Professional Documents
Culture Documents
1
Naskah disajikan pada majalah TEROPONG, Balitbang Provinsi Jatim. 31 (Januari-Februari 2007):
22-25. ISSN 1412-8829
2
Masing-masing adalah dosen Agribisnis, Fakultas Pertanian, pada Universitas Widyagama dan
Brawijaya Malang
2
Kinerja Komoditi
Kinerja ekonomi komoditi pertanian dapat disajikan dalam ukuran absolut dan
relatif. Ukuran absolut menampilkan share komoditi yang paling besar dalam ukuran
output, nilai tambah, ekspor atau pendapatan (Tabel 1). Komoditi padi, buah-
buahan, jagung, kelapa dan tebu merupakan penyumbang pendapatan dan nilai
tambah terbesar. Komoditi tersebut, ditambah sayur-sayuran juga penyumbang
ekspor utama di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi-komoditi
tersebut memiliki keunggulan komparatif yang tinggi, khususnya padi dan buah-
buahan masing-masing dengan Location Quotient (LQ) sebesar 1.53 dan 1.26 pada
output dan 1.45 dan 1.27 pada nilai tambah. Lebih kauh, komoditi tersebut juga
menghasilkan dampak kesejahteraan yang signifikan bagi pelaku usaha tani Jawa
Timur.
Tabel 1. Share output, ekspor, pendapatan dan nilai tambah lima komoditi
terbesar di Jawa Timur
Output Pendapatan
Komoditi Komoditi
miliar rp persen miliar rp persen
Tabel 2. Nilai Pengganda Output, Pendapatan dan Nilai Tambah Sepuluh Komoditi terbesar
di Jawa Timur
Penda- Nilai
No Komoditi Output Komoditi Komoditi
patan Tambah
Kinerja komoditi dalam ukuran relatif disajikan dalam nilai pengganda komoditi.
Nilai pengganda suatu sektor merupakan ukuran relatif perubahan akibat perubahan
(eksogen) yang terjadi pada permintaan akhir, yakni konsumsi, pengeluaran
pemerintah, investasi dan ekspor. Pengganda output yang relatif tinggi diperlihatkan
oleh komoditi-komoditi tebu, jagung, padi, kedelai dan ketela pohon, masing masing
3
sebesar 2.32, 2.23, 2.19, 2.14 dan 2.06 (Tabel 2). Pengganda tebu sebesar 2.32
bermakna peningkatan permintaan akhir sebesar 1 unit akan meningkatkan 2.32 unit
output. Sementara untuk pengganda pendapatan dan nilai tambah menghasilkan
komoditi-komoditi yang relatif sama, yakni telur, pemotongan hewan (daging), susu,
dan peternakan lainnya.
Kebutuhan Investasi
Kombinasi kriteria absolut (atas dasar share pendapatan, nilai tambah dan
ekspor) dan relatif (atas dasar nilai pengganda), menghasilkan komoditi-komoditi
yang dapat diprioritaskan sebagai berikut (Tabel 3). Prioritas pengembangan
komoditi dikelompokkan menjadi dua. Komoditi yang masuk kelompok 1 dilandasi
pertimbangan memiliki share (output, pendapatan dan nilai tambah) yang signifikan,
termasuk kategori komoditi strategis (termasuk ketergantungan impor tinggi,
menampung tenaga kerja yang signifikan) dan untuk pengembangan
agribisnis/agroindustri. Kelompok 2 dilandasi pertimbangan memiliki share dan nilai
pengganda yang tinggi khususnya dalam nilai tambah dan pendapatan.
Pengembangan kelompok komoditi I; yakni padi, tebu, susu, telur dan kedele
pada tingkat pertumbuhan 4 persen membutuhkan investasi lima tahunan sebesar
3.9 triliun rupiah, setara dengan 28.1 persen dari PDRB tahun sekarang. Sementara
untuk mencapai pertumbuhan 8 persen per tahun dibutuhkan investasi sebesar 60.8
persen dari PDRB tahun sekarang. Pengembangan kelompok komoditi II; yakni
buah-buahan, jagung, kelapa dan sayur-sayuran membutuhkan investasi lima
tahunan sebesar 1.13 triliun agar dapat tumbuh sebesar 4 persen, setara dengan 8.0
persen dari PDRB tahun sekarang. Kelompok komoditi kedua ini membutuhkan
investasi sebesar 17.3 persen dari PDRB tahun sekarang agar dapat mencapai
pertumbuhan 8 persen (Tabel 3).
Prioritas pengembangan komoditi berimplikasi penting terhadap dua hal.
Pertama, peran dunia usaha swasta mengembangkan komoditi dalam semua
kelompok semakin penting di masa mendatang. Melalui kemampuan wirausaha dan
manajemen produksi yang efisien, mereka akan memperoleh nilai tambah yang
4
Daftar Pustaka
BPS. 2004. Tabel Input-output Jawa Timur 2000. BPS Propinsi Jawa Timur,
Surabaya.
Fuglie, K. O. 1999. Investing in agricultural productivity in Indonesia. Forum Agro
Ekonomi. 19(2): 1-16
Gunawan, M. 2003. Agribusiness Investment Opportunity in Indonesia.
www.deptan.go.id [5 Mei 2003]
Iwan Nugroho dan Nuhfil Hanani. 2006. Analisis ICOR Komoditi untuk Perhitungan
Kebutuhan Investasi Sektor Pertanian. Laporan Penelitian Fundamental, Dirjen
Dikti, Jakarta. Surat Perjanjian No: 226/SP3/PP/DP2M/II/2006 (1 Feb 2006)
[Tidak Dipublikasikan]