You are on page 1of 3

The Effect of Herbal Supplements on Kidney (Jihan)

1. Pada tahun 1990-1992 terjadi herbal nephrotoxicity pada 100 orang di Belgia yang mengonsumsi obat cina penurun berat badan atau melangsing tubuh yang mengandung aristolochic acid dari tanaman Aristolochia fangchi. Sebanyak 70 pasien memerlukan transplantasi ginjal atau diaslisis, dan 30 orang mengalami urothelial carcinoma setelahnya.Pada tahun 2000, FDA mengidentifikasi 2 kasus baru interstitial renal fibrosis dari produk herbal yang mengandung aristocholic. Nephropathy ini desbut sebagai "aristolochic acid nephropathy" atau "Chinese herb nephropathy". Aristolochic acid is a nitrophenanthrene carboxylic acid which forms DNA adducts in renal as well as other tissues after metabolic activation (Volker, Stiborova, & Schmeister, 2002). The DNA adducts result in genotoxic mutations resulting in urothelial carcinoma as well as the characteristic renal interstitial fibrosis and extensive loss of cortical tubules. Aristolochic acid is found in several other plants particularly in the Asarum and Bragantia genera. The FDA has imposed strict guidelines to prevent any Chinese herbal products containing aristolochic acid from entering the U.S. market. 2. Nephropathy juga terjadi di Balkan karena produk tanaman yang terkontaminasi oleh fungal mycotoxin ochratoxin. Dia membentuk DNA adducts in renal tissue. (Tatu, Oren, Finkelman, & Feder, 1998) 3. Banyak obat-obatan tradisional dan makanan di daerah tropis Afrika dan Asia mengandung renal toxic plants. Salah satunya adalah biji jengkol dari pohon Pithecellobium labatum. Sebanyak 70% ekstrak ethanol dari biji jengkol yang megandung toxic compound djenkolic acid diberika pada monyet, tikus, dan mencit. Dari pemeriksaan histology ditemukan nekrosis tubular yang berat dengan nekrosis sel glomerular yang cukup berat. (Areekul, Kirdudom, & Chaovanapricha, 1976). Keracunan Asam Jengkolat Patofisiologi : Asam Jengkolat yang bertemu dengan urine yang bersifat asam akan membentuk kristal dan merusak ginjal Gejala : mual, muntah, sakit pinggang, nyeri saat BAK Management : Pemeriksaan vital sign dan segera lakukan koreksi kalau ada kelainan dari hasil vital sign. segera lakukan pemberian cairan intra vena (NaCl atau RL) kalau terdapat tanda dehidrasi/TD menurun atau keadaan umum lemah.

Untuk kasus ringan, anjuran agar banyak minum serta pemberian Natrium Bikarbonat dapat memberi hasil yang baik. Jika gejala keracunannya berat dengan ditandai tidak dapat BAK (anuria) dan penderita pingsan maka diperlukan perawatan di rumah sakit dengan segera diberikan infus natrium bikarbonat dalam larutan dekstrose 5%.

Dalam Majalah Kedokteran Andalas, terdapat penelitian dilakukan oleh para dokter mengenai PENGARUH PEMBERIAN JENGKOL PADA SALURAN KEMIH. Penelitian eksperimental dilakukan pada tikus wistar Abstrak : Keracunan jengkol merupakan masalah kesehatan tersendiri di Indonesia terutama di Sumatera Barat. Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari hanya nyeri pinggang sampai dengan timbulnya tanda-tanda gagal ginjal akut. Patofisiologi terjadinya keracunan jengkol masih belum jelas.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan sistem saluran kemih akibat memakan buah jengkol. Penelitian dilakukan terhadap 32 ekor tikus jenis wistar sebagai sampel. Sampel dikelompokkan ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol tanpa pemberian jengkol. Tiga kelompok lainnya diberikan bubur jengkol dengan dosis masing-masing secara berurutan 150, 300 dan 400 mg untuk 100 gram berat badan 2 kali sehari selama 2 hari berturut-turut. Di tampung urine dan di periksa terhadap pH, sediment eritrosit dan adanya kristal asam jengkol. Di ambil darah untuk periksaan pH dan HCO3, dan di ambil ginjal ureter dan uretra untuk pemeriksaan histopatologi. Pada analisa darah ternyata terdapat perbedaan yang bermakna antara pH darah pada ke-4 kelompok (p 0,012) dan dengan analisa multi regrasi ternyata terdapat trend penurunan pH berhubungan peningkatan dosis. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar ion bikarbonat darah antara ke-4 kelompok (p 0,795). Pada pemeriksaan urine tidak terdapat kristal asam jengkol pada seluruh sampel. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna sedimen eritrosit dalam urine ke-4 kelompok (p 0,447). Terdapat perbedaan yang bermakna pH urine pada ke-4 kelompok (p 0,001) dan ternyata perbedaannya berhubungan dengan jumlah pemberian jengkol (dosis). Pada pemeriksaan histopatologi ternyata terdapat hubungan yang bermakna antara terjadinya hiperemia ginjal (p 0,0228) dan hemoragia uretra (p 0,0000471) dengan paparan dengan jengkol. Dengan pemberian dosis 150 450 mg jenkol/100 gram berat badan tikus tidak menimbulkan keracunan jengkol pada tikus, akan tetapi dapat menimbulkan perbedaan yang bermakna tehadap pH darah dan urine. Kusasi, Ismon and Efmansyah, Dody and Thalut, Kamardi and Agus, Salmiah and Erkardius, Erkardius (2010) PENGARUH PEMBERIAN JENGKOL PADA SALURAN KEMIH Penelitian Eksperimental pada Tikus Wistar. Majalah Kedokteran Andalas, 28 (2.). ISSN 0126 2092

4. Obat tradisional di Afrika Selatan yang disebut Impila yang terbuat dari akar tanaman Callilepis laureola digunakan untuk mengobati berbagai kondisi tetapi membuat hepatic and renal toxicity. Kerusakan ginjalnya dikarakteritikan dengan acute proximal convoluted tubule and loop of Henle necrosis which can lead to kidney failure. (Stewart, Steenkamp, van der Merwe, Zuckerman, & Crowther, 2002). 5. Terdapat laporan terjadinya Acute Kidney Injury pada orang-orang yang mengonsumsi jamur liar yang mengandung nephrotoxin orellanine (Mount, Harris, Sinclair, Finlay, & Becker, 2002). Biopsi ginjal memperlihatkan terkadinya tubular interstitial nephritis and fibrosis. 6. Terdapat laporan kasus Acute Kidney Injury pada pasien dengan systemic lupus erythematous (SLE) yang mengonsumsi tanaman herbal kumis kucing (Uncaria tomentosa) (Hileps, Bellucci, & Mossey, 1997). 7. Jamu Pada penelitian yang dilakukan oleh IPB, dengan judul Evaluation of Renal and Liver Function on Female Rats (Rattus norvegicus) Strain Sprague-Dawley Administered with Gradual Dosages of Galohgor Herbal Medicine, dilakukan tes eksperimen dengan memberikan jamu galohgor kepada tikus yang dibagi ke dalam 4 kelompok. Satu kelompok menjadi kontrol dan yang lainnya diberi dosis dengan tingkatan tertentu. Lalu nantinya akan diperiksa level SGOT, SGPT, total protein serum, urean dan kreatinin dari sampel darah dan protein dari sampel urine. Hasil pada tes fungsi hati terjadi peningkatan SGOT dan SGPT pada tikus yang diberi jamu sesuai tingkatan dosisnya dan menurunnya total protein serum tetapi masih dalam batas normal. Pada tes fungsi ginjal Urea dan kreatinin juga

meningkat tetapi masih dalam batas normal. Tidak ada protein di urine yang mengindikasikan dapat adanya kebocoran ginjal. Jamu tidak dianjurkan untuk orang yang memiliki masalah dengan ginjal.

Sumber : http://repository.unand.ac.id/262/ http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58811 http://www.medscape.com/viewarticle/514536

You might also like