You are on page 1of 11

Bab 3

Integrasi Numerik Satu Dimensi


Ringkasan Integrasi numerik artinya melakukan proses integrasi dengan cara numerik terhadap daerah atau domain solusi tertentu yang terbatas. Jika domain solusi tidak dibatasi, maka integrasi mempunyai solusi yang infinite dan sebaliknya jika domain solusi dibatasi, maka akan diperoleh solusi finite atau terbatas. Di dalam diktat ini dikenalkan integrasi cara kalasik maupun cara lanjut yang didasarkan pada formula Gauss. Integrasi sering dipakai secara luas dalam bidang rekayasa. Kasus-kasus yang melibatkan integrasi numerik lebih banyak dijumpai dibanding dengan kasus diferensiasi numerik. Diferensiasi biasanya dipakai secara analitik untuk mendiskripsikan fenomena alam (govern equation) dalam medium atau domain yang tidak terbatas (infinite). Lingkup terapan dalam bidang rekayasa menyangkut solusi persamaan diferensial dalam medium yang terbatas (finite). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat lokal dan kecil. Selanjutnya untuk memperoleh hasil global dalam medium tertentu, hasil lokal dan kecil tersebut diintegrasi dalam keseluruhan medium yang ditinjau. Pendekatan ini memungkinkan penerapan komputer dalam pemecahan integrasi numerik dengan sangat baik dan meluas. Seiring perkembangan teknologi komputer, maka berkembang pula teknologi solusi persamaan diferensial yang akhirnya berkembang menjadi cabang ilmu sendiri. Dalam bab berikut akan diberikan penjelasan tentang integrasi numerik fungsi satu dimensi (1-D), sedangkan integrasi numerik untuk fungsi dengan 2-D atau lebih diberikan dalam bab berikutnya. Integrasi secara simbolik dinyatakan secara analitik sebagai berikut:

I = y = a f ( x )dx
dan identik dengan menyelesaikan nilai I y(b) untuk persamaan diferensial berikut:

(3-1)

dy = f(x) dx
dengan syarat batas: y(a) = 0

(3-2)

(3-3)

3.1.

Formula Klasik Tertutup dengan Interval Konstan

Absis biasanya dinyatakan dengan x0, x1, x2, xn. Untuk interval absis yang konstan, nilai absis ke i dengan interval konstan sebesar h dapat dinyatakan sebagai berikut: xi = xo + ih
III-1 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

untuk

i = 0,1,, n + 1

(3-4)

Suatu fungsi di xi akan mempunyai nilai sebagai berikut: f(x) fi (3-5)

Jika integrasi fungsi f(x) dihitung di antara limit batas bawah a dan batas atas b, akan menghasilkan f(a) dan f(b), maka integrasi tersebut menggunakan formulasi integrasi tertutup. Jika batas integrasi memakai nilai di sekitar a dan b, misalnya a1 dan b1, dimana a1 > a dan b1 < b, maka integrasi yang dimaksud menggunakan formulasi integrasi terbuka. Berikut ini akan diberikan beberapa formula itegrasi tertutup.

Formula trapesium:
x 1 1 I = x 2 f(x) dx = h f 1 + f 2 + O h 3 f " 2 2 1

(3-6)

Suku O( ) mengekspresikan error yang merupakan beda antara solusi numerik dengan solusi analitik. Formula di atas menggunakan dua titik, yaitu f1 dan f2 serta cocok untuk polinomial dengan orde sampai dengan orde satu, misalnya f(x) = x. Formula Simpson:
x 4 1 1 I = x 3 f(x) dx = h f 1 + f 2 + f 3 + O h 5 f 3 3 3 1

(4)

(3-7)

Formula dengan tiga titik ini cocok untuk polinomial dengan orde tertinggi sampai dengan orde tiga, misalnya f(x) = x3. Formula Bode:

I=

x 1

64 24 64 14 14 f ( x ) dx = h f 1 + f2 + f3 + f4 + f 5 + O h7 f ( 6 ) 45 45 45 45 24

(3-8)

Formula dengan lima titik ini cocok untuk polinomial dengan orde sampai dengan orde lima. Formula di atas diberi nama sesuai dengan nama penemunya. Disamping formulaformula tersebut masih banyak lagi formula semacam itu dan tidak akan diberikan disini.

3.2.

Formula Klasik Terbuka dengan Interval Konstan

Salah satu contoh formula integrasi terbuka adalah formula integrasi terbuka Newton seperti berikut ini:

I=

x 0

5 5 55 55 f ( x ) dx = h f 1 + f2 + f3 + f 4 + O h7 f ( 4 ) 24 24 24 24

(3-9)

III-2 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

Nilai integrasi dalam formula di atas yang dibatasi oleh nilai a = x0 dan b = x5 hanya dievaluasi berdasar nilai di x1, x2, x3 dan x4 saja, yaitu nilai dalam rentang a dan b. Formula ini tidak optimal seperti formula integrasi tertutup.

3.3.

Formula Lanjut Tertutup dengan Interval Konstan

Jika persamaan (3-6) digunakan sebanyak n - 1 kali untuk mengevaluasi integral dalam interval (x1,x2), (x2,x3), (xn-1,xn), selanjutnya hasilnya dijumlahkan, maka kita akan mendapatkan formula trapesium lanjut untuk integral dari x1 sampai xn sebagai berikut: Formula trapesium lanjut:

I=

xn

x 1

( b a )3 f " 1 1 f ( x ) dx = h f 1 + f + f + ...... + f + f +O 2 3 n1 2 n n2 2

(3-10)

Dalam persamaan ini suku O( ) atau error dinyatakan tidak dalam kriteria h, melainkan dalam interval b - a dan n. Persamaan (3-10) dalam kenyataannya merupakan persamaan yang terpenting dan menjadi dasar untuk sebagian besar formula-formula integrasi dalam praktek. Pengembangan persamaan (3-7) seperti penurunan persamaan (3-10) akan menghasilkan formula Simpson lanjut sebagai berikut: Formula Simpson lanjut:
I=

xn

x 1

4 2 4 2 4 1 1 1 + f + f + O 4 f ( x ) dx = h f 1 + f + f + f + .... + f 2 3 4 n 2 n 1 n 3 3 3 3 3 3 3 n (3-11)

Sampai dengan formula ini, kita meninjau formula integrasi dengan interval absis yang konstan. Berikut ini akan dijelaskan formula integrasi dengan interval absis yang tidak konstan.

3.4.

Formula dengan Interval Tidak Konstan (Quadratur Gauss)

Perbedaan antara formula klasik dan lanjut terhadap formula quadratur Gauss yang selanjutnya disebut dengan formula Gauss dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada formula klasik dan lanjut, batas-batas integrasi a dan b bersifat sembarang, sedangkan pada formula Gauss sudah ditentukan, misalnya a = -1 dan b = 1, Formula klasik dan lanjut didasarkan pada interval absis yang konstan, sedangkan formula Gauss menggunakan interval absis yang tidak konstan, Pada formula klasik dan lanjut, koefisien-koefisien f1, f2, fn bersifat tetap, sedangkan pada formula Gauss dapat ditentukan secara bebas, Formula Gauss menggunakan sistem pembobotan agar diperoleh hasil yang optimal yang dinyatakan dengan simbol wi.

III-3 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

Sampai saat ini dikenal beberapa varian formula Gauss diantaranya adalah: formula Gauss-Legendre, Gauss-Laguerre, Gauss Chebyshev serta Gauss-Hermite. Dalam kesempatan berikut hanya dijelaskan formula Gauss-Legendre saja yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

I = a f ( x ) dx = 1 F ( z ) dz wi F ( z i )
i =0

(3-12)

Pada formula klasik, variabel bebas mempunyai batas a x b, sedangkan pada formula Gauss variabel bebas berada dalam interval -1 z 1. Persamaan (3-12) mengimplikasikan adanya transformasi dari sistem koordinat x dengan batas a x b ke dalam sistem koordinat z dengan batas -1 z 1. Pelaksanaannya dilakukan dalam dua alternatif. Alternatif 1: fungsi integran mengalami transformasi simbolik. Transformasi koordinat dari sistem dengan varibel x ke dalam sistem dengan variabel z dilakukan sebagai berikut:

z=

2x ( a + b ) ba

(3-13)

sehingga fungsi integran yang baru akan mempunyai bentuk sebagai berikut:

( b a )z + ( a + b ) f(x)= f 2
dan persamaan (3-12) akan berubah menjadi formula alternatif 1 sebagai berikut :
x =b

(3-14)

I=

x=a

f ( x ) dx =

(b a )z +( a + b ) f dz 2 z = 1

z =1

(3-15)

Harga z dalam persamaan (3-15) didapatkan dari Tabel 3.1. Alternatif 2: fungsi integran tetap (tidak perlu transformasi simbolik). Pada alternatif 2 ini dikenalkan fungsi basis atau basis function yang dinyatakan sebagai berikut:

(b a )+ b + a 2

(3-16)

Transformasi koordinat dari sistem x ke dalam sistem z dikerjakan sebagai berikut:

x = z . =

z( b a ) + b + a 2

(3-17)

Ekspresi integran dengan adanya transformasi koordinat menjadi sbb:

I=

f ( x ) dx = F( x( z )) J dz = F( x( z )) z dz
a z
1

(3-18)

J adalah Jacobian yang dinyatakan sebagai berikut:


III-4 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

z( b a ) + b + a 2 x (ba ) J= = = z z 2

(3-19)

Substitusi persamaan (3-19) ke dalam persamaan (3-18) menghasilkan:


(ba ) I= 2

F(

z( b a ) + b + a 2

) dz

(3-20)

Berdasar persamaan (3-12), maka persamaan (3-20) dapat didekati dengan formula alternatif 2 sebagai berikut:

I = a f ( x ) dx

(b a ) 2

i =0

wi F

zi ( b a ) + b + a 2

(3-21)

Tabel 3.1 menyajikan faktor bobot formula Gauss-Legendre sampai dengan n = 14 atau dengan 15 titik Gauss. Formula Gauss-Legendre pada persamaan (3-21) sangat sesuai untuk komputasi digital, karena tidak dibutuhkan penyesuaian fungsi integran f(x). Dalam hal ini hanya titik referensi zi yang ditransformasikan serta adanya faktor pengali berupa konstanta (ba) / 2. Ilustrasi 1: tidak ada transformasi koordinat karena sistem dalam z dengan -1 z 1.

I=

F ( z ) dz =

3 2 2 z + z + z + 1 dz = 2 3

(3-22)

Harga integrasi fungsi di atas dengan formula Gauss dua titik adalah:

I = 1 F ( z ) dz = wi F ( z ) = 1 x F ( 0.57735 ) + 1 x F ( 0.57735 ) = i i =0 0.56353297 + 2.10313369 = 2.66666666

(3-23)

Untuk formula dengan dua titik (n = 1), hasil tersebut adalah eksak, karena F(z) adalah polinomial dengan orde (2n + 1) atau kurang.

III-5 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

Tabel 3.1: Akar Polinomial Legendre (z) dan Bobot (wi ) untuk Formula Gauss-Legendre (Sumber: Carnahan et al, 1969)

zi

F ( z )dz =

wi F ( z
i =0

wI 1.00000 00000 00000 0.88888 88888 88889 0.55555 55555 55556 0.65214 51548 62546 0.34785 48451 37454 0.56888 88888 88889 0.47862 86704 99366 0.23692 68850 56189 0.46791 39345 72691 0.36076 15730 48139 0.17132 44923 79170 0.29552 0.26926 0.21908 0.14945 0.06667 0.20257 0.19843 0.18616 0.16626 0.13957 0.10715 0.07036 0.03075 42247 67193 63625 13491 13443 82419 14853 10001 92058 06779 92204 60474 32419 14753 09996 15982 50581 08688 25561 27111 15562 16994 26154 67172 88108 96117

0.57735 02691 89626 0.77459 66692 41483 0.33998 10435 84856 0.86113 63115 94053 0.53846 93101 05683 0.90617 98459 38664 0.23861 91860 83197 0.66120 93864 66265 0.93246 95142 03152 0.14887 0.43339 0.67940 0.86506 0.97390 0.20119 0.39415 0.57097 0.72441 0.84820 0.93727 0.98799
43389 53941 95682 33666 65285 81631 29247 99024 88985 17172 0.00000 00000 00000 0.00000 00000 00000

dua titik (n = 1) tiga titik (n = 2) empat titik (n = 3)

lima titik (n = 4)

enam titik (n = 5)

sepuluh titik (n = 9)

0.00000 00000 00000 40939 97435 13470 77563 21726 08539 77313 60170 65834 10427 33924 00706 25180 20485

lima belas titik (n = 14)

III-6 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

Ilustrasi 2: alternatif 1, fungsi integran mengalami transformasi simbolik.

I=

dx = 1n x x

2 1

= 1n 2 = 0.69314718

(3-24)

Transformasi koordinat dari sistem koordinat x dengan 1 x 2 ke dalam sistem koordinat z dengan -1 z 1 menggunakan persamaan (3-13) sebagai berikut:

z=

2x ( b + a ) 2x 2 1 = = 2x 3 ba 21

dz = 2 dx

(3-25)

Konsekuensi dari transformasi koordinat adalah adanya Jacobian, dari persamaan (3-25) diperoleh harga Jacobian sebesar . selanjutnya transformasi integran menghasilkan:

f(x)=

1 x

2 F( z ) = z+3
sehingga integrasi akan berubah menjadi sebagai berikut:

(3-26)

dx = x

2 dz = 1 z + 3 2
1
4 i

1 dz z+3

(3-27) (3-28)

I=

F( z ) =

w F( z
i =0

) = 0.69314712

Perhitungan integrasi Gauss dengan 5 titik Gauss dilakukan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2: Perhitungan Integrasi Gauss-Legendre dengan Lima Titik untuk Persamaan (3-27) I
0 1 2 3

zi
0.00000000 + 0.53846931 0.53846931 + 0.90617985

wi
0.56888889 0.47862867 0.47862867 0.23692689

F( zi ) =

1 z +3 i

wi F ( z i )
0.18962962 0.13526433 0.19444351 0.06065437

0.90617985

0.33333333 0.28260808 0.40625128 0.25600460

0.23692689

0.47759593

0.11315529

wi F ( z i )
i =0

0 .69314712

III-7 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

Ilustrasi 3: alternatif 2, fungsi integran tetap (tidak perlu transformasi simbolik).


I=

(x
3 1

+ x 2 + x + 1 dx = 34

2 3

(3-29)

Harga integral di atas berdasar formular Gauss 2 titik berdasar persamaan (3-21) dengan a = 1 dan b = 3 serta w1, z1 dari Tabel 3.1 untuk n = 1 didapatkan: 0.577350269189626( 31 )+3+1 + 1.0 f 2 ( 31 ) f ( x ) dx = x = 2 0.577350269189626( 31 )+3+1 1.0 f 2 f ( 1.4226497309 ) + f ( 2.5773502691 ) = 7.32592866 + 27.34073801 = 34.66666667

I=

(3-30)

III-8 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

3.5.

Contoh Kasus Integrasi Numerik Satu Dimensi Perhitungan Volume dan Berat Batuan Penutup (Overburden)

Permasalahan: Suatu tambang batubara terbuka (pit) direncanakan dengan besaran-besaran berikut: - Persamaan garis topografi: H(x) = -3(10-09) x3 + 2(10-05) x2 - 0.0591x + 362.06, dengan x (m) dan H(x) adalah posisi dari titik referensi dan ketinggian dari permukaan laut (m). - Kemiringan (dip) batubara dan highwall masing-masing adalah 6o dan 60o. - Koordinat titik A, B dan C adalah (10,361), (1510,100) dan (1629,306) Dengan data-data tersebut diminta menghitung volume batuan penutup total yang harus dibuka dari tambang batubara terbuka tersebut.

Permukaan topografi

Batuan Penutup
Highwall Lapisan Batubara 60o

B
1500 m
Permukaan Laut

6o

Gambar 3.1: Penampang Rencana Tambang Batubara Terbuka

Formulasi masalah: Volume batuan penutup dihitung dengan cara integrasi dengan batas-batas berupa: kurva topografi, lapisan batubara dan highwall pada pit limit. Kurva topografi diekspresikan dengan fungsi topografi, sedangkan lapisan batubara dapat diekspresikan dengan fungsi melalui titik A dan B, sedangkan fungsi highwall dapat diekspresikan dengan fungsi melalui titik B dan kemiringan sebesar 60o. Volume dinyatakan persatuan panjang tegak lurus penampang Gambar 3.1. Fungsi topografi (F1(x)), fungsi lapisan batubara (F2(x)) dan fungsi highwall (F3(x)) dinyatakan sebagai berikut: F1(x) = -3(10-09) x3 + 2(10-05) x2 - 0.0591x + 362.06 F2(x) = -0.174 x + 363.211 F3(x) = 1.732 x 2515.397

(3-31) (3-32) (3-33)

III-9 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

Jawaban: Volume batuan penutup dinyatakan secara matematis sebagai berikut:


x2=1510

Vol =

x1=10

(F ( x ) F ( x )) dx + (F ( x ) F ( x )) dx
1 2 1 3 x1=1510

x2=1929

(3-34)

Menentukan fungsi integran:

F1 ( x ) F2 ( x ) = 3 ( 10 9 ) x 3 + 2 ( 10 5 ) x 2 + 0.115 x 1.151

(3-35) (3-36)

F1 ( x ) F3 ( x ) = 3 ( 10 9 ) x 3 + 2 ( 10 5 ) x 2 1.791 x + 2877.457

Perhitungan volume batuan penutup untuk integran pertama dengan persamaan integran (3-34) dan (3-35) dilakukan berdasar cara Gauss-Legendre dengan 5 titik atau n = 4 diberikan dalam Tabel 3.3 berikut ini. Batas bawah dan batas integrasi masing-masing adalah a = 10 dan b = 1510.

Tabel 3.3: Perhitungan Integrasi Gauss-Legendre dengan Lima Titik untuk Integran dengan a = 10 dan b = 1510 zi
0.000000000000000 0.538469310105683 -0.538469310105683 0.906179845938664 -0.906179845938664

Wi
0.568888888888889 0.478628670499366 0.478628670499366 0.236926885056189 0.236926885056189

(zi(b-a)+b+a)/2
760.000 1163.852 356.148 1439.635 80.365

F(zi)
96.484 155.054 42.207 196.907 8.219 =

wi x F(zi)
54.89 74.21 20.20 46.65 1.95 197.903

Volume batuan penutup di antara a = 10 dan b = 1510 adalah

(b a ) Vol 1 = 2

w .F( z ) =
i i 0

( 1510 10 ) .( 197.903 ) = 148427 2

(3-37)

Sedangkan perhitungan volume batuan penutup untuk integran kedua dengan persamaan integran (3-34) dan (3-36) juga dilakukan berdasar cara Gauss-Legendre dengan 5 titik atau n = 4 diberikan dalam Tabel 3.4 berikut ini. Batas bawah dan batas integrasi masingmasing adalah a = 1510 dan b = 1629.

III-10 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

Tabel 3.4: Perhitungan Integrasi Gauss-Legendre dengan Lima Titik untuk Integran dengan a = 1510 dan b = 1629 zi
0.000000000000000 0.538469310105683 -0.538469310105683 0.906179845938664 -0.906179845938664

WI
0.568888888888889 0.478628670499366 0.478628670499366 0.236926885056189 0.236926885056189

(zi(b-a)+b+a)/2
1569.500 1601.539 1537.461 1623.418 1515.582

F(zi)
104.151 48.076 160.237 9.790 198.545 =

wi x F(zi)
59.25 23.01 76.69 2.32 47.04 208.315

(b a ) Vol 2 = 2

w .F( z ) =
i i 0

( 1629 1510 ) .( 208.315 ) = 12395 2

(3-38)

Jadi volume batuan penutup total persatuan panjang tegak lurus penampang adalah jumlah antara volume untuk integran pertama dan kedua, yaitu:

Volume = 148427 + 12395 = 160822

m2

(3-39)

III-11 Catatan Kuliah Dr.Ir. Lilik Eko Widodo, MS

You might also like