You are on page 1of 44

BAB I PENDAHULUAN

PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dirawat dengan beberapa gejala ekstrapulmonari yang signifikan, yang dapat mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap individual. (Slamet , !""#$ %sap rokok merupakan satu&satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. 'aktor resiko genetik yang paling sering dijumpai adalah defisiensi alfa&( antitripsin, yang merupakan inhibitor sirkulasi utama dari protease serin. )erdasarkan *lobal +nitiative for ,hronic Obstructive -ung .isease (*O-.$ !""/, dibagi atas 0 derajat, yaitu 1 derajat ( (PPOK ringan$, derajat ! (PPOK sedang$, derajat 2 (PPOK berat$, derajat 0 (PPOK sangat berat$. Penderita PPOK akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas, batuk&batuk kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (3$. Sedangkan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. .an baku emas untuk menegakkan PPOK adalah uji spirometri. Penatalaksanaan bisa dibedakan berdasarkan derajat tingkat keparahan PPOK. PPOK eksaserbasi didefinisikan sebagai peningkatan keluhan4gejala pada penderita PPOK berupa 2P yaitu1 (. Peningkatan batuk4memburuknya batuk !. Peningkatan produksi dahak4phlegm 2. Peningkatan sesak napas.. Komplikasi bisa

terjadi gagal nafas, infeksi berulang dan cor pulmonal. Prognosa PPOK tergantung dari stage 4 derajat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain. (5iyanto dan isyam, !""#$

BAB II Penatalaksanaan Penyakiy Paru Obstruktif Kronik


!.(. Definisi Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK$ adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial., bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. *angguan ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya. Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda&tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK. 'aktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut 1 Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki&laki di atas (6 tahun #"&/" 7$ Pertambahan penduduk 8eningkatnya usia rata&rata penduduk dari 60 tahun pada tahun (9#"&an menjadi #2 tahun pada tahun (99"&an

+ndustrialisasi Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan (P.P+,!"("$

!.!

Faktor Resiko (. Kebiasaan merokok merupakan satu & satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. .alam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan 1 a$ 5iwayat merokok Perokok aktif Perokok pasif )ekas perokok b$ .erajat berat merokok dengan +ndeks )rinkman (+)$, yaitu perkalian jumlah rata&rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun 1 5ingan 1 "&!""

Sedang 1 !""&#"" )erat 1 :#""

!. 5iwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja 2. ipereaktiviti bronkus

0. 5iwayat infeksi saluran napas bawah berulang 6. .efisiensi antitripsin alfa & (, umumnya jarang terdapat di +ndonesia !.2 Patogenesis Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari PPOK ini adalah merokok. Komponen&komponen asap rokok ini merangsang perubahan&perubahan pada sel&sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan&perubahan pada sel&sel penghasil mukus dan sel&sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. 8ukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. ;imbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan. <entilasi, terutama ekspirasi terhambat. ;imbul

hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.(%ntonio et all, !""/$ Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu 1 inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas seperti pada gambar (.

*ambar (. PPOK Terkait Partikel In alasi

(Sumber 1%ntonio et all, !""/$

%da beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK, yakni 1 peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas$, makrofag

(lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim$, limfosit ,. =3 (dinding saluran nafas dan parenkim$. >ang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada penderita asma.(,orwin ?@, !""($ ;abel (. Patogenesis PPOK

(Sumber 1 P.P+,!"("$ !.0 Klasifikasi )erdasarkan *lobal +nitiative for ,hronic Obstructive -ung .isease (*O-.$ !""/, dibagi atas 0 derajat 1(%ntonio et all, !""/$ !"#"$ Dera%at I& PPOK ringan

.engan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum$. Keterbatasan aliran udara ringan (<?P( 4 K<P A /"7B <?P( : ="7 Prediksi$. Pada derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal. !"#"! Dera%at II& PPOK se'ang

Semakin memburuknya hambatan aliran udara (<?P( 4 K<P A /"7B 6"7 A <?P( A ="7$, disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas. .alam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang dialaminya. !"#"( Dera%at III& PPOK berat

.itandai dengan keterbatasan 4 hambatan aliran udara yang semakin memburuk (<?P( 4 K<P A /"7B 2"7 <?P( A 6"7 prediksi$. ;erjadi sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.

!"#"#

Dera%at I)& PPOK sangat berat

Keterbatasan 4 hambatan aliran udara yang berat (<?P( 4 K<P A /"7B <?P( A 2"7 prediksi$ atau <?P( A 6"7 prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan. ;erdapat ketidak sesuaian antara nilai <?P( dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. *ejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan <?P( !.6 Diagnosis *ejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru

.iagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan 1 %. *ambaran klinis a. %namnesis 5iwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala

pernapasan 5iwayat terpajan Cat iritan yang bermakna di tempat kerja ;erdapat faktor predisposisi pada masa bayi4anak, mis berat badan

lahir rendah ())-5$, infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara b. )atuk berulang dengan atau tanpa dahak Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi Pemeriksaan 'isik PPOK dini umumnya tidak ada kelainan

+nspeksi Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu$ Barrel chest (diameter antero & posterior dan transversal sebanding$

Penggunaan otot bantu napas ipertropi otot bantu napas

Pelebaran sela iga )ila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema tungkai Penampilan pink puffer atau blue bloater Palpasi Perkusi Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah %uskultasi Suara napas vesikuler normal, atau melemah ;erdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar jauh

10

,iri khas yang mungkin ditemui pada penderita PPOK 1 Pink puffer *ambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips breathing Blue bloater *ambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer Pursed - lips breathing %dalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi ,O! yang terjadi pada gagal napas kronik. !.# Pe*eriksaan +enun%ang a. Pemeriksaan rutin 'aal paru

Spirometri (<?P(, <?P(prediksi, K<P, <?P(4K<P$

11

Obstruksi ditentukan oleh nilai <?P( prediksi ( 7 $ dan atau

<?P(4K<P ( 7$. Obstruksi 1 7 <?P((<?P(4<?P( pred$ A ="7 <?P(7 (<?P(4K<P$ A /6 7 <?P( merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk

menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. %pabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,

%P? meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari !"7 Dji bronkodilator .ilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan

%P? meter. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak = hisapan, (6 &

!" menit kemudian dilihat perubahan nilai <?P( atau %P?, perubahan <?P( atau %P? A !"7 nilai awal dan A !"" ml Dji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil .arah rutin b, t, leukosit

12

5adiologi 'oto toraks P% dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit

paru lain Pada emfisema terlihat gambaran 1 iperinflasi iperlusen 5uang retrosternal melebar .iafragma mendatar @antung menggantung (jantung pendulum 4 tear drop / eye drop

appearance$ Pada bronkitis kronik 1 Eormal ,orakan bronkovaskuler bertambah pada !( 7 kasus

b.

Pemeriksaan khusus 'aal paru

13

<olume 5esidu (<5$, Kapasiti 5esidu 'ungsional (K5'$, Kapasiti

Paru ;otal (KP;$, <54K5', <54KP; meningkat .-,O menurun pada emfisema 5aw meningkat pada bronkitis kronik Sgaw meningkat <ariabiliti arian %P? kurang dari !" 7

Dji latih kardiopulmoner Sepeda statis (ergocycle$ @entera (treadmill$ @alan # menit, lebih rendah dari normal Dji provokasi bronkus Dntuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil

PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan Dji coba kortikosteroid

14

8enilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral

(prednison atau metilprednisolon$ sebanyak 2" & 6" mg per hari selama !minggu yaitu peningkatan <?P( pascabronkodilator : !" 7 dan minimal !6" ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid %nalisis gas darah

;erutama untuk menilai 1 *agal napas kronik stabil *agal napas akut pada gagal napas kronik 5adiologi ,; & Scan resolusi tinggi 8endeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema

atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos Scan ventilasi perfusi 8engetahui fungsi respirasi paru ?lektrokardiografi

15

8engetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal

dan hipertrofi ventrikel kanan. ?kokardiografi 8enilai funfsi jantung kanan )akteriologi Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan *ram dan kultur

resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. +nfeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di +ndonesia. Kadar alfa&( antitripsin Kadar antitripsin alfa&( rendah pada emfisema herediter (emfisema

pada usia muda$, defisiensi antitripsin alfa&( jarang ditemukan di +ndonesia.

!./

Diagnosis Ban'ing

.iagnosis )anding PPOK %dalah

16

%sma SOP; (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis$ %dalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada

penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal. Pneumotoraks *agal jantung kronik Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal 1

bronkiektasis, destroyed lung. %sma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang

sering ditemukan di +ndonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda. %dapun karakteristik dari %sma, PPOK, dan SOP; pada tabel ! ;abel !. Perbe'aan As*a, PPOK, 'an -OPT

17

(Sumber 1 P.P+,!"("$

18

!.=

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan umum PPOK ;ujuan penatalaksanaan 1 & & & & 8engurangi gejala 8encegah eksaserbasi berulang 8emperbaiki dan mencegah penurunan faal paru 8eningkatkan kualiti hidup penderita

Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi 1 (. ?dukasi !. Obat F obatan 2. ;erapi oksigen 0. <entilasi mekanik 6. Eutrisi #. 5ehabilitasi

19

PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga penatalaksanaan PPOK terbagi atas (($ penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (!$ penatalaksanaan pada eksaserbasi akut. !"."$ E'ukasi

?dukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil. ?dukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. )erbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma. ;ujuan edukasi pada pasien PPOK 1 (. 8engenal perjalanan penyakit dan pengobatan !. 8elaksanakan pengobatan yang maksimal 2. 8encapai aktiviti optimal 0. 8eningkatkan kualiti hidup ?dukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. ?dukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit

20

gawat darurat ataupun di +,D dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. ?dukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. )ahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah (. Pengetahuan dasar tentang PPOK !. Obat & obatan, manfaat dan efek sampingnya 2. ,ara pencegahan perburukan penyakit 0. 8enghindari pencetus (berhenti merokok$ 6. Penyesuaian aktiviti %gar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioriti bahan edukasi sebagai berikut 1 (. )erhenti merokok

21

.isampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkan !. Pengunaan obat F obatan 8acam obat dan jenisnya ,ara penggunaannya yang benar ( oral, 8.+ atau nebuliser $ Gaktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selangwaku tertentu atau kalau perlu saja $ .osis obat yang tepat dan efek sampingnya

2. Penggunaan oksigen Kapan oksigen harus digunakan )erapa dosisnya

0. 8engetahui efek samping kelebihan dosis oksigen 8engenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya

6. ;anda eksaserbasi 1 )atuk atau sesak bertambah

22

Sputum bertambah Sputum berubah warna

#. 8endeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi /. 8enyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti ?dukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan. ?dukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit 1 5ingan Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel 8encegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti merokok Sedang 8enggunakan obat dengan tepat
23

Segera berobat bila timbul gejala

)erat

8engenal dan mengatasi eksaserbasi dini Program latihan fisik dan pernapasan

+nformasi tentang komplikasi yang dapat terjadi Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan Penggunaan oksigen di rumah

24

!"."!

Obat / obatan

a. )ronkodilator .iberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel ! $. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release $ atau obat berefek panjang ( long acting $. 8acam & macam bronkodilator 1 & *olongan antikolinergik

.igunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 0 kali perhari $. & *olongan agonis beta F !

)entuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. )entuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.

25

)entuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat. & Kombinasi antikolinergik dan agonis beta F !

Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. .isamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan

mempermudah penderita. & *olongan Hantin

.alam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. )entuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas $, bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah. b. %ntiinflamasi .igunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. )entuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan <?P( pascabronkodilator meningkat : !"7 dan minimal !6" mg. c. %ntibiotika

26

anya diberikan bila terdapat infeksi. %ntibiotik yang digunakan 1 & -ini + 1 amoksisilin makrolid & -ini ++ 1 %moksisilin dan asam klavulanat Sefalosporin Kuinolon 8akrolid baru d. %ntioksidan .apat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan E & asetilsistein. .apat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin e. 8ukolitik anya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. 8engurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin. f. %ntitusif .iberikan dengan hati F hati

27

;abel 2. Penatalaksanaan PPOK

28

(Sumber 1 P.P+,!"("$ 2 ;erapi Oksigen

Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ & organ lainnya.

29

a. 8anfaat oksigen 1 & 8engurangi sesak & 8emperbaiki aktiviti & 8engurangi hipertensi pulmonal & 8engurangi vasokonstriksi & 8engurangi hematokrit & 8emperbaiki fungsi neuropsikiatri & 8eningkatkan kualiti hidup

b. +ndikasi & & Pao! A #"mm g atau Sat O! A 9"7 Pao! diantara 66 & 69 mm g atau Sat O! : =97 disertai Kor Pulmonal, perubahan P pullmonal, t :667 dan tanda & tanda gagal jantung kanan,

sleep apnea, penyakit paru lain 8acam terapi oksigen 1 & & Pemberian oksigen jangka panjang Pemberian oksigen pada waktu aktiviti

30

& &

Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas

;erapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. ;erapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang rawat ataupun +,D. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumah dibedakan 1 & Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term O ygen Therapy I -;O; $ & & Pemberian oksigen pada waktu aktiviti Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak ;erapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila tidur atau sedang aktiviti, lama pemberian (6 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul ( & ! -4mnt. ;erapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering terjadi bila penderita tidur. ;erapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan meningkatkan kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 9"7.

31

c. %lat bantu pemberian oksigen 1 & & & & Easal kanul Sungkup venturi Sungkup rebreathing Sungkup nonrebreathing

Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi analisis gas darah pada waktu tersebut. 0 <entilasi 8ekanik

<entilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. <entilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang +,D atau di rumah. a. <entilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara 1 & & & & <entilasi mekanik dengan intubasi <entilasi mekanik tanpa intubasi <entilasi mekanik tanpa intubasi <entilasi mekanik tanpa intubasi digunakan pada PPOK dengan gagal napas kronik dan dapat digunakan selama di rumah.

32

)entuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah !oni"asi"e #ntermitten Positif Pressure (E+PP<$ atau !egati"e Pessure $entilation (EP<$. E+PP< dapat diberikan dengan tipe ventilasi 1 & & & & $olume control Pressure control Bile"el positi"e airway pressure %BiP&P' (ontinous positi"e airway pressure %(P&P'

E+PP< bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus (-;O; 4 -ong ;ern OHygen ;heraphy$ akan memberikan perbaikan yang signifikan pada 1 & & & & %nalisis gas darah Kualiti dan kuantiti tidur Kualiti hidup %nalisis gas darah

b. +ndikasi penggunaan E+PP< & Sesak napas sedang sampai berat dengan penggunaan muskulus respirasi dan abdominal paradoksal & %sidosis sedang sampai berat p A /,2" & /, 26
33

&

'rekuensi napas : !6 kali per menit

EP< tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas, disamping harus menggunakan perlengkapan yang tidak sederhana. !.=.6 Eutrisi

8alnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah 8alnutrisi dapat dievaluasi dengan 1 & & & & & Penurunan berat badan Kadar albumin darah %ntropometri Pengukuran kekuatan otot (8<<, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi$ asil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia$

8engatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan ,O! yang terjadi akibat metabolisme karbohidrat. .iperlukan

34

keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus %nocturnal feedings' dengan pipa nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat

meningkatkan ventilasi semenit o igen comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. ;etapi pada PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan. *angguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena berkurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi. *angguan elektrolit yang terjadi adalah 1 & & & & ipofosfatemi iperkalemi ipokalsemi ipomagnesemi

*angguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma. .ianjurkan pemberian nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih sering. !.=.# 5ehabilitasi PPOK

35

;ujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai 1 & & & Simptom pernapasan berat )eberapa kali masuk ruang gawat darurat Kualiti hidup yang menurun

Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli giCi, respiratori terapis dan psikolog. Program rehabilitiasi terdiri dari 2 komponen yaitu 1 latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan. (. .itujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasiti sistem transportasi oksigen. -atihan fisis yang baik akan menghasilkan 1 & & & & & Peningkatan <O! maH Perbaikan kapasiti kerja aerobik maupun anaerobik Peningkatan cardiac output dan stroke "olume Peningkatan efisiensi distribusi darah Pemendekkan waktu yang diperlukan untuk reco"ery

36

-atihan untuk meningkatkan kemapuan otot pernapasan a. -atihan untuk meningkatkan otot pernapasan b. )ndurance e ercise

37

!.=./ ;erapi Pembedahan )ertujuan untuk 1 & & & & 8emperbaiki fungsi paru 8emperbaiki mekanik paru 8eningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi 8emperbaiki kualiti hidup

Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu 1 (. )ulektomi !. )edah reduksi volume paru ()5<P$ 4 lung "olume reduction surgey (-<5S$ 2. ;ransplantasi paru

38

;abel 0. Algorit*a PPOK

(Sumber 1 P.P+,!"("$

39

!.9

Ko*+likasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah 1 (. *agal napas & & *agal napas kronik *agal napas akut pada gagal napas kronik

!. +nfeksi berulang 2. Kor pulmonal *agal napas kronik 1 & asil analisis gas darah Po! A #" mm g dan Pco! : #" mm g, dan p normal, penatalaksanaan 1 & & & & @aga keseimbangan Po! dan P,o! )ronkodilator adekuat ;erapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur %ntioksidan

40

-atihan pernapasan dengan pursed lips breathing *agal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh 1 & & & & & Sesak napas dengan atau tanpa sianosis Sputum bertambah dan purulen .emam Kesadaran menurun +nfeksi berulang

Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah. Kor pulmonal 1 .itandai oleh P pulmonal pada ?K*, hematokrit : 6" 7, dapat disertai gagal jantung kanan

!.("

Pen0ega an

(. 8encegah terjadinya PPOK

41

& & &

indari asap rokok indari polusi udara indari infeksi saluran napas berulang

!. 8encegah perburukan PPOK & & & )erhenti merokok *unakan obat&obatan adekuat 8encegah eksaserbasi berulang

42

DAFTAR PU-TAKA
(. %ndika !""9. PPOK dan Eutrisi, PPOK dan %ntibiotik, PPOK ?ksaserbasi %kut. ;ersedia di1

hhtp144www.andikacp.wordpress.com4!""94"/4!#4PPOK&eksaserbasi& akut
2. %nonim

!""=.

Konsensus

PPOK.

;ersedia

di1

http144www.klikpdpi.com4konsensus4konsensus&ppok4konsensus&ppok
3. %ntonio et all !""/. *lobal Strategy for the .iagnosis, 8anagement,

and Prevention of ,hronic Obstructive Pulmonary .isease. DS%, p. (#&(9 .idapat dari 1 http144www.goldcopd.com4*uidelineitem.asp
4. )8@. %), of ,OP..!""#. J,itedK (/ 8aret !"((. .idapat dari1

http144www.bmj.com4content422!4/66!4(!#(.full 6. ,orwin ?@ !""(. )uku Saku Patofisiologi. @akarta1 ?*,, p. 02/&=.


6. .8+.

!""#.%cuan

Penanganan

PPOK

;erkini.

;ersedia

di1

www.kalbe.co.id4news4seminar4acuanpenangananppokterkini 7. .rummond 8), .asenbrook ?,, PitC 8G, et all !"((. +nhaled ,orticosteroids in Patients Gith Stable ,hronic Obstructive

Pulmonary .isease. !0"=&!0(#.

@ournal of %merican 8edical %ssociation, p.

=. +rwanto !"(". Penyakit Paru Obstruktif Kronis.. .idapat dari1 hhtp144+rwanto&'K"0DSK.blogspot.com4!"("4"=4Penyakit&Paru& Obstruktif&Kronik&PPOK.html

43

9. 5ahajeng !""9. Penggunaan 5asional %ntibiLtica Pada Pasien

PPOK.

.idapat

dari1http144dokterblog.wordpress.com4!""94"64"(4penggunaan& rasional&antibiotik&pada&pasien&ppok4 (". 5ani %% !""#. Panduan Pelayanan 8edik. @akarta1 Pusat Penerbitan .epartemen +P. 'KD+, p. ("6&= ((. 5iyanto )S, isyam ) !""#. Obstruksi Saluran Pernafasan %kut.

)uku %jar +lmu Penyakit .alam ?disi 0. @akarta1 Pusat Penerbitan .epartemen +P. 'KD+, p. 9=0&6. (!. 5oberto 55 et all !""/. Pocket *uide to ,OP. .iagnosis, 8anagement and Prevention. DS%. ;ersedia di

http144www.goldcopd.com4*uidelineitem.asp 13. Sin .., 8c%lister '%, Paul S', et all !""2. 8anagement of

chronic obstructive pulmonary disease (,OP.$. @ournal of %merican 8edical %ssociation, p !2"!&!2(!. (0. Slamet !""#. PPOK Pedoman Praktis .iagnosis M Penatalaksanaan

di +ndonesia. @akarta1. p. (&(=. (6. GedCicha @%, !"((. )eonchodilator therapy for ,OP.. Eew ?ngland @ournal 8edicine. .iakses tgl # %gustus !"((.

44

You might also like