You are on page 1of 48

OBAT ANTIINFLAMASI NON STEROID

M. Yulis Hamidy, dr., M.Kes., M.Pd.Ked

PENDAHULUAN
Kelompok obat yang heterogen Mempunyai persamaan dalam efek terapi dan efek samping

PENDAHULUAN
Prototip: Aspirin Mekanisme kerja: penghambatan biosintesis prostaglandin (Vane et al, 1971) melalui penghambatan enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu

FARMAKODINAMIK
Semua obat mirip aspirin mempunyai sifat antipiretik, analgesik dan antiinflamasi dengan intensitas yang berbeda Sebagai analgesik efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang dan nyeri akibat inflamasi Sebagai antipiretik hanya efektif pada saat demam Sebagai antiinflamasi hanya bersifat simptomatis

MEKANISME KERJA
Menjaga keutuhan tulang rawan dan jaringan lain dari kerusakan oleh enzim lisosom (salisilat, fenilbutazon, indometasin, asam mefenamat) Menstabilkan membran lisosom (salisilat, klorokuin) Menghambat migrasi lekosit (indometasin) Menghambat pembentukan prostaglandin (salisilat, indometasin)

EFEK SAMPING
Didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis prostaglandin Efek samping yang sering terjadi:
Induksi tukak lambung
Sering disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna Terjadi akibat iritasi karena obat bersifat asam

Gangguan fungsi trombosit


Mengakibatkan pemanjangan waktu perdarahan Dimanfaatkan pada terapi trombosis

Reaksi hipersensitivitas

SALISILAT

ASPIRIN
Asam asetil salisilat, asetosal Digunakan secara luas dan bebas sebagai analgetik, antipiretik dan antiinflamasi Sebagai standar dalam menilai efek obat sejenis

ASPIRIN
FARMAKODINAMIK
Efek terhadap pernafasan, aspirin merangsang pernafasan secara:
Langsung, melalui perangsangan pusat pernafasan di medula oblongata Tidak langsung, melalui peningkatan PCO2

Efek terhadap kesimbangan asam basa, pada dosis toksik dapat mengakibatkan asidosis metabolik Efek urikosurik, pada dosis tinggi dapat meningkatkan ekskresi asam urat Efek terhadap darah, dapat memperpanjang waktu perdarahan Efek terhadap hati dan ginjal, pada dosis tinggi bersifat hepatotoksik dan menurunkan fungsi ginjal Efek terhadap saluran cerna, dapat terjadi iritasi

ASPIRIN
FARMAKOKINETIK Absorpsi melalui lambung, usus halus bagian atas, rektum dan kulit Distribusi luas dan dapat ditemukan pada cairan sinovial, cairan peritoneal, air liur, ASI, serta dapat menembus sawar darah otak dan sawar uri Metabolisme di hati Ekskresi terutama melalui ginjal, sebagian melalui keringat dan empedu

ASPIRIN
DOSIS Antipiretik:
Dewasa 325-650 mg per oral tiap 3-4 jam Anak-anak 15-20 mg/kgBB tiap 4-6 jam, maksimal 3,6 g per hari

Demam rematik:
Dewasa 5-8 g sehari diberikan 1 g per kali Anak-anak 100-125 mg/kgBB/hari diberikan tiap 4-6 jam selama seminggu

RA: 5-6 g/hari

ASPIRIN INTOKSIKASI
Misuse dan abuse Salisilismus Erupsi kulit Gangguan keseimbangan asam basa Demam obat Gangguan perdarahan Kematian disebabkan oleh gagal nafas Terapi dengan bilas lambung dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit Sindrom Reye (ensefalopati akut dan degenerasi lemak di hati)

SALISILAMID
Efek antipiretik lebih lemah daripada aspirin Absorpsi di usus cepat Distribusi luas Dosis:
Dewasa 300-600 mg 3-4 kali sehari Anak 65 mg/kgBB/hari diberikan 6 kali sehari

DIFLUNISAL
Derivat difluorofenil dari asam salisilat Analgesik (+), antiinflamasi (+), antipiretik (-) Cmax dicapai dalam 2-3 jam 99% terikat albumin plasma Efek samping ringan

PARA AMINO FENOL

SIFAT
Asetaminofen, parasetamol (1893) Efek antipiretik kuat, tetapi efek analgetik dan antiinflamasinya lemah Efek antipiretik berdasarkan efek sentral Absorpsi GIT sempurna Distribusi luas Metabolisme di hati Ekskresi melalui ginjal sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi

DOSIS
Dewasa 300 mg-1 g per kali, maksimum 4 g sehari Anak 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maksimum 1,2 g/hari Anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali <1 tahun 60 mg/kali

EFEK SAMPING
Reaksi alergi Anemia hemolitik Nekrosis hati Nekrosis tubuli renalis

INTOKSIKASI
Hepatotoksisitas
Dosis tunggal 10-15 g Kerusakan berupa nekrosis sentrilobularis Pengobatan bersifat simptomatik Antidotum: N-asetilsistein

Nekrosis tubuli renalis Koma hipoglikemik

PIRAZOLON

ANTIPIRIN, AMINOPIRIN, DAN DIPIRON Dipiron hanya digunakan sebagai analgetik antipiretik Antipirin dan aminopirin tidak digunakan lagi karena toksik Dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia Pemakaian dipiron di Indonesia cukup tinggi (ada dugaan orang Indonesia lebih tahan terhadap efek sampingnya)

FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON FARMAKODINAMIK


Efek antiinflamasi baik terhadap artritis rematoid Efek analgesik terhadap nyeri nonrematik lemah Tidak digunakan sebagai antipiretik Mempunyai efek urikosurik sehingga bermanfaat untuk mengobati gout Menyebabkan retensi natrium dan klorida sehingga dapat menimbulkan udem

FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON FARMAKOKINETIK

Absorpsi cepat dan sempurna per oral Cmax dicapai dalam 2 jam 98% terikat pada protein plasma T 50-65 jam Biotransformasi oleh sistem mikrosom hati Ekskresi melalui ginjal berlangsung lambat

FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON INTERAKSI

Afinitas terhadap protein kuat sehingga dapat menggeser ikatan protein dengan obat lain seperti AKO, OHO

FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON INDIKASI


Gout
800 mg/hari selama 2 hari 800 mg hari pertama, 300 mg 3 hari berikutya 400 mg dosis awal, 100 mg tiap 4 jam Pengobatan tidak lebih dari 1 minggu

Artritis rematoid, 3-4x100 mg/hari selama seminggu Gangguan sendi otot (spondilitis ankilosa, osteoartritis)

FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON KONTRA INDIKASI

Hipertensi Penyakit jantung Penyakit ginjal Gangguan fungsi hati Gangguan lambung Alergi

FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON EFEK NONTERAPI

Reaksi kulit Gangguan darah Keluhan GIT Gangguan SSP

OAINS LAINNYA

ASAM MEFENAMAT DAN MEKLOFENAMAT

Dominan efek analgesik Ikatan protein kuat Sering menimbulkan gangguan GIT terutama lansia Indikasi: RA dan OA

DIKLOFENAK
Absorpsi GIT cepat dan lengkap 99% terikat protein plasma 40-50% mengalami FPM T 1-3 jam Akumulasi di cairan sinovial

FENBUFEN
Pro-drug Metabolit aktif: asam 4-bifenil-asetat T 10 jam Absorpsi GIT baik Cmax 7,5 jam

IBUPROFEN
Dominan sebagai analgesik Absorpsi cepat dengan Cmax 1-2 jam T 2 jam 90% terikat protein plasma Ekskresi cepat dan lengkap melalui urin

KETOPROFEN
Mirip ibuprofen Tidak lebih baik dari OAINS lainnya Absorpsi cepat dengan Cmax 1-2 jam T 2 jam Indikasi: RA dan OA

NAPROKSEN
ES lebih rendah dibanding obat lainnya Absorpsi GIT baik dengan Cmax 2-4 jam T 14 jam 98-99% terikat protein plasma Ekskresi melalui urin

INDOMETASIN
Efek sebanding dengan aspirin Memiliki efek analgesik perifer dan sentral Menghambat siklooksigenase Menghambat motilitas PMN Absorpsi baik 92-99% terikat protein plasma Metabolisme di hati T 2-4 jam Ekskresi melalui urin dan empedu dalam bentuk utuh dan metabolit Insiden efek samping cukup tinggi sehingga pemakaian terbatas Penggunaannya hanya bila gagal dengan OAINS lainnya Indikasi: RA, OA, gout, spondilitis ankilosa

PIROKSIKAM
T >45 jam Absorpsi cepat 99% berikatan dengan protein plasma Mengalami sirkulasi enterohepatik Insiden ES cukup tinggi (11-46%) terutama terhadap GIT Indikasi: OA, RA, spondilitis ankilosa

NABUMETON
Pro-drug Metabolit aktif 6-methoxy-2-naphtylacetic acid Menghambat siklooksigenase Inaktivasi zat aktif melalui o-demetilasi dan konjugasi di hati Indikasi: RA dan OA Efek samping sedikit T 24 jam

MELOXICAM
Penghambat selektif COX-2 yang pertama Termasuk golongan enolat Efek antiinflamasi setara dengan diklofenak dan piroksikam Indikasi:
RA OA

CELECOXIB
Menghambat sintesis prostaglandin melalui penghambatan COX-2 Tidak menghambat isoenzim COX-1 Cmax dicapai dalam 3 jam p.o, dan dihambat oleh makanan yang berlemak dan antasid Metabolisme oleh sitokrom P450 2C9 Indikasi: RA dan OA

OBAT PIRAI

SIFAT
Menghentikan proses inflamasi akut seperti kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon dan indometasin Mempengaruhi kadar asam urat seperti probenesid, alopurinol dan sulfinpirazon

KOLKISIN FARMAKODINAMIK
Sifat antiinflamasi khusus untuk pirai saja Efek analgesik (-) Tidak mempengaruhi asam urat Menghambat mediator dan respon inflamasi

KOLKISIN FARMAKOKINETIK
Absorpsi GIT baik Distribusi luas Sebagian besar diekskresi dalam bentuk utuh melalui feses, sisanya melalui urin

KOLKISIN EFEK SAMPING


Muntah, mual, diare Depresi sumsum tulang, agranulositosis Intoksikasi menyebabkan DIC

ALOPURINOL
Menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan xantin oksidase Efek samping berupa reaksi pada kulit, GIT dan alergi

PROBENESID
Mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi Tidak bermanfaat bila GFR <30 ml/menit Efek samping terhadap GIT, nyeri kepala dan alergi

SULFINPIRAZON
Mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi melalui hambatan reabsorpsi tubuli asam urat Efektivitas lebih rendah daripada alopurinol Efek samping terhadap GIT Dapat meningkatkan efek insulin

You might also like