You are on page 1of 17

Cidera mata

kelompok : Kania Kalyanamita Karina Putri Lanny Melani Laurentius Paskal Rinaldi Lia Kamillia Rizki alchy Lieanda Praditha (2010-11-066) (2010-11-067) (2010-11-068) (2010-11-069) (2010-11-070) (2010-11-071)

Kelas B Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ________________________________________________________2 KATA PENGANTAR_________________________________________________3 BAB I PENDAHULUAN ______________________________________________4 BAB II ISI __________________________________________________________5 KESIMPULAN______________________________________________________16 DAFTAR PUSTAKA ________________________________________________17

KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga dapat terselesaikannya tugas makalah ilmu mata. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ilmu mata pada semester genap Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan terselesainya makalah ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen pembimbing dan teman-teman semua yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Demi perbaikan makalah ini, Penulis meminta saran dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini sendiri. Akhir kata dari Penulis mengucapkan semoga makalah ini bermanfaat serta dapat mencapai tujuan untuk pencerdasan bangsa. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyampain kalimat serta informasi pada makalah. Semoga Bermanfaat. Wasallamuallaikum Wr. Wb. Jakarta, 20 Oktober 2013 penulis

BAB I PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu dari panca indera manusia yang memiliki fungsi penting di kehidupan. Yang kita ketahui mata memiliki peran dalam indera penglihatan. Mata beserta strukturnya menangkap segala cahaya yang dipantulkan oleh seluruh benda-benda yang ada di sekitarnya sehingga kita dapat mereka,nya dan menggambarkannya layaknya sebuah kamera yang begitu luar biasa. Mata beserta strukturnya yang sedemikain rupa memiliki bagian-bagian yang menjalani fungsinya sendiri-sendiri seperti bola mata yang terdapat di dalam sebuah rongga yang tersusun dari struktur tulang yang kuat. Dan kelopak mata yang bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata, juga bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Sesungguhnya mata kita tidak pernah luput dari cidera, berbagai aktifitas yang kita lakukan sebagiannya mungkin membahayakan mata kita meskipun struktur mata kita itu memiliki struktur-struktur yang telah melindunginya. Dalam makalah ini kami membahas hal-hal apa saja yang menyebabkan mata mengalami cidera dan bagaimana penatalaksanaannya

BAB II ISI
A. DEFINISI Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang tersusun dari struktur tulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata, juga bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Meskipun demikian, mata dan struktur disekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Jika terjadi cedera, maka mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan. B. PENYEBAB Menurut sebabnya, trauma pada mata dibagi atas : 1. Trauma tumpul atau kontusio yang dapat disebabkan oleh benda tumpul, benturan dan ledakan dimana terjadi pemadatan udara. 2. Truma tajam, yang mungkin perforatif atau non perforatif, disertai adanya korpus alienum (cum corpus alienum) atau tidak (sine corpus alienum). Korpus alienum dapat intraokuler atau eksraokuler. 3. Trauma termis oleh (flame burn) atau (contact burn). 4. Truma khemis oleh zat yang bersifat asam atau basa. 5. Trauma listrik oleh listrik bertegangan rendah, sedang atau tinggi. 6. Trauma barometrik misalnya pada pesawat terbang atau penyelam. 7. Trauma radiasi oleh gelombang pendek atau partikel-partikel atom (proton dan neutron).

C. GEJALA DAN PENGOBATAN 1. TRAUMA TUMPUL Suatu trauma tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga dapat merusak struktur pada permukaan mata (kelopak mata, konjungtiva, sclera, kornea dan lensa) dan dapat juga merusak struktur mata bagian belakang (retina dan persyarafan). Trauma tumpul juga bisa menyebabkan patah tulang di sekeliling mata. Dalam 24 jam pertama setelah terjadinya cedera darah yang merembes ke dalam kulit disekitar mata biasanya menyebabkan memar (kontusion). Jika pembuluh darah di permukaan mata pecah, maka akan menyebabkan permukaan mata merah. Perdarahan ini biasanya bersifat ringan. Kerusakan pada mata bagian dalam seringkali lebih serius dibandingkan kerusakan pada permukaan mata. Perdarahan di bilik anterior (hifema traumatic) merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani oleh dokter spesialis mata. Perdarahan berulang dan peningkatan tekanan di dalam mata bisa menyebabkan kornea menjadi merah sehingga penglihatan menjadi berkurang dan meningkatkan resiko terjadinya glaukoma. Darah bisa merembes ke dalam mata, iris bisa mengalami robekan atau lensa bisa mengalami pergeseran. Perdarahan bisa terjadi di dalam retina sehingga retina terlepas dari jaringan di bawahnya. Pada awalnya lepasnya retina menimbulkan gambaran seperti kilatan cahaya atau bentuk tidak beraturan yang melayang-layang serta menyebabkan pandangan kabur, kemudian penglihatan bisa menurun secara tajam. Pada cedera yang hebat bola mata bisa mengalami robekan. Pengobatan : Kompres dingin bisa mengurangi pembengkakan dan menghilangkan nyeri pada mata hitam. Pada hari kedua, kompres hangat bisa membantu tubuh dalam menyerap darah yang telah terkumpul. Jika kulit disekitar mata dan kulit kelopak mata mengalami robekan bisa dilakukan penjahitan. Cedera yang mengenai saluran air mata harus dilakukan pembedahan. Jika terjadi robekan pada mata, diberikan obat pereda nyeri, obat yang menjaga agar pupil tetap melebar dan obat untuk mencegah infeksi. Biasanya
6

digunakan perisai logam untuk mencegah terjadinya cedera mata lebih lanjut. Kerusakan yang serius bisa menyebabkan penurunan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pembedahan. Penderita yang mengalami perdarahan di dalam mata akibat trauma harus menjalani tirah baring. Diberikan obat untuk mengurangi tekanan di dalam mata (misalnya acetazolamide). Untuk mengurangi perdarahan biasanya diberikan asam aminokaproat. Obat-obat yang mengandung aspirin harus dihindari karena bisa menyebabkan meningkatnya perdarahan di dalam mata. Trauma tumpul pada mata dapat menyebabkan hal-hal seperti di bawah ini : a. Hematoma Palpebra, adanya hematoma palpebra pada satu mata merupakan keadaan yang ringan. Tetapi bila terjadi pada kedua mata, hati-hati akan kemungkinan adanya fraktur basis kranii. Pengobatan : kompres dingin 3 kali sehari. b. Ruptura Kornea Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iridis. Merupakan keadaan yang gawat yang memerlukan operasi segera. c. Ruptura Membran Descement, ditandai adanya garis-garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah lipatan membran Descement. Visus sangat menurun. Kornea sulit menjadi jernih kembali. Pengobatan: suntikkan 0,5 cc larutan NaCl 2% steril subkonjungtiva. Dua minggu sekali, tetes mata kortisol 1% diberikan 4-6 kali sehari, berikan obatobat yang dapat membantu menghentikan perdarahan seperti tablet Adona AC 17 4x1 tablet sehari. d. Hifema, perdarahan dalam lensa okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus siliaris. Biasanya disertai edema kornea dan terdapat endapan (koagulasi) di bawah kornea. Hal ini merupakan keadaan yang cukup serius.

Pembagian : Hifema primer, trimbul segera karena suatu trauma. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah trauma. Kemungkinan timbul saat istirahat. Biasanya perdarahan lebih hebat dan sukar dihentikan. Terjadinya waktu istirahat di tempat tidur. Sebabnya masih belum diketahui. Kemungkinan karena tekanan intraokuler yang tiba-tiba menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya hifema sekunder antara lain kelemahan dinding pembuluh darah pada penderita diabetes mellitus, hipertensi, sklerosis dan lues. Jenis ini lebih banyak dari primer. Hifema ini mungkin ringan yaitu bila visus belum terganggu dan tekanan intraokuler belum meninggi, tetapi mungkin pula sedemikian hebat sehingga visus sangat menurun dan tekanan intraokuker sangat meninggi sehingga terjadi glaukoma sekunder. Penatalaksanaan : Penderita harus dirawat sedikitnya 5 hari, karena dalam 5 hari mungkin terjadi perdarahan sekunder. Selama 5 hari ini penderita harus tidur terlentang. Kedua mata ditutup dengan perban. Pada anak-anak bila perlu lengan dan tungkai diikat dan diberikan sedatif. Secara lokal pada mata tidak perlu diberi obat apapun (tidak perlu diberi pilokarpin atau sulfas atropin). Bila terjadi glaukoma sekunder, berikan diamox 3-4x1 tablet sehari. Bila darah mengisi seluruh lensa okuli anterior (penuh) tanpa disertai glaukoma, pengobatan dilakuakan secara konservatif. Bila disertai glaukoma, harus dilakukan operasi segera yaitu parasentesis. Parasentesis ini dilakukan dengan membuat insisi pada kornea dekat limbus pada jam 6 dengan pisau parasentesis atau keratome. Kemudian diberikan salep mata antibiotik dan mata ditutup dengan perban. Komplikasi hifema :

Glaukoma sekunder, disebabkan oleh darah yang menyumbat sudu-sudut lensa okuli anterior. Diobati dengan pemberian diamox, bila segera dioperasi.

Imbibisi kornea, yaitu masuknya darah yang telah terurai antara lamellamel kornea sehingga kornea menjadi berwarna kuning temgguli. Visus sangat menurun. Pengobatan: suntikkan larutan NaCl 2% subkonjungtiva dan berikan salep mata yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Bila dengan pengobatan di atas tidak ada perbaikan, terpaksa dilakukan keratoplastik.

e. Iridoparase-iridoplegia, kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga terjadi midriasis. Penatalaksanaan : Coba dengan pemberian pilokarpin 2% atau eserin 0,5% tetes mata 4-6 kali. 1 tetes sehari selama beberapa minggu. Bila sampai berbulan-bulan pupil tetap midriasis berarti telah terjadi iridoplegia yang tidak dapat disembuhkan. f. Iridodialisis, iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya. Pupil menjadi tidak bulat dan sempit disebut pseudopupil. Penatalaksanaan : Bila tidak ada keluhan, tidak perlu diobati. Kadang-kadang timbul diplopia unilateral yang menyebabkan trilopia, sehingga perlu dilakukan operasi untuk memfiksasi iris yang lepas. g. Irideremia, iris yang lepas seluruhnya. Pengobatannya konservatif, dengan memberi kaca mata untuk mengurangi silau. h. Subluksatio lentis dan luksatio lentis, subluksatio lentis bisa ke depan dan selalu menimbulkan glaukoma. Pupil tampak lebar dan hitam. Tindakan yang harus dilakukan adalah ekstraksi lensa. Subluksatio lentis yang ke belakang ditandai dengan adanya lensa okuli anterior yang dalam dan iridodenesis (iris tremulans). Bila terjadi glaukoma atau katarak, harus dilakukan ekstraksi

lensa. Luksatio lentis ke depan ditandai dengan pupil yang kecil dan selalu timbul glaukoma. Tindakan yang harus dilakukan ialah ekstraksi lensa segera. Luksatio lensa ke belakang menimbulkan afakia. Dalam hal ini diobati secara konservatif. i. Hemoragia pada korpus vitreum, perdarah berasal dari korpus siliar, banyak terdapat eritrosit di korpus siliar. Visus sangat menurun. Penatalaksanaan :suntikkan larutan NaCl hipertonis (2%) 0,5 cc

subkonjungtiva 2 kali semimggu dan tablet jodida (iodonacin)2-3 tablet sehari. j. Katarak, terjadi karena timbulnya gangguan metabolisme lensa.

Penatalaksanaan: ekstraksi lensa. k. Glaukoma, disebabkan robekan trabekulum pada sudut lensa okuli anterior yang disebut traumatic angle yang mengakibatkan gangguan aliran akueus humour. Penatalaksanaan: operasi. l. Eksoftalmus (proptosis), disebabkan adanya hematoma retrobulbaris.

Penatalaksanaan: istirahat. m. Enoftalmus, disebabkan adanya fraktura dinding orbita, biasanya disertai deviasi bulbus okuli. Penatalaksanaan: operasi plastik tulang atau implantasi silikon. n. Rupture sklera, menimbulkan penurunan tekanan intraokuler. Perlu dilakukan operasi segera. o. Komosio retina atau edema macula, atau disebut juga Berlinsche trubung. Visus menurun, terdapat skotoma sentral. Tidak perlu pengobatan, karena akan sembuh sendiri. p. Rupture retina, menyebabkan timbulnya ablasio retina, sehingga buta. Harus dilakukan operasi. 2. BENDA ASING Cedera mata yang mengenai sclera,kornea dan konjungtiva paling sering disebabkan oleh benda asing. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa

10

cedera bisa berakibat serius, misalnya luka tembus pada kornea atau infeksi akibat sayatan maupun cakaran pada kornea. Penyebab tersering dari cedera pada permukaan mata adalah lensa kontak. Lensa yang tidak terpasang dengan benar, lensa yang terpasang terlalu lama, lensa yang tidak dilepas ketika tidur, lensa yang tidak dibersihkan dan melepaskan lensa dengan sekuat tenaga bisa menimbulkan goresan pada permukaan mata. Penyebab cedera pada permukaan mata lainnya adalah pecahan kaca, partikel yang terbawa angina dan ranting pohon. Pegawai yang ditempat kerjanya cenderung banyak memiliki pecahan-pecahan kecil yang berterbangan di udara sebaiknya menggunakan kacamata pelindung. Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan nyeri dan perasaan ada sesuatu di mata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap cahaya, mata merah, perdaraha dari pembuluh darah pada permukaan mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan pun akan menjadi kabur. Pengobatan : Benda asing dalam mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan untuk melihat apakah ada goresan pada permukaan mata, diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung zat warna/flouresensi. Kemudian diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk mematikan rasa pada permukaan mata. Dengan menggunakan alat penerangan khusus, benda asing dibuang oleh dokter. Benda asing seringkali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang dengan mengguyur mata dengan air yang steril. Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, maka perlu diberikan salep antibiotik selama bebrapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan pemberian obat, lalu diberikan antibiotik dan mata ditutup degan plester. Sel-sel pada permukaan mata beregenerasi dengan cepat. Meskipun goresannya besar,

penyembuhan akan berlangsung selama 1-3 hari. 3. LUKA BAKAR Jika terkena panas atau bahan kimia yang kuat maka kelopak mata akan segera tertutup sebagai reaksi reflex untuk melindungi mata dari luka bakar. Karena itu hanya kelopak mata yang mungkin mengalami luka bakar, meskipun panas yang
11

hebat bisa menyebabkan luka bakar pada mata. Beratnya cedera, hebatnya nyeri dan gambaran dari kelopak mata tergantung dengan dalamnya luka bakar . Luka bakar karena bahan kimia dapat terjadi jika bahan iritatif masuk kedalam mata. Bahan iritatif ringanpun bisa menyebabkan nyeri dan kerusakan pada mata. Karena nyerinya hebat maka penderita cenderung menutup kelopak matanya sehingga bahan kimia berada lebih lama di dalam mata. Pengobatan : Untuk mengobati luka bakar pada kelopak mata, daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep antibiotik atau kasa yang mengandung jeli petroleum. Setelah itu luka dibungkus dengan perban steril. Luka bakar karena bahan kimia pada mata segera diatasi dengan mengucurkan air pada mata yang terkena supaya bahan kimia segera terbuang dengan bantuan aliran air. Setelah itu diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius dan obat untuk melebarkan pupil. Antibiotik diberikan dalam bentuk salep. Bisa juga diberikan obat pereda nyeri per oral melalui mulut. Luka bakar yang hebat harus ditangani oleh dokter spesialis mata guna mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah komplikasi kerusakan iris, perforasi mata dan kelainan bentuk kelopak mata. Meskipun telah dilakukan pengobatan terbaik, luka bakar hebat pada kornea bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut, perforasi mata dan kebutaan. 4. TRAUMA KHEMIS Trauma oleh bahan-bahan yang bersifat asam menimbulkan nekrosis koagulasi yang berbatas tegas, setempat dan tidak menjalar. Trauma oleh bahanbahan yang bersifat basa menyebabkan nekrosis koalesens, dimana terjadi penyabunan sel-sel yang menjalar dan terus menerus serta sulit dihentikan. Terjadi dehidrasi sel-sel. Komplikasi yang mungkin timbul yaitu: 1. Perforasi kornea; 2. Radang purulenta intraokuler;

12

3. Simblefaron dan pseudopterigium. NaOH pekat sanggup memasuki semua lapisan kornea dalam waktu 7 detik. Penatalaksanaan pada trauma oleh asam : 1. Irigasi. Bilas segera dengan air ledeng atau air sumur. Yang baik ialah membilas dengan akuades atau larutan NaCI 0,9% selama 15 menit. 2. Netralisasi dengan larutan bikabonas natrikus 2% steril. Mula-mula diberikan 1 tetes tiap 3 menit selama jam, kemuadian 1 tetes tiap 5 menit selama jam, 1 tetes tiap 10 menit selama jam, kemudian 1 tetes tiap 15 menit selama jam, kemudian 1 tetes tiap 30 menit. Penatalaksanaan pada trauma oleh basa : Irigasi segera dengan air ledeng atau sumur. Yang baik ialah dengan akuades atau larutan NaCl 0,9% selama 15 menit. Netralisasi dan berikan obat yang menghambat enzim kolagenase (enzim ini menjadi hiperaktif pada trauma karena zat basa), misalnya : a. EDTA, berikan 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam. Bila perlu boleh diteruskan sampai beberapa hari. b. Sistein, berikan 1 tetes tiap jam. Kedua obat ini adalah zat antikolagenase. c. Asam cuka 2% atau asam tannat 2%. Diberikan dengan cara yang sama dengan pemberian larutan bikarbonas natrikus pada trauma oleh zat basa. d. Berikan tetes mata sulfas atropine 1% dan salep antibiotika, anestetikum tetes. e. Penderita dirawat. 5. TRAUMA TAJAM a. Erosi kornea/Vulnus kornea, penatalaksanaan: antibiotika tetes atau salep mata 4 kali sehari.

13

b. Korpus alienum menempel pada kornea (kelilipan), penatalaksanaan : Tetesi mata dengan tetrakain 0,5%/pantokain 0,5% tiap 3 menit. Dengan pisau bedah halus dan steril dilakukan ekstraksi korpus alienum tersebut. Berikan SA 1 tetes untuk mengistirahatkan mata, antibiotika setiap mata dan diperban. Penderita dapat pulang. Control 2 hari kemudian apakah tidak ada infeksi sekunder. Keterangan : salep mata yang baik dalam hal ini adalah tetramisin dan polimiksin B. c. Trauma perforasi, trauma perforasi yang besar. Menimbulkan prolapsus iridis. Penatalaksanaan : bila luka kurang dari 4 hari, lakukan operasi segera, karena belum terjadi sikatrisasi. Dilakukan iridektomi yaitu memotong iris yang prolaps. Luka kemudian dijahit dengan benang halus. Berikan suntikan antibiotika : garamisin 20 mg atau penisilin streptomisin (1:1/4), 0,5 cc subkonjungtiva. Bila luka telah lebih dari 4 hari, terjadi radang bernanah, sehingga harus dilakukan pengobatan konservatif dulu baru kemudian operasi berencana. d. Trauma perforasi yang kecil, misalnya tertusuk jarum, lidi, dan lain-lain. Cepat menjadi makula. Penatalaksanaan : konservatif, yaitu suntikan antibiotika (garamisin atau penisilin streptomisin 0,5 cc) subkonjungtiva. Berikan juga garamisin subkonjungtiva 0,5 cc atau kloramfenikol selama 1 mimggu. Garamisin diberikan secara intramaskuler. Kloramfenikol diberikan per os 4x500 mg sehari selama 1 minggu. 6. TRAUMA RADIASI Disebabkan oleh gelombang pendek, misalnya sinar ultraviolet, sinar gamma dan sinar kosmik. Sinar ini menyebabkan pecahnya inti sel pada retina, menimbulkan degenerasi kebutaan. Sinar ultraviolet terdapat pada pantulan sinar matahari yang jatuh pada permukaan mengkilat, misalnya permukaan laut, salju atau tembok putih.

14

Kebutaan disebabkan oleh sinar ultraviolet disebut fotofpalmia. Hal ini dapat dicegah dengan memakai kacamata pelindung. Sinar infra merah bersifat termis sehingga dapat membakar retina. 7. TRAUMA LISTRIK Disebabkan oleh listrik dengan tegangan rendah sampai tinggi. Tegangan rendah hanya menimbulkan spasme otot. Sedangkan tegangan tinggi dapat menimbulkan gangguan pada otot, saraf, pembuluh darah, otak dan jantung D. DIAGNOSA Seseorang yang mengalami cedera mata harus memeriksakana diri ke dokter. Berbagai pemeriksaan akan dilakukan seperti pemeriksaan mata dengan slit-lamp, oftalmoskop dan pemeriksaan apakah terdapat gangguan penglihatan. F. PENCEGAHAN Gunakan pelindung mata, seperti kacamata khusus, gargle atau pelindung mata lain sebagai pencegahan saat melakukan kegiatan-kegiatan yang beresiko terjadinya cedera mata.

15

KESIMPULAN
Sesuai dengan apa yang telah dibahas sebelumnya mata dapat mengalami cidera dan banyak hal yang dapat menyebabkan rusaknya mata seperti karena trauma yang terdiri dari Trauma tumpul,Truma tajam, Trauma termis oleh (flame burn) atau (contact burn), Truma khemis, Trauma listrik oleh listrik bertegangan rendah, sedang atau tinggi. Trauma barometric, Trauma radiasi oleh gelombang pendek atau partikel-partikel atom (proton dan neutron). Ataupun luka bakar. Dengan menngetahui penyebabnya kita dapat melakukan penatalaksanannya dengan baik dan dapat mencegah atau menjauhi semua hal-hal yang dapat menciderai mata kita.

16

DAFTAR PUSTAKA
C,Khatryn. Overview of Eye Injuries.Merck Manual Home Health Handbook.2013 Kapita Selekta Kedokteran.2004.Trauma Mata.Jakarta.hal 289-295. http://medicastore.com/penyakit/853/Cedera_Mata.html http://www.merckmanuals.com/home/injuries_and_poisoning/injuries_to_the_eye/ov erview_of_eye_injuries.html

17

You might also like