You are on page 1of 1

FPI melakukan sweeping pada tempat maksiat seperti tempat judi togel, itu hal biasa. Berita biasa.

Mungkin, jika para anggota FPI menemui para pelaku maksiat dan keluarganya dengan membawa bingkisan di bulan Ramadhan seperti mie instan baru luar biasa. Apalagi mau mengajak mereka istighosahan dan shalat tarawih. Peristiwa tabrak lari, kemudian pengemudinya dikejar, dikeroyok dan kendaraannya dibakar massa, juga peristiwa biasa (terjadi). Bahkan, seringkali tidak peduli, apakah kendaraan itu ditumpangi pejabat, tentara, polisi atau orang biasa. Tapi kok ya menjadi luar biasa ya, ketika penumpangnya itu anggota FPI? Kemudian, pak polisi memproses kasus tabrak lari sesuai prosedur hukum soal tabrak lari ya juga biasa. Dan itu sewajarnya. Baru luar biasa itu, jika pak polisi kemudian memprosesnya dengan undang-undang ormas. Dan juga sewajarnya, keluarga korban mendapat perhatian dan santunan. Meski masalah hukumnya tetap dijalankan. Masih juga hal biasa, jika di tempat maksiat itu banyak preman. Mereka kemudian mempertahankan praktek ilegal mereka. Biasa bukan? Apakah mereka itu punya agama, atau agamanya Islam, Kristen dan lainnya. Semuanya biasa-biasa saja. Namun, semua hal biasa tersebut diberitakan menjadi luar biasa. Kalau perlu yang luar biasa itu dianggap biasa. Kalau banyak pegawai tempat hiburan yang tidak bekerja di bulan Ramadhan dan tidak digaji, kan harusnya luar biasa? Jika korban mati kemudian tak dikasih empati, itu juga luar biasa. Hanya di tangan orang-orang luar biasa saja, hal biasa menjadi luar biasa. Sebaliknya di tangan orang-orang biasa, hal luar biasa menjadi biasa saja. Pembuat berita dan pembacanya adalah orang-orang luar biasa. Mereka korban kecelakaan, preman, anggota FPI, keluarga kekurangan di bulan Ramadhan adalah orang-orang biasa. Mereka biasa dibuat luar biasa dan dibiasakan diluar perhatian kita.

You might also like