You are on page 1of 6

Manggis (Garcinia mangostana L.

) merupakan tanaman tahunan yang memiliki buah dengan rasa manis, asam berpadu sedikit sepat. Bagian buah manggis secara umum terdiri atas daging buah dan kulit buah (perikarp). Kulit buah manggis diketahui memiliki jumlah rendemen yang lebih besar daripada daging buahnya yaitu 66.67% dan tersusun atas senyawa polifenol yang cukup banyak, diantaranya adalah antosianin, tannin, xanthone, dan senyawa asam fenolat. Xanthone dan turunannya merupakan salah satu senyawa antioksidan yang efektif dalam mencegah terbentuknya penyakit kanker, antibakteri, dan sifat fungsional lain yang memiliki kemampuan beberapa kali lipat dari vitamin C dan E

Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi pada tubuh dimana pertumbuhan sel atau jaringan yang abnormal dan tumbuh (berproliferasi) terus menerus. Hal ini yang ditandai dengan hilangnya fungsi kontrol pada sel terhadap regulasi siklus sel, apoptosis, maupun fungsi homeostatis sel pada organisme multiseluler.

Sel kultur (cell line) adalah sel yang digunakan dalam penelitian yang dikembangkan dan ditumbuhkan/berploriferasi pada media kutur secara in vitro. Sel kultur dapat diambil dari jaringan asal ataupun memperbanyak sel yang sudah ada. Dalam kultur sel selalu terkontrol dan terjaga aseptiknya. Dalam penelitian tingkat in vitro banyak digunakan sel-sel kultur, seperti penelitian dalam uji senyawa atau ekstrak obat baru, dilakukan penelitian tingkat kultur. Sel kultur juga disebut continous cell line. Continous cell line sering dipakai dalam penelitian kanker secara in vitro karena mudah penangannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak terbatas, homogenitas yang tinggi serta mudah diganti dengan frozen stock jika terjadi kontaminasi (Burdall et al., 2003). Dalam Penelitian tingkat kultur sel banyak sekali sel sel kultur yang digunakan antara lain: Untuk sel kanker payudara yaitu sel MCF7 dan T47D, Sel kanker leher rahim (serviks) yaitu sel HeLa dan Raji, Sel Kanker kolon yaitu sel WiDr dan HCT-116, Sel Normal yaitu sel Vero (sel normal dari Kera) dan sel-sel kultur lainnya. Berikut sedikit penjelasan beberapa sel kultur yang sering digunakan untuk penelitian di indonesia.

Sel kultur MCF7 (Sel Kanker Payudara)

Sel MCF-7 adalah salah satu model sel kanker payudara yang banyak digunakan dalam penelitian. Sel tersebut diambil dari jaringan payudara seorang wanita Kaukasian berumur 69 tahun golongan

darah O, dengan Rh positif, berupa sel adherent (melekat) yang dapat ditumbuhkan dalam media penumbuh DMEM atau RPMI yang mengandung foetal bovine serum (FBS) 10% dan antibiotik Penicilin-Streptomycin 1% (Anonim, 2007). Sel MCF-7 memiliki karakteristik antara lain resisten agen kemoterapi (Mechetner et al., 1998; Aouali et al., 2003), mengekspresikan reseptor estrogen (ER +), overekspresi Bcl-2 (Butt et al., 2000; Amundson et al., 2000) dan tidak mengekspresikan caspase-3 (Onuki et al., 2003; Prunet et al., 2005). Sel MCF-7 tergolong cell line adherent (ATCC, 2008) yang mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ER-), resisten terhadap doxorubicin (Zampieri dkk., 2002), dan tidak mengekspresikan caspase-3 (Onuki dkk., 2003; Prunet dkk., 2005). Morfologi sel MCF-7 pada perlakuan EP dan FKP. Uji dilakukan dengan menginkubasi 5103 sel MCF-7 dengan EP (25-100 g/mL) dan FKP (10-500 g/mL) selama 48 jam.

Sel kultur T47D (Sel Kanker Payudara) Sel T47D merupakan continous cell line yang diisolasi dari jaringan tumor duktal payudara seorang wanita berusia 54 tahun. Sel T47D memiliki morfologi seperti sel epitel. Sel ini dikulturkan dalam media DMEM + 10% FBS + 2 mM L-Glutamin, diinkubasi dalam CO2 inkubator 5% dan suhu 370C (Abcam, 2007)

Sel kanker payudara T47D mengekspresikan protein p53 yang termutasi. Misssence mutation terjadi pada residu 194 (dalam zinc-binding domain, L2), sehingga p53 tidak dapat berikatan dengan response element pada DNA. Hal ini mengakibatkan berkurang bahkan hilangnya kemampuan p53 untuk regulasi cell cycle. Sel T47D merupakan sel kanker payudara ER/PR-positif (Schafer et al., 2000). Induksi estrogen eksogen mengakibatkan peningkatan proliferasinya (Verma et al., 1998). Sel T47D merupakan sel yang sensitif terhadap doksorubisin (Zampieri et al., 2002).

APOPTOSIS
1. I. Mengetahui Mekanisme Apoptosis. Apoptosis merupakan suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik, bersifat aktif, ditandai dengan adanya kondensasi chromatin, fragmentasi sel dan pagositosis sel tersebut oleh sel tetangganya, serta merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal, proses ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang rusak dan proliferasi fisiologis dan dengan demikian memelihara agar fungsi jaringan normal (Bimantara, 2009). Secara kronologis tahapan yang terjadi adalah yang pertama fragmentasi DNA, selanjutnya penyusutan dari sitoplasma, perubahan pada membran, yang terakhir kematian sel

tanpa lisis atau tanpa merusak kematian sel tetangga (Anonim, 2009 (b)). Mekanisme terjadinya Apoptosis adalah akibat dikatifkannya beberapa sinyal yang mencetuskan kematian, berkisar dari kurangnya faktor atau hormon pertumbuhan, sampai interaksi Ligand reseptor positif dan agent-agent lesi spesifik sebagai tambahan ada koordinasi tapi sering pula ada hubungan yang berlawanan antara pertumbuhan sel dan apoptosis sebenarnya. 1. Peran aktivitas Mekanisme terjadinya apopotosis untuk tiap sel berbeda-beda. Aktivasi mekanisme apoptosis untuk tiap sel tertentu disebabkan oleh aktivitas yang berbeda-beda pula. 1. Kadar ion kalsium Apabila terjadi aktivitas stimulus terhadap sel dan aktivitas apoptosis , akan terjadi peningkatan kadar ion Ca++ didalam inti sel. Ion Ca++ ini mengaktifkan enzim Kalsium dependen Nuklear Indo Nuklease yang terdiri dari Endonoklease, Protease Transglutaminase. 1. Reseptor Makrofag. Proses Fagositosis terhadap apoptotic bodies atau sel lain ditentukan oleh reseptor yang ada di permukaan makrofag atau sel fagosit tersebut: contoh sel makrofag yang mengandung viktonektin reseptor, suatu beta 3 integrin, memudahkan fagositas apoptotic netropil. 1. Regulasi genetik Beberapa gen bila distimulasi akan menyebabkan apoptosis, seperti Heta shock protein dan proto onkogen. Tetapi stimulasi gen ini tidak berhubungan langsung dengan proses mulainya apoptosis (Bimantara, 2009). Fragmentasi inti DNA yang cepat dan teratur sudah sejak lama dianggap pertanda utama dari apoptosis. Sinyal apoptosis dapat berasal dari luar maupun dari dalam sel. Dari luar sel, sinyal apoptosis dibawa oleh Sel T, yaitu protein Fas atau sinyal kematian lainnya misalnya protein Tumor Necrosis Factor (TNF). Bila protein-protein tersebut berikatan dengan masing-masing reseptornya, maka proses apoptosis dimulai. Sinyal apoptosis tersebut ditangkap oleh death domain yang teraktivasi oleh kehadiran Fas dan TNF. Sebelum dilanjutkan, apoptosis diyakinkan kembali untuk diteruskan atau dihambat melalui mekanisme seleksi oleh protein FLIP (Flice/caspase-8 inhibitory protein). Ekspresi yang berlebihan dari FLIP, akan menyebabkan proses apoptosis terhenti. FLIP inilah sebagai penyeleksi awal dan memastikan apakah sel layak atau tidak. Model penghambatan

apoptosis melalui mekanisme FLIP terjadi pada apoptosis ekstrinsik yaitu mekanisme apoptosis dengan sinyal kematian berasal dari luar sel. Bila ekspresi FLIP rendah, maka sinyal kematian akan diteruskan oleh mediator apoptosis selanjutnya yaitu caspase-8. Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kondisi sel. Beberapa protein dapat terekspresi pada kondisi lingkungan yang ekstrem. Protein Bax, yang merupakan anggota keluarga protein Bcl-2, merupakan protein pembawa sinyal apoptosis dari dalam sel. Ekspresi yang berlebihan dari Bax dalam sitoplasma, dapat menyebabkan membran mitokondria berlubang. Mitokondria adalah organ sel yang berfungsi sebagai tempat pembangkit energi sel. Rusaknya membran mitokondria menyebabkan sel kehilangan energi dan salah satu protein terpenting di dalamnya, yaitu cytochrome C lepas menuju sitoplasma. Sebelum Bax merangsek membran mitokondria, kerja protein tersebut harus mendapat izin terlebih dahulu dari protein Bcl-2. Bila tidak mengantongi izin, maka ekspresi protein Bcl-2 akan meningkat dan mendesak keberadaan protein Bax sehingga apoptosis tidak terjadi. Kehadiran cytochrome C di dalam sitoplasma dapat menyebabkan teraktivasinya protein Apaf-1, yang nantinya bersama-sama dengan caspase-9 akan melanjutkan perjalan akhir dari sinyal kematian. Mekanisme tersebut merupakan bagian dari jalur apoptosis intrinsik, yang dilihat dari asal sinyal kematian yaitu dari dalam sel. Perjalanan akhir sinyal apoptosis, akan dieksekusi oleh salah satu anggota keluarga protein caspase, yaitu caspase-3. Bila sinyal apoptosis sudah mencapai caspase-3, maka kepastian dari apoptosis sudah final. Caspase-3 akan memotong-motong protein histon yang berfungsi mengikat rangkaian DNA, menjadi beberapa bagian. Salah satu ciri khas dari sel yang mengalami apoptosis yaitu bentuk sel menjadi bulatanbulatan kecil. Berbeda dengan kematian sel akibat nekrosis yang berbentuk tidak beraturan, bentuk bulatan-bulatan kecil ini dimaksudkan untuk memudahkan dan meringankan tugas makrofage yang berfungsi sebagai pencerna sel yang mati akibat apoptosis dan diangkut menuju sistem pembuangan (Anonim, 2009 (d)). Jika dilihat secara morfologi melalui mikroskop proses apoptosis akan terlihat beberapa tahapan yaitu 1. Pengerutan sel Sel berukuran lebih kecil , sitoplasmanya padat, meskipun organella masih normal tetapi tampak padat.

2.

Kondensasi Kromatin (piknotik)

Ini gambaran apoptosis yang paling khas. Kromatin mengalami agregasi diperifer dibawah selaput dinding inti menjadi massa padat yang terbatas dalam berbagai bentuk dan ukuran. Intinya sendiri dapat pecah membentuk 2 fragmen atau lebih ( karyorhexis) 3. Pembentukan tonjolan sitoplasma dan apoptosis. Sel apoptotik mula-mula menunjukkan blebbing permukaan yang luas kemudian mengalami fragmentasi menjadi sejumlah badan apoptosis yang berikatan dengan membran yang disusun oleh sitoplasma dan organella padat atau tanpa fragmen inti. 4. Fagositosis badan Apoptosis Badan apoptosis ini akan difagotosis oleh sel-sel sehat disekitarnya, baik sel-sel parenkim maupun makropag. Badan apoptosis dapat didegradasi di dalam lisosom dan sel-sel yang berdekatan bermigrasi atau berproliferasi untuk menggantikan ruangan sebelumnya diisi oleh sel apoptosis yang hilang (Bimantara, 2009). Sedangkan fungsi dari apoptosis sendiri adalah 1. Sebagai respon stress atau kerusakan DNA 2. Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel 3. Mekanisme penghancuran sel-sel yang tidak berguna 4. Sebagai bagian dari pertumbuhan 5. Regulasi sitem Imun (Anonim, 2009 (c)). II. Mengetahui Proses Nekrosis dan Degenerasi ditingkat sel. Nekrosis merupakan sebuah kematian sel yang terjadi secara tidak alami. Tahapan dari kronologis nekrosis adalah sebagai berikut : 1. pembengkakan sel 2. digesti kromatin 3. rusaknya membran (plasma dan organel) 4. hidrolisis DNA 5. vakuolasi oleh Retikulum Endoplasma 6. penghancuran organel 7. lisis sel (Anonim, 2009 (b)).

Nekrosis umumnya disebabkan oleh faktor dari luar secara langsung. Misalnya kematian sel dikarenakan kecelakaan, infeksi virus, radiasi sinar radio aktif atau keracunan zat kimia. Tanpa adanya tekanan dari luar, sel tidak akan dapat mati secara nekrosis (Anonim, 2009 (d)). Macam macam dari nekrosis daiantaranya adalah 1. Nekrosis koagulativa : Nekrosis yang disebabkan oleh koagulasi dari protein sel, ini merupakan nekrosis structural. 2. Nekrosis lemak : merupakan trauma dari jaringan lemak 3. Nekrosis gangrenosa : merupakan nekrosis iskemik yang disebabakan oleh kuman 4. Nekrosis fibrinoid : merupakan nekrosis yang disebabkan oleh timbunan fibrin. Sedangkan untuk degenerasi sel ada beberapa macam diantaranya adalah 1. Degenerasi lemak : merupakan akumulasi lemak didalam sel, jadi pada sel berisi bercak lemak kecil netral. dan terjadi infiltrasi lemak. 2. Degenerasi hialin : terjadi perubahan sel yang eosinofilik dan homogeny. 3. Degenerasi mukoid : Merupakan akumulasi mukopolisakarida didalam sel. Inti sel akan terdesak ke tepi. 4. Degenerasi Zenker : Meruakan gangguan yang disebabkan oleh akumulasi asam laktit di dalam sel. 5. Degenerasi amilod : Merupakan gangguan akibat timbunan amiloid. dan sering disebit gangguan ini penyakit amiloidosis (Anonim, 2009 (j)).

You might also like