You are on page 1of 23

II. IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1.

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi, ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kedudukan ikan di dalam dunia hewan 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan 4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan B. Pengertian Iktiologi Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan iktiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia. Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek kehidupannya. Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 19 Juni 1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya. Tanggal 6 Oktober 2004 ditetapkan Undangundang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I Ketentuan Umum, Bagian Kesatu, Pasal 1 ayat 4 undang-undang ini tercantum pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 29 Oktober 2009. Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas, yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga karang (filum Coelenterata), siput, kerang, dan cumi-cumi (filum Moluska), bulubabi, bintang laut, dan teripang (filum Echinodermata), udang, kepiting, dan
9

rajungan (filum Crustacea), bahkan penyu (kelas Reptilia), duyung dan paus (kelas Mamalia). Istilah ini sering dikenal sebagai ikan menurut undang-undang. Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan menggunakan insang. Istilah untuk arti yang kedua ini dikenal sebagai ikan secara taksonomi. Kata sistematika berasal dari bahasa Latin, yaitu systema. Kata systema biasa digunakan sebagai suatu cara atau sistem untuk mengelompokkan tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773. Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah taksonomi yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 yang dimaksudkan sebagai teori mengklasifikasikan tumbuhan. Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas, maka sistematika atau taksonomi adalah ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota. Saat ini, baik istilah sistematika maupun istilah taksonomi, dipakai saling bergantian dalam bidang klasifikasi tumbuhan dan hewan. Selanjutnya, iktiologi sistematika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka. C. Nomenklatur / Tata-nama Istilah nomenklatur berasal dari bahasa Latin, yaitu nomenklatural, yang berarti pemberian nama/tata-nama/penamaan. Pada umumnya ada tiga macam sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu: 1. Valid scientific name atau Scientific name: adalah nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan nama yang sah atau diakui. Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan. Contoh: Scientific name: Synonym: Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758) Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933
10

Carassius chinensis Gronow, 1854 Carassius discolor Basilewsky, 1855 Scientific name: Synonym: Sarda sarda (Bloch, 1793) Thynnus brachipterus Cuvier, 1829 Sarda pelamis (Brnnich, 1768) Scomber palamitus Rafinesque, 1810 2. Standard common name atau Common name: adalah nama umum yang lazim digunakan untuk nama sesuatu binatang atau ikan. Pada setiap negara biasanya memiliki nama-nama umum untuk sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut. Namun demikian, nama-nama umum tersebut sering pula berlaku untuk seluruh dunia, terutama jika mempergunakan bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, atau Hawaii. Contoh: Scientific name: Common name: Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788) Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba, Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela). Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat, Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada, Selandia Baru). Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia). Scientific name: Common name: Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 Common carp (di Australia, Amerika Serikat, Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya, Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka, Taiwan, Uruguay, Uzbekistan). Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss). Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay). 3. Vernacular name atau Local common name: adalah nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu binatang atau ikan. Biasanya nama lokal sesuatu binatang di dalam suatu negara sangat
11

bervariasi. Keanekaragaman nama lokal ini tergantung kepada banyak tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut. Contoh: Nama umum (Indonesia): Nama lokal: ikan mas, karper masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh (Padang). Nama umum (Indonesia): Nama lokal: betok betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu (Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyupuyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale oseng (Bugis). Sistim penamaan modern telah dirintis oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), dalam karyanya Systema Naturae (edisi sepuluh, 1758). Penamaan ini menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata pertama ditujukan untuk nama genus (jamaknya: genera) yang maksudnya untuk menunjukkan sifat umum dari binatang tersebut. Kata ini selalu diawali dengan huruf kapital atau huruf besar. Misalnya: Atropus, Barbonymus, Channa. Kata kedua ditujukan untuk nama spesies (jamaknya: spesies) yang menunjukkan sifat khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata. Dalam perkembangan nomenklatur selanjutnya, sistim binomial mungkin saja berkembang menjadi sistim trinial atau sistim penamaan dengan memakai tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies. Misalnya: Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 dan Auxis thazard thazard (Lacepede, 1800). Biasanya di belakang nama ilmiah dari sesuatu ikan, dicantumkan pula nama penemunya. Nama tersebut dikenal sebagai authority name atau descriptor name. Nama author bukanlah merupakan suatu hadiah, melainkan nama orang yang bertanggung jawab atau merupakan keterangan tambahan untuk tempat deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama author tersebut tidak disingkat, tetapi ditulis secara lengkap, kecuali bagi nama author yang sudah
12

terkenal atau mempunyai ketentuan lain untuk mempermudah penulisan saja. Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal dari nama Linnaeus; serta Ctenopharyngodon idellus (C.V.) yang merupakan singkatan dari Cuvier dan Valenciennes. Apabila suatu spesies dipindahkan ke dalam suatu genus yang berbeda dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli ditulis dalam kurung. Misalnya: Cheilopogon katoptron (Bleeker), Clarias batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang menerangkan satu spesies baru, kemudian menghubungkan pada genus yang salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera, sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi diberi tanda kurung ( ). Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu spesies ikan terbang adalah Cypselurus poecilopterus (Valenciennes, 1846). Jika sebuah ikan memiliki nama ilmiah yang sama tetapi berbeda nama author, maka nama author yang mendeskripsikan lebih awal dinyatakan sebagai nama ilmiah (valid scientific name) sedangkan deskripsi yang belakangan dianggap sebagai synonym (nama persamaan). Sebagai contoh, nama ilmiah ikan kiper yang sah adalah Scatophagus multifasciatus Richardson, 1844, dan nama persamaannya adalah Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855. Pada bagian belakang dari nama genus atau genera, sering pula ditrulis suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan sp. artinya jika satu jenis ikan belum diketahui spesiesnya dengan tepat atau analisanya belum lengkap. Arti spp. adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap. Seringkali ditemukan pustaka yang mencantumkan nama ikan dan diikuti dengan tulisan n.gen. dan n.sp., yang merupakan singkatan dari new genus dan new species. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk spesies dan genus yang baru. Sebagai contoh misalnya ikan Celestichthys margaritatus n.gen., n.sp. yang ditemukan di Myanmar (Roberts, 2007).

13

D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas, dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan atas dua subkingdom, yaitu Protozoa (unicellulair animals) dan Metazoa (multicellulair animals atau tissue animals). Subkingdom Metazoa terdiri atas 21 fila, satu di antaranya adalah filum Chordata. Ciri khas filum Chordata antara lain mempunyai chorda dorsalis atau batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi lima subfila, yaitu: Grup A. Acrania Subfilum: Subfilum: Kelas: Kelas: Kelas: Subfilum: Subfilum: Kelas: Kelas: Subfilum: Kelas: Kelas: Kelas: Superkelas: Kelas: Kelas: Kelas: Kelas: Hemichordata Urochordata (Tunicata) Larvacea / Appendicularia Ascidiacea Thaliacea Cephalochordata Agnatha (vertebrata tanpa rahang) Ostracodermi (sudah punah) Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina (Lamprey dan hagfishes) Gnathostomata (vertebrata yang berahang) Pisces Placodermi (sudah punah) Chondrichthyes (ikan bertulang rawan) Osteichthyes (ikan bertulang sejati) Tetrapoda Amphibia Reptilia Aves Mammalia Superkelas:

Grup B. Craniata atau Vertebrata

Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3 juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500
14

spesies), Placozoa (1 spesies), Cnidaria (10 000 spesies), Ctenophora (100 spesies), Acoela (400 spesies), Platyhelminthes (20 000 spesies), Rotifera (1800 spesies), Ectoprocta (4500 spesies), Brachiopoda (335 spesies), Acanthocephala (1100 spesies), Cycliophora (1 spesies), Nemertea (900 spesies), Annelida (16 500 spesies), Moluska (93 000 spesies), Loricifera (10 spesies), Priapula (16 spesies), Onychophora (110 spesies), Tardigrada (800 spesies), Nematoda (25 000 spesies), Arthropoda (1 000 000 spesies), Echinodermata (7000 spesies), Hemichordata (85 spesies), dan Chordata (52 000 spesies), Secara filogeni berdasarkan data molekuler, Recce et al. (2011), membedakan filum Chordata atas: Cephalochordata (lancelets), Urochordata (tunicata), Myxini (hagfishes), Petromyzontida (lamprey), Chondrichthyes (ikan bertulang rawan), Actinopterygii (ikan bersirip sejati), Actinistia (coelacanth), Dipnoi (lungfishes), Amphibia, Reptilia (termasuk burung), dan Mammalia. Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven et al. (2011) dan membagi dunia hewan ke dalam 22 fila. Fila tersebut adalah: Porifera, Cnidaria, Nemertea, ini, filum Ctenophora, Loricifera, Chordata Acoela, Micrognathozoa, Nematoda, tiga Rotifera, Tardigrada, yaitu Cycliophora, Moluska, Arthropoda, Urochordata, Platyhelminthes, Brachiopoda, Bryozoa (Ectoprocta), Annelida,

Kinorhyncha, dibedakan

Onychophora, Chaetognatha, Echinodermata, dan Chordata, Di dalam klasifikasi atas subfila, Cephalochordata, dan Vertebrata. Selanjutnya, subfilum Vertebrata terdiri atas: Myxini (hagfishes, 30 spesies), Cephalaspidomorphy (lamprey, 35 spesies), Chondrichthyes (cartilaginous fishes, 750 spesies), Actinopterygii (ray-finned fishes, 30 000 spesies), Sarcopterygii (lobe-finned fishes, 8 spesies), Amphibia, Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves. E. Jumlah Spesies Ikan Jumlah spesies/jenis ikan adalah yang terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah spesies hewan vertebrata lainnya. Menurut Lagler et al. (1977), jumlah spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar 15 000 17 000 jenis, dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces 20 000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000 spesies (14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%).
15

Gambar 1. Persentase komposisi spesies Vertebrata (Lagler et al., 1977)

16

Menurut taksiran Nelson (1976), Pisces terbagi atas 46 ordo, 450 famili, 4032 genera, dan 18 818 spesies (6851 di antaranya merupakan spesies air tawar). Ordo-ordo yang seluruhnya hidup di air tawar, antara lain: Amiiformes, Ceratodiformes, Cypriniformes, Indostomiformes, Semionotiformes, Lepidosireniformes, Osteoglossiformes, Percopsiformes, Polypteryformes, dan Mormyriformes. Jumlah spesies ikan tersebut meningkat terus seiring dengan pertambahan waktu, yaitu menjadi 21 723 spesies dalam 445 famili (Nelson, 1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir (Nelson, 2006) menunjukkan saat ini terdapat 27 977 spesies yang termasuk dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah diketahui saat ini adalah 54 771 spesies dan jumlah spesies ikan yang dikemukakan oleh Nelson (2006) jauh lebih banyak dibandingkan jumlah spesies gabungan Vertebrata lainnya (Tetrapoda), yaitu 27 977 spesies berbanding 26 734 spesies. Tabel 3. Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan genera (Nelson, 2006) Spesies air tawar 14 0 1 6 0 0 210 0 6 98 0 1 6 1674 0 79 0 3268 996 0 0

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Ordo Acipenseriformes Albuliformes Amiiformes Anguilliformes Argentiniformes Ateleopodiformes Atheriniformes Aulopiformes Batrachoidiformes Beloniformes Beryciformes Carcharhiniformes Ceratodontiformes Characiformes Chimaeriformes Clupeiformes Coelacanthiformes Cypriniformes Cyprinodontiformes Echinorhiniformes Elopiformes

Famili 2 3 1 15 6 1 6 15 1 5 7 8 3 18 3 5 1 6 10 1 2

Genera 6 8 1 141 57 4 48 44 22 36 29 49 3 270 6 84 1 321 109 1 2

Spesies 27 30 1 791 202 12 312 236 78 227 144 224 6 1674 33 364 2 3268 1013 2 8

17

Tabel 3. Lanjutan Spesies air tawar 10 1 21 31 134 0 0 2 0 0 6 0 1 0 23 0 5 0 82 218 2040 9 29 10 0 16 0 0 0 0 45 60 2740 0 0 0 0 96 14 0 0 11 952

No. 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

Ordo Esociformes Gadiformes Gasterosteiformes Gonorynchiformes Gymnotiformes Heterodontiformes Hexanchiformes Hiodontiformes Lamniformes Lampriformes Lepisosteiformes Lophiiformes Mugiliformes Myctophiformes Myliobatiformes Myxiniformes Ophidiiformes Orectolobiformes Osmeriformes Osteoglossiformes Perciformes Percopsiformes Petromyzontiformes Pleuronectiformes Polymixiiformes Polypteriformes Pristiformes Pristiophoriformes Rajiformes Saccopharyngiformes Salmoniformes Scorpaeniformes Siluriformes Squaliformes Squatiniformes Stephanoberyciformes Stomiiformes Synbranchiformes Tetraodontiformes Torpediniformes Zeiformes JUMLAH

Famili 2 9 11 4 5 1 2 1 7 7 1 18 1 2 10 1 5 7 3 4 160 3 3 14 1 1 1 1 4 4 1 26 35 6 1 9 5 3 9 2 6 515

Genera 4 75 71 7 30 1 4 1 10 12 2 66 17 35 27 7 100 14 22 28 1539 7 10 134 1 2 2 2 32 5 11 279 446 24 1 28 53 15 101 11 16 4494

Spesies 10 555 278 37 134 8 5 2 15 21 7 313 72 246 183 70 385 32 88 218 10 033 9 38 678 10 16 7 5 285 28 66 1477 2867 97 15 75 391 99 357 59 32 27 977

18

Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah spesies lebih dari 400, dengan jumlah total seluruhnya mencapai 9302 spesies atau sekitar 33% dari seluruh spesies ikan. Sekitar 66% dari spesies tersebut (6106 spesies) merupakan spesies air tawar. Kesembilan famili tersebut adalah Cyprinidae, Gobiidae, Cichlidae, Characidae, Loricariidae, Balitoridae, Serranidae, Labridae, dan Scorpaenidae. Lebih lanjut pada klasifikasi yang terakhir terdapat 64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies, dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya memiliki lebih dari 1000 spesies. Ikan terkecil yang pernah diketemukan adalah Paedocypris progenetica Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm (Kottelat et al., 2006). Ikan Photocorynus spiniceps Regan, 1925 merupakan anggota dari subordo Ceratoidei yang hidup di laut dalam. Ikan jantan matang kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang memiliki panjang tubuh 46 mm (Pietsch, 2005). Ikan Schindleria brevipinguis Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Gambar 2). Ikan betina matang kelamin pada ukuran panjang 7 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 7 mm. Spesimen terbesar yang pernah ditemukan memiliki panjang tubuh 8,4 mm (Watson dan Walker, 2004). Ikan terbesar yang pernah didapatkan adalah ikan cucut Rhincodon typus Simth, 1828 (whale shark) yang mempunyai ukuran panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al., 2011). Ikan bertulang sejati terbesar adalah Mola mola (Linnaeus, 1758) atau ocean sunfish yang memiliki panjang tubuh 3,3 m dan bobot tubuh 2300 kg (Summers, 2007). F. Distribusi Ikan Distribusi adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger (1957) membedakan distribusi binatang sebagai berikut: distribusi geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.

19

Gambar 2. Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)

20

1.

Distribusi geografis: adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan. Berdasarkan distribusi geografis, Bond (1979) menyatakan ada enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu: a. Australian: meliputi Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan beberapa pulau di Samudera Atlantik. b. Oriental: meliputi Asia Selatan dari Himalaya, antara lain India, Srilanka, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Filipina. c. Neotropical: meliputi daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Dataran Mexico, dan Hindia Barat. d. Ethiopian: meliputi Afrika, termasuk Gurun Pasir Sahara, Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya. e. Nearctic: meliputi daerah Amerika Utara, Dataran Tinggi Mexico sampai ke Greenland. f. Palearctic: meliputi daerah Eurasia menuju ke Selatan sampai ke Himalaya, Afghanistan, Persia, dan Afrika bagian Utara Gurun Sahara.

2.

Distribusi ekologis: adalah persebaran spesies hewan yang berhubungan dengan keadan lingkungan (habitat) di mana mereka berada. Secara ekologis, distribusi hewan tersebut dapat digolongkan antara lain: habitat air laut, air tawar, hutan, padang rumput, dan padang pasir. Berkaitan dengan hal ini, ikan termasuk hewan air, sehingga distribusi ekologisnya terbatas pada air, baik air tawar maupun air laut.

3.

Distribusi geologis: merupakan distribusi suatu spesies organisme yang berhubungan dengan waktu atau zaman dan periode umur bumi di mana spesies hewan itu diketemukan. Pembagian zaman dan periode umur bumi secara geologis dapat dilihat pada Tabel 4.

21

Gambar 3. Daerah distribusi ikan secara geografis (Bond, 1979)

22

Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)

Zaman 1. 2. 3. Archeozoic Protezoic Paleozoic

Periode Cambrian Ordovician Silurian Devonian Carboniferous Permian Triassic Jurassic Cretaceous Palaeocene Eocene Oligocene Miocene Pliocene Pleistocene

Waktu (jutaan tahun) 1500 500 500 450 450 360 360 330 330 290 290 230 230 200 200 170 170 130 130 70 70 55 55 40 40 25 25 10 10 1 1

4.

Mesozoic

5.

Cenozoic

Ikan yang pertama kali hadir di atas permukaan bumi dan diperkirakan hidup pada zaman Paleozoic periode Ordovician (kira-kira 400 juta tahun yang lalu) adalah ikan Ostracodermis. Spesies ikan yang ada sekarang ini terdapat sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977). G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Jumlah spesies ikan yang mendiami perairan di Indonesia diperkirakan kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de Beaufort, serta hasil penelitian zoogeografi Molengraff dan Weber (1919), daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat) Paparan Sunda merupakan bagian dari benua Asia pada zaman dahulu (Gambar 4). Hal ini menyebabkan ikan-ikan yang terdapat di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, sangat mirip dengan ikan yang berasal dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.

23

Garis Wallace

Garis Weber

Gambar 4.

Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)

24

Ikan air tawar yang terdapat di rawa-rawa, sungai-sungai, dan danau-danau, di ketiga pulau tersebut, kira-kira sebanyak 500 spesies. Pada umumnya perairan di ketiga pulau tersebut dihuni oleh jenis-jenis ikan karnivor dan omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor. Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais (Kryptopterus spp.), gabus (Channa spp.), jambal (Wallago spp.), patin (Pangasius spp.), dan belida (Notopterus spp.). Perairan sungai dataran rendah antara lain dihuni oleh: nilem (Osteochillus spp.), jelawat (Leptobarbus spp.), dan hampal (Hampala spp.). Sebaliknya, ikan-ikan penghuni daerah rawa-rawa antara lain: sepat (Trichogaster spp.), tambakan (Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara lain adalah ikan arengan (Labeo spp.) dan ikan sengkaring (Labeobarbus spp.), namun ikan-ikan ini tidak suka hidup bersama dengan jenis-jenis ikan lainnya. 2. Ikan-ikan daerah Wallacea Daerah Wallacea meliputi daerah Nusa Tenggara dan Sulawesi. Spesies ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak terdapat ikan-ikan herbivor dan ikan-ikan pemakan epifit (famili Cyprinidae), demikian juga ikan-ikan karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae). 3. Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat) Spesies ikan belum banyak diketahui karena belum begitu banyak penelitian yang dilakukan di daerah ini. Spesies ikan yang diketahui di daerah ini berdasarkan hasil penelitian Hardenberg pada tahun 1950, dan hanya terbatas pada daerah pesisir Irian Jaya, sebagian besar termasuk dalam famili Gobiidae dan Siluridae Walaupun berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas diketahui bahwa ketiga daerah tersebut masing-masing mempunyai penghuni yang khas, akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja

25

terjadi. Hal ini terjadi karena adanya campur tangan manusia atau oleh faktor distribusi lainnya. H. Sistem Klasifikasi Ikan Saat ini telah banyak dipublikasikan sistem klasifikasi ikan. Sistem-sistem klasifikasi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan antara satu dan yang lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai kategori, perbedaan perincian di dalam kategori yang sama, perbedaan ciri-ciri dalam penentuan dasar penamaan, dan perbedaan penggolongan di dalam kategori (Sjafei et al., 1989). Setiap sistem klasifikasi ikan yang telah dikemukakan oleh seorang ahli sistematika biasanya memiliki pengikut. Pengikut-pengikut tersebut tidak saja berasal dari kawasan yang sama dengan ahli tersebut, tetapi juga berasal dari kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik, sistem klasifikasi ikan yang sering digunakan adalah sistem Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weeber dan de Beaufort. Beberapa sistem klasifikasi ikan yang pernah digunakan antara lain yaitu: 1. Sistem Boulenger, digunakan di Inggris dan bekas jajahannya, selain penggunaan sistem J. R. Norman. 2. Sistem Schultz, digunakan di Jerman dan bekas jajahannya, selain penggunaan sistem Bleeker. 3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D. S. Berg dan sistem Jordan. 4. Sistem Bleeker, digunakan di Belanda, Belgia, Perancis, dan bekas jajahannya. 5. Sistem Ian S. R. Munro, digunakan di Sri Lanka, merupakan modifikasi sistem L. S. Berg. 6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand. 7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia. Perbedaan jumlah hirarki kategori pada beberapa sistem klasifikasi ikan yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler et al. (1977), Saanin (1984), dan Sjafei et al. (1989). Berikut ini diberikan sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti
26

tercantum dalam Saanin (1986) dan sistem klasifikasi Lagler et al. (1977). Di dalam penulisan berikut ini, nama ordo diurut berdasarkan abjad. 1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi Kelas Subkelas Ordo Ordo Subkelas Subkelas Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Pisces Elasmobranchii Hatoidei Selachii Chondrostei Dipnoi Teleostei Allotriognathi Anacanthini Apodes Berycomorphi Blennoidea Discocephali Gobioidea Heteromi Heterosomata Hypostomides Labyrinthici Malacopterygii Microcyprini Myctophoidea Ophistomi Ostariophysi Pediculati Percesoces Percomorphi Plectognathi Scleroparei Solenichthys Synbranchoidea
27

Ordo Ordo 2. Sistem klasifikasi Lagler et al. Golongan Kelas Subkelas Ordo Ordo Golongan Kelas Subkelas Ordo Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Kelas Subkelas Ordo Subkelas Ordo Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo

Sypnentognathi Xenopterygii

Agnatha (tidak memiliki rahang bawah) Cephalaspidomorphi Cyclostomata Myxiniformes Petromyzontiformes Gnathostomata (memiliki rahang bawah) Chondrichthyes Holocephali Chimaeriformes Elasmobranchii (Selachii) Heterodontiformes Hexanchiformes Pristiophoriformes Rajiformes (Batoidei) Squaliformes Osteichthyes Crossopterygii Coelacanthiformes Dipnoi Dipteriformes Actinopterygii Acipenceriformes Amiiformes Anguilliformes Beloniformes Beryciformes Cetomiformes Clupeiformes Cypriniformes (Ostariophysi) Cyprinodontiformes
28

Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo I. Soal-soal Latihan

Dactylopteryformes Elopiformes Gadiformes (Anacanthini) Gasterosteiformes Gobiesociformes Gonarynchiformes Lampridiformes Lepisosteiformes Lophiiformes Mastacembeliformes Mugiliformes Myctophiformes Notacanthiformes (Heteromi) Osteoglossiformes Pegasiformes Perciformes Percopsiformes (Salmopercae) Pleuronectiformes Polypteriformes Salmoniformes Scorpaeniformes Synbranchiformes Tetraodontiformes Zeiformes

Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10 menit tugas berikut ini. 1. Carilah deskripsi ikan-ikan yang berasal dari perairan Indonesia sepuluh tahun terakhir ini. 2. Apa sebabnya ikan-ikan yang berada di perairan sebelah timur Indonesia agak mirip dengan ikan-ikan yang berada di wilayah Australia?

29

J. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable sexual dimorphism, comprises the worlds smallest vertebrate, Proceedings of the Royal Society of London B 273, 895-899; Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p. Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons, New York. 523 p. Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New York. 600 p. Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 601 p. Pietsch, T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited: modes of reproduction among deep-sea ceratioid anglerfishes (Teleostei: Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236; Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Raven, P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, and S.R. Singer. 2011. Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.

30

Recce, J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings, Boston. 1472 p. Roberts, T.R. 2007. The celestial pearl danio, a new genus and species of colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140. Rohner, C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J., 2011, How large is the worlds largest fish? Measuring whale sharks, Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78: 378-385. Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Storer, T.J. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. McGraw Hill Book Company, Inc., New York. Summers, A., March 2007, No bones about em. Natural History 116(2): 36-37. Watson, W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The worlds smallest vertebrate, Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum 56: 139-142

31

You might also like