You are on page 1of 13

Tetanus

Nama: Teloe apriwesa Kelompok : C-6

Anamnesa
Anamnesa selalu didahului dengan pengambilan data identitas pasien secara lengkap, seperti nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan dll, kemudian diikuti dengan keluhan utama dan selanjutnya baru tanyakan riwayat penyakit sekarang yang dikeluhkannya, kemudian riwayat penyakit dahulu, dan riwayat kesehatan dan penyakit dalam keluarga.

Etiologi
Penyebab penyakit tetanus pada manusia

ialah clostridium tetani yang hidup anaerob berbentuk spora selama diluar tubuh manusia, tersebar luas ditanah dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik. Toksin itu dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanuspasmin yaitu toksin yang meneutropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.

pemerikasaan
Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang
Pemeriksaan penunjang

- Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit - Nilai Laju Endap darah - Perubahan nilai Leukosit - Perubahan nilai trombosit - Serologi - Pemeriksaan spesimen

Patogenesis
Biasanya penyakit ini terjadi setelah luka tusuk yang

dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Hipotesis mengenai cara absorbsi dan bekerjanya toksin: a. Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat.

Patogenesis
b. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk

ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.
Toksin tersebut bersifat antigen, sangat mudah

diikat oleh jar.saraf dan bila dlm keadaan terikat tidak dapat lagi di netralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin bebas dalam peredaran darah sangat mudah di netralkan oleh antitoksin.

Penata pelaksanaan
Pentalaksanaan umum

1. Pasien hendaknya ditempatkan diruang yang tenang di ICU, di mana observasi dan pemantauan kardiopulmoner dapat dilakukan secara terus-menerus, sedangkan stimulasi diminimalisasi. Perlindungan terhaap jalan nafas bersifat vital. 2. Luka hendaknya dieksplorasi, dibersihkan secara hati-hati dan dilakukan debridemen secara menyeluruh.

penatalaksanaan respirasi
trakeostomi dengan atau tanpa ventilasi mekanik dapat dibutuhkan pada hipoventilasi yang berkaitan dengan laringospasme atau untuk menghindari aspirasi oleh pasien dengan trimus, gangguan kemampuan menelan ,Kebutuhan akan prosedur ini harus diantisipasi dan diterapkan secara dini.

Penatalaksanaan luka

1) imunisasi pasif dengan TIG 2) imunisasi aktif dengan vaksin, terutama Td untuk individu usia di atas 7 tahun. Dosis TIG sebagai imunisasi pasif pada individu dengan luka derajat sedang adalah 250 unit intramuskular yang menghasilkan kadar antibodi serum protektif paling sedikit 4-6 minggu; dosis yang tepat untuk TAT, suatu produk yang berasal dari kuda adalah 3000 sampai 6000 unit. Vaksin dan TAT hendaknya diberikan pada tempat yang terpisah dengan spuit yang berbeda.

Epidemiologi penyakit tatanus biasanya timbul di daerah yang mudah terkontaminasi dengan tanah dan kebersihan dan perawatan luka yang buruk.

Prognosis
di pengaruhi oleh faktor dan akan buruk pada masa tunas yang pendek yaitu < 7 hari, neonatus dan usia lanjut, bila disertai frekuensi kejang yang tinggi kenaikan suhu tubuh, pengobatan yang terlambat, dan adanya komplikasi terutama spasme otot pernafasan dan obstruksi saluran pernafasan.

Working Diagnosis/WD

biasanya tidak sukar. Anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahan sangat membantu.

Differential Diagnosis/ DD

Penyakit Meningitis

Rabies anjing atau kucing


Epilepsi

You might also like