Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kelompok obat yang heterogen Mempunyai persamaan dalam efek terapi dan efek samping
PENDAHULUAN
Prototip: Aspirin Mekanisme kerja: penghambatan biosintesis prostaglandin (Vane et al, 1971) melalui penghambatan enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu
FARMAKODINAMIK
Semua obat mirip aspirin mempunyai sifat antipiretik, analgesik dan antiinflamasi dengan intensitas yang berbeda Sebagai analgesik efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang dan nyeri akibat inflamasi Sebagai antipiretik hanya efektif pada saat demam Sebagai antiinflamasi hanya bersifat simptomatis
MEKANISME KERJA
Menjaga keutuhan tulang rawan dan jaringan lain dari kerusakan oleh enzim lisosom (salisilat, fenilbutazon, indometasin, asam mefenamat) Menstabilkan membran lisosom (salisilat, klorokuin) Menghambat migrasi lekosit (indometasin) Menghambat pembentukan prostaglandin (salisilat, indometasin)
EFEK SAMPING
Didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis prostaglandin Efek samping yang sering terjadi:
Induksi tukak lambung
Sering disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna Terjadi akibat iritasi karena obat bersifat asam
Reaksi hipersensitivitas
SALISILAT
ASPIRIN
Asam asetil salisilat, asetosal Digunakan secara luas dan bebas sebagai analgetik, antipiretik dan antiinflamasi Sebagai standar dalam menilai efek obat sejenis
ASPIRIN
FARMAKODINAMIK
Efek terhadap pernafasan, aspirin merangsang pernafasan secara:
Langsung, melalui perangsangan pusat pernafasan di medula oblongata Tidak langsung, melalui peningkatan PCO2
Efek terhadap kesimbangan asam basa, pada dosis toksik dapat mengakibatkan asidosis metabolik Efek urikosurik, pada dosis tinggi dapat meningkatkan ekskresi asam urat Efek terhadap darah, dapat memperpanjang waktu perdarahan Efek terhadap hati dan ginjal, pada dosis tinggi bersifat hepatotoksik dan menurunkan fungsi ginjal Efek terhadap saluran cerna, dapat terjadi iritasi
ASPIRIN
FARMAKOKINETIK Absorpsi melalui lambung, usus halus bagian atas, rektum dan kulit Distribusi luas dan dapat ditemukan pada cairan sinovial, cairan peritoneal, air liur, ASI, serta dapat menembus sawar darah otak dan sawar uri Metabolisme di hati Ekskresi terutama melalui ginjal, sebagian melalui keringat dan empedu
ASPIRIN
DOSIS Antipiretik:
Dewasa 325-650 mg per oral tiap 3-4 jam Anak-anak 15-20 mg/kgBB tiap 4-6 jam, maksimal 3,6 g per hari
Demam rematik:
Dewasa 5-8 g sehari diberikan 1 g per kali Anak-anak 100-125 mg/kgBB/hari diberikan tiap 4-6 jam selama seminggu
ASPIRIN INTOKSIKASI
Misuse dan abuse Salisilismus Erupsi kulit Gangguan keseimbangan asam basa Demam obat Gangguan perdarahan Kematian disebabkan oleh gagal nafas Terapi dengan bilas lambung dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit Sindrom Reye (ensefalopati akut dan degenerasi lemak di hati)
SALISILAMID
Efek antipiretik lebih lemah daripada aspirin Absorpsi di usus cepat Distribusi luas Dosis:
Dewasa 300-600 mg 3-4 kali sehari Anak 65 mg/kgBB/hari diberikan 6 kali sehari
DIFLUNISAL
Derivat difluorofenil dari asam salisilat Analgesik (+), antiinflamasi (+), antipiretik (-) Cmax dicapai dalam 2-3 jam 99% terikat albumin plasma Efek samping ringan
SIFAT
Asetaminofen, parasetamol (1893) Efek antipiretik kuat, tetapi efek analgetik dan antiinflamasinya lemah Efek antipiretik berdasarkan efek sentral Absorpsi GIT sempurna Distribusi luas Metabolisme di hati Ekskresi melalui ginjal sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi
DOSIS
Dewasa 300 mg-1 g per kali, maksimum 4 g sehari Anak 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maksimum 1,2 g/hari Anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali <1 tahun 60 mg/kali
EFEK SAMPING
Reaksi alergi Anemia hemolitik Nekrosis hati Nekrosis tubuli renalis
INTOKSIKASI
Hepatotoksisitas
Dosis tunggal 10-15 g Kerusakan berupa nekrosis sentrilobularis Pengobatan bersifat simptomatik Antidotum: N-asetilsistein
PIRAZOLON
ANTIPIRIN, AMINOPIRIN, DAN DIPIRON Dipiron hanya digunakan sebagai analgetik antipiretik Antipirin dan aminopirin tidak digunakan lagi karena toksik Dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia Pemakaian dipiron di Indonesia cukup tinggi (ada dugaan orang Indonesia lebih tahan terhadap efek sampingnya)
Absorpsi cepat dan sempurna per oral Cmax dicapai dalam 2 jam 98% terikat pada protein plasma T 50-65 jam Biotransformasi oleh sistem mikrosom hati Ekskresi melalui ginjal berlangsung lambat
Afinitas terhadap protein kuat sehingga dapat menggeser ikatan protein dengan obat lain seperti AKO, OHO
Artritis rematoid, 3-4x100 mg/hari selama seminggu Gangguan sendi otot (spondilitis ankilosa, osteoartritis)
Hipertensi Penyakit jantung Penyakit ginjal Gangguan fungsi hati Gangguan lambung Alergi
OAINS LAINNYA
Dominan efek analgesik Ikatan protein kuat Sering menimbulkan gangguan GIT terutama lansia Indikasi: RA dan OA
DIKLOFENAK
Absorpsi GIT cepat dan lengkap 99% terikat protein plasma 40-50% mengalami FPM T 1-3 jam Akumulasi di cairan sinovial
FENBUFEN
Pro-drug Metabolit aktif: asam 4-bifenil-asetat T 10 jam Absorpsi GIT baik Cmax 7,5 jam
IBUPROFEN
Dominan sebagai analgesik Absorpsi cepat dengan Cmax 1-2 jam T 2 jam 90% terikat protein plasma Ekskresi cepat dan lengkap melalui urin
KETOPROFEN
Mirip ibuprofen Tidak lebih baik dari OAINS lainnya Absorpsi cepat dengan Cmax 1-2 jam T 2 jam Indikasi: RA dan OA
NAPROKSEN
ES lebih rendah dibanding obat lainnya Absorpsi GIT baik dengan Cmax 2-4 jam T 14 jam 98-99% terikat protein plasma Ekskresi melalui urin
INDOMETASIN
Efek sebanding dengan aspirin Memiliki efek analgesik perifer dan sentral Menghambat siklooksigenase Menghambat motilitas PMN Absorpsi baik 92-99% terikat protein plasma Metabolisme di hati T 2-4 jam Ekskresi melalui urin dan empedu dalam bentuk utuh dan metabolit Insiden efek samping cukup tinggi sehingga pemakaian terbatas Penggunaannya hanya bila gagal dengan OAINS lainnya Indikasi: RA, OA, gout, spondilitis ankilosa
PIROKSIKAM
T >45 jam Absorpsi cepat 99% berikatan dengan protein plasma Mengalami sirkulasi enterohepatik Insiden ES cukup tinggi (11-46%) terutama terhadap GIT Indikasi: OA, RA, spondilitis ankilosa
NABUMETON
Pro-drug Metabolit aktif 6-methoxy-2-naphtylacetic acid Menghambat siklooksigenase Inaktivasi zat aktif melalui o-demetilasi dan konjugasi di hati Indikasi: RA dan OA Efek samping sedikit T 24 jam
MELOXICAM
Penghambat selektif COX-2 yang pertama Termasuk golongan enolat Efek antiinflamasi setara dengan diklofenak dan piroksikam Indikasi:
RA OA
CELECOXIB
Menghambat sintesis prostaglandin melalui penghambatan COX-2 Tidak menghambat isoenzim COX-1 Cmax dicapai dalam 3 jam p.o, dan dihambat oleh makanan yang berlemak dan antasid Metabolisme oleh sitokrom P450 2C9 Indikasi: RA dan OA
OBAT PIRAI
SIFAT
Menghentikan proses inflamasi akut seperti kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon dan indometasin Mempengaruhi kadar asam urat seperti probenesid, alopurinol dan sulfinpirazon
KOLKISIN FARMAKODINAMIK
Sifat antiinflamasi khusus untuk pirai saja Efek analgesik (-) Tidak mempengaruhi asam urat Menghambat mediator dan respon inflamasi
KOLKISIN FARMAKOKINETIK
Absorpsi GIT baik Distribusi luas Sebagian besar diekskresi dalam bentuk utuh melalui feses, sisanya melalui urin
ALOPURINOL
Menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan xantin oksidase Efek samping berupa reaksi pada kulit, GIT dan alergi
PROBENESID
Mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi Tidak bermanfaat bila GFR <30 ml/menit Efek samping terhadap GIT, nyeri kepala dan alergi
SULFINPIRAZON
Mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi melalui hambatan reabsorpsi tubuli asam urat Efektivitas lebih rendah daripada alopurinol Efek samping terhadap GIT Dapat meningkatkan efek insulin