You are on page 1of 19

BAB II

ANALISIS KEBUTUHAN/PENYEDIAAN

2.1 KONSEP RUMAH SAKIT 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostic dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah. (American Hospital Association (1970) Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

983/Menkes/SK/XI/1992, dikatakan bahwa Rumah Sakit adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan dasar, spesialistik dan subspesialistik. Fungsi Rumah Sakit menurut WHO (1957) dan Permenkes RI No.

159b/Menkes/Per/II/1998 pasal 9, menyatakan rumah sakit setidaknya mempunyai 5 fungsi, yaitu :

II-1

a. Mempunyai pelayanan rawat inap dan dilengkapi pelayanan penunjang medis fasilitas diagnostic dan terapeutik. b. Mempunyai pelayanan rawat jalan. c. Mempunyai tugas untuk melakukan pendidikan dan pelatihan. d. Rumah Sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan karena keberadaan pasien di rumah sakit merupakan modal dasar untuk penelitian ini. e. Rumah Sakit ini juga mempunyai tanggungjawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi (masyarakat) sekitar. Dalam upaya perencanaan dan pengembangan gedung VIP Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi harus melalui tahapan dimana tahapan ini merupakan tahapan awal suatu kegiatan perencanaan pengembangan Gedung VIP RSU Pirngadi, yang didukung dari pengorganisasian Rumah Sakit baik perubahan dari luar maupun perubahan dari dalam rumah sakit yaitu pelayanan medis maupun pelayanan perawatan dan unit penunjang lainnya dalam rangka mendukung untuk hidup sehat. 2.1.2 Konsep Rawat Inap Rawat Inap adalah pelayanan terhadap pasien rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI, 1988) a. Kegiatan pelayanan rawat inap Kegiatan ini meliputi : Penerimaan pasien (admission) Pelayanan medik Pelayanan penunjang medik Pelayanan perawatan Pelayanan obat Pelayanan makan

II-2

Administrasi keuangan

b. Ruang Rawat Inap Ruang Rawat Inap adalah untuk perawatan pasien yang harus dirawat lebih dari 24 jam (Dep. Kes 1998) dan memerlukan suatu perawatan kesehatan yang insentif baik dalam hal pengobatan, pelayanan, yang sesuai kondisi pasien dengan mempergunakan prasarana dan sarana dari rumah sakit. Adapun persyaratan ruang rawat inap adalah (Dep. Kes 1998) : Dalam merencanakan unti rawat inap perlu ditetapkan dahulu prinsip prinsip dalam perencanaan rawat inap. Fasilitas ruang rawat inap di rumah sakit dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas antara lain : o Ruang VIP o Ruang kelas I, digabung dalam satu blok dengan fasilitas 2 orang dengan kamar mandi didalam. Luas kamar kelas I adalah m / tempat tidur. o Ruang kelas II, digabung dalam satu blok dengan fasilitas 3 orang dengan kamar mandi didalam. Luas kamar kelas II adalah / tempat tidur. o Fasilitas ruang rawat inap rumah sakit dikelompokkan dalam beberapa kelas antara lain : Khusus untuk pasien pasien tertentu harus dipisahkan seperti : o Pasien yang menderita penyakit menular o Pasien atau penyakit dan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit tumor, gangrein, diabetes). o Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara/dalam ruangan). 8 m 15

II-3

Keseluruhan ruang ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat. Stasiun perawat maksimum melayani 40 tempat tidur, letak stasiun perawat harus terletak di pusat blok yang agar perawat dapat mengawasi pasiennya secara efektif. Untuk bangunan perawatan kelas yang berupa 1 blok maka dibutuhkan 1 stasiun perawat. Bila ruang perawatan tidak di lantai dasar harus ada akses yang mudah bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus. Akses pencapaian kesetiap ruangan/blok harus ada akses yang mudah. Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan. Alur petugas dan pengunjung dipisah. Masing masing ruang rawat 4 spesialis dasar mempunyai ruang isolasi. Ruang rawat anak disiapkan 1 ruangan neonates. Setiap ruangan atau minimal pada setiap perawat terdapat wastafel dengan air mengalir. Tidak digunakan bahan yang mudah terbakar. Kamar perawatan harus mendapat cahaya matahari yang cukup. Bila mungkin pintu utama menuju blok perawatan kedap asap dan tidak mudah terbakar. Disediakan fasilitas elevasi bila bangunan terdiri dari lebih 4 lantai. Perlu dipertimbangkan ruang untuk Internediate Care, Ruang Tindakan, Ruang perawat, Ruang Dokter sekaligus Conference room.

c. Syarat Khusus Ruang Rawat Inap VIP Dalam merencanakan Unit Rawat inap perlu ditetapkan dahulu prinsip prinsip dalam perencanaan instalasi rawat inap VIP, sebaiknya dianut adalah

II-4

perawatan

terpadu

(integrated

care)

untuk

meningkatkan

efisiensi

pemanfaatan ruang. (Dep. Kes 1998), adapun standar luas ruangan adalah : Ruang VIp terletak dalam satu blok, jendela jendela kamar berorientasi kepandangan luar yang lapang/ke taman dengan jumlah pasien 1 orang dengan fasilitas KM/WC didalam. Luas kamar VIp adalah (Dep. Kes 1998). Menurut James, W. Paul (1986), penggunaan space ruang rawat inap di Amerika dengan tipe 1 tempat tidur dengan satu toilet adalah space untuk pasien yaitu 18 m sedangkan space untuk perawat 5 m untuk selasar atau koridor 7 m jadi total kebutuhan ruang rawat inap VIP 30 m per tempat tiidur. Disamping itu menurut Bobrow/Thomas and Associates (2000), setiap ruangan pasien harus berukuran cukup untuk mengakomodasi staf administrasi dan perawatan, ruangan juga harus cukup untuk anggota keluarga atau pengunjung lain, setiap ruangan juga mempunyai toilet dan lemari barang dan lain-lain. Menurut Reizeinstein at.al (1986), ruangan yang dibutuhkan ruangan pasien dan ruang kamar mandi. Untuk ruangan pasien harus ada tempat tidur pasien, kursi, lemari, penyimpanan, overbed table, TV, jam, dll. 21,5 m / tempat tidur.

2.1.3 Pengembangan Rumah Sakit Sebelum dilakukan pengembangan hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah pengembangan ini layak atau tidak layak. Kajian semacam ini disebut studi kelayakandan keputusan ada dibawah manajemen tingkat atas. (Umar, 2001). 1. Ditinjau dari aspek aspek Rumah Sakit a. Aspek Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan perusahaan yang bertujuan menjual

barang/jasa yang diproduksi perusahaan kepasar, oleh karena itu aspek ini

II-5

bertanggung jawab menentukan pasar akan dipilih. Analisa kelayakan ini yang utama adalah : Penentuan segmen, target dan posisi produk pada pasarnya. Penemuan untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta kepuasan mereka atas produk. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan. b. Aspek Sumber Daya Manusia Aspek sumber daya manusia merupakan aspek penting yang perlu dianalisis, aspek sumber daya manusia terdiri dari : peran sumber daya manusia dalam pembangunan proyek bisnis dan peran mereka dalam operasional rutin bisnis setelah selesai dibangun. c. Aspek Manajemen Aspek manajemen dilaksanakan pada saat pembangunan proyek bisnis dan manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin, banyak proyek bisnis gagal dibangun maupun dioperasionalkan bukan disebabkan karena aspek lain, tetapi karena lemahnya manajemen. 2. Aspek Keuangan Dari sisi keuangan, proyek bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Kegiatan aspek keuangan ini adalah penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek. 3. Faktor Faktor Pengembangan Faktor faktor yang mempengaruhi pengembangan Rumah Sakit adalah Internal dan Eksternal (Neumman, et al, 1988) a. Faktor Eksternal : Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan adalah : Demografi

II-6

Epidemiologi Sosio Ekonomi Permintaan Kelayakan Trend pelayanan kesehatan, dan perkembangan alat Kemampuan pembiayaan

Masyarakat cukup puas apabila kebutuhan (need) dalam pelayanan kesehatan diperoleh walaupun harus menunggu cukup lama di rumah sakit atau jarak tempuh yang relative jauh, dari daya beli masyarakat timbul permintaan (demand) dengan cara kebutuhan dipenuhi. b. Faktor Internal Faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah : Analisis mutu pelayanan Karakteristik tenaga medis dan perawat Pasien masuk Keadaan keuangan Efisiensi biaya Organisasi Peningkatan produktifitas Penggunaan pelayanan dan fasilitas.

4. Faktor penting dalam kelancaran pengembangan (Boediarso, 1991 dalam Riasari 2000) : a. Faktor kemampuan keuangan. Anggaran dan biaya diperhitungkan dalam biaya pokok dalam peraturan perpajakan, dalam bentuk penentuan tarif, penentuan biaya, penentuan anggaran, arus kas, perencanaan pajak yang akan dibayar, perencanaan modal. b. Faktor pengembangan manajemen

II-7

Dengan perencanaan yang baik akan memperlancar proses manajemen rumah sakit, mengenai luas area dalam pelayanan kesehatan, bekerja sama yang baik dengan institusi dari luar.

2.2

GAMBARAN INDUSTRI RUMAH SAKIT INDONESIA

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan bahwa jumlah rumah sakit yang tersebar di wilayah Indonesia per Mei 2012 berjumlah 1.959 unit yang terdiri dari Rumah Sakit Pemerintah sebanyak 785 unit, swasta non profit sebanyak 699 unit, swasta private sebanyak 403 unit dan BUMN sebanyak 77 unit. Dari 785 unit rumah sakit yang dimiliki Pemerintah terbagi kepemilikannya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kepemilikan Rumah Sakit di Indonesia

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kepemilikan Rumah Sakit Kementerian Kesehatan Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota TNI Polri Kementerian Lain

Jumlah Rumah Sakit 40 unit 88 unit 423 unit 89 unit 109 unit 34 unit 2 unit

Perkembangan rumah sakit di Indonesia dari tahun ke tahun berjalan amat pesat. Dari data statistik dibuktikan, telah terjadi peningkatan jumlah rumah sakit sebesar 47% pada akhir repelita V jika dibandingkan dengan repelita I. Sementara jumlah tempat tidurnya meningkat sebesar 50% dalam kurun waktu yang sama. Hal ini sedikit memberikan gambaran bahwa di masa mendatang, rumah sakit akan terus tumbuh dan berkembang, apalagi dengan pertumbuhan penduduk yang ada serta perbaikan status ekonomi masyarakat Indonesia. Pada tahun 1950-an gaya manajemen rumah

II-8

sakit kental dengan bau militeristik. Secara formal, rumah sakit dipimpin oleh dokter, akan tetapi dalam pelaksanaan sehari-harinya rumah sakit dipimpin oleh seorang pimpinan rumah tangga yang disebut matron. Walaupun pada kenyataannya banyak sekali hal dan keadaan informal yang berlaku, segala sesuatu di rumah sakit tampak bersih, berkilap, dan amat formal. Gabungan pendekatan formal dan keadaan informal inilah yang membuat identitas rumah sakit manjadi amat kental dan para staf amat bangga dengan pekerjaannya. Pada saat ini sejalan dengan perkembangan kedokteran dan pengobatan yang semakin pesat, juga berdampak pada makin mahalnya biaya pengobatan. Pengelolaan rumah sakit mulai ditangani para manajer murni. Rumah sakit diidentikkan dengan institusi yang melayani pasien terus berkembang. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terus menerus mengalami perkembangan, sehingga sejalan dengan hal tersebut, terjadi peningkatan tuntutan terhadap peran dan fungsi rumah sakit. Di pihak lain, pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh rumah sakit, bisa menjadi tak terbatas, dan tentu saja hal ini harus dapat dikendalikan. Sebagian negara mengendalikan permasalahan ini dengan membiarkan terjadinya perasingan bebas diantara rumah sakit yang ada. Namun ternyata hal ini malah mengakibatkan pelayanan yang buruk dan distribusi pelayanan kesehatan yang tidak merata. Sebagian lainnya memanfaatkan pengawasan birokratis untuk mengendalikan pelayanan yang berlebihan. Yang terjadi justru pengawasan birokratis yang kaku dan menimbulkan hambatan manajemen profesional. 2.3 GAMBARAN INDUSTRI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN

Jumlah Rumah Sakit yang berada di Kota Medan pada tahun 2010 sebesar 76 yang terdiri dari 9 rumah sakit pemerintah dan 67 rumah sakit swasta yang tersebar di beberapa Kecamatan. Perkembangan Rumah Sakit di Kota Medan tahun 2006 2010 sebagai berikut:

II-9

Tabel 2.2 Jenis Rumah Sakit di Kota Medan Jenis Kepemilikan Rumah Sakit Rumah Pemerintah Rumah Sakit Swasta
Sumber: Bapeda

2006 8 61

2007 8 62

2008 10 60

2009 8 68

2010 8 67

Seperti yang telah dijelaskan bahwa keberadaan Rumah Sakit tersebut tersebar pada berbagai kecamatan pada tahun 2010 seperti pada Tabel berikut:
Table 2.3 Sebaran Rumah Sakit di Kota Medan Berdasarkan Kecamatan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Tahun/Kecamatan MedanTuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan Jumlah Rumah Sakit Pemerintah 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 9 Swasta 3 3 0 3 4 7 2 1 5 3 3 3 8 5 4 1 4 3 3 2 0 67 Rumah Bersalin Pemerintah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Swasta 2 9 7 13 5 4 2 3 2 7 6 4 2 3 1 3 11 13 5 9 6 117

Sumber: Bapeda

Pada Tabel diatas terlihat bahwa Kecamatan Medan Petisah memiliki jumlah Rumah Sakit Swasta terbanyak sebesar 8 rumah sakit sedangkan Kecamatan Medan Belawan

II-10

mempunyai Rumah Sakit terbanyak dibandingkan Kecamatan lainnya sebesar 3 rumah sakit. Pada Tabel diatas terlihat juga bahwa Kecamatan Medan Amplas tidak memiliki rumah sakit sama sekali sehingga penduduk Kecamatan Medan Amplas jika berobat pada rumah sakit harus mengujungi rumah sakit yang terdapat pada Kecamatan lainnya. 2.4 LINGKUNGAN KESEHATAN KOTA MEDAN

Kesehatan penduduk Kota Medan dapat dilihat dari indikator-indikator utama yaitu angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Tabel-tabel berikut ini menunjukkan indikator kesehatan Kota Medan.
Tabel 2.4 Indikator Kesehatan Kota Medan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Tahun/Kecamatan MedanTuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan Jumlah Kelahiran 1.375 2.538 1.906 3.351 2.432 1.885 1.464 726 973 1.544 2.652 2.743 1.505 1.554 3.633 1.880 2.725 3.329 2.491 2.337 1.927 Jumlah Lahir Mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 Jumlah Bayi Mati 0 0 1 0 2 0 0 1 3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1

II-11

No.

Tahun/Kecamatan Jumlah

Jumlah Kelahiran 44.970

Jumlah Lahir Mati 4

Jumlah Bayi Mati 17

Melihat angka kematian bayi di tabel di atas tampak bahwa perbandingan jumlah kelahiran dan kematian sebesar 0,08% dari kelahiran hidup atau 0,8 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini relatif cukup rendah mengingat angka nasional sebesar 48 per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa program kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan anak cukup berhasil. Kondisi ini juga menunjukkan kesejahteraan masyarakat relatif baik.
Tabel 2.5 Angka Kematian Bayi di Kota Medan Jumlah Kematian Ibu Maternal No. Kecamatan Jumlah Ibu Hamil 1.772 2.974 2.964 3.842 2.948 2.233 1.433 889 1.257 1.903 2.890 3.128 1.821 1.792 2.933 2.283 3.052 3.769 2.910 2.742 2.584 Kematian Ibu Hamil 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kematian Ibu Bersalin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 Kematian Ibu Nifas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

MedanTuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan

II-12

Jumlah Kematian Ibu Maternal No. Kecamatan Jumlah Ibu Hamil 52.119 Kematian Ibu Hamil 1 Kematian Ibu Bersalin 2 Kematian Ibu Nifas 0 Jumlah 3

Jumlah

Dari tabel-tabel di atas tampak bahwa dengan angka kematian ibu sebanyak 3 orang per 44.966 kelahiran hidup ini berarti angka kematian ibu di Kota Pekalongan sebesar 7 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini juga relatif rendah dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 373/100.000 kelahiran hidup. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat relatif baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan kesehatan masyarakat telah bergeser dari kebutuhan mendasar ke kebutuhan yang lebih tinggi.
Tabel 2.6 Tingkat Kunjunangan Penderita 10 Penyakit Utama

Kunjungan Penderita 10 Penyakit Utama ISPA Ringan Penyakit Kulit dan Jaringan bawah Kulit Penyakit Gusi, Jaringan Periodenta Diare Bronkhitis Penyakit Pulpa Jaringan Pericipal Tukak Lambung Penyakit Telinga Mostoid Conjungtivits Hipertensi Total
Sumber : Bapeda

2010 331.484 71.988 18.305 28.185 10.123 24.296 4.251 60.629 549.261

2009 384.196 108.973 21.104 36.827 14.233 27.880 5.461 73.542 672.216

2008 429.561 106.803 22.813 36.207 18.562 24.011 4.926 72.218 715.101

2007 406.905 126.583 24.955 38.528 19.668 25.806 3.483 74.894 720.822

2006 423.656 125.566 28.433 41.399 18.850 25.168 5.341 92.230 760.643

Dari tabel diatas terlihat penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) merupakan penyakit yang paling banyak diderita penduduk Kota Medan dimana pada tahun 2010 berjumlah sebesar 331.383 kasus per tahun. Berdasarkan tren lima tahun terakhir

II-13

bahwa 10 penyakit utama tersebut mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan tren ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Kota Medan semakin baik dari tahun ke tahun. Penurunan penderita penyakit yang paling signifikan terjadi pada penyakit infeksi saluran pernapasan dan penyakit kulit dan jaringan bahwa kulit. Tren penurunan 10 penyakit utama dapat terlihat jelas dengan grafik sebagai berikut:

Gambar 2.1 Grafik Tren Penurunan 10 Penyakit Utama


500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 -

2010 2009 2008 2007 2006

2.5 SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN DI KOTA MEDAN Fasilitas kesehatan yang ada di Kota Medan pada tahun 2010 dapat ditinjau dari keberadaan pelayanan kesehatan yang terdiri dari Puskesmas, Pustu Assistant, BPU, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit. Pada tahun 2010 Kota Medan memiliki 39 Puskesmas, 41 Pustu Assistant, 349 BPU, 117 Rumah Bersalin dan 76 Rumah Sakit yang tersebar ke sejumlah Kecamatan seperti pada tabel berikut ini.

II-14

Tabel 2.7 Fasilitas Kesehatan Kota Medan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Kecamatan MedanTuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan Jumlah Puskesmas 2 2 1 4 3 3 1 1 1 1 2 1 3 3 1 1 2 2 3 1 1 39 Pustu Assistant 4 3 4 0 0 0 0 0 0 2 3 2 0 1 1 2 4 4 3 3 5 41 BPU 3 18 10 26 24 13 16 12 14 9 29 11 26 16 16 7 14 20 28 18 19 349 Rumah Sakit Bersalin 2 9 7 13 5 4 2 3 2 7 6 4 2 3 1 3 11 13 5 9 6 117 Rumah Sakit 5 3 0 3 4 7 2 2 6 3 3 3 8 6 5 1 4 3 3 2 3 76

Dari sarana kesehatan yang tersedia yang ditunjukkan pada tabel diatas, menurut data tahun 2010 tenaga kesehatan yang berkerja di lingkungan institusi kesehatan Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.8 Jumlah Tenaga Kesehatan Kota Medan No. 1. 2. 3. 4. Kecamatan Spesialis MedanTuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai 120 48 4 15 Jumlah Dokter/Physician Umum 132 103 42 79 Gigi 27 36 11 14

II-15

No. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Kecamatan Spesialis Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan Jumlah 45 117 47 12 84 9 85 41 185 36 54 9 25 33 5 13 9 996

Jumlah Dokter/Physician Umum 123 196 82 35 89 50 155 122 231 94 136 79 76 81 33 37 44 2.019 Gigi 25 79 18 21 83 26 75 31 60 22 46 29 16 12 3 3 6 643

Data diatas merupakan tenaga kesehatan yang tersedia pada tahun 2010 yang terdiri dari 996 tenaga kesehatan dokter spesialis, 2019 tenaga kesehatan dokter umum dan 643 dokter gigi.

2.6 PERMASALAHAN KESEHATAN DI KOTA MEDAN Dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit. Masalah utama peningkatan mutu layanan menjjadi isu pokok utama peningkatan mutu layanan atau kualitas pelayanan.. Berdasarkan hasil survey Indeks Kepuasan Masyarkat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 didapat bahwa variable pelayanan, Sumber Daya Manusia, Biaya, Disiplin dan suasana/lingkungan semunya bernilai rendah dan masih perlu ditingkatakan.

II-16

Sesuai dengan misi pembangunan Kota Medan yang mewujudkan pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang lebih efisien, efektif, kreatif, dan responsive dalam rangka peningkatan mutu kualitas pelayanan public didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, perlu diadakan penataan system, mekanime dan prosedur pelayanan, sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara lebih berkualitas berdaya guna dan berhasil guna dengan menuumbuhkan kreativitas, prakarsa dan peran masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Untuk itu disarankan agar setiap unsur pelayanan yang tingkat kinerjanya sudah sangat baik agar dapat dipertahankan seterusnya dimasa-masa akan dating, dan bagi unsur pelayanan yang tingkat kinerjanya sudah baik, sedangkan bagi unsur pelayanan yang kinerjanya kurang baik, agar lebih dipacu lagi kinerjanya hingga mencapai tingkat kinerjanya sangat baik. 2.7 PELUANG PENGEMBANGAN GEDUNG VIP RSUD Dr. PIRNGADI Salah satu faktor rendahnya mutu layanan tersebut adalah faktor Sumber Daya Sarana dan Prasarana yaitu peralatan medis, baik karena belum ada, rusak maupun sudah tidak layak pakai. Untuk mengadakan atau memenuhi serta meningkatkan kualitas peralatan tersebut maka RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan berencana untuk membangun fasilitas gedung Rumah Sakit khusu untuk VIP yang memiliki peralatan dan kualitas pelayanan yang lebih baik agar dapat meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.
Tabel 2.9 Jumlah Pesaing RS yang melayani VIP Kota Medan

No
1 2 3 4

Nama RS
RSU Swasta P. Penang Malaysia RSU H.Adam Malik RSU st.Elisabeth RS PTP

TT

Tarif

Sifat Pelayanan
Cepat Cepat

Sikap Petugas
Ramah Ramah Ramah Kurang Ramah

Tenaga Ahli
FT Cukup, FT PT FT+PT

Lokasi
Strategis Tidak Strategis Strategis Strategis

Ket
Swasta Asing Pem. Swasta BUMN

Sangat Mahal 482 Mahal

265 Mahal Cepat 510 Sedang Lambat

II-17

5 6 7 8 9 10 11 12 13

RSU Herna RS DAM II/BB RSU Glugur RSU. Malahayati RSU P.Bunda RSU Haji Mina RSU Materna RSU Prof.Dr Boloni RSU Gleneagles

239 Mahal 280 Murah 138 Mahal 65 Mahal 50 Mahal 100 Mahal 63 Mahal Mahal Sangat Mahal

Cepat Lambat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat

Ramah Kurang Ramah Kurang Ramah Ramah Ramah Ramah Ramah Ramah Ramah

PT FT+PT PT PT PT PT PT PT PT

Strategis Strategis Strategis Strategis Strategis Tidak Strategis Strategis Strategis Strategis

Swasta TNI Swasta Swasta Swasta BUMD Swasta Swasta Swasta Asing

Pada daerah Kota Medan saat ini terdapat sedikit rumah sakit yang mengkhususkan pelayanannya pada pelayanan VIP yang menjadi pesaing bagi RSU Pirngadi, diantaranya adalah RSU H. Adam Malik, RSU st. Elisabeth, RS PTP, dan RSU

Malahayati. Sebagian dikelola oleh swasta dan relatif mahal dikelola oleh pihak swasta, sehingga kesempatan masih terbuka lebar untuk RSU Pirngadi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya terhadap kondisi penawaran dan permintaan atas kebutuhan RSU dengan kelas VIP dengan kualitas baik, diketahui bahwa pasar yang begitu besar baru dikelola oleh sebagian kecil RS yang berada di Kota Medan dapat dilihat bahwa penerimaan dari pelayanan kelas VIP di RSU Pirngadi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan diproyeksikan akan semakinj pada tahun yang akan datang. Sehingga peluang untuk RSUD Pirngadi ini mampu menjalankan usaha kesehatannya dengan baik masih begitu besar.

II-18

Perkiraan Penerimaan RSU Pirngadi


2,500,000,000 2,000,000,000

1,500,000,000

1,000,000,000

500,000,000

0 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

VIP I

VIP II

Sebagai akibat transisi demografi dan epidomologis penyakit, maka di masa datang akan terjadi kecenderungan perubahan pola penyakit. Penyakit infeksi yang pada masa lalu sangat dominan, akan menurun dan digantikan oleh penyakit-penyakit degenerative, penyakit akibat kerja dan kecelakaan, maka populasi manusia usia lanjut akan meningkat pula. Oleh sebab itu, maka sejak awal perlu dipikirkan pengembangan jenis pelayanan medis untuk merebut peluang pasar yang masih belum tergarap. Melalui survey pasar, di masa depan harus dipikirkan pengembangan IGD, penambahan Ruang Rawat Inap, Kelas II, I dan VIP. Dalam peninjauan aspek pasar, kita juga perlu membandingkan adanya pesaing ataupun pembanding dalam penentuan penjualan jasa. Di daerah Kota Medan sudah terdapat 13 rumah sakit besar yang sudah berjalan saat ini. Namun, yang memfokuskan pelayanannya kepada kelas VIP masih sedikit. Sehingga pada proyek ini memiliki pangsa pasar yang masih luas di lingkup Kota Medan.

II-19

You might also like