You are on page 1of 2

24 November 2013 merupakan hari pertama kami kelompok 22 unit E merasakan dingin dan suramnya dusun Wintaos dimalam

hari. Pengalaman baru yang sangat sukar dilupakan. Dimulai dari tidur siang yang tidak nyenyak karena diganggu oleh lalat-lalat yang mungkin terpikat aroma tubuh kami yang penuh keringat dan debu karena menempuh perjalanan panjang Yogya-Wintaos. Semua rasa lelah, letih, mengantuk terbayar sudah ketika ibu Dukuh menyiapkan hidangan makan siang. Sebagai seorang pescaterian saya bersyukur dihidangkan sayur dan tahu tempe, namun saya kurang bersyukur pada sesi makan berikutnya yang terpaksa harus ikut makan mie instan dan telur. Meski enak, ke dua makanan tersebut membuat wajah saya jadi makin buruk rupa (jerawat). Setelah melepas lelah sejenak dengan bermain kartu bersama anggota kelompok acara dilanjutkan dengan kegiatan bersih-bersih balai padukuhan guna dipakai sebagai tempat pertemuan malam harinya. Sore pun berlalu, tidak terasa sudah pukul 18.00. hati mulai cemas, bukan karena bingung apa yang akan dibicarakan nanti. Tetapi karena belum ada anggota kelompok yang sudah siap, hanya saya sendiri. Padahal di undangan ditulis acara dimulai pada pukul 18.00. sebagai anggota saya hanya mengikuti apa kata atasan, dan pada akhirnya kami sukses membuat warga agak sedikit kecewa karena acara molor sampai 2 jam. Namun saya sangat menghargai kebesaran hati warga desa Wintaos yang mau memaklumi kesalahan yang telah kami perbuat. Jika ini terjadi di kota mungkin kami sudah di cap negatif oleh warga. Acara pun berjalan lancar, meski saya kurang paham apa yang dibicarakan karena tidak bisa memahami apa yang mereka bincangkan. Apapun itu, sepertinya kami berhasil menarik hati warga Wintaos. Hal ini terlihat dari senyum dan tawa mereka yang terpancar dari wajah-wajah lelah karena seharian bekerja diladang. Malam hari pun tiba, setelah membereskan balai yang telah selesai digunakan kami kembali kerumah induk semang. Dengan gembira kami memacu kendaraan menuju rumah berharap sudah tersedia hidangan makan malam diatas meja. Namun semua harapan belaka, kami harus melewati malam yang dingin dengan diiringi senandung dari perut kami. Namun saya bersyukur memiliki kelompok yang kompak dan setia kawan. Segala kekurangan atas pelayanan ataupun keluhan-keluhan kami tidak terasa ketika kami menghabiskan waktu bersama meski itu sambil mencuci piring, menimba air, memasak, dll.

Yonatan Ch. Pandensolang kel. 22, unit E

Waktu tidur pun tiba, kami mempersiapkan tikar sabagai alas tidur. Selanjutnya kami mengatur formasi agar semua mendapat posisi tidur yang nikmat didalam ruangan seukuran sekitar 12m2. Setelah beberapa kali percobaan akhirnya kami menemukan formasi tidur yang pas, yaitu .. (rahasia). Malam minggu ini akhirnya ditutup dengan sesi tukar handphone dan saling curhat. Mulai dari masalah berat badan, pertemanan, ramalan zodiak, sampai masalah percintaan. Pagi hari menjelang, bapak dan ibu dukuh beserta anaknya yang paling cantik dikeluarga tersebut pergi ke Gereja meninggalkan kami yang masih bergulung diatas tikar karena suhu pagi hari yang bisa dibilang sangat dingin. Mereka pergi dengan pesan ada mie dan telur silahkan masak sendiri. Terimakasih bapak dan ibu, anda berdua sudah berhasil membuat kami mandiri dan saling peduli. Dengan bergotong royong kelompok kami (minus saya) pun membagi tugas untuk meracik dan memasak makanan. Selesai makan, kami pun bersiap untuk pulang kembali ke Yogyakarta dengan terlebih dahulu berpamitan kepada bapak dan ibu dukuh yang telah banyak kami repotkan. Demikianlah kisah hidup saya selama satu hari di lokasi KKN. Kisah ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Sekian dan terimakasih.

Yonatan Ch. Pandensolang kel. 22, unit E

You might also like