Professional Documents
Culture Documents
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini adalah hasil karya kelompok 5 (lima) dan semua sumber baik yang dikutip
maupun di rujuk telah kami nyatakan dengan benar.
NAMA
NRP
Esti Oktaviani
1110711050
Siti Sobariyah
1110711068
1110711071
TANDA TANGAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Berhubungan Sosial tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan
makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak
kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Depok, Oktober 2013
Kelompok 5
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .....................................................................................................
2. Tujuan...................................................................................................................
3. Rumusan Masalah.................................................................................................
10
B. Asuhan Keperawatan............................................................................................
14
1. Pengkajian .....................................................................................................
14
2. Diagnosa ........................................................................................................
16
3. Perencanaan ...................................................................................................
17
37
B. Saran .................................................................................................................
37
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perilaku menarik diri adalah klien ingin lari dari kenyataan tetapi karena tidak
mungkin, maka klien menghindari atau lari secara emosional sehinga klien jadi pasif,
tergantung, tidak ada motivasi dan tidak ada keinginan untuk berperan. Setiap saat, 450
juta oran di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun prilaku. Di
Indonesia, pravalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa. Di RSJ Soeharto
Heerdjan Grogol, misalnya pada tahun 2008, pasien jiwa disana berjumlah 20.040 orang.
Naik cukup tinggi bila dibandingkan dengan 2007 yang jumlahnya 17.124 orang
(kenaikan 17%). Di RSUP Cipto Mangunkusumo juga begitu. Pada tahun 2008, pasien
jiwa di sana berjumlah 14.983 orang atau 26,8% jumlah tersebut lebih banyak bila
dibandingkan pada tahun 2007 yang jumlahnya 11.816 orang. Peningkatan serupa juga
terjadi di RS Persahabatan yang berlokasi di Jakarta Timur, dimana pada tahun 2008 lalu
jumlah pasien yyang mengalami gangguan jiwa berjumlah 2.386 orang atau naik 8,9 %
dari tahun 2007 ( 2.189 orang). (pikiran Rakyat Bandung 2007).
Berdasarkan dat statistik di atas, klien yang dirawat di rumah sakit pada umumnya
tidak hanya mengalami masalah fisik, namun mereka juga mengalami masalsh psikososial
seperti berdiam diri, tidak ingin bertemu siapapun, merasa kecewa atau putus asa, malu
dan tidak berguna disertai keraguan dan percaya diri yang kurang. Keluarga juga sering
merasa kekhawatiran dan ketidak pastian tentang keadaan klien ditambah lagi gengan
kurangnya waktu petugas kesehatan ( perawat dan dokter ) untuk mengonfirmasikan
kondisi klien kepada anggota keluarga klien. Klien dan keluarga sering tidak diajak
berkomunikasi, kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan perasaan sedih
ansietas, takut, marah, prestasi, tidak berdaya karena informasi yang tidak jelas disertai
ketidak pastian.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus dapat meyakinkan bahwa klien
adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam
berintregasi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan berhubungan sosial yang di intregasikan secara
komperhensif kepada program asuhan klien, diharapkan klien dan keluarga segera
mungkin dapat berperan serta sehingga self-care (perawatan diri) dan family support
(dukungan keluarga) dapat terwujud. Termasuk tindakan rehabilitatif (pemulihan
5
keadaan), preventif (aktivitas, dan ikhtiar yang menyangkut pengakhiran konflik), kuratif,
promotif (seluruh kerja dan ikhtiar dalam rangka mendorong pemulihan klien). Salah satu
aspek yang dilakukan asuhan keperawatan psikososial khususnya pada klien dengan
gangguan berhubungan sosial.
2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Tujuan umum :
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan gangguan berhubungan social atau
menarik diri.
2) Tujuan khusus :
a. Mampu menjelaskan pengertian gangguan berhubungan social atau menarik
diri.
b. Mampu menjelaskan rentang respon pada gangguan berhubungan sosial.
c. Mampu menjelaskan tanda dan gejala yang timbul pada klien gangguan
hubungan sosial.
d. Mampu menjelaskan tahapan perkembangan pada gangguan berhubungan
sosial.
e. Mampu mengkaji pada klien gangguan berhubungan sosial.
f. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan berhubungan
sosial.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup masalah hanya meliputi asuhan keperawatan pada klien gangguan
hubungan sosial.
4. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode research library
yaitu pengambilan materi dari buku buku maupun dari artikel atau studi kasus yang ada
kaitannya dengan pembahasan. searching internet yaitu pengambilan materi dari internet
yang berhubungan dengan pembahasan.
5. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan,
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS : Konsep Dasar, Proses keperawatan
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1.
hubungan
sosial
merupakan
suatau
gangguan
hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan
menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
berhubungan sosial. Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam
hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim biasa
sampai hubungan saling ketergantungan. Individu tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu,
individu perlu membina hubungan interpersonal (Teguh, 2009).
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam
proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan serta respon
lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan
timbale balik yang sinkron. Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi
sepanjang rentang tergantung dan artinya suatu saat individu tergantung pada orang
lain dan suatu saat orang lain akan tergantung pada individu (Stuart, 2006).
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negative
dan mengancam (Townsend, 1998) dan ada juga pendapat yang mengemukakan
bahwa isolasi sosial merupakan pengabaian hubungan interpersonal, individu tidak
mempunyai keinginan untuk berinteraksi sosial dan lebih senang melakukan
aktivitas soliter/menyendiri (Copel, 2007).
Isolasi sosial adalah terjadinya pemutusan proses hubungan terkait erat
dengan dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan
kurangnya peran serta respon lingkungan yang negatif. Kondisi dapat
mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindari dari
orang lain (rasa tidak percaya dengan orang lain). Pada pasien dengan perilaku
menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan
diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga pasien jadi
pasif dan berkepribadian kaku,pasien menarik diri juga melakukan pembatasan
7
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Solitut
Kesepian
Manipulasi
Otonomi
Menarik diri
Impulsif
Kebersamaan
Ketergantungan
Narkisisme
Saling Ketergantungan
Sumber : (Stuart, 2006)
8
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman, dan miskin penilaian.
9. Narsisisme
Respon sosial ditandai dengan Individu memiliki tingkah laku egosentris, harga
diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapat penghargaan dan mudah
marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
10.Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan
juga dapat menciderai diri sendiri (Carpenito, 2006). Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan timbulnya menarik diri, adapun faktor tersebut antara lain:
1.
Factor predisposisi
Faktor predisposisi pada gangguan isolasi sosial menarik diri yaitu (Teguh,
2009):
a.
Faktor perkembangan
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan
yang harus terpenuhi. Apabila tugas tersebut tidakterpenuhi maka akan
mempengaruhi hubungan sosial. Misalnya anakyang kurang kasih
sayang, dukungan, perhatian dan kehangatan dariorang tua akan
memberikan rasa tidak aman dan menghambat rasa percaya.
b.
Faktor Biologis
Organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungansosial.
Misalnya kelainan struktur otak dan struktur limbic di duga
menyebabkan skizofrenia. Pada klien skizofrenia terdapat gambaran
struktur otak yang abnormal: otak atrofi, perubahan ukuran dan
bentuk sel limbic di daerah kortikal.
c.
menghambat untuk
keluarga.
2.
Faktor Presipitasi
a.
Stressor Psikologis
Adalah stres yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan
dan
mengatasinya.
Tanda Dan Gejala
Isolasi sosial yaitu menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan
gejala sebagai berikut : sedih,afek tumpul, menjadi tidak komunikatif, kurang
spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri,
komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan
terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun, posisi baring seperti fetus,
asyik
dengan
daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam
proses hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung (tergantung dan
mandiri).
Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal dimulai
dari :
1) Masa bayi
Pada masa bayi ini penting untuk menetapkan landasan rasa percaya
diri, terlihat pada bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan biologis dan psikologisnya. Komunikasi sederhana dalam
menyampaikan kebutuhannya, misalnya : menangis. Menurut Ericson bahwa
respon lingkungan (ibu atau pengasuh) terhadap kebutuhan bayi harus sesuai
agar berkembang rasa percaya diri bayi akan respons/perilakunya dan rasa
percaya bayi terhadap orang lain. Dan menurut haber, dkk. (1987) bahwa
kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada orang lain
akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta
menarik diri.
2) Masa pra sekolah
Anak pra sekolah akan belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab dan
hati nurani. Ini terlihat dalam memperluas hubungan sosialnya diluar
lingkungan keluarga khususnya ibu (pengasuh). Anak akan menggunakan
kemampuan berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan
bantuan dari keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap
perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang
berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan interdependen.
Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan anak dalam berhubungan
dengan lingkungan disertai respons keluarga yang negatif akan mengakibatkan
anak menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri (tergantung), ragu,
menarik diri dari lingkungan, kurang percaya diri, pesimis, takut perilakunya
salah.
3) Masa sekolah
Anak
sekolah
mulai belajar
berkompetisi,
bekerja
sama
dan
berkompromi. Ini dimulai dari mengenal hubungan yang lebih luas khususnya
lingkungan sekolah. Konflik sering terjadi dengan orang tua karena
pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dengan orang dewasa
12
diluar keluarga (guru, orang tua, teman) merupakan sumber pendukung yang
penting bagi anak. Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan dalam
membina hubungan dengan teman di sekolah, kurangnya dukungan guru dan
pembatasan
serta
dukungan
yang
tidak
konsisten
dari
orang
tua
dari
anak
pra
remaja
dalam hubungannya
menjadi
interdependen.
Perkembangan
hubungan
yang
baik
akan
dan
mendapatkan
dukungan
dari
orang
dewasa
lain
akan
usia
dewasa
tua
atau
lanjut
akan
mengalami perasaan
Tugas
Menetapkan landasan percaya
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Belajar menunjukkan inisiatif dan rasa tanggung jawab
dan hati nurani
Belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi
Menjadi intim dengan teman sejenis kelamin
Menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak
tergantung pada orsng tua
Menjadi saling tergantung dengan orang tua, teman,
menikah dan mempunyai anak
Belajar menerima
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan
keterikatan dengan budaya.
Mekanisme Koping
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti social
Poyeksi
Pemisahan
Merendahkan orang lain
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian border line
Pemisahan
Reaksi formasi
Proyeksi
Isolasi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1)
PENGKAJIAN
1.
Fraktor predisposisi
a.
yang
harus
dipenuhi,
setiap
tahap
gangguan
hubungan social.
b.
c.
Faktor predisposisi
a.
Faktor hormonal
Gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary )
menyebabkan turunya
Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan prilaku spikotik.
15
d.
sosial.
e.
Stressor psikologik
Adanya kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan
menyelasaikan kecemasan tersebut.
3.
Prilaku
a.
b.
c.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pohon Masalah
Isolasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Halusinasi
3) PERENCANAAN
Keperawatan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
dan Tujuan
Isolasi sosial :
Setelah 1 x interaksi
menarik diri
pasien menunjukkan
saling percaya
hubungan
tanda-tanda percaya
dengan :
saling
Tujuan:
kepada / terhadap
Pasien
perawat :
percaya.
a. Beri salam setiap
dapat
berinteraksi
berinteraksi
dengan
1. Wajah cerah,
Tujuan Khusus :
1. Pasien
dapat
membina
Kontrak yang
jujur, singkat,
konsisten
tersenyum
orang lain
1.1 Membina
b. Perkenalkan nama,
2. Mau berkenalan
nama panggilan
dengan
perawat dapat
perawat
membantu
4. Bersedia
klien
berkenalan
membina
menceritakan
perasaan
kembali
5. Bersedia
c. Tanyakan dan
interaksi penuh
hubungan
mengungkapkan
panggil nama
percaya
saling
masalah
kesukaan pasien
dengan orang
percaya
lain
d. Tunjukkan sikap
jujur dan menepati
19
perasaan pasien
2.1 Tanyakan pada
mampu
Pasien dapat
pasien tentang :
menyebut
menyebutkan
kan
minimal
penyebab
Satu penyebab
tinggal
membangun
menarik
menarik diri :
serumah atau
dan atau
sekamar
kembali
pasien
membentuk
2. Pasien
2. 1 Keterlibatan
Orang terdekat
dapat
a. Orang yang
diri
a. Diri sendiri
b. Orang lain
membantu
sistem
c. Lingkungan
b. Orang yang
paling dekat
dengan pasien
dirumah atau
ruang
perawatan
c. Apa yang
membuat
pasien dekat
20
dengan orang
tersebut
d. Orang yang
tidak dekat
dengan pasien
dirumah atau
diruang
perawatan
e. Apa yang
membuat
pasien tidak
dekat orang
dengan
tersebut
f. Upayakan
yang sudah
dilakukan
agar dekat
dengan
orang lain
g. Diskusikan
dengan pasien
penyebab
menarik diri
atau
tidak mau
bergaul
dengan orang
lain
21
h. Beri pujian
terhadap
kemampuan
pasien
mengungkapk
an perasaan
3. Pasien
Setelah 3x interaksi
mampu
Pasien dapat
pasien tentang :
menyebut
Menyebutkan
kan
keuntungan
Keuntung
berhubungan
hubungan
dengan
an
sosial, misalnya :
social
pilihan,
kesepian
dapat
a. Manfaat
berhubun
diterima atau
dan perbedaan
gan
a. Banyak teman
b.
sosial dan
b. Tidak kesepian
kerugian
c. Bisa diskusi
menarik
d. Saling menolong
Kerugian
menarik diri
ini membantu
klien
mengidentifik
c.
diri
Diskusikan
bersama
terjadi
Dan kerugian
pasien
pada dirinya
tentang
sehingga
manfaat
dapat diambil
a. Sendiri
berhubungan
langkah untuk
b. Kesepian
sosial dan
mengatasi
kerugian
masalah ini
menarik diri
d.
Beri pujian
terhadap
kemampuan
pasien
mengungkapk
an
4. Pasien
Setelah 4x interaksi
22
perasaannya.
4.1 Observasi
4.1 Kehadiran
dapat
pasien dapat
perilaku
orang yang
Melaksan
melaksanakan
pasien saat
dapat
akan
hubungan social
berhubungan
dipercaya
hubungan
secara bertahap
social
member klien
social
dengan :
rasa
secara
terlindungi.
bantu pasien
setelah dapat
a. Perawat
untuk berkenalan
berinteraksi
b. Perawat lain
atau
dengan orang
c. Pasien lain
berkomunikasi
lain dan
d. Kelompok
dengan:
member
bertahap
kesempatan
a. Perawat lain
klien dalam
b. Pasien lain
mengikuti
c. Kelompok
aktivitas
kelompok,
klien merasa
dalam
lebih berguna
terapi aktivitas
dan rasa
kelompok
percaya diri
sosialisasi
dapat tumbuh
kembali
4.4 Diskusikan
jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan
pasien
bersosialisasi
4. 5 Beri motivasi
pasien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
23
dengan jadwal
yang telah dibuat
4.6 Beri pujian
terhadap
kemampuan
pasien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang
dilaksanakan
5. Pasien
mampu
Setelah 5x interaksi
pasien dapat
5.1 Diskusikan
dengan pasien
5.1 Ketika
klien
menjelask menjelaskan
tentang
merasa
an
perasaannya
dirinya lebih
setelah
baik dan
ya setelah
berhubungan
mempunyai
sosial dengan :
makna,
1. Orang lain
a. Orang lain
interaksi
2. Kelompok
b. Kelompok
sosial
perasaannya setelah
dengan :
berhubun
gan sosial
dengan
5.2 Beri pujian
orang lain
terhadap
dapat
kemampuan
ditingkatkan
pasien
mengungkapkan
6. Pasien
perasaannya
6.1 Diskusikan
Setelah 6x
6.1 Dukungan
mendapat
pertemuan keluarga
pentingnya peran
dari keluarga
dukungan
dapat
serta keluarga
merupakan
keluarga
menjelaskan tentang :
sebagai
bagian
pendukung untuk
penting
mengatasi
dari
dalam
memperlu
a. Pengertian
menarik diri
24
as
hubungan
sosial
prilaku menarik
rehabilitasi
diri.
c. Penyebab dan
akibat menarik
6.2 Diskusikan
diri
potensi keluarga
d. Cara merawat
untuk membantu
pasien menarik
pasien mengatasi
diri
perilaku menarik
diri
6.3 Jelaskan pada
keluarga tentang :
a. Pengertian
menarik diri
b. Tanda dan
gejala menarik
diri
c. Penyebab dan
akibat menarik
diri
d. Cara merawat
pasien menarik
diri
e. Latih
keluarga cara
merawat
7. Pasien
Setelah 7x interaksi
7.1 Diskusikan
7.1 Membantu
dapat
pasien menyebutkan :
dengan pasien
memanfa
a. manfaat minum
tentang manfaat
meningkatkan
dan kerugian
perasaan
dengan
kendali dan
nama, warna,
keterlibatan
dalam
perawatan
baik
b. kerugian tidak
minum obat
c. nama, warna, dosis,
efek terapi
25
dalam
samping
obat
penggunaan obat
kesehatan klien
d. akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dokter
2.
Halusinasi
pendengaran
Tujuan:
Klien tidak
menciderai diri
sendiri /
orang lain /
lingkungan
Tujuan Khusus :
Klien mampu
1.1 Hubungan
membina hubungan
saling percaya
saling
saling percaya
dengan
26
percaya
1. Klien
dengan perawat
menggunakan prinsip
merupakan
dapat
komunikasi
langkah awal
membina
1. Membalas sapaan
terapeutik :
menentukan
hubungan
saling
perawat
a. Sapa klien
2. Ekspresi wajah
dengan
rencana
selanjutnya
percaya
bersahabat dan
ramah baik
dengan
senang
verbal
perawat
maupun non
verbal
b.
c.
d.
Perkenalkan
mengurangi
kontak klien
dengan
sopan
halusinasinya
Tanyakan
dengan
nama
mengenal
lengkap
halusinasi akan
klien dan
membantu
nama
mengurangi
panggilan
dan
kesukaan
menghilangkan
klien
halusinasi
Jelaskan
tujuan dan
interaksi
Berikan
perhatian
pada klien,
perhatikan
kebutuhan
dasarnya
1.2 Untuk
diri dengan
maksud
e.
keberhasilan
1.3 Dengarkan
ungkapan
klien dengan
2. Klien
empati
2.1 Adakan kontak
Klien mampu
2.1 Mengetahui
dapat
mengenali
sering dan
apakah
mengenal
halusinasinya
singkat secara
halusinasi
bertahap
datang dan
halusinasi
nya
1. Klien dapat
menyebutkan
menentukan
2.2 Tanyakan apa
tindakan yang
waktu,
yang didengar
tepat atas
timbulnya
dari
halusinasinya
halusinasi
halusinasinya
2. Klien dapat
2.2 Mengenalkan
pada klien
asi kapan
halusinasinya
terhadap
frekuensi
datang
halusinasinya
situasi saat
dan
terjadi
2.4 Tanyakan
halusinasi
halusinasinya
3. Klien dapat
mengungkapk
prasaannya
halusinasinya
saat muncul
a.Jika
menemukan
klien sedang
halusinasi,
tanyakan
apakah ada
suara yang
didengar
b.Jikaklien
menjawab
28
i factor pencetus
halusinasinya
an
halusinasi
mengidentifikas
ada, lanjutkan
apa yang
dikatakan
c.Katakan bahwa
perawat percaya
klien
mendengar
suara itu,
namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya
(dengan nada
bersahabat
tanpa menuduh
atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa
klien lain juga
ada yang seperti
klien
e.Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.6 Diskusikan
dengan klien :
a. Situasi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
b.Waktu
terjadinya
halusinasi
29
2.7 Diskusikan
dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinas
3.Klien dapat
3.1 Identifikasi
3.1 menentukan
mengontrol
mengidentifikasi
bersama klien
tindakan yang
halusinasinya
tindakan yang
tindakan yang
dilakukan untuk
biasa yang
untuk
mengendalikan
dilakukan bila
mengontrol
halusinasinya
terjadi halusinasi
halusinasinya.i
3.2 Diskusikan
menunjukkan cara
baruuntuk
yang digunakan
mengontrol
klien, jika
halusinasi
bermanfaat beri
pujian
3.3 Diskusikan cara
baik memutus
atau mengontrol
timbulnya
halusinasi
3.4 Bantu klien
memilih dan
melatih cara
mengontrol
halusinasi secara
bertahap
3.5 Beri kesempatan
untuk melakukan
30
4.Klien dapat
dukungan dari
memilih
4.1 Membantu
klien
keluarga dalam
cara mengatasi
menentukan
Mengontrol
halusinasi
mengalami
cara
halusinasi
mengontrol
halusinasinya
4.2 Klien
halusinasi:
melaksanakan
4.2 Diskusikan
dengan keluarga :
dipilih
a. Gejala
a.Beri support
kepada klien
b.Menambah
halusinasi yang
pengetahuan
dialami klien
klien untuk
b. Cara yang
melakukan
aktivitas
dapat dilakukan
tindakan
kelompok
klien dan
pencegahan
keluarga untuk
halusinasi
mengontrol
halusinasi
c. Cara merawat
anggota
keluarga
yang
mengalami
halusinasi
d.Beri informasi
follow up atau
31
kapan perlu
mendapat
bantuan
halusinasi tidak
terkontrol dan
risiko
menciderai
orang lain
4.3 Diskusikan
dengan keluarga
dan klien tentang
jenis, dosis,
frekuensi dan
manfaat obat
5. Klien dapat
5.1Membantu
menggunakan
informasi tentang
minum obat
mempercepat
obat dengan
sesuai dengan
penyembuhan
benar untuk
samping obat
program dokter
dan
mengendalika
n
halusinasinya
memastikan
5.2 Klien dapat
obat sudah
memahami akibat
bicara dengan
diminum oleh
berhenti minum
dokter tentang
klien
obat tanpa
konsultasi
samping obat
yanng dirasakan
5.2 Meningkatkan
pengetahuan
tentang manfaat
menyebutkan
prinsip 5 benar
berhenti minum
penggunaan obat
obat tanpa
konsultasi
5. 4 Bantu klien
menggunakan
32
dan efek
samping obat
obat
dengan prinsip 5
benar
3.
mengungkapkan
saling percaya :
perasaanya
a. Sapa klien
membina
hubungan
saling
percaya
1.3 Ada kontak mata
1.4 Menunjukkan
rasa senang
1.1 Hubungan
saling
percaya akan
dengan ramah,
menimbulkan
baik verbal
kepercayaan
maupun
klien pada
nonverbal
perawat
b. Perkenalkan
sehingga akan
diri dengan
memudahkan
sopan
dalam
c. Tanya nama
pelaksanaan
lengkap klien
tindakan
dan nama
selanjutnya
tangan
panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan
mengutarakan
pertemuan,
masalah yang
jujur dan
dihadapi
menepati janji
e. Tunjukkan
sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
33
3 Sediakan
waktu
untuk
mendengarkan
klien
2.1 Diskusikan
mengidentifik
mempertahankan
kemampuan dan
meningkatkan
asi
aspek
kemampuan
positif yang
dan aspek
dimiliki kllien
positif yang
dan beri
dimiliki
pujian/reinforcem
ent
atas kemampuan
34
mengungkapkan
perasaannya
2.2 Saat bertemu
klien,
hindarkan
memberi
penilaian negatif.
Utamakan
memberi
pujian yang
realistis
3.1 Diskusikan
3.1Peningkatan
kemampuan
kemampuan
kemampuan
mendorong
yang dapat
dapat digunakan
pasien untuk
selama sakit
mandiri
3. Klien dapat
menilai
digunakan
aktivitas terarah
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di
rumah sakit dan
di rumah nanti
4. Klien dapat
4.1 Rencanakan
4.1 Pelaksanaan
menetapkan
beraktivitas sesuai
bersama klien
kegiatan secara
dan
kemampuan
aktivitas yang
mandiri modal
dapat dilakukan
awal untuk
merencanaka
n kegiatan
sesuai dengan
terapi aktivitas
kemampuan
kelompok
yang dimiliki
meningkatkan
kemampuan
harga diri
4.2 Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
kondisi klien
35
melakukan
beraktivitas sesuai
kegiatan
kemampuan
klien
5.1 Dengan
aktivitas klien
untuk mencoba
akan
sesuai
kegiatan yang
mengetahui
kondisi sakit
direncanakan
kemampuanny
dan
kemampuann
ya
keberhasilan
kllien
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di
6. Klien dapat
rumah
6.1 Beri pendidikan
6.1 Perhatian
memanfaatka
melakukan apa
kesehatan pada
keluarga dan
n system
yang
keluarga tentang
pengertian
pendukung
diajarkan
cara merawat
keluarga akan
dapat
rendah
membantu
yang ada
6.2 Klien mampu
memberikan
meningkatkan
dukungan
harga diri
klien.
menyiapkan
lingkungan di
rumah
37
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Pelayanan Medic. 2005. Teori Dan Tindakan Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Depkes .R. I
Digilib.Unimus.Ac.Id/Download.Php?Id=10429
Hamid, Achir Yani, S.2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta . EGC
Riyadi Sujono, Purmanto Teguh. 2009. Asuhan Kepewaran Jiwa, Yogyakarta : Graha
Ilmu.
39
Lampiran
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
A. PROSES KEPERAWATAN
Bina hubunga saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, bantu pasien
mengenal keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari tidak berhubungan dengan
orang lain, dan ajarkan pasien untuk berkenalan dengan orang lain
Orientasi
Selamat pagi !
Saya H...., Saya senang dipanggil Ibu Her..., Saya perawat di puskesmas yang akan
merawat Ibu.
Siapa nama Ibu ? Senang dipanggil siapa ?
Apa keluhan anda hari ini ? Bagaimana kalu kita berbincang-bincang tentang keluarga
dan teman-teman anda ? Mau dimana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di
ruang tamu ? Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 15 menit ?
Kerja
(jika pasien baru)
Siapa saja yang tinggal serumah ? Siapa yang paling dekat dengan anda ? Siapa yang
jarang berbincang-bincang dengan anda ? Apa yang membuat anda jarang berbincangbincang dengan yang lainnya ?
Apa saja kegiatan yang biasa anda lakukan dengan teman-teman yang anda kenal ?
Apa yang menghambat anda dalam berteman atau berbincang-bincang dengan pasien
lain ?
Menurut anda apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman berbincang-bincang. Apa lagi ? (sampai pasien menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
menyebutkan beberapa). Jadi banyak juga ruginya kalau kita tidak punya teman ya.
Kalau begitu inginkah anda belajar berteman dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain ?
Begini lho, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama dan nama
panggilan, asal dan hobi kita. Contoh : nama saya ...., senang dipanggil si ......, asal saya
dari ......, hobi saya ......
Selanjutnya anda menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini :
Nama bapak siapa ? Senang dipanggil apa ? Asalnya dari mana ? Hobinya apa ?
40
Ayo dicoba ! Misalnya saya belum kenal dengan anda. Coba berkenalan dengan
saya !
Ya bagus sekali ! Coba sekali lagi. Bagus sekali
Setelah anda berkenalan dengan orang tersebut anda dapat melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan untuk anda bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.
Terminasi :
Bagaimana perasaan anda setelah kita latihan berkenalan ?
Anda tadi sudah mempraktikan cara berkenalan dengan baik sekali
Selanjutnya anda dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada. Sehingga anda lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Anda mau
mempraktikkan ke pasien lain ? Mau pukul berapa mencobanya, Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan anda.
Besok pagipukul 10 saya akan datang ke sini untuk menagajak anda berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, anda maukan ?
Baiklah, sampai jumpa.
Ajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama
[seorang perawat])
Orientasi :
Selamat pagi pak !
Bagaimana perasaan anda hari ini ?
Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan ? Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster !
Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak anda
mencoba berkenalan dengan Ibu Kader. Tidak lama kok, sekitar 10 menit
Ayo kita temui perawat N disana
Kerja :
(Bersama-sama pasien anda mendekati kader N)
Selamat pagi ibu N, ini (nama pasien) ingin berkenalan dengan ibu
Baiklah (nama pasien), anda dapat berkenalan dengan ibu kader N seperti yang kita
praktikkan kemarin
(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan kader N : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
Latih Pasien berinterkasi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua [seorang
pasien])
41
Orientasi :
Selamat pagi, (nama pasien)! Bagaimana perasaan anda hari ini ?
Apakah anda berbincang-bincang dengan ibu kader kemarin ?
(Jika jawaban pasien ya, anda dapat melanjutkan ke komunikasi berikutnya kepada
orang lain)
Bagaimana perasaan anda setelah berbincang-bincang dengan kader N kemarin
siang ?
Bagus sekali anda menjadi senang karena punya teman lagi
Kalau begitu anda ingin punya banyak teman lagi ?
Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu tetangga
O ?
Seperti Biasa kira-kira 10 menit
Mari kita temui dia di ruang makan
Kerja :
(Bersama-sama pasien, anda mendekati pasien)
Selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan dengan anda
Baiklah, anda sekarang dapat berkenalan dengannya seperti yang telah anda
lakukan sebelumnya
(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan : memberi salam, menyebutkan
nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang sama)
Ada lagi yang ingin anda tanyakan kepada O ?
Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, anda dapat sudahi perkenalan ini.
Lalu anda dapat buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi pukul 4 sore nanti
(Pasien membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
Baiklah O, karena (nama pasien) sudah berkenalan, saya dan (nama pasien) akan
kembali ke rumah (nama pasien). Selamat pagi
(Bersama-sama pasien, anda meninggalkan O untuk melakukan terminasi dengan
(nama pasien) di tempat lain)
Terminasi :
Bagaimana perasaan anda setelah berkenalan dengan O ?
Dibandingkan kemarin pagi, anda tampak lebih baik saat berkenalan dengan O
Pertahankan apa yang sudah anda lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan O pukul 4 sore nanti
Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan berbincang-bincang dengan
orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian ? Jadi satu hari anda dapat berbincang42
bincang dengan orang lain sebanyak 3 kali, pukul 10 pagi, pukul 1 siang dan pukul 8
malam, anda dapat bertemu dengan N, dan yang lain. Selanjutnya anda dapat berkenalan
dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana, setujukan ?
Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman anda. Pada pukul
yang sama dan tempat yang sam ya. Sampai besok
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Setelah tindakan keperawatan diharapkan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial.
Tindakan dilakukan dengan melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial. Keluarga
merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi
masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah, yang selalu bersama-sama dengan pasien
sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di
rumah meliputi :
Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan
tidak ingkar janji
Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk dapat melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak tidak mencela kondisi pasien dan
memberikan pujian yang wajar
Membantu
keluarga
mempraktikkan
cara
merawat
yang
telah
dipelajari
Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi
sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini !
Orientasi:
43
saudara yang alin. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau
di rumah sakit ini, kamu sholat dimana ? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersamasama keluarga atau di mushola kampung. Bagaimana, mkamu mau coba kan, nak ?
Nah coba sekarang bapak peragakan cara berkomunikasi seperti yang telah saya
contohkan
Bagus pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali
Sampai sini ada yang ingin ditanyakan pak ?
Terminasi :
Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tadi ?
Coba bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial
Selanjutya dapat bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial
Bagus sekali pak, bapak dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut
Nanti kalua ketemu anak bapak cuba Bapak/ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada
semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama
Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada anak
bapak ?
Kita ketemu di rumah bapak saja, pada pukul yang sama, selamat pagi
Latih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial
langsung dihadapan pasien
Orientasi :
Selamat pagi, pak/bu
Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini ?
Bapak masih ingat latihan merawat anak bapak seperti yang telah kita pelajari
beberapa hari lalu ?
Mari kita praktikkan langsung ke anak bapak ! Berapa lama waktu bapak/ibu ?baik kita
akan coba 30 menit
Sekarang mari kita temui anak bapak
Kerja :
Selamat pagi. Bagaimana perasaan (nama pasien) hari ini ?
Bapak/Ibu, anak anda ingin berbincang-bincang. Beri salam ! Bagus. Tolong anda
tunjukkan jadwal kegiatannya !
(Kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
45
Nah pak, sekarang bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari yang lalu
(Anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang tealh
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)
Bagaimana perasaan anda setelah berbincang-bincang dengan orang tua anda ?
Baiklah, sekarang saya dan orang tua anda ke ruang perawat dulu
(Anda dan keluarga pasien meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan tadi ? Bapak/ibu sudah bagus
Mulai sekarang bapak sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada anak anda
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang
pak
Sampai jumpa!
Jelaskan perawatan lanjutan
Orientasi :
Selamat pagi, pak/bu !
Karena kunjungan saya sudah mau berakhir, maka perlu kita bicarakan perawatan
lanjutan di rumah
Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja ?
Berapa lama kita dapat bicara ? Bagaimana kalau 30 menit ?
Kerja
Bapak/Ibu, ini jadwal yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan ?
Bapak/Ibu lanjutkan jadwal ini, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak bapak. Misalnya kalau anak anda terus menerus tidak mau bergaul dengan orang
lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika
hal ini terjadi, segera hubungi perawat K di puskesmas Indara Puri, ini nomor telepon
puskesmasnya 0857xxxxxxx
Terminasi :
Bagaimana, pak/bu ? Ada yang belum jelas ? Ini jadwal kegiatan harian anak anda.
Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau jika ada gejala yang tampak
46