You are on page 1of 4

1. Subyektif Pasien mengeluh sesak napas dirasakan sejak 2 hari yang lalu hilang timbul .

Sesak napas dirasakan memberat saat berbaring. Rasa sesak napas seperti ini sebenarnya telah dirasakan pasien sejak 1tahun yang lalu. Sesak napas sering menyebabkan pasien terbangun di malam hari. Jika berjalan jauh atau menaiki tangga pasien cepat merasa lelah. Bila sesak napas timbul pasien juga merasakan nyeri dada. 2. Objektif Keadaan umum Tensi Nadi RR Kepala Leher : : : : : : Sedang 160/100 mmHg 96x/menit 24x/menit anemis -/-, ikterik -/Peningkatan JVP (+) Pembesaran limfonodi (-) Thoraks : cor/ inspeksi: ictus cordis terlihat di ics 5 di linea axillaris anterior palpasi: ictus cordis teraba di ics 5 linea axillaris anterior perkusi: batas jantung melebar auskultasi: S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-) pul/ inspeksi: bentuk simetris kanan dan kiri palpasi: vocal fremitus sama simetris kanan kiri perkusis: sonor kedua lapang paru auskultasi: sn vesikkuler, ronki +/+, wheezing -/Abdomen inspeksi: supel auskultasi: bising usus (+) normal perkusi: timpani seluruh kuadran abdomen palpasi: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat (+) oedem tungkai (+) Roentgen Thoraks PA: Kardiomegali EKG : Sinus Rythm

3. Assessment (penalaran klinis): CHF NYHA III-IV berdasarkan Anamnesis o Sesak napas sejak 1 tahun yang lalu, sesak dirasakan memberat saat berbaring, Sesak napas sering menyebabkan pasien terbangun di malam hari. Jika berjalan jauh atau menaiki tangga pasien cepat merasa lelah. Bila sesak napas timbul pasien juga merasakan nyeri dada. Pemeriksaan fisik o Keadaan umum o Tensi o Nadi o RR o Leher o Thoraks cor/ inspeksi: ictus cordis terlihat di ics 5 di linea axillaris : : : : : Sedang 160/100 mmHg 96x/menit 24x/menit Peningkatan JVP (+)

anterior, palpasi: ictus cordis teraba di ics 5 linea axillaris anterior, perkusi: batas jantung melebar, auskultasi: S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-) pul/ inspeksi: bentuk simetris kanan dan kiri palpasi: vocal

fremitus sama simetris kanan kiri, perkusis: sonor kedua lapang paru, auskultasi: sn vesikkuler, ronki +/+, wheezing -/o Eksterimitas Roentgen Thoraks PA EKG : oedem tungkai (+) : : Kardiomegali Sinus rhytm

4. Plan Medikamentosa a. Oksigenasi Nasal Kanul 3liter/menit b. IVFD RL 20 tpm c. Injeksi lasix 2x1/iv

d. Captopril 3x25 mg (oral) e. Aspilet 1x80 mg (oral) Non mendikamentosa a. Menghindari faktor resiko b. Mengatur diet (mengurangi garam) c. Olahraga teratur d. Kontrol teratur TERAPI DAN PENGELOLAAN GAGAL JANTUNG 1. Menetapkan klas fungsional menurut NYHA NYHA class I, penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak napas atau berdebar-debar, apabila melakukan kegiatan biasa. NYHA class II, penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak napas atau nyeri dada. NYHA class III, penderita penyakit dengan pembatasan yang lebih banyak dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut di atas. NYHA class IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan. 2. Menetapkan status cairan. 3. Menetapkan fungsi LV secara ekokardiografi. 4. Menetapkan monitoring hemodinamik secara invasif (bila perlu dan bila fasilitas memungkinkan) 5. Mengontrol faktor resiko koroner. 6. Menghilangkan faktor pencetus timbulnya gagal jantung.

7. Mengontrol gagal jantung dengan menghilangkan keluhan dan tanda klinis dengan cara menurunkan preload dan afterload hingga mendekati normal, menaikkan kontraktilitas miokard, meredam sympathetic overdrive. Dapat menggunakan obat-obat diuretika, ACE-I, obat inotropik, penyekat beta, ARB (bila tidak toleran ACE-I), mengatur diet, mengurangi garam < 3g/hari. 8. Mengobati penyakit yang mendasari dengan medikamentosa atau koreksi dengan operasi: MS dan VSD dan seterusnya. 9. Mencegah memburuknya fungsi ventrikel dengan ACE-I, penyekat beta, aldosteron antagonis. ACE-I diberikan kepada disfungsi ventrikel kiri maupun belum ada gagal jantung. 10. Menghindari non dihidropiridin antagonis kalsium yaitu verapamil dan diltiazem yang mempunyai efek inotropik negative. Mewaspadai short acting dihidropiridin yaitu nifedipin suatu vasodilator kuat sehingga menyebabkan takikardia. 11. Menganjurkan latihan moderat seperti jalan. 12. Memilih obat antiaritmia yang tidak inotropik negative yaitu amiodaron (anti aritmia kelas III) 13. Menghindari NSAID

You might also like