You are on page 1of 3

Terapeutik Pendiaman Gen Dan Terapi Gen Di Masa Depan Batasan terbaru dalam terapi gen meliputi mematikan

secara selektif atau mendiamkan gen untuk mencegah perkembangan atau progresifitas penyakit. potensi terapeutik dari RNA dan teknik pendiaman gen dibuktikan melalui sejumlah studi besar yang dipublikasikan dalam periode yang singkat sejak ditemukan teknik terapi molekuler ini. Sebagai hasilnya, lebih dari 30 perusahaan farmasi atau bioteknologi saat ini mengembangkan RNAi-basis terapi. Kondisi pertama dibawah evaluasi dengan teknologi RNAi adalah degenerasi makular karena usia age-related macular degeneration (AMD). AMD disebabkan oleh pertumbuhan pembuluh darah dibelakang retina yang abnormal. Obat-obat baru yang terdiri dari siRNA yang dimodifikasi mentargetkan apakah VEGF atau reseptornya, VEGFR1, telah dikembangkan untuk memblokade angiogenesis retinal. Obat-obat ini diberikan secara langsung kedalam mata melalui injeksi intravitreal tunggal dan memperlihatkan stabilitas dan memperbaiki tajam penglihatan dengan cara dose-dependent dengan toksistas minimal. Percobaan klinik fase II saat ini sedang berlangsung menggunakan berbagai VEGF-targeting RNA sebagai metode penanganan AMD. Viral RNAs juga menjadi target potensial untuk mendiamkan gen termasuk gen yang menyandikan masuknya viral dan replikasi dalam sel. Pemberian via aerosol intranasal dari plasmid-borne siRNA mampu menghambat infeksi respiratory syncytial virus (RSV) pada tikus kecil, dan pendekatan tersebut, saat ini digunakan dalam percobaan klinik fase I untuk infeksi RSV manusia. Penekanan jangka panjang replikasi HIV telah dicapai melalui target 3 kunci gen secara simultan yang terlibat dalam infeksi HIV menggunakan vektor lentiviral yang menyandikan berbagai shRNAs. Percobaan klinik menggunakan pendekatan ini sedang dilakukan. Terdapat beberapa usaha preklinik yang sukses menggunakan RNAi untuk menginduksi kematian sel kanker. RNAi sukse menginduksi penekanan tumor pada hewan coba murine dengan kanker pankreas, ovarium, kandung kemih, payudara, liver, melanoma, dan kanker servikal. Lebih jauh lagi, RNAi terbukti efektif dalam pencegahan tumor metastasis. RNAi dapat diarahkan pada onkogen seluler yang memiliki ekspresi berlebihan dalam sel kanker. Sebagai contoh, pendiaman yang dimediasi siRNA terhadap reseptor tyrosine kinase gen EphA2, dengan ekspresi

berlebihan dalam kanker ovarium, menginduksi lebih dari 50% penurunan ukuran tumor dan selanjutnya terbukti menurunkan 90% volume bila dikombinasikan dengan kemoterapi konvensional paclitaxel. Oncogen-oncogen yang muncul sebagai hasil dari translokasi kromosom dapat juga didiamkan menggunakan RNAi. Onkogen Bcr-Abl, kunci mutasi dalam leukemia myeloid kronik, dapat didiamkan menggunakan vektor lentiviral yang mengekspresikan anti-Bcr/Abl shRNA. Ini akan memicu down-regulation dari ekspresi Bcr-Abl protein kinase dan selanjutnya menekan proliferasi sel kanker. Pendekatan pendiaman gen juga berpotensiasi dengan kerja kinase-targeted inhibitor obat imatinib. Resistensi sel kanker terhadap kemoterapi adalah faktor yang mendasari kegagalan penangan dan kekambuhan penyakit. Multidrug transporter, Pglycoprotein, disandikan melalui gen MDR1, merupakan sistem utama dimana sel kanker mencegah akumulasi obat-obat kemoterapi. Pendiaman gen dari MDR1 mengembalikan resistensi kanker pakreatik dan gastrik terhadap daunorubicin masing-masign 89% dan 58%. Studi-studi yang diuraikan diatas muncul dari kemungkinan bahwa RNAi dapat digunakan untuk menangani kanker dengan onkogen spesifik yang telah dilibatkan dan dapat juga digunakan untuk membuat kanker menjadi peka terhadap penanganan konvensional. Translasi RNAi kedalam dunia klinik memerlukan sistem yang efisien dan aman, tapi agen-agent ini berpotensi lebih selektif, efisien dalam desain dan akan menjadi terapi revolusioner dikemudian hari.

Kesimpulan Penemuan biologi molekuler sejak 40 tahun yang lalu telah memungkinkan aplikasi klinik dalam bidang terapi gen. Segera sesudahnya, terdapat lebih dari 600 percobaan yang telah dilakukan atau sementara berlangsung, dan perkembangannya terus berlanjut. Sementara metode terapi gen terus dikembangkan, metode yang ada saat ini telah cukup berkembang dan terus digunakan dalam penelitian terapi gen untuk penyakit tertentu dan disatukan kedalam efikasi produk-produk farmasi untuk digunakan dalam klinik. Terapi gen memiliki potensi besar, tidak hanya untuk

penanganan penyakit yang diturunkan, tapi juga untuk menydiakan penanganan baru untuk penyakit-penyakit kompleks seperti kanker dan untuk mengembangkan

adjuvan baru untuk standar intervensi medis atau bedah. Teknologi terapi gen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengobatan, dilain pihak memberikan keuntungan karena dapat mengurangi biaya pengobatan. Sebagai lapangan penelitian yang berkembang dengan cepat, peluang yang meningkat dapat muncul dari para dokter untuk menerapkan teknologi ini dalam percobaan klinik, dan secepatnya dalam praktek klinik.

You might also like