Professional Documents
Culture Documents
E-COMMERCE
TINJAUAN DARI PERSPEKTIF HUKUM
Pengertian E-Commerce
Electronic Commerce atau disingkat e-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis
yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur (manufactures), service
providers, dan pedagang perantara (intermediaries) dengan mengunakan jaringan-
jaringan komputer (computer networks), yaitu Internet. E-commerce sudah meliputi
seluruh spektrum kegiatan komersial.
Julian Ding dalam bukunya e-commerce: Law & Practice, mengemukakan bahwa
e-commerce sebagai suatu konsep tidak didefinisikan. E-commerce memiliki arti yang
berbeda bagi orang yang berbeda. Hal itu seperti kita mendefinisikan seekor gajah,
yaitu tergantung dari di bagian mana dari gajah itu kita lihat atau pegang, maka akan
berbeda pula definisi yang dapat diberikan.1 Julian Ding memberikan definisi
mengenai e-commerce sebagai berikut :
Electronic Commerce, or e-commerce as it is also known, is a commercial
transaction between a vendor and a purchaser or parties in similar contractual
relationships for the supply of goods, services or the acquisition of “rights”. This
commercial transaction is executed or entered into in an electronic medium (or
digital medium) where the physical presence of the parties is not required, and the
medium exist in a public network or system as opposed to a private network
(closed system). The public network or system must be considered an open system
(e.g. the Internet or the World Wide Web). The transactions are concluded
regardless of national boundaries or local requirements.
Meskipun istilah e-commerce baru memperoleh perhatian beberapa tahun terakhir
ini, tetapi e-commerce telah muncul dalam berbagai bentuknya sudah lebih dari 20
tahun. Teknologi Electronic Data Interchange (EDI) dan Electronic Funds Transfer
(EFT) diperkenalkan untuk pertama kalinya di akhir tahun 1970-an. Pertumbuhan dan
penggunaan Credit Cards, Automated Teller Machines, dan Telephone Banking di
tahun 1980-an juga merupakan bentuk-bentuk dari e-commerce.2
E-commerce merupakan bidang yang multidisipliner (multidiscip linary field) yang
mencakup bidang-bidang teknik seperti jaringan dan telekomunikasi, pengamanan,
penyimpanan dan pengambilan data (retrieval) dari multi media; bidang-bidang bisnis
seperti pemasaran (marketing), pembelian dan penjualan (procurement and
purchasing), penagihan dan pembayaran (billing and payment), dan manajemen
jaringan distribusi (supply chain management); dan aspek-aspek hukum seperti
information privacy, hak milik intelektual (intellectual property ), perpajakan
(taxation), pembuatan perjanjian dan penyelesaian hukum lainnya.3
Pada saat ini, kita menggunakan peralatan elektronik untuk melaksanakan transaksi
komersial sedemikian rupa sehingga kita merasa tidak perlu mengacuhkan implikasi-
implikasi yang akan ditimbulkannya. Misalnya penarikan uang dari ATM, membayar
bensin di pompa bensin dengan menggunakan ATM Cards atau Credit Cards atau
Debit Cards. Penggunaan ATM Cards atau Credit Cards di dalam perdagangan telah
menjadi suatu yang biasa karena kita tidak lagi merasa bahwa kegiatan-kegiatan
tersebut adalah sesuatu yang tidak biasa.
3. Alat Bukti
Pada transaksi-transaksi yang tradisional, segala sesuatunya dilaksanakan dengan
menggunakan dokumen kertas. Dengan kata lain, transaksi-transaksi tersebut
merupakan paper-based transaction. Apabila terjadi sengketa di antara para pihak
yang bertransaksi, maka dokumen-dokumen kertas itulah yang akan diajukan sebagai
bukti oleh masing-masing pihak untuk memperkuat posisi hukum masing-masing. Hal
ini berbeda sekali dengan transaksi e-commerce. Transaksi e-commerce adalah
paperless transaction. Dokumen-dokumen yang dipakai bukanlah paper document
tetapi digital document. Seperti dikemukakan oleh Toh See Kiat, bahwa sampai bukti
tersebut di ”printed out” di dalam hard copy, bukti dari suatu komputer mudah sekali
menghilang, mudah diubah tanpa dapat dilacak kembali, tidak berwujud, dan sulit
dibaca.1 2
Sumber atau otentikasi dari bukti yang diterima oleh suatu sistem telematik dari
sistem telematik yang lain, tidak dapat dipastikan. Dengan kata lain, sulit dipastikan
mengenai otentikasinya.
Metode pengamanan dengan menerapkan cryptography system bermaksud
menjawab masalah tersebut. Namun perlu disadari mengenai sampai sejauh mana
undang-undang Indonesia telah mengakomodasi aspek-aspek hukum dari
cryptography system tersebut. Apakah pengadilan Indonesia dapat menerima data
atau informasi yang disampaikan dalam hard disk komputer atau dalam diskette, disc
(cakram), dan optic diskette (disket optik) dapat diakui sebagai alat bukti yang kuat?
Sampai sejauh ini Indonesia belum memiliki hukum tentang Internet (atau hukum
tentang e-commerce).
7. Perpajakan
Perekonomian Internet akan berdampak pada kehidupan ekonomi dalam beberapa
aspek. Antara lain adalah dampak dari transparannya harga-harga yang dipasarkan
melalui Internet. Para konsumen melalui Internet mampu untuk membandingkan
harga suatu barang yang ditawarkan bukan saja oleh beberapa toko atau perusahaan
yang menawarkan barang yang sama di suatu negara, tetapi juga di beberapa negara
di luar negara konsumen yang bersangkutan. Misalnya saja harga CD yang
ditawarkan dan dijual di Indonesia dapat dibandingkan oleh konsumen Indonesia
dengan harga CD yang ditawarkan di Amerika Serikat. Calon pembeli tentunya akan
membeli barang yang lebih murah. Sudah barang tentu calon pembeli tersebut harus
memperhitungkan harga barang tersebut dengan ditambah biaya pengirimannya.
Pembelian barang dari luar negeri akan menimbulkan dampak terhadap penerimaan
pajak. Di Eropa hal ini telah timbul sebagai masalah yang cukup signifikan berkenaan
dengan penerimaan pajak pertambahan nilai (value-added tax).1 6
Pada bulan Juni 2000, European Commision, mengusulkan undang-undang yang
mendefinisikan digital products, seperti software dan video programming yang di
downloaded oleh komputer sebagai services (jasa-jasa) dan bukan sebagai goods
(barang-barang). Negara-negara Eropa mengandalkan pajak atas konsumsi (taxes on
consumption) lebih banyak daripada yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Pada
umumnya di Eropa, jasa-jasa dipajaki di negara asal (country of origin ). Dengan
demikian negara-negara Eropa tidak akan memperoleh pajak pendapatan dari jasa-
jasa yang masuk ke Eropa dari luar berkenaan dengan e-commerce 1 7 .
The US International Revenue Code (IRC) pada dasarnya memberikan dua kriteria
untuk menentukan yurisdiksi Amerika Serikat dalam mengenakan pajak pendapatan
orang asing, atau dengan menggunakan kriteria ketiga yang ditentukan di dalam
perjanjian antar negara (treaties). Dasar pemajakan yang pertama adalah sumber
pendapatan (source of income). Menurut IRC, pendapatan kotor orang asing dikenai
pajak sebesar 30% withholding tax, apabila sumber pendapatannya berada di Amerika
Serikat. Kriteria kedua tidak terletak pada apakah pendapatan tersebut berasal dari
Amerika Serikat, tetapi didasarkan pada apakah pendapatan tersebut berkaitan secara
efektif dengan pelaksanaan perdagangan atau bisnis di Amerika Serikat. Kriteria
yang ketiga, yaitu yang berdasarkan perjanjian antar negara, didasarkan pada tempat
kedudukan pihak asing yang bersangkutan.
Kalau pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak didasarkan pada asal sumber
pendapatan, timbul masalah apabila pendapatan itu diperoleh dari transaksi e-
commerce. Dalam suatu transaksi e-commerce adalah sulit untuk menentukan di mana
transaksi e-commerce itu berlangsung. Apabila pajak yang harus dibayar oleh wajib
pajak didasarkan pada tempat kedudukan pembayar pajak, adalah sulit untuk
menentukan di mana tempat kedudukan dari wajib pajak. Apabila misalnya suatu toko
maya (virtual store) yang dimiliki oleh orang Indonesia, yang situsnya didaftarkan
sebagai suatu dot com, maka oleh karena cyberspace adalah borderless, di manakah
tempat kedudukan yang sebenarnya dari toko maya tersebut? Lebih lanjut masalah
yang timbul ialah : Negara mana yang berhak memungut pajak yang harus dibayar
oleh toko maya milik orang Indonesia tersebut? Indonesia atau Amerika Serikat?
Mengingat hal-hal tersebut di atas, di dalam perjanjian transaksi e-commerce
hendaknya secara jelas ditentukan mengenai besarnya witholding taxes yang harus
dibayar, dalam mata uang apa witholding taxes itu harus dibayar, siapa yang harus
membayar pajak tersebut, dan kepada negara mana pajak tersebut harus dibayar.
Catatan :
1 Julian Ding. E-commerce: Law & Practice. Malaysia: Sweet & Maxwell Asia, 1999, p. 25.
2 Nabil R. Adam, Oktay Dogramaci, Aryya Gangopadhyay & Yelena Yesha. Electronic Commerce : Technical, Business,
and Legal Issues. Prentice Hall PTR, 1999, p. xi.
3
Nabil R. Adam et al., Op. cit. p. xi.
4
Baca pula: Magdalena Ye’il. Op. cit. p. 197.
5 Baca pula : Magdalena Ye’il. Ibid., p. 199.
11 BNA International Inc., London. World Internet Law Report. Vol 1, Issue 12. September 2000. hal. 10.
12 Toh See Kiat. Law of Telematic Data Interchange. Singapore : Butterworths Asia, 1992. p. 224 et al. Baca pula Sutan
Remy Sjahdeini. Bank Indonesia Penggerak Utama Reformasi Peraturan Perundangan Perbankan. Pidato Pengukuhan
Sebagai Guru Besar Dalam Mata Pelajaran Ilmu Hukum Perbankan pada Fakultas Hukum Airlangga di Surabaya
pada tanggal 16 November 1996. hal. 18
13
George B. Delta & Jeffrey H. Matsuura. Law of The Internet. Aspen Law & Business. 2000. p. 5-3.
14
BNA International Inc., London. Ibid.. hal. 8-9.
15
Ejan Mackaay, Daniel Poulin and Pierre Trudel (eds). The Elctronic Superhighway: The shape of technology and the Law
to Come, The Hague/London/Boston: Kluwer Law International, 1995, p. 105.
16 International Harold Tribune, No. 36,569 (Cetakan Indonesia), 29 September, 2000.
18 Peter E. Sayer. Credit Cards and The Law. London : Fourmat Publishing. 1988. p. 13
20 Ernest T. Patrikis, Thomas C. Baxter & Jr. Raj K. Bhala. Wire Transfers (A Guide to U.S. and International Laws
Governing Funds Transfers). USA : Federal Research Bank of New York. 1993, p. 3
21 Magdalena Ye’il. Op. cit., p. 207.
23 Eoghan Casey. Digital Evidance and Computer Crime, San Diego: Academic Press, 2000, p.5.
24 Jonathan Parapak. Era Baru Telematika Indonesia, Harian Bisnis Indonesia, 28 September 2000.
25
Jonathan Parapak. Ibid.