You are on page 1of 13

LAPORAN KASUS

Pseudokista Auricula Dextra

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT THT RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2011
0

BAB I PENDAHULUAN

Kista merupakan suatu kantong tertutup, berdinding membran berlapis epitel dan berisi cairan atau semicairan serta tumbuh tidak normal pada suatu organ. Suatu kista yang timbul pada bagian manapun dan bila timbul di daerah daun telinga manusia sering disebut sebagai pseudokista. Pseudokista merupakan kelainan pada daun telinga, dimana terdapat cairan kekuningan diantara tulang rawan daun telinga dan perikondrium. Pasien yang mempunyai pseudokista di daun telinga sering datang ke dokter dengan keluhan ada benjolan di telinga yang tidak diketahui penyebabnya. Kelainan ini tergolong jinak sehingga eksisi hanya dilakukan jika benjolan sampai mengganggu dan lebih kearah kosmetik1,2. Pseudokista adalah penyakit pada daun telinga yang jarang sekali terjadi akibat dari akumulasi cairan spontan yang steril, berwarna kekuningan, berminyak menyerupai minyak zaitun. Hal ini sebagian besar diamati pada pria dewasa muda dan menunjukkan gejala klinis seperti, pembengkakan soliter, berfluktuasi, dan bersifat non-inflamasi. Biasanya cairan ini terletak di antara lapisan perokondrium dan tulang rawan telinga akibat dari degenerasi tulang rawan dan digantikan oleh jaringan fibrosa. Kondisi ini juga mungkin disebabkan karena nekrosis iskemik dari auricularis tulang rawan. Terapi tidak tepat dapat mengakibatkan cacat permanen daun telinga. 3 Engel pada tahun 1966 pertama kali melaporkan pseudokista dari daun telinga pada seseorang berkebangsaan Cina. Sementara itu hingga saat ini belum ada data yang jelas akan angka kejadian penyakit ini. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Luar 2.1.1 Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi telinga

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu : 4 1. Telinga luar 2. Telinga tengah dan 3. Telinga dalam

2.1.2 Anatomi Telinga Luar Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang
2

lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit 5.

2.2 Pseudokista Auricula 2.2.1 Definisi Benjolan di daun telinga yang disebabkan kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Benjolan ini tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya. Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah timbulnya perikondritis. Kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan semen gips selama seminggu supaya perikondrium melekat kembali pada tulang rawan. Apabila perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan. Pseudokista dari daun telinga biasanya timbul dalam fosa skafoid dari telinga seorang pria setengah baya. Lesi biasanya unilateral, tidak disertai rasa sakit dan cenderung muncul selama beberapa minggu. Pseudokista auricula juga dikenal sebagai "endochondrial endochondral,"
6

auricular

pseudokista,

"Cystic

Chondromalacia,

"pseudokista

2.2.2 Etiologi Etiologi pseudokista dari daun telinga tidak diketahui, namun keberadaan ruang potensial selama embriogenesis dan trauma kronis telah disarankan. Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian pseudokista auricula masing belum jelas hingga saat ini, Trauma ringan dilaporkan mengarah ke fragmentasi kartilago dan pembentukan rongga
3

kistik telah diusulkan, sementara studi lain mendukung hipotesis embrio displasia kongenital sebagai asal pembentukan pseudokista dari daun telinga.6 Telah dilaporkan pada pasien yang dilakukan studi biokimia, dari cairan yang disedot mengungkapkan aktivitas nyata peningkatan laktat dehidrogenase (LDH) dan dominan LDH-4 dan LDH-5. Kami berpendapat bahwa pembentukan pseudokista adalah karena gangguan dari tulang rawan auricularis dan LDH dalam cairan yang dilepaskan dari tulang rawan aurikularis. Pengamatan ini mendukung bahwa lesi merupakan pola Chondromalacia. Ini adalah hipotesis bahwa penyebab pseudocysts tersebut adalah trauma ringan yang berulang.6

2.2.3 Patogenesis Proses patologis terdiri dari perubahan degeneratif dari kartilago auricularis yang menghasilkan rongga berisi cairan serosa. Tidak ada faktor etiologi ditemukan, khususnya dalam trauma.5 Diagnosis diferensial untuk idiopatik kistik Chondromalacia yang kambuh adalah polychondritis dan nodularis chondrodermatitis kronika helicis. 5 Histopatologi menunjukkan akumulasi cairan intracartilaginous tanpa lapisan epitel. Kurangnya lapisan epitel menyebabkan 'pseudokista' panjang. Pada lesi awal, ruang kistik dikelilingi oleh tulang rawan fibros, sedangkan di beberapa daerah nekrosis dan pembubaran total tulang rawan mungkin terjadi.1 Pada stadium lanjut, adanya jaringan granulasi pada fokus dari intrakaviter dan fibrosis intracartilaginous lebih luas.5 Spesimen biopsi menunjukkan rongga dalam tulang rawan auricularis (tanpa lapisan epitel) yang berisi cairan bening. Jaringan berserat dan jaringan granulasi dapat ditemukan dalam rongga juga. Tulang rawan yang melapisi rongga dapat menunjukkan perubahan degeneratif. Tidak ada peradangan terlihat dalam tulang rawan, sebuah fitur yang membedakan dari polychondritis kambuh, yang sering dalam diagnosis diferensial klinis. 6

2.2.4 Gejala Klinik Pseudokista Auricula Gejala-gejala yang timbul pada pseudokista auricula antara lain : 4,5 1) Munculnya benjolan pada daun telinga yang tidak dirasakan nyeri. 2) Munculnya tiba-tiba tanpa tanpa diketahui penyebabnya. 3) Lesi biasanya unilateral
4

4) Pembengkakannya soliter 5) Bersifat Non-inflamasi

2.2.5 Penatalaksaan Sebagai terapi dapat dilakukan pungsi secara steril, selanjutnya dilakukan balut tekan atau dengan gips selama satu minggu supaya perikondrium melekat pada tulang rawan. 6

2.2.6 Komplikasi Jika perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan dan bila pungsi yang dilakukan tidak steril, dapat terjadi perikondritis dan berlanjut menjadi telinga lisut (cauliflower ear)1,4.

2.2.7

Prognosis

Prognosis pseudokista auricula adalah baik, dengan angka kesembuhan mencapai 99 %.

BAB III LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama pasien Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Tanggal Pemeriksaan : Ny. N : 52 tahun : Perempuan : Pagutan : IRT : 14 Desember 2011

ANAMNESIS Keluhan utama: Terdapat benjolan pada daun telinga sebelah kanan

Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluhan ada benjolan pada daun telinga sebelah kanan. Benjolan dirasakan sejak 3 hari yang lalu,

sebelumnya os merasa tiba-tiba telinganya seperti tersengat serangga, namun tidak didapatkan bekas sengatan ataupun gigitan dari serangga. Os mengeluh nyeri saat benjolannya ditekan. Os menyangkal adanya cairan yang keluar dari telinga (-), demam (-), batuk (-), pilek (-), telinga berdengung (-), penurunan pendengaran (-). Riwayat penyakit dahulu: Pasien pernah menderita keluhan yang sama seperti ini sebelumnya pada telinga kiri dan pasien mengaku telah diobati. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya atau terkena benturan pada telinga kanan. DM (-), hipertensi (-) Riwayat penyakit keluarga/sosial: Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Riwayat pengobatan: Riwayat alergi: Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, tidak pernah meler dan bersin-bersin saat terkena debu atau dingin.
6

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tanda vital : Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi: 18 x/menit Suhu : 35,6C

Status Lokalis Pemeriksaan telinga No. Pemeriksaan Telinga 1. 2. Tragus Daun telinga Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-) Telinga kanan Telinga kiri

Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematom (-), batas normal, hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-), nyeri tarik aurikula (-)

benjolan pada daun telinga bawah (+), nyeri pada

benjolan (+), warna sedikit kemerahan pada benjolan, tidak didapatkan peradangan di kulit daun telinga

disekitar, diameter kista + 2 x 1 cm. 3. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-) Serumen (-), hiperemis (-), di sekitar membran timpani, furunkel furunkel (-), edema (-), otorhea (-) (-), edema (-),

otorhea (-),

4.

Membran timpani

Retraksi (-), bulging (-), Retraksi hiperemi (-), edema (-), hiperemi

(-), (-),

bulging edema

(-), (-),

perforasi (-), cone of light perforasi (-), cone of light (+) (+)

Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan Hidung Hidung luar

Hidung kanan Bentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)

Hidung kiri Bentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)

Rinoskopi anterior Vestibulum nasi Cavum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)

Bentuk (normal), mukosa Bentuk (normal), mukosa pucat (-), hiperemia (-) pucat (-), hiperemia (-) Mukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-).

Meatus nasi media

Mukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-).

Konka nasi inferior

Edema (-), mukosa hiperemi Edema (-), mukosa (-) hiperemi (-)

Septum nasi

Deviasi (-), perdarahan (-), Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-) ulkus (-)

Pemeriksaan Tenggorokan

Bibir Mulut Geligi Lidah Uvula Palatum mole Faring

Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N) Mukosa mulut basah berwarna merah muda Normal Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-) Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-) Ulkus (-), hiperemi (-) Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-), sekret (-)

Tonsila palatine

Kanan T1

Kiri T1 hiperemi (-)

Fossa Tonsillaris dan Arkus Faringeus

hiperemi (-)

DIAGNOSIS Pseudokista Auricula Dextra

DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak Dilakukan RENCANA TERAPI Antibiotik (Amoksisilin 3 x 500 mg) Analgesik (Asam mefenamat 3 x 500 mg) Insisi + Curretage kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan semen gibs (selama seminggu) KIE pasien Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan daun telinga. Untuk sementara, telinga kanan jangan dulu terkena air. Sampai penyembuhan total pada daun telinga. Bila dirasakan nyeri bisa diberikan Obat Anti nyeri (Analgesik Asam Menfenamat 500 mg, 3x1) Datang kembali untuk kontrol setelah 1 minggu, untuk melihat perkembangan penyembuhan dan perlekatan pada daun telinga.

PROGNOSIS Dubia ad bonam

10

BAB IV PEMBAHASAN

Pseudokista adalah penyakit pada daun telinga yang jarang sekali terjadi akibat dari akumulasi cairan spontan yang steril, berwarna kekuningan, berminyak menyerupai minyak zaitun. Hal ini sebagian besar menunjukkan gejala klinis seperti, pembengkakan soliter dan bersifat non-inflamasi. Biasanya cairan ini terletak di antara lapisan perokondrium dan tulang rawan telinga akibat dari degenerasi tulang rawan dan digantikan oleh jaringan fibrosa. Pemeriksaan fisik telinga mengkonfirmasi adanya benjolan pada dalam fosa skafoid dari telinga pasien. Lesi biasanya unilateral, tidak disertai rasa sakit dan cenderung muncul selama beberapa minggu. Namun pada pasien ini didapatkan nyeri tekan pada pseudokista dan sedikit berwarna kemerahan. Nyeri dan warna kemerahan hanya berbatas pada pseudokista, hal ini kemungkinan terjadi karena adanya infeksi sekunder yang ringan. Pseudokista auricula juga dikenal sebagai "endochondrial auricular pseudokista, "Cystic Chondromalacia, "pseudokista endochondral," Etiologi pseudokista dari daun telinga tidak diketahui, namun hal ini dapat dikaitkan dengan keberadaan ruang potensial selama embriogenesis dan trauma kronis telah. Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian pseudokista auricula masing belum jelas hingga saat ini, hanya saja kasusnya lebih banyak ditemui pada penderita dengan jenis kelamin pria yang biasanya telah dewasa (90 % dari semua kasus). Trauma ringan dilaporkan mengarah ke fragmentasi kartilago dan pembentukan rongga kistik telah diusulkan, sementara studi lain mendukung hipotesis embrio displasia kongenital sebagai asal pembentukan pseudokista dari daun telinga. Pada pasien ini tidak didapatkan etiologi yang jelas, dan pasien mengaku kejadiannya terjadi secara tiba-tiba. Penanganan yang dapat dilakukan adalah pungsi secara steril atau insisi, selanjutnya dilakukan balut tekan atau dengan gips selama satu minggu supaya perikondrium melekat pada tulang rawan. Jika perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan dan bila pungsi yang dilakukan tidak steril, dapat terjadi perikondritis dan berlanjut menjadi telinga lisut (cauliflower ear).

11

DAFTAR PUSTAKA

1.

Sosialisman; Helmi; Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Editor Soepardi, E, et.al. Edisi 5. Balai Penerbitan FKUI: Jakarta. 2001.

2.

Sjamsuhidajat; De Jong;. Kepala dan Leher dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor Karnadihardja, W, et.al. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. 2004.

3.

Soepardi EA, Iskandar HN, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi keenam. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2007. Graaff, v D. Van De Graaff Human Anatomy 6th Ed. The McGrawHill Companies, New York. 2001

4.

5.

Kopera D, Soyer HP, Smolle J, Kerl H. "Pseudocyst of the auricle", othematoma and otoseroma: three faces of the same coin?. Eur J Dermatol. Aug 2000;10(6):451-4

6.

Kanotra SP, Lateef M. Pseudocyst of pinna: a recurrence-free approach. Am J Otolaryngol. Mar-Apr 2009;30(2):73-9

12

You might also like