50%), kumulatif (100%) Merehabilitasi dan OP mata air (25%)

* Melindungi keberadaan lingkungan sumber air dengan memasang patok batas sempadan yang jelas * Melakukan perbaikan dan pemeliharaan mata air secara berkelanjutan

BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota dan kelompok masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

174

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No. 1.3

KONSERVASI
1 Aspek/Sub Aspek PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) Sasaran/Target yang diinginkan * Peningkatan kualitas air sungai, situ dan waduk (min. Kelas II PP no 82/2001) i Jangka Pendek (2011-2015) * Melaksanakan program kali bersih (Prokasih) secara terpadu , Program Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper) dan Surat Pernyataan Kali Bersih (Super Kasih) STRATEGI ii + i iii + ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Melakukan pemantauan, evaluasi * Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran pelanggar yang melakukan pencemaran Kebijakan operasional * Meningkatkan kualitas air sungai sesuai atau lebih baik dari standar baku mutu Lembaga/Instansi Terkait Dinas Kebersihan, BPLHD, Dinas PU, BBWS, Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat

P P P P

P P P P P P

* Melaksanakan alokasi air penggelontoran * Merencanakan dan mengalokasi air penggelontoran melalui kesepakatan dalam sungai TKPsumber daya air, serta melaksanakan penggelontoran sungai * Menegakkan peraturan tentang kelas air * Mendorong terbitnya penetapan kelas air sungai dan waduk oleh Gubernur sungai dan waduk * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin. serta menegakkan peraturan. * Merencanakan sistem monitoring kualitas air real time * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan. * Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time

* Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai

* Mengalokasikan air untuk penggelontoran BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA, sungai TKPSDA, Kelompok Masyarakat

* Menegakkan peraturan tentang kelas air sungai dan waduk * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan * Mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time

* Menetapkan kelas air sungai dan waduk

* Melaksanakan peningkatan sistim monitoring kualitas air sungai

BPLHD, BBWS, Bappeda, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Dinas PU, TKPSDA, Kelompok Masyarakat BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P P P P P

* Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time

P P P

2) Belum optimalnya pengelolaan limbah Industri

* Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah industri

P P P P P P P

P P P

* Meningkatkan SDM petugas monitoring, * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas pengelolaan lingkungan (khususnya air) kualitas air) * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri, penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Mendorong pembangunan IPAL * Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Memberikan teguran dan penindakan bagi * Melaksanakan pengawasan dan industri yang tidak mengoperasikan IPAL penindakan bagi industri yang tidak miliknya mengoperasikan IPAL miliknya * Menyusun perencanaan pembangunan * Membangun IPAL industri terpadu pada IPAL industri terpadu pada kawasan kawasan industri, dan mengoperasikannya industri, beserta penyiapan organisasi pengelolanya * Melaksanakan evaluasi Perda terkait * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada perlu memperbaharui Perda mengacu peraturan pemerintah terbaru. pada peraturan pemerintah terbaru.

* Meningkatkan SDM petugas monitoring, * Meningkatkan SDM petugas terkait pengawas dan penegak hukum (PPNS) pengelolaan lingkungan (khususnya melalui fasilitasi training tentang pengelolaan kualitas air) lingkungan (khususnya kualitas air) * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang * Menegakkan Perda tentang pengolahan syarat kualitas air limbah, dan kewajiban limbah industri dan melaksanakan penggunaan IPAL industri, serta mendorong pengawasan kualitas limbah, terutama pembangunan IPAL dan penegakan hukum logam berat, secara berkelanjutan bagi pelanggar * Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Melaksanakan pengawasan dan penindakan * Melaksanakan pengawasan dan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL penindakan bagi industri yang tidak miliknya mengoperasikan IPAL miliknya * Mengembangkan IPAL industri terpadu pada * Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya kawasan industri, dan mengoperasikannya

BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat

BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat Swasta, BPLHD, Dinas Perindustrian, Dinas PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan * Melaksanakan pengawasan ketat kualitas BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, limbah industri dan lingkungan, bila perlu limbah industri sesuai baku mutu limbah Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, memperbaharui Perda mengacu pada cair (terutama logam berat) disertai Kelompok Masyarakat peraturan pemerintah terbaru. penegakan hukum bagi pelanggar;

P P P P

* Melaksanakan identifikasi/ updating data * Melaksanakan updating data base lokasi * Melaksanakan updating data base lokasi dan * Menyusun data base industri, serta Dinas PU/SDA, BBWS, BPLHD, Dinas base lokasi dan jenis industri, potensi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta terintegrasi dalam sistim informasi kualitas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi dan serta updating peta lokasi dan jenis industri updating peta lokasi dan jenis industri di air diKab/kota, Kelompok Masyarakat jenis industri di wilayah Citarum di wilayah Wilayah Citarum wilayah Wilayah Citarum * Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi/optimalisasi IPAL terpadu Cisirung * Melaksanakan rehabilitasi/optimalisasi, * Melaksanakan pengoperasian dan pengoperasian dan pemeliharaan IPAL pemeliharaan IPAL terpadu Cisirung serta terpadu Cisirung serta melakukan melakukan pengawasan operasional IPAL pengawasan operasional IPAL dan kualitas dan kualitas limbah (khususnya logam berat) limbah (khususnya logam berat) secara secara ketat sesuai baku mutu limbah ketat sesuai baku mutu limbah * Pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan; * Melanjutkan pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan; * Melaksanakan rehabilitasi/optimalisasi, pengoperasian dan pemeliharaan IPAL terpadu Cisirung serta melakukan pengawasan operasional IPAL dan kualitas limbah BPLHD, Dinas PU/SDA, BBWS, Dinas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait diKab/kota, Kelompok Masyarakat

P P

P P

3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum * Terwujudnya pengendalian * Peningkatan kapasitas /penyelesaian diolah sebagaimana mestinya pencemaran dari limbah domestik dan pembangunan IPAL Bojongsoang; perkotaan;

* Peningkatan kapasitas /penyelesaian pembangunan IPAL Bojongsoang dan perencanaan dan pembangunan sistem sanitasi perkotaan dan perdesaan;

BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok Masyarakat

P P

Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainase, secara bertahap (5% area kota), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru

* Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainase, secara bertahap (10% area kota, kumulatif 15%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru

* Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainase, secara bertahap (35% area kota, kumulatif 50%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru

Merencanakan dan membangun sistem Dinas CK, BPLHD, BBWS, Kelompok sanitase perkotaan dengan memisahkan Masyarakat saluran pembuangan air limbah perkotaan dari saluran drainase kota, secara bertahap

P P P

Melaksanakan sosialisasi dan * Melaksanakan sosialisasi dan * Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan masyarakat thd penggunaan sanitasi individu, sanitasi individu, perdesaan dan komunal sanitasi individu, perdesaan dan komunal perdesaan dan komunal (terutama daerah (terutama daerah berpenduduk padat dan (terutama daerah berpenduduk padat dan berpenduduk padat dan sekitar sumber air); sekitar sumber air); sekitar sumber air); 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian * Terwujudnya pengendalian limbah pertanian; Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis * Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan monitoring kepatuhan petani di lapangan * Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan monitoring di lapangan

Melaksanakan pemberdayaan masyarakat BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, thd penggunaan sanitasi lingkungan Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok Masyarakat

P P P

Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis

BPLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

175

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1
No.

KONSERVASI
1 Aspek/Sub Aspek A B C D P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya Sasaran/Target yang diinginkan * Terwujudnya pengendalian limbah peternakan; i Jangka Pendek (2011-2015) Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan limbah ternak dan kewajiban menggunakan IPAL peternakan, disertai pembangunan IPAL percontohan dan pemberdayaan peternak Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya. STRATEGI ii + i iii + ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan pembangunan IPAL * Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak peternakan dan pemanfaatan limbah ternak (mis. biogas, kompos dsb.); (mis. biogas, kompos dsb.); Kebijakan operasional Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak; Lembaga/Instansi Terkait BPLHD, BBWS, Dinas Peternakan, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat, swasta

P P P

6) Pengelolaan limbah sampah belum optimal

* Terwujudnya pengelolaan limbah sampah

P P P P

* Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya.

* Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya.

Melaksanakan pengelolaan sampah Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle) PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat

Melarang membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya.

Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

176

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
No. 2.1

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


1 Aspek/Sub Aspek PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR A B C D P P P 2 3 4 i Jangka Pendek (2011-2015) 1) Belum adanya peraturan peruntukan air * Terbitnya Pergub peruntukan air pada * Menyusun, merumuskan Pergub melalui pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu sumber air pada ruas/ lokasi tertentu, Dewan sumber daya air prov. dan termasuk penetapan klas air sungai mensosialisasikan peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber * Terbitnya penetapan zona * Menetapkan zona pemanfaatan sumber air air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan sumber air dan dan memadukan pada peta RTRW Prov pemanfaatan terintegrasinya pada peta RTRW Prov. dan Kabupaten /Kota Jawa Barat 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan * Meningkatnya efisiensi penggunaan air * Melaksanakan kampanye dan edukasi irigasi dan/atau RKI hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI ii + i iii + ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Mengkaji ulang dan merumuskan kembali * Mengkaji ulang dan merumuskan kembali melalui Dewan sumber daya air peruntukan melalui Dewan sumber daya air peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan air dari sumber air secara berkelanjutan * Mengkaji ulang dan menetapkan kembali zona pemanfaatan air dan memadukan pada peta RTRW Prov dan kab/Kota * Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) * Memantau pelaksanaan zona pemanfaatan air dan melakukan revisi jika diperlukan Kebijakan operasional * Menyusun, merumuskan, menetapkan, mensosialisasikan dan menerapkan Pergub peruntukan air dari sumber air * Mengkaji menetapkan zona pemanfaatan air dan memadukan pada peta RTRW Prov, kab/kota Lembaga/Instansi Terkait Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, BBWS, Dewan SDA Prov, Kelompok Masyarakat

P P P

Bappeda, Dinas Kimrum, Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Kelompok Masyarakat

2.2

P P P P PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR

* Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat * Mengurangi kebutuhan air melalui air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) penghematan air RKI dan efisiensi air irigasi Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air

Dinas PU/PSDA dan Kimrum Prov/Kota/Kab, Pengguna Air di Prov Jabar dan DKI Jakarta, BBWS, Kelompok Masyarakat

* Mengurangi pencurian air atau


pemborosan air RKI dan irigasi

Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan pengambilan air baku RKI dan irigasi

Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air

* Mengendalikan pengambilan air BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA pernukaan untuk RKI sesuai SIPA, dan air Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok irigasi sesuia kebutuhan, serta Masyarakat melaksanakan penegakan hukum bagi pelanggarnya

P P P

Terbangunnya waduk dan tampungan air Citarum Hulu : * Bertambahnya debit sungai Cisangkuy * Mengkaji ulang Studi Kelayakan Pembangunan waduk Sukawana di Cimahi 2 m3/detik dari waduk Santosa dan Sudetan Cibantarua di Kab. Garut dan Bandung (2011-2013), dan melaksanakan perencanaan detail pembangunan waduk Santosa (2014-2015) * Tersedianya air untuk keperluan air * Melaksanakan studi kelayakan bersih/minum kota Bandung dari pembangunan sistem jaringan air minum dari waduk Saguling (2012-2013) dan Waduk Saguling sekitar 4 m3/detik (/) melaksanakan perencanaan detail pembangunan sistem jaringan air minum dari waduk saguling (2014-2015)

* Melaksanakan pembangunan waduk Santosa, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Santosa

* Melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Santosa

* Melaksanakan kaji ulang Studi Kelayakan, BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok perencanaan detail, persiapan Masyarakat pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Santosa

P P P

* Melaksanakan pembangunan sistem jaringan air minum dari waduk Saguling tahap I (1,3 m3/detik) dan tahap II (1,3 m3/detik)

* Melaksanakan pembangunan sistem jaringan * Melaksanakan studi kelayakan, Dinas PU/SDA/Kimrum Prov/Kab/Kota, air minum dari waduk Saguling tahap III (1,4 perencanaan detail, pembangunan sistem BBWS, Kelompok Masyarakat m3/detik), dan melaksanakan operasi dan jaringan air minum dan operasi serta pemeliharaan sistem jaringan air minum dari pemeliharaan sistem jaringan air minum waduk Saguling waduk Saguling

P P P

* Tersedianya air bersih/minum untuk * Mengkaji ulang Perencanaan waduk * Melaksanakan persiapan dan Kota Bandung (dan juga mengairi Cikapundung di Kab. Bandung (2011-2013), melaksanakan pembangunan waduk lahan irigasi di bagian hilir waduk) dan melaksanakan persiapan Cikapundung tahap I sebesar 1,23 m3/detik dari Waduk pembangunan waduknya (2014-2015) Cikapundung (termasuk wadukCikukang Ciawiruka, Cipanegah 1, Cipanegah 2 dan Cipanegah 3) * Tersedianya air bersih/minum utk Jatinangor dan Rancaekek 0,5 m3/detik dari waduk Citarik * Mengkaji ulang Perencanaan waduk Citarik (2011-2013), dan melaksanakan persiapan pembangunan waduknya (2014-2015)

* Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, dan melaksanakan operasi serta persiapan pembangunan, pembangunan, pemeliharaan waduk Cikapundung dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Cikapundung

BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat

P P

* Melaksanakan persiapan dan * Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, melaksanakan pembangunan waduk Citarik dan melaksanakan operasi serta persiapan pembangunan, pembangunan, tahap I pemeliharaan waduk Citarik dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Citarik * Melaksanakan persiapan dan melaksanakan pembangunan waduk Sukawana tahap I * Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, dan melaksanakan operasi serta persiapan pembangunan, pembangunan, pemeliharaan waduk Sukawana dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Sukawana

BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat

P P P

* Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Cimahi 0.60 m3/detik (dan juga mengairi lahan irigasi seluas 1.717 ha di sekitar lokasi) serta produksi listrik 1.630 MWh dari waduk Sukawana

* Mengkaji ulang Perencanaan desain waduk Sukawana (2011-2013), dan melaksanakan persiapan pembangunan waduknya (20142015)

BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat

P P

* Tersedianya air bersih/minum untuk * Mengkaji ulang Perencanaan detail waduk Kota Padalarang 0,45 m3/detik (dan Cimeta (2011-2013), dan melaksanakan mengairi lahan irigasi seluas 825 ha di persiapan pembangunan waduknya (20142015) sekitar lokasi) dari waduk Cimeta Citarum Tengah/Hilir : * Meningkatnya ketersediaan air dari peninggian waduk Cirata (15 m) untuk keperluan air minum (Jakarta, Depok dan Bogor) dan meningkatnya produksi listrik Diperolehnya tingkat kelayakan (layak atau tidaknya) potensi waduk-waduk Citarum Hulu : * Tersedianya air bersih/minum (Kab.Bandung, Kota Bandung dan Cimahi) 1,15 m3/detik dari waduk Ciwidey

* Melaksanakan persiapan dan melaksanakan pembangunan waduk Cimeta tahap I

* Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, dan melaksanakan operasi serta persiapan pembangunan, pembangunan, pemeliharaan waduk Cimeta dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Cimeta

BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat

P P

___

* Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Kali Citarum

* Melaksanakan peninggian Bendungan Cirata * Melaksanakan studi kelayakan, detail (15 m) di Kali Citarum desain, pelaksanaan konstruksi Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Kali Citarum

BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Kelompok Masyarakat

2) Adanya potensi waduk-waduk kecil yang perlu dikaji lebih lanjut :

P P

___

* Mengkaji ulang Perencanaan waduk * Melaksanakan persiapan dan melaksanakan Ciwidey (2011-2013), dan melaksanakan pembangunan waduk Ciwidey tahap I persiapan pembangunan waduknya apabila (apabila layak untuk dibangun) layak untuk dibangun (2014-2015)

* Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, persiapan pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Ciwidey (apabila layak untuk dibangun)

BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

177

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
No.

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


1 Aspek/Sub Aspek A B C D 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan Citarum Tengah/Hilir : * Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum dan irigasi dari potensi waduk yang ada di Citarum Hilir (waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung) 3) Keterbatasan air permukaan (dari potensi waduk kecil yang ada) untuk penyediaan air bersih di Cekungan Bandung i Jangka Pendek (2011-2015) STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan persiapan dan pembangunan waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung Kebijakan operasional Lembaga/Instansi Terkait

P P

* Melaksanakan studi kelayakan untuk waduk * Melaksanakan perencanaan detail untuk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, dan waduk Kandung Telagaherang, dan waduk Kandung

* Melaksanakan Studi Kelayakan, perencanaan detail, persiapan pembangunan dan pembangunan waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung

BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat

P P P P

* Tersedianya air tanah khususnya * Melaksanakan kajian terhadap pemakaian untuk air bersih rumah tangga dengan air tanah di Cekungan Bandung saat ini, memperhatikan keseimbangan antara merencanakan dan melaksanakan potensi dan kebutuhan pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan dan potensi yang ada. * Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi 50%

* Melaksanakan pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan, dan melakukan pemantauan serta evaluasi penggunaan (sesuai perencanaan)

* Melaksanakan pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan, dan melakukan pemantauan serta evaluasi penggunaan (sesuai perencanaan)

* Melaksanakan kajian terhadap pemakaian Dinas ESDM, Dinas PU/SDA/Kimrum air tanah di Cekungan Bandung, Prov/Kab/Kota, PDAM, BBWS, Kelompok merencanakan dan melaksanakan Masyarakat pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan dan potensi yang ada. PDAM Prov/Kab/Kota, Dinas Kimrum, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

4) Keterbatasan layanan PDAM di Cekungan * Meningkatnya cakupan layanan PAM Bandung dan Kota/Kabupaten lainnya Cekungan Bandung dan Kab./Kota lainnya sesuai target MDG's 5) Adanya kekurangan air baku untuk kebutuhan DKI Jakarta

* Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi 60% Melaksanaan kegiatan normalisasi Saluran Tarum Barat dan pemeliharaan secara berkelanjutan Pelaksanaan produksi air minum tambahan 5 m3/det dikirim ke Jakarta (total volume air minum 9 m3/det), OP instalasi air air minum dan pipa

* Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan * Meningkatkan jumlah sambungan rumah menambah sambungan rumah tangga tangga mencapai 70% penduduk menjadi 70% Melaksanaan pemeliharaan Saluran Tarum Barat secara berkelanjutan

P P P P

P P P

* Meningkatnya penyediaan air dari * Melaksanakan perencanaan dan Citarum ke Jakarta dari 16 m3/dtk pelaksanaan kegiatan normalisasi Saluran menjadi 31 m3/dtk (melalui normalisasi Tarum Barat Saluran Tarum Barat) Tersedianya tambahan air minum 9 Merencanakan instalasi Penjernihan m3/detik dari Jatiluhur yang dialirkan kapasitas 9 m3/det di Curug dan dengan pipa melalui tanggul kanan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Tarum barat ke Jakarta Jakarta serta pelaksanaan produksi air minum 4 m3/det dikirim ke Jakarta.

Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, PJT 2, dan pemeliharaan Saluran Tarum Barat Pemda DKI Jakarta, PDAM, Kelompok secara berkelanjutan Masyarakat Merencanakan instalasi Penjernihan kapasitas 9 m3/det di Curug dan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Jakarta serta pelaksanaannya PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok Masyarakat

OP instalasi air air minum dan pipa kapasitas 9 m3/det

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

178

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
No. 2.3

PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR


1 Aspek/Sub Aspek PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) * Mereview dan melaksanakan alokasi air sesuai kesepakatan * Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai 50% * Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 50%) STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) * Melaksanakan alokasi air sesuai kesepakatan secara berkelanjutan * Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai 100% * Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 75%) Kebijakan operasional iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan alokasi air sesuai kesepakatan * Melaksanakan alokasi air sesuai prinsipsecara berkelanjutan prinsip penggunaan sumber daya air * Melaksanakan OP jaringan irigasi * Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai 100% Lembaga/Instansi Terkait TKPSDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, PJT II, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat

1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku * Harmonisasi penggunaan air irigasi di wilayah Citarum dan air baku di wilayah Citarum 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan * Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi terutama yang rusak berat * Terlaksananya OP prasarana sumber daya air sesuai standar

P P P P P

* Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 100%)

* Melaksanaan OP prasarana sumber daya BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, air untuk mempertahahan tingkat layanan Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan * Meningkatnya efisiensi air irigasi

Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya * Melaksanakan peningkatan efisiensi air Irigasi menjadi 60%

Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya (kumulatif 100%) * Melaksanakan peningkatan efisiensi air Irigasi menjadi 63%

P P P

4) Belum adanya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum

* Tersedianya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum

P P P

5) Tidak/Belum Optimalnya Kinerja Prasarana Irigasi

* Peningkatan irigasi dlm rangka ketahanan pangan

P P P P

6) Belum optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur)

Optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur)

* Melaksanakan kajian SOP tampungan/situ * Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP di Wilayah Citarum (2011-2013) tampungan/situ di Wilayah Citarum (2016memformulasikan dan mengujicoba (20142020) 2015) * Melaksanakan kajian terhadap kinerja dan * Melaksanakan Peningkatan Irigasi fungsi daerah irigasi yang ada di wilayah (keandalan 75%) Citarum , Melaksanakan Peningkatan Irigasi (keandalan 50%) Melakukan kaji ulang SOP Kaskade 3 Melaksanakan SOP Kaskade 3 waduk, Waduk di Citarum, mengintegrasikan dan memonitor dan mengevaluasi secara menetapkan SOP waduk termasuk untuk berkelanjutan kondisi ekstrim * Melaksanakan aset manajemen irigasi (50% * Melaksanakan aset manajemen irigasi area) (75% area) * Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (50% area) * Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (75% area) * Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 50% dalam 5 thn, kumulatif pelaksanaan 80%). * Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (75% area) * Peningkatan IP dari 250% ke 265%

Melaksanakan OP waduk/situ oleh Penganggaran OP sesuai kebutuhan BBWS/Dinas PU/swasta sesuai nyata pengelolaan situ-situ, baik secara kewenangannya secara berkelanjutan swakelola maupun kontraktual * Melaksanakan peningkatan efisiensi air Irigasi * Meningkatkan efisiensi penggunaan air menjadi 65% irigasi dalam rangka mengurangi debit puncak kebutuhan irigasi * Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP * Menyiapkan SOP tampungan/situ di tampungan/situ di Wilayah Citarum (2021Wilayah Citarum 2030) * Melaksanakan Peningkatan Irigasi (keandalan 100%) * Mempertahanakan keandalan irigasi maksimal

Dinas PU/PSDA, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat, Swasta BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, Dinas TanHutBun Kab./Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat

BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat

Melaksanakan SOP Kaskade 3 waduk, memonitor dan mengevaluasi secara berkelanjutan

Melakukan kaji ulang, mengintegrasikan, BBWS, PJT II, Indo Power, Pembangkit Jawa menetapkan, melaksanakan, memonitor Bali, Dinas PSDA Propinsi, Bappeda Prop dan mengevaluasi SOP Kaskade 3 waduk dan Gubernur, Kelompok Masyarakat di Sungai Citarum.

P P P P P P P

7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi)

P P P P P P P P P P

* Merencanakan dan melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Cantek 100% dalam 2 thn, Pelaksanaan 30% dalam 3 thn). 10) Belum sadarnya masyarakat petani dalam * Meningkatnya kesadaran petani dalam * Mensosialisasikan dan melaksanakan pelaksanaan hemat air irigasi pelaksanaan hemat air irigasi penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (50% area) 11) Masih rendahnya Indeks Pertanaman * Meningkatnya IP secara maksimal * Peningkatan IP dari 215% ke 250% (IP)/intensitas tanam dgn pemberdayaan petani. 12) Belum tersusunya pedoman Operasional * Tersedianya pedoman operasional * Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan AKNOP irigasi DI di wilayah Citarum (2011-2013) dan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi menguji coba pelaksanaan AKNOP irigasi di beberapa DI (2013-2014)

8) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun. 9) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku * Terwujudnya pemisahaan fungsi dan air irigasi di Saluran Induk Tarum saluran air baku dan air irigasi di Barat Saluran Induk Tarum Barat

* Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan * Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat

* Melaksanakan aset manajemen irigasi (100% * Menyusun prioritas OP, rehab jaringan dg Dinas PU/PSDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok area) berdasarkan PAI. Masyarakat * Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan * Merehabilitasi jaringan pengairan dan tambak rakyat (100% area) perikanan dan tambak rakyat. * Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air * Memisahkan fungsi sal.air baku dan baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum irigasi. Barat (Pelaksanaan 20% dalam 2 thn, kumulatif pelaksanaan 100%). * Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (100% area) * Peningkatan IP dari 265% ke 280% * Membina petani utk hemat air irigasi. Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok Masyarakat PJT II, PDAM prov/Kota Jakarta, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat

Dinas Pertanian, PU/PSDA Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Pertanian, PU/PSDA Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

* Menaikkan IP dg pemberdayaan petani (dari 215% ke 280%)

* Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI di wilayah Citarum (2016-2020) pada area 50%

2.4

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

P P P

1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air

* Memformulasi dan melegalisasi AKNOP __ Irigasi (2015) * Terlaksananya pengembangan potensi * Melaksanakan inventarisasi potensi dan * Melaksanakan pembangunan pembangkit tenaga air perencanaan pemanfaatan tenaga air (2011tenaga listrik dan mini-mikro hydropower 2013), melaksanakan konstruksi mini-mikro 30% , kumulatif = 60% hydro power (2014-2015 = 20%) * Terlaksananya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, khususnya untuk air industri di kawasan pantai utara dan Bandung * Melakukan kajian pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, serta mendorong peran industri/ swasta untuk menerapkannya * Mendorong pelaksanaan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/ swasta, dengan pemberian insentif bagi yang mengurangi pengambilan air tanah

* Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI di * Mereview AKNOP (analisa kebutuhan wilayah Citarum (2016-2020) pada area 100% nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan bangunan dikaitkan dengan areal (rp/ha) dan bangunan utama __ * Membangun pembangkit tenaga listrik pada bendungan dan mini-mikro hydropower 40%, kumulatif = 100% * Membangun pembangkit listrik tenaga air pada bendungan dan pengembangan potensi mini dan mikro hydropower

ESDM, PLN, BBWS, Dinas PU/ PSDA prov, Kelompok Masyarakat, PJT II

P P

2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi

* Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/ swasta

* Mendorong pengembangan penerapan Pemda Prov., Pemda kab/kota Bekasi, teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh Karawang, Subang dan Indramayu, PDAM, industri/swasta, dengan pemberian insentif Industri/Swasta, Kelompok Masyarakat bagi yang mengurangi pengambilan air tanah

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

179

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3
No. 3.1

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


1 Aspek/Sub Aspek PENCEGAHAN BENCANA A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Belum adanya Master Plan Sistem Pengendalian Banjir secara menyeluruh pada S.Citarum Sasaran/Target yang diinginkan * Tersusunnya master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Citarum STRATEGI i ii + i Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) * Menyusun master plan sistem pengendalian * Melaksanakan program-program pada banjir secara menyeluruh pada S.Citarum master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Citarum Kebijakan operasional Lembaga/Instansi Terkait iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan program dan OP pada sistem * Mengurangi korban/ kerugian akibat banjir BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, pengendalian banjir menyeluruh pada Sungai dan mengurangi frekuensi kejadian banjir BPSDA, Kelompok Masyarakat Citarum dengan banjir rencana untuk kawasan pertanian Q5, perkotaan Q25 * Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir secara berkelanjutan * Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun * Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan drainase 50%, kumulatif (100%) * Melaksanakan normalisasi sungai Citarum * Meningkatkan kapasitas aliran sungaai beserta anak sungainya dengan Q25, secara dan jaringan drainase untuk aliran Q25 bertahap (25%), kumulatif (100%), dan melaksanakan pemeliharaan secara berkelanjutan Relokasi pendududk * Menerbitkan penetapan daerah retensi dan perda mengenai daerah retensi termasuk larangan membangun * Memelihara fungsi prasarana pengendali banjir secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P P P

P P P P P P P P P

* Terlaksananya perbaikan, rehabilitasi Merencanakan dan melaksanakan perbaikan * Melaksanakan pemeliharaan prasarana dan pemeliharaan prasarana tanggul bobol sepanjang 965 m dan tanggul pengendali banjir secara berkelanjutan pengendali banjir pada sungai Citarum kritis sepanjang 16.600 m di Citarum hilir (penanganan darurat), dan rehabilitasi tanggul 3) Berkurangnya kapasitas aliran sungai dan * Tercapainya kapasitas aliran sungai * Melaksanakan OP Sungai dan saluran * Melaksanakan OP Sungai dan saluran jaringan drainase (penyempitan sungai, dan jaringan drainase mampu drainase sepanjang tahun drainase sepanjang tahun pendangkalan alur, serta hambatan oleh menyalurkan banjir dengan debit * Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi * Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi bangunan sumber daya air) tertentu Jaringan drainase 25% Jaringan drainase 25%, kumulatif (50%) * Melaksanakan perencanaan normalisasi * Melaksanakan normalisasi sungai Citarum sungai Citarum beserta anak sungainya bersama anak sungainya dengan Q25, dengan Q25, dan melaksanakannya secara secara bertahap (40%), kumulatif (75%), bertahap (35%), serta melaksanakan dan melaksanakan pemeliharaan secara pemeliharaan secara berkelanjutan berkelanjutan 4) Penggunaan daerah retensi/ dataran banjir * Tercapainya penetapan dan * Menetapkan peruntukan dan melindungi dan rawan banjir untuk pemukiman pemasangan patok batas kawasan daerah retensi, untuk tampungan air retensi banjir serta melarang pembangunan di daerah retensi (Cieunteng dan Cikapundung) * Terlaksananya ketetapan kawasan * Menetapkan pengaturan kawasan retensi retensi yang telah terbangun termasuk yang telah terbangun upaya dan solusinya 5) Penggunaan bantaran sungai untuk * Terwujudnya bantaran sungai bersih * Sosialisasi perda No 8 thn 2005 sempadan pemukiman dan usaha dari bangunan, timbunan material sungai dan memasang patok batas galian (pasir, kerikil) dan tanaman keras yang menghambat arus banjir 6) Pembuangan sampah ke saluran drainase * Terwujudnya sungai dan saluran dan alur sungai menghambat aliran, drainase bersih dari sampah mengakibatkan banjir * Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai secara berkelanjutan dan membuat TPS untuk di olah * Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air

2) Menurunnya fungsi prasarana pengendali banjir di sungai Citarum

* Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase secara berkelanjutan

BBWS, Dinas PU/ PSDA Provinsi, Kelompok Masyarakat

BBWS, Dinas PU/ PSDA Provinsi, Kelompok Masyarakat

P P P

BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, Kelompok Masyarakat

P P P P P P

* Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun * Menerapkan perda sempadan sungai dan melaksanakan pengawasannya

__

* Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun * Menertibkan sempadan sungai dan mencegah terhadap penggunaan yang dapat menghambat aliran banjir, diserati pemasangan patok batas yang jelas

BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum

P P P P

* Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai secara berkelanjutan

Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, serta pemberian sanksi bagi pelanggar

* Melaksanakan penyadaran masyarakat BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, untuk tidak membuang sampah ke sungai BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P P P

7) Belum adanya Perda pembatasan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan 8) Belum tersedia peta jalur dan tempat evakuasi bencana banjir 9) Belum terpasangnya sistem peringatan dini banjir dan kearifan lokal pada sungai utama 10) Kurangnya tertatanya (sistem dan kapasitas drainase mikro) di perkotaan menyebabkan genangan di jalan

* Terbitnya Perda pembatasan KDB dan * Menyusun Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada pembuatan kolam detensi pada komplek komplek perumahan perumahan, serta sosialisasi kepada para pengembang dan masyarakat

* Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan

* Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan

* Membatasi KDB dan pembuatan kolam detensi pada pembangunan komplek perumahan untuk mengurangi aliran permukaan akibat hujan * Menetapkan lokasi pengungsian oleh Pemda Jabar * Melaksanakan pemasangan sistem peringatan dini

Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, DPRD, Dinas P2B, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat

P P P P P P P P P P P

* Tersedianya jalur evakuasi dan tempat * Merencanakan dan menetapkan jalur * Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi * Merview dan mensosialisasikan peta jalur pengungsian evakuasi dan tempat pengungsian dan tempat pengungsian evakuasi bencanca banjir * Terpasangnya sistem peringatan dini * Merencanakan pengembangan dan * Melaksanakan pemasangan dan * __ di semua sungai utama pemasangan sistem peringatan dini di operasional sistem peringatan dini di semua semua sungai sungai * Terwujudnya sistem dan kapasitas * Melaksanakan perencanaan sistem * Melaksanakan penataan sistem dan * Melaksanakan penataan sistem dan aliran saluran drainase mikro yang drainase dan kapasitasnya di perkotaan menormalisasi drainase mikro di perkotaan menormalisasi drainase mikro di perkotaan memadai di perkotaan (2011-2013), melaksanakan penataan secara berkelanjutan secara berkelanjutan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan (2014-2015) * Tanggul tanah dan penanaman mangrove * Penanaman mangrove dan merawat * Penanaman mangrove dan merawat

BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, BMKG, Kelompok Masyarakat, swasta * Menata dan membangun sistem jaringan BBWS, Dinas PU/ PSDA/Kimrum Provinsi, drainase mikro perkotaan yang terhubung Kab./Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat dengan sistem drainase utama/ sungai

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

11) Meningkatnya ancaman luapan air pasang * Teratasinya ancaman luapan air laut pasang laut 12) Banyak terjadinya bencana longsor di beberapa tempat * Berkurangnya kerugian akibat longsoran

* Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota * Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor * Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis).

* Melaksanakan sosialisasi peta rawan longsor

__

* Membangun hutan tanaman pesisir, Melindungi water front city dari ancaman pasang air laut * Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota

Dinas PU/PSDA provinsi, BBWS, Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan penyadaran publik terhadap * Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor bahaya tanah longsor * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor building code di daerah rawan longsor * Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) * Melaksanakan rehabilitasi situ pada Wilayah Citarum (25%), kumulatif 40%

BBWS, PJT II, Dinas PU/PSDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat * Melaksanakan penyadaran publik BBWS, Dinas PU/PSDA, Pertambangan terhadap bahaya tanah longsor Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan Dinas P2B, Dinas Kimrum, Kelompok building code di daerah rawan longsor Masyarakat BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis * Melaksanakan upaya perkuatan daerah (vegetatif dan sipil teknis) kritis (vegetatif dan sipil teknis) * Melaksanakan rehabilitasi situ pada Wilayah Citarum (60%), kumulatif (100%)

13) Adanya kerusakan situ dan prasarananya

* Terlaksananya rehabilitasi situ, untuk mengembalikan kapasitas dan fungsinya sesuai rencana * Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan

* Menginventarisasi kerusakan situ dan prasarananya. Melaksanakan rehabilitasi situ pada Wilayah Citarum (15%) * Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya

* Melindungi dan memulihkan kapasitas dan BBWS, Dinas PU/SDA Prov./Kab/Kota, fungsi situ di Wilayah Citarum Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya, kumulatif (100%)

* Melaksanakan OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya secara berkelanjutan

* Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata pengelolaan situ-situ, baik secara swakelola maupun kontraktual

Dinas PU ProvI, BBWS, Balai PSDA, Swasta, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

180

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3
No. 3.2

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


1 Aspek/Sub Aspek PENANGGULANGAN A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Penanggulangan darurat akibat bencana banjir Sasaran/Target yang diinginkan * Kerugian akibat banjir dapat diminimalisasikan i Jangka Pendek (2011-2015) * Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan STRATEGI ii + i iii + ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Menyediakan bahan banjiran setiap tahun * Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan dan dana operasional secara berkelanjutan Kebijakan operasional * Meminimalisasi kerugian akibat banjir Lembaga/Instansi Terkait BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) , BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Dinas PU/PSDA kab/kota, PMI, Kelompok Masyarakat BPBD, BNPB,Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Dinas PU/PSDA kab/kota, PMI, Kelompok Masyarakat Dinas PU/Kimrum Prov., BBWS, Dinas PU/Kimrum kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Swasta, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/PSDA Prov.,kab/kota, Kelompok Masyarakat

P P P P

* Terlaksananya evakuasi korban pada saat kejadian banjir

3.3

P P P P PEMULIHAN AKIBAT BENCANA P P P

1) Belum optimalnya pemulihan kondisi rumah masyarakat yang menjadi korban setelah terjadinya bencana banjir dan longsor 2) Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setelah terjadinya bencana banjir dan longsor

* Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur * Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur * Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada pada daerah rawan banjir secara pada daerah rawan banjir secara daerah rawan banjir secara berkelanjutan berkelanjutan berkelanjutan * Tercapainya pemulihan kondisi rumah * Menyediakan cadangan dana bantuan * Menyediakan cadangan dana bantuan * Menyediakan cadangan dana bantuan masyarakat pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta menggalang dana dari swasta menggalang dana dari swasta * Terwujudnya perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak, memulihkan fungsinya * Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor * Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor * Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor

* Mengantisipasi penanggulangan darurat berupa evakuasi korban dan dana operasionalnya * Memulihkan kondisi rumah korban pasca bencana dengan penyedian cadangan dana dari pemerintah, dan swasta serta melibatkan masyarakat * Memulihkan kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air pasca bencana

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

181

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
4
No.

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR


1 Aspek/Sub Aspek A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i Jangka Pendek (2011-2015) * Mengevaluasi tingkat kehandalan data saat ini. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan penyajian data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan * Melaksanakan pengadaan pegawai dan meningkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan STRATEGI ii + i Jangka Menengah (2011-2020) * Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) * Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan Kebijakan operasional * Meningkatkan kualitas data dan tingkat kehandalan database sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan Lembaga/Instansi Terkait BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat

P P P P

1) Kurang handalnya database sumber daya * Terwujudnya database sumber daya air (Hidrologi, Hidrogeologi dan air yang lengkap dan terpercaya Hidrometeorologi, Kebijakan sumber daya air, Prasarana sumber daya air, Teknologi sumber daya air, Lingkungan sumber daya air, Kegiatan SoSekBud) karena database * Tersedianya SDM yang menangani belum lengkap, SDM dan SISDA secara memadai

* Mengembangkan SDM secara berkelanjutan

* Mengembangkan SDM secara berkelanjutan

* Menyediakan SDM yang profesional untuk Ditjen SDA, Biro Kepeg dan Ortala, BBWS, menangani SISDA Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, PJT II, Bappeda prov.kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Ditjen SDA, PJT II, Bappeda prov.,kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Kelompok Masyarakat

P P P

* Tersedianya peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA terpadu

* Menginventarisasi peralatan, mengevaluasi * Mengoperasikan dan memelihara peralatan * Mengoperasikan dan memelihara peralatan * Melaksanakan evaluasi, rasionalisasi, jaringan, melaksanakan rasionalisasi yang menunjang SISDA secara yang menunjang SISDA secara berkelanjutan penyediaan, operasi dan pemeliharaan peralatan dan pengadaan peralatan baru berkelanjutan peralatan yang memadai untuk menunjang untuk menunjang SISDA terpadu SISDA * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Menyediakan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif * Mengkoordinasikan data sumber daya air * Mengintegrasikan data SISDA yang yang berasal dari instansi-instansi terkait dan mudah diakses secara berkelanjutan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif * Menerbitkan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif

P P P P

* Terintegrasinya data SISDA secara berkelanjutan

P P P P

* Tersedianya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

182

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5
No. 5.1

PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH


1 Aspek/Sub Aspek LEMBAGA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR A B C D P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air karena belum memadainya SDM (kuantitas dan kualitas), belum optimalnya pembagian tugas, dan belum menggunakan PAI (Pembiayaan Aset Irigasi) secara o Sasaran/Target yang diinginkan * Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja pengelolaan sumber daya air STRATEGI Kebijakan operasional i ii + i iii + ii + i Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Meningkatkan kapasitas masing-masing * Meningkatkan kapasitas masing-masing * Meningkatkan kapasitas masing-masing unit * Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan unit kerja Psumber daya air dengan kerja Psumber daya air dengan unit kerja Psumber daya air secara menggunakan pengukuran kinerja menggunakan pengukuran kinerja menggunakan pengukuran kinerja berkelanjutan (Performance Benchmarking = 14 indikator) (Performance Benchmarking = 14 indikator) (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan secara berkelanjutan secara berkelanjutan * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja Psumber daya air melalui MoU secara Psumber daya air melalui MoU secara Psumber daya air melalui MoU secara Psumber daya air melalui MoU secara berkelanjutan berkelanjutan berkelanjutan berkelanjutan * Menambah jumlah pegawai sesuai analis * Menambah jumlah pegawai sesuai analis * Menjaga kesesuaian antara jumlah yang * Memenuhi kebutuhan jumlah dan beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) purna tugas dengan pengadaan pegawai baru kapasitas pegawai sesuai analisis beban sesuai analisis beban kerja kerja * Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%) * Terbitnya pedoman atau MoU tentang pembagian peran antar unit pengelola sumber daya air antara lain kewenangan terhadap situ dan anak sungai * Terbitnya pedoman manajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air * Menyusun, membahas dan menyepakati pembagian peran dan wewenang antar institusi terkait bidang sumber daya air dalam bentuk pedoman atau MoU pengelolaan antara lain kewenangan terhadap situ dan anak sungai * Menyusun dan menetapkan pedoman menejemen aset dalam pengelolaan sumber daya air * Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%), kumulatif 100% * Memantau dan mengawasi penerapan pedoman pembagian peran dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Menjaga kesesusaian penempatan pegawai sesuai kompetensinya * Memantau dan mengawasi penerapan pedoman pembagian peran dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Memperbaiki pelaksanaan menejemen kepegawaian * Menerbitkan pedoman pembagian peran dalam pengelolaan sumber daya air Lembaga/Instansi Terkait BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat

P P P P P P

BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat

* Terpenuhinya jumlah pegawai dan peningkatan kapasitasnya

P P P P P P P

P P P P

P sumber P P daya P air a pendanaan karena komitmen pengelolaan 1) masih terbatas/belum ada, terbatasnya sumber * Terwujudnya dana dan belum keterpaduan adanya struktur dalam utk mengatur * Membangun cost recovery komitmen daridiantara pengguna instansi (air) 5.2 pembiayaan PENDANAAN penyusunan program dan anggaran terkait bidang sumber daya air dalam pengelolaan sumber daya air pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan P P P * Terwujudnya pungutan jasa * Melakukan kajian dan penetapan pungutan pengelolaan sumber daya air jasa pengelolaan sumber daya air P P P P P P PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR P P P
* Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber daya air 1) Belum maksimalnya upaya pengawasan pemerintah terhadap pengambilan air tanah dalam yang dilakukan oleh pihak swasta/perusahaan/industri * Terkendalinya pengambilan air tanah dalam * Melakukan kajian, pembahasan dan penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air * Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur pengambilan air tanah dalam, dan membangun sumur pantau pada lokasi yang rawan * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan * Menyusun dan menerbitkan dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan * Menerbitkan aturan pelaksanaan PP 7 tahun 2010 secara jelas (yang belum jelas di PP 7, diatur kembali/diperjelas melalui peraturan tingkat Menteri) * Mengatur pendelegasian kegiatan OP jaringan Jatiluhur kepada Provinsi * Menetapkan kebijakan tentang transfer air antar wilayah

5.3

* Meningkatnya kesadaran swasta/perusahaan/industri dalam pengambilan air tanah dalam

* Melaksanakan monitoring dan pengawasan * Melaksanakan monitoring dan pengawasan * Menyusun, menetapkan dan menerapkan dalam penerapan pedoman menejemen dalam penerapan pedoman menejemen aset pedoman manajemen asset dalam aset pengelolaan sumber daya air secara pengelolaan sumber daya air secara pengelolaan sumber daya air berkelanjutan berkelanjutan * Membangun komitmen diantara instansi * Membangun komitmen diantara instansi * Meningkatkan komunikasi dan koordinasi terkait bidang sumber daya air dalam terkait bidang sumber daya air dalam dalam pengelolaan sumber daya air pengalokasian anggaran pengelolaan pengalokasian anggaran pengelolaan sumber terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6 sumber daya air melalui TKPsumber daya daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci Ci air WS 6 Ci secara berkelanjutan secara berkelanjutan * Menerapkan pungutan jasa pengelolaan * Menerapkan pungutan jasa pengelolaan * Mengkaji, menetapkan dan menerapkan sumber daya air secara berkelanjutan sumber daya air secara berkelanjutan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air * Mengoperasikan, memantau dan * Mengoperasikan, memantau dan mengawasi * Mengkaji, menetapkan, mengoperasikan mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya dan memantau penetapan BLU sumber daya air secara berkelanjutan air secara berkelanjutan Pengelolaan sumber daya air * Memantau, mengawasi dan melakukan * Memantau, mengawasi dan melakukan * Melaksanakan inventarisasi, dan penindakan terhadap para pelanggar penindakan terhadap para pelanggar memantau pengambilan air tanah dalam penggunaan air tanah dalam secara penggunaan air tanah dalam secara sesuai ijin yang telah diberikan berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau atau melebihi volume ijin) melebihi volume ijin) * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air publik tentang bahaya pengambilan air tanah publik tentang pengambilan air tanah tanah dalam yang melampaui batas aman, dalam yang melampaui batas aman, secara dalam secara berkelanjutan berkelanjutan * Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan * Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan * Melaksanakan pendelegasian perizinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Men. PU kapada Gubernur * Terbitnya dokumen pembagian peran kegiatan OP di Jargasi Jatiluhur

Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci, BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota, Kelompok Masyarakat

BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P

2) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur

* Terbitnya dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan

Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P P P

3) Adanya tumpang tindih pelaksanaan OP di * Terbitnya dokumen pembagian peran Jargasi Jatiluhur kegiatan OP di Jargasi Jatiluhur

* Melaksanakan pendelegasian kegiatan OP * Melaksanakan pendelegasian kegiatan OP jargasi Jatiluhur kepada Provinsi jargasi Jatiluhur kepada Provinsi

Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., PJT, BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat

P P P P

4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Citarum ke Jakarta/antar Propinsi, S. Cibantarua ke S. Cisangkuy/antar Wilayah Sungai dll.) 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 2) Belum optimalnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di WS 6 Ci 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi di wilayah Citarum

* Terwujudnya kebijakan yang jelas mengenai transfer air antar wilayah provinsi

* Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan

* Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan

* Menetapkan kebijakan tentang transfer air Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA antar wilayah provinsi WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat

5.4

FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

* Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif * Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci

* Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi * Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Provinsi, Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota * Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci secara berkelanjutan * -

* Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota * Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci secara berkelanjutan * Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan * Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan * Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian fungsi konservasi * Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait secara berkelanjutan

* Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci secara berkelanjutan * Terbentuknya Dewan sumber daya air * Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan * Optimalnya kinerja Sekretariat * Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara Ci) berkelanjutan * Peningkatan kinerja forum komunikasi * Membentuk forum komunikasi DAS dan DAS mengaktifkan forum * Meningkatnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi di wilayah Citarum * Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait secara berkelanjutan

* Membentuk, mengaktifkan dan memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif * Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci * Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan * Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci)

Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota dan BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek. Dewan SDA Prov., Kelompok Masyarakat Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota, Sek. Dewan SDA Kab./Kota, Kelompok Masyarakat BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci, Dinas PU DKI, Kelompok Masyarakat

* Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan * Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan * Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait secara berkelanjutan

* Membentuk dan mengaktifkan forum DAS BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota, Bappeda, BBWS, Kelompok Masyarakat * Meningkatkan Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian Kabupaten, Kelompok Masyarakat

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman

183

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5
No. 5.5

PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH


1 Aspek/Sub Aspek PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI Kebijakan operasional i ii + i iii + ii + i Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan sosialisasi, penyadaran * Melaksanakan penyadaran masyarakat * Melaksanakan penyadaran masyarakat * Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya dalam Pengelolan sumber daya air secara dalam Pengelolan sumber daya air secara masyarakat dalam Pengelolan sumber air secara berkelanjutan, Menambahkan berkelanjutan. Menambahkan pendidikan berkelanjutan. Menambahkan pendidikan daya air pendidikan Pengelolaan sumber daya air Pengelolaan sumber daya air dalam Pengelolaan sumber daya air dalam muatan dalam muatan lokal tingkat muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU PAUD,SD,SMP,SMU * Melaksanakan pemberdayaan * Melaksanakan pemberdayaan * Melaksanakan pemberdayaan Meningkatkan pembinaan kesadaran dan petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif, petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif, petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif, kemampuan petani/P3A dalam termasuk pemeliharaan dan peningkatan termasuk pemeliharaan dan peningkatan termasuk pemeliharaan dan peningkatan pengelolaan jaringan irigasi tersier jaringan tersier (30% area) jaringan tersier (20% area, kumulatif 50% jaringan tersier (50% area, kumulatif 100% area) area) * Memberdayakan dan meningkatkan * Memberdayakan dan meningkatkan Memberdayakan dan meningkatkan Meningkatkan kondisi sosial ekonomi kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar masyarakat DAS hulu sekitar hutan dan hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif sekitar sumber air melalui pembinaan dan berpperan ikut menjaga kelestarian hutan berpperan ikut menjaga kelestarian hutan berpperan ikut menjaga kelestarian hutan dan pendampingan dan sumber air secara berkelanjutan dan sumber air secara berkelanjutan sumber air secara berkelanjutan * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga yang mempunyai budaya dalam menjaga yang mempunyai budaya dalam menjaga yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan kelestarian kawasan hutan, lingkungan, sumber daya air, serta memberikan sumber daya air, serta memberikan sumber daya air, serta memberikan dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan bimbingan, arahan dan pemberdayaan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara untuk menjaga kelestariannya secara menjaga kelestariannya secara berkelanjutan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan berkelanjutan berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan * Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area), kumulatif (10%) * Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan * Membina petani melaksanakan sistem SRI (10% area), kumulatif (20%) * Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Lembaga/Instansi Terkait TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS, Dinas PU/SDA dan Pemuka agama/tokoh masyarakat, Kelompok Masyarakat,Diknas

1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan * Meningkatnya kesadaran dan masyarakat dlm pengelelolaan sumber kemampuan masyarakat dalam daya air Psumber daya air

P P P P

Dinas Pertanian, BBWS, Dinas PU/PSDA, P3A, GP3A, IP3A dan Kelompok Tani, Kelompok Masyarakat

P P P

Bappeda, Dinas Sosial, Dinas Pertanian, Kelompok Masyarakat dan swasta, Kelompok Masyarakat

P P P P 2)

Lunturnya budaya/tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air

* Terlindungnya/terjaganya budaya/tradisi masyarakat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air

Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, BPLHD, Dinas PU/PSDA, Dinas Pertanian, BBWS, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, Kelompok Masyarakat

P P P P 3) P P P P P P P P

Belum maksimalnya masyarakat dalam melaksanakan hemat air

* Terlaksananya pemasyarakatan hemat * Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk air untuk kebutuhan perkotaan kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan * Terlaksananya pembinaan petani * Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, berhemat air irigasi dengan sistem SRI dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan * Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area) * Terlaksananya penerapan hemat air * Melaksanakan sosialisasi hemat air industri industri melalui Reduce-Reusemelalui 3R Recycle * Terlaksananya pengembangan dan Penerapan Teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air laut untuk industri * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan

* Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok kebutuhan perkotaan dan rumah tangga masyarakat perkotaan * Melaksanakan sosialisasi dan pelaksanaan hemat air melalui demplot Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani, Kelompok Masyarakat

* Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle

Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat Industri, Kelompok Masyarakat

P P

* Mendorong kelompok industri mengolah air * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan * Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR

* Mengembangkan dan menerapkan Dinas Perindustrian prov., PDAM, Dinas teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air PU/SDA prov., BPLHD/BLHD , Kelompok laut menjadi air bersih/tawar untuk industri Masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat Dinas Kebersihan Prov./Kab/Kota, Dinas PU/SDA Prov./Kab/ Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, kelompok masyarakat, Kadinda

P P P P P P P

4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah

* Meningkatnya kesiapan masyarakat menghadapi banjir * Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai)

* Melaksanakan sosialisasi tentang * Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara pengurangan resiko akibat banjir berkelanjutan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) dlm pengelolaan sampah (di saluran, secara berkelanjutan sungai) * Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan * Meningkatkan peran swasta dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan melalui dana CSR

P P P

P P P

6) Masih terbatasnya penggunaan dana * Terlaksananya peningkatan * Mendorong terwujudnya komitmen Corporate Social Responsibility (CSR), pengembangan dan penerapan Dana penyediaan dana CSR untuk konservasi Payment Enviroment Service (PES), untuk CSR untuk konservasi sumber daya air sumber daya air dan lingkungan secara konservasi sumber daya air dan dan lingkungan berkelanjutan lingkungan * Terlaksananya peningkatan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat tentang tentang sanitasi lingkungan sumber air kebersihan lingkungan, termasuk secara berkelanjutan, dengan jamban keluarga memanfaatkan CSR 7) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS * Terlaksananya konservasi DAS dg prinsip kerjasama hulu-hilir

* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat * Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara tentang kebersihan lingkungan dan berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR penggunaan jamban keluarga

Dinas CK, Dinas PerKim prov., kab/kota, BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, BPSDA, swasta dan kelompok masyarakat

P P P

* Menginvetarisasi potensi kerjasama hulu* Melaksanakan dan memantau kesepakatan * Melaksanakan dan memantau kesepakatan hilir pada masing-masing DAS. Menyiapkan kerjasama hulu-hilir DAS Citarum. kerjasama hulu-hilir DAS Citarum (Prov. MOU dan melaksanakan uji coba Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji Jabar dan DKI Jakarta) dan DAS lainnya kesepakatan kerjasama hulu-hilir pada coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir (antar kab./kota) DAS Citarum (Prov. Jabar dan DKI Jakarta) untuk DAS lainnya (antar kab./kota)

* Mengembangkan, melaksanakan dan Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, memantau kerjasama hulu-hilir setiap DAS BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan dalam pelaksanaan konservasi Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat

P P P P

8) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan

* Terlaksananya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan

* Menginvetarisasi dan mengkaji potensi * Melaksanakan dan mengembangkan obyek dan subyek kerjasama pengelolan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan jasa lingkungan dengan referensi DAS serta monitoring dan evaluasi Cikapundung (Desa Cikole dan Suntenjaya pelaksanaannya (2011-2013),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2014-2015)

* Melaksanakan dan mengembangkan * Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan) monitoring dan evaluasi pelaksanaannya

BPLHD Prov/kab/kota, BBWS, Dinas PSDA Prov.Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat, Dinas TanHutBun kab/kota

Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

184

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
PENATAAN RUANG
1 No. Aspek/Sub Aspek A B C D P P P P 2 3 4 Permasalahan Berdasarkan Analisis 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan i Jangka Pendek (2011-2015) * Terlaksananya UU Nomor 26 Tahun * Melaksanakan sosialisasi peraturan per 2007 tentang Penataan Ruang dan PP undang-undangan terkait dengan penataan Nomor 26 Tahun 2008, tentang ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional * Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undangundangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) * Menetapkan zonasi pemanfaatan sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI ii + i iii + ii + i Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) * Melaksanakan sosialisasi peraturan per * Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan undang-undangan terkait dengan penataan ruang ruang Kebijakan operasional Lembaga/Instansi Terkait

* Mensosialisasikan, memantau, Dinas Tata Ruang Prov/ Kab/Kota, Dinas mengawasi dan melakukan penindakan PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda terhadap pelanggaran peraturan Per-UU- Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat an tentang penataan ruang dan RTRW Prov, Kab/Kota Dinas Kimrum Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P P

* Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undangundangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan

* Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan

P P P P P P P

* Terlaksananya UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

* Melaksanakan penindakan terhadap * Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan berkelanjutan * Melaksanakan pemantauan dan mengawasi * Melaksanakan pemantauan dan mengawasi pelaksanaan RTRW, membatasi pelaksanaan RTRW, membatasi peruntukan peruntukan kawasan melalui pembatasan kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB, ijin lokasi, IMB, building code, serta building code, serta konsolidasi kepemilikan konsolidasi kepemilikan lahan retensi banjir lahan retensi banjir

Dinas Kimrum prov., Bappeda prov , Dinas PU/SDA prov, kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Dinas Kimrum Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BPN, BBWS, Kelompok Masyarakat

P P P P

* Menetapkan zona daerah rawan bencana tsunami, rawan banjir, rawan longsor, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota * Menetapkan kawasan yang harus diproteksi dari pembangunan perumahan/ perkotaan, antara lain lokasi calon genangan waduk/ tampungan air, kawasan retensi banjir, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota * Mencantumkan struktur bangunan utama sumber daya air dalam RDTR Kab/Kota * Mencantumkan kawasan rehabilitasi hutan dan lahan sesuai RTkRHL dalam RTRW Kab/Kota * Menyusun Perda, mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi)

P P P P

P P P P P P P P P P P

* Terwujudnya insentive dan disinsentive (tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah)

* Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) * Memonitor dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan

* Mensosialisasikan dan menerapkan insentive * Menerapkan insentive dan disinsentive dan disinsentive (PBB tanah (PBB tanah terlantar/produktif, tanah terlantar/produktif, tanah produktif produktif tanpa/dengan konservasi) tanpa/dengan konservasi)

Dispenda, Dinas TanHutBun Kab/Kota, BPN Kab/Kota, Kelompok Masyarakat

P P P P

* Terlaksananya UU Nomor 41 Tahun * Menetapkan kawasan pertanian pangan 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk Berkelanjutan PP Nomor 1 Ttahun mendapatkan perlindungan khusus sesuai 2011 peraturan berkelanjutan (2011-2013) * Mensosialisasikan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (2011-2013) * Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan (2014-2015) melalui ijin lokasi dan IMB * Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan (2014-2015)

* Memonitor dan mengawasi pelaksanaan * Menetapkan kawasan pertanian pangan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan dalam RTRW untuk Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat berkelanjutan mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan * Mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas Tata Ruang, PPNS, Polres/Polda, BBWS, Dinas PU/SDA, Kelompok Masyarakat

P P P P P P P P P P P

* Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, * Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, serta menerapkan sanksi terhadap serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan secara berkelanjutan

Catatan : 1). Strategi A dan B = 16 m3/dtk (sama seperti kondisi saat ini). 2). Strategi C = 30 m3/dtk {(kondisi saat ini = 16 m3/dtk + 5 m3/dtk (normalisasi Tarum Barat/BBWSC) + 9 m3/dtk(studi Mot Mac Donal, 2010.

= Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman

185

Peta Tematik Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR)

halaman

186

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGAWETAN AIR)

halaman

187

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN)

halaman

188

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR & PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR)

halaman

189

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PEYEDIAAN SUMBER DAYA AIR)

halaman

190

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGUNAAN SUMBER DAYA AIR)

halaman

191

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR)

halaman

192

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR)

halaman

193

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENCEGAHAN BENCANA)

halaman

194

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENCEGAHAN BENCANA DI BBWS 2 CI)

halaman

195

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN AKIBAT BENCANA)

halaman

196

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR

halaman

197

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK LEMBAGA PSUMBER DAYA AIR DAN PENDANAAN)

halaman

198

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK PENGATURAN)

halaman

199

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK FORUM KOORDINASI PSUMBER DAYA AIR)

halaman

200

PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA)

halaman

201

You might also like