You are on page 1of 3

MITA DEWI ASTUTI P2.31.31.0.11.

025 POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

3 TIPE KEP (KEKURANGAN ENERGI PROTEIN)


KEP adalah suatu keadaan dimana rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kurangnya zat gizi makro (energi dan protein) pada balita bisa menyebabkan KEP. Ada tiga tipe KEP sebagai berikut :

1. MARASMUS
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori daripada protein. Marasmus terjadi akibat kekurangan energi. Gangguan gizi ini biasanya terjadi pada anak usia tahun pertama yang tidak mendapat cukup ASI (Air Susu Ibu). Penyebab marasmus adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Intake kalori yang sedikit. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral. Kelainan struktur bawaan. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup. Gangguan metabolism. Tumor hipotalamus. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang. Urbanisasi. Gejala marasmusmeliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Berat badan sangat rendah Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi) Wajah anak seperti orangtua (old face) Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh Cengeng dan apatis (kesadaran menurun) Mudah terkena penyakit infeksi Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah kulit

8. 9.

Sering diare Rambut tipis dan mudah rontok

Patologi : yang mencolok pada keadaan nutritional marasmus ialah pertumbuhan yang berkurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak bawah kulit. Pada permulaan kelainan demikian merupakan proses fisiologik. Untuk berlangsungnya hidup jaringan, maka tubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein dipakai juga untuk memnuhi energi. Gejala klinis pada marasmus : kehilangan berat badan dan lesu hingga sangat kurus, kulit keriput dan longgar akibat kehilangan lemak subkutan, abdomen membesar atau flat dengan pola usus terlihat, atrofi otot, hambatan pertumbuhan yang nyata, tinggal tulang, perut sering dipenuhi cacing, kepala lebih besar dari badan, anemia normokromik normositik, defisiensi multivitamin, wajah seperti orang tua, tidak edema, baggy pant dan suhu tubuh bisa rendah. Karena tidak ada edema, maka marasmus sering disebut non edematous protein calorie malnutrition.

2. KWASHIORKOR
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Kwashiorkor terjadi akibat kekurangan protein. Penyakit gangguan gizi ini banyak dijumpai pada anak usia 1-3 tahun. Orangtua biasanya tidak menyadari bahwa anaknya sakit. Hal ini disebabkan kebutuhan energinya tercukupi sehingga berat badan menjadi normal. Apalagi ditambah dengan adanya oedem (sembap) pada badan anak karena kekurangan protein. Penyebabnya adalah : 1. Intake protein yang buruk. 2. Infeksi suatu penyakit. 3. Masalah penyapihan. Gejalanya: 1. Oedem pada kaki dan muka (moon face) 2. Rambut berwarna jagung dan tumbuh jarang 3. Perubahan kejiwaan seperti apatis, wajah memelas, cengeng, dan nafsu makan kurang 4. Muncul kelainan kulit mulai dari bintik-bintik merah yang kemudian berpadu menjadi bercak hitam Patologi : pada kwashiorkor klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hepar. Kelainan ini merupakan gejala yang mencolok. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, oleh sebab persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dari dietnya. Namun, kekurangan protein dalam diet menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial untuk sintesis. Gejala klinis pada kwashiorkor : pitting edema, pertumbuhan tidak memadai, kurangnya stamina, kehilangan massa atau jaringan otot, rambut menjadi jarang, tipis, berubah waran dan tidak

rontok, flaky paint, perut buncit, hepatomegali, crazy pavement dermatosis, perut buncit, hipoalbuminemia, anemia, wajah sembab, defisiensi multivitamin, anoreksia, cengeng, kegagalan adapasi, stress, dan biasanya terjadi pada anak yang lebih besar. Dari sekian banyak gejala klinis, tetapi ada beberapa gejala klinis tersebut khas pada penderita kwashiorkor. Tanpa gejala klinis yang khas ini, penegakkan diagnosis kwashiorkor tidak dapat ditegakkan. Gejala yang khas tersebut adalah pitting edema, hipoalbuminemia, rambut yang tidak hitam, mudah rontok, jarang dan tipis, perut buncit karena hepatomegali, dan crazy pavement dermatosis. Karena adanaya edema, maka kwashiorkor bisa disebut edematous protein calorie malnutrition.

3. MARASMUS-KWASHIORKOR
Marasmik kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor. Penyakit ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan normal. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung proteindan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disampingmenurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tandakwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainanbiokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000). Pada marasmus kwashiorkor menunjukan manifestasi campuran antara marasmus dan kwashiorkor atau sering disebut marasmus dengan kwashiorkor. Pada skenario, memang terlihat pasien menunjukan manifestasi campuran dari marasmus dan kwashiorkor. Pasien tampak kurus, lemah, lemak subkutan menghilang. Hal ini disebabkan oleh kekurangn kalori. Penyusutan lemak dan otot wajah menimbulkan gambaran wajah lesu dan berkeriput. Karena kekurangan kalori itu pula, pasien tidak dapat memproduksi panas dengan baik sehingga badan pasien teraba dingin dan memilikipeluang terjadi komplikasi berupa hipotermia. Ini semua merupakan gejala dan tanda dari marasmus. Pada skenario, pasien juga memiliki beberapa gejala dan tanda dari kwashiorkor, antara lain otot tampak atropi, tugor jelek, rambut tipis mudah dicabut, hepatomegali, dan edema.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Pintar Menu Balita, Oleh Ayu Bulan Febry K.D, S.KM & dr. Zulfito Marendra Parakrama Chandrasoma dan Clive R Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC. http://www.scribd.com/doc/55668023/BAB-II-KEP

You might also like