You are on page 1of 9

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No.

ISSN 1858-4330

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN RESPON PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA PADI SAWAH ( Oryza sativa L.)
Relation of farmer characteristic with respon of farmer to organic fertilizer utilization at paddy rice (Oryza sativa L.)
Hermaya Rukka1), Buhaerah1) dan Sunaryo2) 1) Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa 2) Alumni Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai yang bersifat deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive atau penunjukan langsung petani yang berusahatani organik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal seperti motivasi petani, pengalaman berusahatani dan luas lahan garapan menunjukkan adanya kolerasi atau hubungan nyata pada respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Hanya pada tingkat pendidikan formal tidak memperlihatkan adanya hubungan. Demikian juga faktor eksternal seperti intensitas penyuluhan dan peluang pasar berdasarkan uji statistik juga tidak memperlihatkan adanya korelasi atau hubungan. Sebaliknya pada faktor sarana dan prasarana memperlihatkan adanya hubungan nyata pada respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Kata kunci: Karakteristik petani, respon petani, pupuk organik ABSTRAK Research aim to knowing the factors influencing farmer respons to organic manure using at rice. Method used in this research is descriptive survey method. intake Sampel conducted by purposive sampling through directing to organic farmer. Analyse of data conducted by using Spearman correlation test. Result of research indicated that the internal factor like farmer motivation, farmer experience and wide of land farm showed that have significant coleration between respon farmer to applied organic manure at rice. Only at formal education level do not significant correlation. And so external factor like intensity of counselling and market opportunity based on to statistical test nor showed not correlation. Contrary at factor utilities showed significant corelation between farmer respon to organic manure applied at rice. Keywords: Farmer Characteristic, respon of farmer, organic fertilizer PENDAHULUAN Indonesia dewasa ini sedang mengupayakan pengembangan dan penerapan pertanian organik dalam mewujudkan pertanian modern, tangguh, dan efisien dengan menggerakkan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal dalam rangka membangun pertanian yang berwawasan lingkungan, berdaya saing tinggi, berkelanjutan, berkerakyatan, dan terdesentralisasi menuju pertanian yang 23

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

mandiri, maju dan sejahtera. Upaya tersebut dapat ditempuh apabila didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di bidang pertanian. Teknologi tepat guna dalam menunjang pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan dapat diterapkan apabila didukung oleh peranan sumberdaya manusia (SDM), dan sumberdaya alam (SDA). Pembangunan SDM di bidang pertanian terus diupayakan dengan berbagai peningkatan pendidikan formal dan informal sehingga tercipta SDM yang berbudi pekerti baik, rajin, mampu bekerjasama/kooperatif dan inovatif dalam arti mempunyai sifat sebagai pembaharu. Selain itu harus didukung dengan upaya pemanfaatan SDA secara benar dan tepat disertai dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga penerapan teknologi di dalam meningkatkan produksi dapat tercapai. Peningkatan produksi pangan di Indonesia sejak revolusi hijau (green revolution) memang sangat nampak, ini terbukti pada tahun 1985 Indonesia telah berhasil mencapai swasembada beras. Namun di sisi lain, dosis penggunaan pupuk dan pestisida sintetik dalam memacu peningkatan produksi cenderung semakin tinggi. Menurut Martodirekso dan Suriyatna (2001), bahwa dosis rekomendasi pupuk untuk padi adalah Urea 100 - 200 kg/ha, TSP 50 - 75 kg.ha. pada saat ini dosis rekomendasi pupuk mencapai 200 - 250 kg/ha Urea, 100 - 150 kg/ha TSP, 50 kg/ha ZA dan KCL 50 100 kg/ha. Bahkan dilaporkan bahwa di Jawa, Lampung, dan Sulawesi Selatan tingkat penggunaan pupuk oleh petani telah melampaui dosis rekomendasi yaitu untuk Urea secara berturut-turut 112 % dan 128 % dan 189 %, TSP 116 %, 130 %, 370 % dan KCL 150 %, 106 % dan 116 % kali dosis rekomendasi.

Akibat buruk dari sistem pertanian intensif dan penggunaan input bahan kimia yang terus menerus menyebabkan kerusakan sifat fisik tanah, meningkatkan daya ketahanan (imunitas) hama dan patogen terhadap bahan kimia tertentu, serta berbagai masalah pencemaran lingkungan. Untuk itu, sistem pertanian Revolusi Hijau (green revolution) perlu dievaluasi dimana dalam peningkatan produksi pertanian tersebut selalu menggunakan bahan-bahan kimia dengan dosis tinggi, untuk disesuaikan secara bertahap menjadi sistem pertanian yang ramah lingkungan (pertanian organik), yang selalu mengacu pada kelestarian sumberdaya alam pertanian dan kesehatan yang menggunakan bioteknologi pupuk hayati dan organik. Memasyarakatkan pertanian organik dengan memanfaatkan limbah pertanian yang belum dikelolah yang salah satunya dengan pembuatan bokashi adalah merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara bermutu tinggi dan zat-zat bioaktif lainnya yang dapat merangsang pertumbuhan dan produksi tanaman dan tidak menyebabkan polusi dan pencemaran lingkungan serta tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Saranga, 2000). Disamping itu, juga merupakan produk alami karena dapat dibuat dengan teknologi sederhana yang bahan dasarnya tersedia dipedesaan, serta tidak membutuhkan keterampilan khusus dalam membuatnya, sekaligus dapat membantu petani dalam mengatasi mahalnya harga pupuk buatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui respon petani terhadap penggunaan pupuk organik khususnya bokashi pada padi sawah, dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah.

24

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan dari Maret sampai Mei 2006 di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Kualifikasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survai yang bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada permasalahan masa sekarang dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan menganalisisnya untuk mengetahui sejauhmana respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah serta hubungan karateristik internal dan eksternal petani terhadap penerapan suatu teknologi. Teknis Pengumpulan Data Data diperoleh dari hasil survai dan wawancara langsung dengan petani dengan menggunakan kuesioner yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan cara: a. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang telah disiapkan. b. Obesrvasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti. Untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pencatatan (Singarimbun, 1989). Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan secara purposive atau penunjukan langsung 32 petani sebagai sampel dari total populasi

35 orang petani organik dengan menggunakan Tabel Krejcie dan Morgan (Sugiono, 2003). Analisis Data Data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu ditabulasi kemudian dianalisis melalui dua pendekatan yaitu kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif terhadap data hasil pengamatan. Sedang pada pendekatan kuantitatif menggunakan uji statistik non parametrik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik dan dianalisis dengan menggunakan Uji Spearman (Agresti dan Barbara, 1986), dengan rumus sebagai berikut:
rs = 1 6 ( d )2 n (n 2 1)

Keterangan : rs : Koefisien korelasi Spearman d : Beda urutan dalam pasangan data n : Banyaknya pasangan data (jumlah sampel) Pengujian hipotesis menggunakan tingkat signifikasi pada taraf kepercayaan 0,05 dan 0,01 untuk memudahkan pengolahan data digunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) Versi 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Responden Umur Petani Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan menggunakan butir pertanyaan dalam bentuk kuesioner sebanyak 32 responden. Penggolongan umur petani dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa umur produktif petani responden yang ada di Kelurahan Borongloe pada umumnya 25

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

berumur 21 50 tahun sebanyak 30 petani (93,75 %), yang berarti sangat berpeluang dalam upaya peningkatan produktivitas melalui kemampuan kelompok tani. Jika dilihat berdasarkan penggolongan umur produktif dan tidak produktif, maka sebagian besar petani responden berada dalam kategori umur produktif. Sebagaimana kita ketahui bahwa umur produktif sangat berpengaruh dengan kemampuan fisik petani untuk bekerja secara optimal. Hal ini juga didukung oleh Bakir (2000), bahwa sampai tingkat umur tertentu kemampuan fisik manusia akan semakin tinggi sehingga produktivitas juga tinggi, tetapi semakin bertambahnya umur, maka kemampuan fisik akan semakin menurun, demikian juga produktivitas kerja. Tabel 1 Distribusi Umur Petani Responden di Kelurahan BorongloE Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. No 1 2 3 4 Umur (th) 21 30 31 40 41 50 51 - 60 Jumlah Jumlah (orang) 3 12 15 2 32 Persentase (%) 9,37 37,50 46,87 6,25 100,00

BorongloE telah menempuh pendidikan formal walaupun masih tergolong pada tingkat pendidikan SD, sehingga dapat dikatakan sumberdaya manusia (SDM) petani masih tergolong rendah, sebab tingkat pendidikan seseorang menentukan keberhasilan dalam mengelolah usahataninya. Hal ini sesuai dengan pendapat Padmowihardjo (2002), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka pola pikir juga semakin luas dan tentunya akan lebih cepat dalam menerima suatu inovasi yang disampaikan. Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal Petani Responden di Kelurahan BorongloE Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. No 1 2 3 4 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Jumlah Jumlah (orang) 5 15 9 2 32 Persentase (%) 15,62 46,87 28,12 6,25 100,00

Sumber : Analisis data primer

Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan sumber tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Di daerah pelaksaaan Karya Ilmiah Praktek Akhir (KIPA) menunjukkan bahwa rata-rata tanggungan keluarga petani responden 2 orang per keluarga. Secara jelas jumlah tanggungan keluarga petani disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar petani responden di Keluarahan BorongloE mempunyai tanggungan keluarga 1 sampai 2 sebanyak 18 orang (56,25 %), hal ini dapat dijelaskan bahwa tanggungan keluarga sangat berkaitan dengan faktor umur, sebab petani

Sumber : Analisis data primer

Tingkat Pendidikan Formal Petani Tingkat pendidikan formal petani sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam merespon suatu inovasi. Makin tinggi tingkat pendidikan formal petani diharapkan makin rasional dalam pola pikir dan juga daya nalarnya. Dengan pendidikan yang semakin tinggi diharapkan dapat lebih mudah merubah sikap dan perilaku untuk bertindak lebih rasional. Adapun tingkat pendidikan formal petani dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden di Kelurahan

26

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

responden sebagian besar masih relatif mudah. Tabel 3. Distribusi Jumlah Tang-gungan Keluarga Petani Responden di Kelurahan BorongloE Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. No Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 12 34 5-6 Jumlah Jumlah (Orang) Persentase (%)

dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang relatif masih sedikit, sehingga ketersediaan tenaga kerja untuk mengelolah lahan sangat terbatas. Disamping itu lahan yang mereka miliki pada umumnya berasal dari harta warisan, sehingga rata-rata luas kepemilikan relatif masih rendah. Pengalaman berusahatani padi organik Pengalaman petani dalam berusahatani berpengaruh terhadap cara merespon suatu inovasi. Semakin lama pengalaman berusahatani, maka tingkat respon terhadap suatu teknologi akan semakin tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Pengalaman Berusahatani Padi Organik Petani Responden di Kelurahan BorongloE Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Jumlah Persentase (orang) (%)

1 2 3

18 9 5 32

56,25 28,12 15,62 100,00

Sumber : Analisis data primer.

Luas kepemilikan usahatani

lahan

garapan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi petani. Pada umumnya petani memiliki lahan usahatani baik untuk tanaman pokok maupun tanaman lainnya. Luas kepemilikan lahan garapan petani responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Luas Kepemilikan Lahan Garapan Usahatani Petani Responden di Kelurahan BorongloE Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. No Luas Kepemilikan Lahan (Ha) 0,20 0,65 0,66 1,11 1,12 1,57 1,58 2,03 Jumlah Jumlah Persentase (orang) (%) 18 9 4 1 32 56,25 28,12 12,50 3,12 100,00

No

1 2 3

Pengalaman Berusahatani Padi Organik (Tahun) 1-3 4-6 7-9 Jumlah

8 20 4 32

25,00 62,50 12,50 100,00

Sumber : Analisis data primer.

1 2 3 4

Sumber : Analisis data primer.

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden di Kelurahan BorongloE memiliki lahan seluas 0,20 0,65. Hal ini berkaitan

Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar petani responden di Kelurahan BorongloE mempunyai pengalaman berusahatani padi organik selama 1 6 tahun sebanyak 28 orang (87,5 %), hal ini disebabkan karena petani sudah menyadari dampak daripada penggunaan pupuk organik, sekalipun petani belum sepenuhnya melaksanakan pertanian organik. Disisi lain sering terjadinya kelangkaan pupuk di pasaran serta semakin mahalnya biaya produksi dalam pengadaan pupuk anorganik. 27

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

Hubungan karakteristik internal dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik Berdasarkan uji statistik dari keempat faktor intenal petani, faktor motivasi, tingkat pendidikan formal, pengalaman

berusahatani dan luas lahan garapan hampir sebagian besar berkorelasi positif dan nyata pada taraf uji 0,01 dan 0,05. Sedang untuk faktor tingkat pendidikan formal berdasarkan kaji statistik tidak memperlihatkan adanya korelasi yang positif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Sawah dengan

Tabel 6. Hubungan Tingkat Penggunaan Pupuk Organik pada Padi Karakteristik Internal Petani No Faktor Internal Petani

Tingkat Penerapan Pertanian Organik Nilai Korelasi Nilai Probabilitas

1 Motivasi petani 0,017* 0,927 2 Tingkat pendidikan formal 0,298 0,097 3 Pengalaman berusahatani 0,783** 0,000 4 Luas lahan garapan 0,392* 0,027 Keterangan : * Signifikan pada taraf 0,05, ** Signifikan pada taraf 0,01 a. Motivasi petani Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam individu petani yang berhubungan timbal balik dengan objek dari luar individu petani, sehingga menggerakkan petani untuk berpikir dan bertindak melaksanakan sesuatu yang lebih baik dan menguntungkan dalam berusahatani (Asnawi, 2002). Hasil uji statsitik faktor motivasi berkorelasi positif pada taraf uji 0,05 dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa motivasi petani berpengaruh secara nyata terhadap respon petani pada penggunaan pupuk organik. Dari nilai korelasi positif ini menunjukkan bahwa motivasi petani berpengaruh secara positif dan nyata terhadap respon petani, apabila semakin tinggi motivasi petani maka tingkat respon petani semakin meningkat. Sedangkan dari hasil analisis deskriptif mengenai tingkat motivasi petani sebagaian besar petani respoden pada 28 lokasi penelitian mempunyai tingkat motivasi tinggi terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Hasil kenyataan di lapangan memberikan gambaran bahwa petani masih berkeinginan kuat untuk memperoleh keberhasilan dalam berusahatani organik, meningkatkan keterampilan, mengatasi masalah dan menerapkan ide-ide baru yang berkaitan dengan usahatani padi organik. b. Tingkat pendidikan formal Berdasarkan hasil uji statistik yang diperoleh pada faktor tingkat pendidikan formal tidak memperlihatkan adanya korelasi yang positif dengan respon petani tarhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Artinya bahwa pendidikan formal petani responden tidak berpengaruh terhadap respon petani pada usahatani padi organik atau tidak nyata mempengaruhi respon petani. Hal ini juga didukung dari hasil analisis bahwa sebagian besar petani responden yang ada di Kelurahan BorongloE sebagian besar berpendidikan SD.

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

Pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan penguasaan suatu teknologi dalam masyarakat. Masyarakat petani yang tradisional sering dicirikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Menurut Padmowihardjo (2002), bahwa rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan sektor pertanian di pedesaan, karena pendidikan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan petani dalam menerapkan inovasi baru. c. Pengalaman berusahatani Faktor pengalaman berusahatani menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik berkorelasi sangat nyata pada taraf uji 0,01 dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman berusahatani seorang petani, maka semakin tinggi kematangan petani dalam menanggulangi resiko didalam mengelolah usahataninya. Sebaliknya semakin rendah pengalaman usahatani yang dimiliki seorang petani, maka semakin rendah pula tingkat pengalaman yang dimilikinya. Sesuai dengan pendapat Makmur (2001) yang menyatakan bahwa pengalaman seseorang

akan memberikan kontribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih banyak. d. Luas lahan garapan Berdasarkan faktor luas lahan garapan dengan uji statistik terlihat bahwa, luas lahan garapan berkorelasi positif nyata pada taraf uji 0,05 dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Hal ini disebabkan dengan luasnya lahan petani yang dimiliki, maka petani mau sebagian lahannya menerapkan pertanian organik. Dengan alasan jika seandainya gagal masih ada sebagian lahan yang diharapkan dan sebaliknya petani yang mempunyai lahan sempit merasa enggan untuk menerapkan teknologi pertanian organik karena takut akan gagal. Hubungan karakteristik dengan respon petani penggunaan pupuk organik eksternal terhadap

Berdasarkan hasil evaluasi pada bagian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana faktor eksternal mempengaruhi respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada tanaman padi sawah, ini dapat kita lihat pada Tabel 7. pada Tanaman Padi Sawah

Tabel 7. Hubungan Tingkat Penggunaan Pupuk Organik dengan Karakteristik Eksternal Petani No Faktor Eksternal Petani

Tingkat Penerapan Pertanian Organik Nilai Korelasi 0,248 1 Intensitas penyuluh 0,419* 2 Sarana dan prasarana 0,149 3 Peluang pasar Keterangan : * Signifikan pada taraf 0,05 ** Signifikan pada taraf 0,01 a. Intensitas penyuluhan Hasil uji statistik secara parsial faktor intensitas penyuluhan tidak menunjukkan adanya korelasi yang positif terhadap Nilai Probabilitas 0,171 0,017 0,415

penggunaan pupuk organik pada tanaman padi sawah. Sesuai dengan hasil analisis deskriftif bahwa intensitas penyuluhan yang ada pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori kurang. Hal ini terjadi 29

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

karena diakibatkan bergesernya peran kelembagaan penyuluh, yang sekarang bergabung dengan Dinas Pertanian, sehingga peran penyuluh pertanian lapangan dalam membina petani kurang aktif, seperti pada saat sekarang petani susah bertemu dengan penyuluh, tidak adanya percontohan atau demonstrasi yang berkaitan dengan teknologi pertanian organik, serta kursus-kursus yang sering dilaksanakan oleh penyuluh tidak ada lagi. b. Ketersediaan sarana dan prasarana Ketersediaan sarana dan prasarana sebagai suatu faktor penunjang kemajuan dalam berusahatani. Berdasarkan hasil uji statistik faktor ketersediaan sarana dan prasarana menunjukkan adanya korelasi positif dan nyata pada taraf uji 0,05 dengan respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Tingkat respon dalam berusahatani organik sangat ditentukan oleh ketersediaan berbagai sarana produksi pertanian yang sesuai dan tepat waktu pada saat diperlukan untuk menerapkan suatu inovasi dalam usahataninya. Makin tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembuatan pupuk organik misalnya, jerami, kotoran ternak, dedak dan EM4 serta bahan-bahan lainnya yang diperlukan dalam berusahatani, maka makin meningkat pula respon petani dalam menerapkan pertanian organik padi sawah pada lahan usahataninya. Ketersediaan sarana dan prasarana tidak hanya mengenai kualitas dan kuantitasnya saja, akan tetapi juga memperhatikan waktu dibutuhkan dan harga yang terjangkau oleh petani. c. Peluang pasar Berdasarkan uji statistik faktor peluang pasar tidak menunjukkan adanya korelasi positif pada respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi 30

sawah. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa produksi melimpah yang telah dicapai petani tidak begitu banyak artinya kalau tidak terjamin pemasarannya dan harga rendah. Pasar bagi hasil pertanian sangat penting dan menentukan kelanjutan produktivitas dari usahatani. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peluang pasar bagi hasil pertanian pada suatu daerah tertentu. Pasar bagi hasil pertanian yang baik akan menjamin bahwa produksi yang mereka hasilkan tidak sia-sia dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. KESIMPULAN 1. Respon petani berpengaruh terhadap penggunaan pupuk organik khususnya bokashi pada padi sawah. 2. Faktor internal yang berpengaruh pada respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah seperti motivasi petani, pengalaman berusahatani dan luas lahan garapan, sedang pada tingkat pendidikan formal tidak memperlihatkan adanya kolerasi atau hubungan dengan respon petani. Faktor eksternal yang berpengaruh pada respon petani terhadap penggunaan pupuk organik pada padi sawah yaitu sarana dan prasarana. Sebaliknya pada intensitas penyuluhan dan peluang pasar tidak menunjukkan adanya korelasi atau hubungan dengan respon petani. DAFTAR PUSTAKA Agresti A. dan Barbara F., 1986. Stastistical Methods for the Sosial Sciences Second Edition D. Ellen. Publising Company, San Frascisco, California.

Asnawi, 2002. Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri dan Organisasi. Studi Press, Jakarta.

Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1

ISSN 1858-4330

Bakir Z.C, 2000. Angkatan Kerja Indonesia. CV. Rajawali Press, Jakarta. Makmur M., 2001. Pertanian. Pengembangan Jakarta. Penyuluhan Yayasan Sinar Tani,

Padmowihardjo. S, 2002. Evaluasi Penyuluhan Pusat. Universitas Terbuka, Jakarta. Singarimbun M. dan S. Efendi, 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta. Saranga, 2000. Penerapan pertanian Organik (Organic Farming), Akademi Penyuluhan Pertanian, Gowa. Sugiono, 2003. Statistik Non Parametris untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung.

Martodirekso dan Suriyatna, 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan Dalam Era Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.

31

You might also like