You are on page 1of 8

9

II.

PEMBIBITAN TANAMAN MAKUTA DEWA

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis. Iklim tropis inilah yang menyebabkan Indonesia cocok ditanami tanamantanaman yang berkhasiat obat. Dalam rangka membudidayakan berbagai tanaman sebagai apotik hidup yang dapat dikembangkan pada lahanlahan pekarangan rumah ataupun mengembangkan pada sebidang tanah yang diperuntukkan khusus untuk tanaman obat-obatan. Banyak orang mengatakan bahwa kesehatan mahal harganya, ungkapan tersebut sangatlah sesuai dengan keadaan saat ini. Pada saat ini sudah banyak orang yang mati sia-sia karena tidak memperhatikan kesehatan mereka. Seiring dengan perkembangan zaman banyak orang yang lebih memilih cara yang instan dalam menyelesaikan sesuatu, termasuk dalam memilih obat, mereka lebih memilih obat kimia daripada obat tradisional yang dianggap khasiatnya lebih cepat terasa dalam menghilangkan suatu penyakit tanpa memikirkan efek jangka

panjangnya. Oleh karena mulai sekarang sebaiknya kita mengikuti kebiasaan nenek moyang kita kembali kea lam atau back to nature, salah satunya dengan menggunakan obat tradisional daripada obat kimia. Adapun yang dimaksud dengan obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO). Dengan menggunakan obat tradisional kita dapat merasakan efek yang lebih baik dalam jangka panjang walaupun khasiat yang dirasakan 9

10

bertahap tidak dapat langsung dirasakan seperti ketika mengkonsumsi obat kimia. 2. Tujuan Praktikum Praktikum Agronomi Tanaman Khasiat Obat acara Pembibitan Tanaman Makuta Dewa ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman tanam benih terhadap pertumbuhan bibit. 3. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum acara Pembibitan Tanaman Makuta Dewa ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 November 2010 pada pukul 08.00 WIB. dan panen pada hari Selasa tanggal 28 Desember 2010 pukul 09.00 WIB. Bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka Bangsa Indonesia patut bersyukur Karen diberi kekayaan ala berupa aneka jenis tumbuhan serta warisan dari nenek moyang berupa kemampuan untuk meramunya menjadi obat yang bermanfaat bagi kesehatan. Dengan demikian, penduduk Indonesia, baik yang di pedesaan maupun di perkotaan, dapat memperoleh bahan obat yang murah dan mudah diperoleh (Fauziah, 2010). Telah diketahui bahwa daun serta buah mahkota dewa mengandung berbagai senyawa kimia antara lain, saponin, flafonoid dan kedua senyawa tersebut ditambah beberapa senyawa lain yang belum diketahui mempunyai efek antihistamin. Untuk menjawab masalah tersebut, dilakukan penelitian invitro dan metode Magnus yang dimodifikasi. Berbagai ekstrak daun buah muda, buah tua mahkota dewa (6.25%, 12.5%, 25%, 50% dan 100%) diteliti apakah dapat mengurangi/menurunkan kontraksi histamin murni pada ileum marmot terpisah (Anonim, 2011a). Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman

11

mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Di sana memang bisa ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 12,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya (Anonim, 2011b). Keampuhan pengobatan herba banyak dibuktikan melalui berbagai pengalaman. Berbagai macam penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan alopati (kedokteran), ternyata masih bisa diatasi dengan pengobatan herba, contohnya penyakit kanker dan kelumpuhan. Ada pula pengalaman yang membuktikan bahwa untuk beberapa penyakit, ternyata pengobatan herba lebih efektif memberikan solusi penyembuhan

dibandingkan dengan pengobatan menggunakan bahan kimia (Agromedia, 2008). Makota dewa merupakan tanaman asli Indonesia asal Irian Jaya (Papua). Tanaman ini sudah sejak lama dikenal dalam pengobatan tradisional, khususnya di Pulau Jawa. Saat ini tanaman makuta dewa telah menyebar hampir ke seluruh Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara khusus. Umumnya, tanaman makuta dewa tumbuh liar di pinggiran kebun, hutan, atau ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias karena buahnya yang cukup

12

eksotik. Nama lain makuta dewa diantaranya mohkuto rojo, mahkuto mewo, mahkuto ratu, dan raja obat (Kardinan, 2010)

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja 1. Alat a. b. c. d. e. 2. Polibag Pisau Cetok Penggaris Timbangan

Bahan a. b. Biji tanaman makuta dewa Tanah, pasir, bahan organik, sekam

3.

Cara Kerja a. Menyiapkan media yang tersedia dan membasahinya dengan air secukupya. b. c. d. Membuat lubang tanam benih 1 cm, 2 cm, dan 3 cm. Menanam benih yang tersedia pada kedalaman sesuai perlakuan Memelihara bibit pada media semai.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan Tabel 2.1 Data Rekapitulasi Pengamatan Saat Berkecambah Tanaman Makuta Dewa Hari KePerlakuan Ulangan Rata-rata 1 2 3 4 1 cm 3 3 1 1 2 2 cm 1 1 1 1 2 3 cm 3 2 1 3 2,25 Sumber : Rekapitulasi Data Kelompok

13

Tabel 2.2 Data Rekapitulasi Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Makuta Dewa Hari KePerlakuan Ulangan Rata-rata 1 2 3 4 1 cm 16 18 14 16 16 2 cm 14 22 20 20 17 3 cm 18 20 16 16 17 Sumber : Rekapitulasi Data Kelompok

Tabel 2.3 Data Rekapitulasi Pengamatan Tinggi Tanaman Makuta Dewa Hari KePerlakuan Ulangan Rata-rata 1 2 3 4 1 cm 11 15,8 21 24,5 17,75 2 cm 14 21,5 17,5 12,75 13,375 3 cm 20,7 22 20,5 18 19,35 Sumber : Rekapitulasi Data Kelompok

Tabel 2.4 Data Rekapitulasi Pengamatan Berat Tanaman Makuta Dewa Hari KePerlakuan Ulangan Rata-rata 1 2 3 4 1 cm 5,01 6,97 6,07 5,289 5,1495 2 cm 4,33 7,42 6,57 5,35 4,84 3 cm 5,93 7,30 4,75 6,77 6,35 Sumber : Rekapitulasi Data Kelommpok

2.

Pembahasan Pohon Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia. Asalnya dari Papua/Irian Jaya. Tanaman ini sering ditanam sebagai tanaman peneduh. Ukurannya tidak terlalu besar dengan tinggi mencapai 3 meter, mempunyai buah yang berwarna merah menyala yang tumbuh dari batang utama hingga ke ranting. Pada praktikum kali ini menggunakan buah makuta dewa yang benar-benar masih segar. Hal ini dilakukan agar biji yang diambil nanti

14

dapat tumbuh dengan optimal karena bahan tanam praktikum ini menggunakan biji yang nantinya akan ditanam dengan 3 perlakuan yaitu ditanam pada media yang kedalamnya 1 cm, 2 cm, dan 3 cm. Perlakuanperlakuan tersebut dilakukan dengan 4 kali ulangan. Adapun variabel pengamatannya yaitu jumlah tunas yang tumbuh, jumlah daun yang tumbuh, tinggi tanaman, serta berat tanaman pada akhir pengamatan. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung jumlah tunas dan daun yang tumbuh serta tingginya tanaman. Pada tabel 2.1 dapat dilihat rata-rata jumlah tunas yang tumbuh untuk biji makuta dewa dengan kedalaman tanam 1 cm adalah 2, dan untuk kedalaman tanam 2 cm adalah 2, sedangkan untuk biji yang ditanam pada kedalaman 3 cm memiliki rata-rata jumlah tunas yang tumbuh adalah 2,25. Pada tabel 2.2 dapat dilihat rata-rata jumlah daun yang tumbuh pada biji yang ditanam dikedalaman tanam 1 cm adalah 16 helai, dan untuk biji yang ditanam pada kedalaman tanam 2 cm sebanyak 17 helai, sedangkan rata-rata jumlah daun yang tumbuh pada biji yang ditanam dikedalaman tanam 3 cm adalah sebanyak 17 helai. Tabel 2.3 dapat dilihat rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan dengan kedalaman tanam 1 cm adalah 17,75 cm. Untuk perlakuan dengan kedalaman tanam 2 cm adalah 13,375 cm. Dan untuk perlakuan denga kedalaman tanam 3 cm didapat 19,35 cm. Pada saat pemanenan dilakukan penimbangan tanaman makuta dewa dengan rata-rata berat tanaman 5,1495 untuk tanaman yang ditanam pada kedalaman 1 cm. Dan untuk tanaman yang ditanam dikedalaman 2 cm diperoleh rata-rata berat tanaman sebesar 4,84 cm. sedangkan tanaman yang ditanam pada kedalaman 3 cm diperoleh berat tanaman dengan rata-rata 6, 35 cm. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa penanaman biji makuta dewa yang paling baik adalah pada perlakuan dengan kedalaman

15

tanam 3 cm. Hal ini dikarenakan penanaman dengan kedalaman 3 cm lebih banyak mendapatkan unsur hara yang terkandung dalam media tanam dibandingkan dengan penanaman pada kedalaman tanam 1 cm dan 2 cm.

E. Kesimpulan Dari hasil pengamatan praktikum acara pembibitan tanaman makuta dewa dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Rata-rata jumlah tunas tanaman yang tumbuh pada masing-masing kedalaman adalah 2; 2; 2,25. b. Rata-rata jumlah daun yang tumbuh pada masing-masing kedalaman tanam adalah 16 helai; 16 helai; 17 helai. c. Rata-rata tinggi tanaman yang tumbuh pada masing-masing kedalaman tanam adalah 17,75 cm; 13,375 cm; 19,35 cm. d. Rata-rata berat tanaman yang ditimbang pada pengamatan terakhir untuk masing-masing kedalaman adalah 5,1495 gr; 4,84 gr; 6,35 gr.

16

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011a. http://www.mahkotadewa.com. Diakses pada tanggal 3 Januari 2011 pukul 21.06 WIB. Anonim, 2011b. http://radensomad.com. Diakses pada tanggal 3 Januari 2011 pukul 21.26 WIB. Agromedia, Redaksi. 2008. Buku pintar tanaman obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit. Agromedia. Jakarta. Fauziah, M. 2010. Tanaman Obat Keluarga. Niaga Swadaya. Jakarta. Kardinan, Agus dan Agus Ruhnayat. Budi Daya Tanaman Obat secara Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.

You might also like