You are on page 1of 17

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang disajikan pada table 1 dan 2.

Suhu kamar : 27 0 C Table 1. Data Pengamatan Konsentrasi Awal Akhir CH3COOH CH3COOH NaOH 0,1 N CH3COOH NaOH 0,1 N 5 ml 22.9 24.1 5 ml 22.4 22.6 0,5 N 5 ml 12.5 11.9 5 ml 10.7 11.1 0,25 N 12.5 ml 15.8 15.8 12.5 ml 14.9 14.7 0,125 N 25 ml 14.8 15.2 25 ml 14 14.2 0,0625 N 25 ml 7.5 7.7 25 ml 7.3 7.4 0,0313 N 25 ml 3.8 3.9 25 ml 3.5 3.7 0,0156 N Tabel 2. Data Hasil Perhitungan M CH3COOH No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Awal 0,47 0,244 0,1248 0,06 0,0304 0,0154 Akhir 0,45 0,218 0,1184 0,0564 0,0294 0,0144 Yang teradsorpsi (C) 0,02 0,026 0,0064 0,0036 0,001 0,001 x (gram) 0,1201 0,15613 0,06005 0,021618 0,006005 0,006005 x/m 0,1201 0,15613 0,06005 0,021618 0,006005 0,006005 log x/m -0,9204 -0,8065 -1,2214 -1,6652 -2,2215 -2,2215 log C -1,6989 -1,5850 -2,1938 -2,4436 -3 -3

m= massa adsorbent mula-mula=1 gram F. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan yang dilakuakan pada bab isotherm adsorpsi arang aktif adalah dengan menggunakan larutan organic yaitu asam asetat dengan variasi 6 konsentrasi. Adsorben yang digunakan adalah arang yang telah diaktifkan sebelumnya. Pengaktifan arang dapat dilakukan dengan beberapa cara. Ann Limley, Et.al, 1995, menyatakan bahwa dengan proses oksidasi, karbon aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300oC 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat asam akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada perlakuan pertukaran ion. 2. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya. Pada percobaan ini pengaktifan arang dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan suhu yang tinggi, hal ini dilakukan karena percobaan ini mengadsorbsi larutan organic (asam asetat) sehingga pengaktifan dilakukan dengan suhu tinggi dan tidak sampai membara. Perlakuan ini dimaksudkan supaya arang tidak menjadi abu. Arang yang telah aktif digunakan untuk mengadsorpsi asam asetat dengan variasi konsentrasi yaitu, 0,47 N; 0,244 N; 0,1248 N; 0,06 N; 0,0304 N; 0,0154 N diperoleh dari hasil titrasi dengan NaOH 0,1 N, asam asetat yang dititrasi berasal dari sisa asam yang digunakan pada percobaan. Masa arang aktif yang digunakan dalam setiap konsentrasi adalah 1 gram. Volume asam asetat yang digunakan dalam adsorpsi

adalah 100 ml. langkah pertama, memasukkan 1 gram arang aktif kedalam Erlenmeyer dan menambahkan asam asetat dengan konsentrasi yang ada sebanyak 100 ml kemudian tutup Erlenmeyer dan diamkan selama 30 menit dengan perlakuan pengocokan setiap 10 menit dengan rentang 1 menit dan temperature tetap dijaga konstan. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kestabilan adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat. Setelah 30 menit, larutan disaring dengan kertas saring. Terakhir, titrasi asam asetat hasil adsorpsi dengan indicator PP dan larutan NaOH 0, 1 N sebagai titran. Dalam percobaan ini diambil 5 ml dari dua konsentrasi asam asetat tertinggi, selanjutnya 12.5 ml dan tiga konsentrasi terendah diambil 25ml. Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH terhadap arang. Variabel yang terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH yang teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH yang teradsorbsi. Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi asam asetat sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik dimana x/m diplotkan sebagai ordinat dan C sebagai absis. Grafik hubungan antara x/m dengan c maupun hubungan antara log x/m dengan log C dari percobaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini, Grafik 1. Grafik IsothermAdsorpsi Freundlinch Grafik 2. Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir Grafik merupakan Grafik Isotherm Adsorpsi Freundlinch. Dari persamaan grafik tersebut jika dianalogikan dengan persamaan freundlinch maka akan didapat nilai k dan n. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut. Log (x/m) = log k + 1/n log c sedangkan persamaan grafik Isotherm Adsorpsi Freundlinch adalah y = 1,013x + 0,841, sehingga didapat nilai Log k = 0,841 dan 1/n = 1,013. Maka nilai k adalah 6,934 dan nilai n adalah 0,9717. Adsorpsi karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami penurunan. Pada data diatas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara data 1 sampai 6 dapat dilihat dari X gram ( jumlah zat yang teradsorpsi) kurang stabil. Hal ini terjadi karena dalam adsorpsi terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi hasil adsorpsi. Menurut M.T. Sembiring dkk, 2003 bahwa karbon aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang tercantum pada SII No.0258 -79. Sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu : Sifat Serapan Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. Temperatur/ suhu. Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada suhu kamar atau bila memungkinkan pada suhu yang lebih kecil. pH (Derajat Keasaman). Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam. Waktu Singgung Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh

1.

2.

3.

4.

dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama. Kesalahan kesalahan yang terjadi pada percobaan ini juga dapat mempengaruhi data percobaan. Kesalahan yang terjadi seperti: kesalahan dalam pembacaan skala pada buret titrasi, kesalahan dalam pengocokan campuran larutan dan adsorben, kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. G. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Isotherm adsorbsi karbon aktif merupakan hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi( acetic acid) persatuan luas atau persatuan berat adsorben, dengan konsentrasi zat terlarut pada temperature tertentu. 2. Isotherm yang terjadi pada percobaan ini adalah isotherm adsorpsi Freundlich, dimana adsorben mengadsorpsi larutan organic yang sangat bagus dengan situs-situs hoterogen seperti situs Freundlich. 3. Dari perhitungan di peroleh harga n = 0,9717 dan k = 6,934. 2. Saran Dari hasil percobaan masih banyak terjadi kesalahan, oleh karena itu kami menyarankan bahwa: 1. Penggunaan alat yang terbatas membuat percobaan kurang efisien 2. Human eror yang terjadi pada praktikan karena kurang memahami alur kerja dari percobaan ini. 3. Dalam percobaan adsorpsi ini praktikan seharusnya bisa memperoleh data dengan benar. H. DAFTAR PUSTAKA Arifin Pajar. 2008. Adsorpsi Karbon Aktif. Diakses darihttp://www.yahoo.co.id pada tanggal 1 Oktober 2011. Dwi, Vallentinus. 2009. Studi Adsorpsiion Cu (Ii) Dalam Larutan Tembaga Menggunakan Komposit Serbuk Cangkang Kupang-Khitosanterikatsilang. Surabaya: Skripsi FMIPA ITS. Sembiring, dkk. 2003. Isoterm Adsorpsi ion Cr3+ oleh abu sekam padi varietas IR 64. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Undiksha. Suardana, Nyoman. 2009. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium (III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 17-23 diakses tanggal 1 Oktober 2011. Wahyuni, Sri. 2011. Diktat petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES. I. 1. JAWABAN PERTANYAAN Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau khemisorpsi? Pada percobaan ini proses adsorpsi terjadi secara adsorpsi fisik yang memiliki cirri molekul yang terikat pada adsorben oleh gaya Van Der Walls, mempunyai entalpi reaksi dan bersifat tidak spesifik

V.Pembahasan Pada percobaan ini, dilakukan proses isotherm adsorpsi untuk mencarihubungan antara banyaknya zat teradsorpsi pada adsorben sebagai fungsi darikonsentrasi yang didasarkan pada persamaan Freundlich. Prosedur yang dilakukanadalah penambahan karbon aktif pada CH3COOH dan HCl yang disertai denganpengadukan secara teratur dan akhirnya titrasi asam-basa untuk menentukankonsentrasi akhir kedua asam tersebut untuk menentukan banyaknya zat yangteradsorpsi.Karbon aktif yang digunakan pada

percobaan ini adalah arang. Arang yang atom-atomnya merupakan atom karbon dapat berfungsi sebagai adsorben apabila atom-atomtersebut dapat diubah dari bentuk amorf menjadi bentuk polikristal. Proses aktivasi iniharus dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi. Dengan pemanasan tersebut,maka atomatom karbon akan mengatur diri sedemikian rupa sehingga terbentuk polikristal. Pada karbon aktif, terdapat banyak pori yang berukuran mikro hingga nanometer. Sedemikian banyaknya pori sehingga dalam satu gram karbon aktif apabilasemua dinding pori nya direntangkan memiliki luas permukaan hingga ratusan sampairibuan meter persegi (perkiraan luasnya mencapai 500 m2 atau seluas 2 lapangan tenis).Inilah sebabnya karbon aktif merupakan adsorben yang sangat baik, karena ia memilikiluas permukaan yang sangat besar sehingga mampu mengadsorpsi lebih baik daripadazat lain. Dengan alasan yang sama pula pada percobaan ini menggunakan serbuk arang,bukan arang dalam bentuk padatan. Secara fisik, karbon aktif mengikat material dengangaya Van der Waals.Selain bertujuan untuk aktivasi karbon aktif, pemanasan juga dilakukan untukmenghilangkan pengotor yang terdapat pada arang. Diharapkan, pengotor yang bersifatvolatil dapat menguap saat dilangsungkannya pemanasan sehingga arang menjadi lebihmurni dan efisiensi adsorpsi pada percobaan ini meningkat sehingga data yangdidapatkan diharapkan dapat menjadi seakurat mungkin.Setelah dilakukan pemanasan, dilakukan pengocokan dengan labu erlenmeyertertutup. Pengocokan dilakukan selama 1 menit, lalu didiamkan 2 menit dan begituseterusnya hingga 30 menit. Proses pengocokan ini dimaksudkan agar campurantersebut dapat tercampur secara homogeny dan juga agar proses adsorpsi dapatberlangsung lebih cepat karena jumlah tumbukan yang terjadi juga meningkat . Tujuan dilakukan pendiaman adalah agar gaya Van der Waals di mana terjadiadsorpsi antara partikel adsorbat dengan permukaan adsorben dapat berlangsungsecara optimal. Adsorpsi ini tidak dapat terjadi secara optimal pada pengocokan karenapartikel-partikel campuran terus bergerak secara aktif dan sulit bagi partikel adsorbatuntuk masuk ke dalam pori kosong dari permukaan adsorben sehingga agar prosesadsorpsi dapat berlangsung dengan baik, harus disediakan jeda waktu untuk dilakukanpendiaman.Setelah proses adsorpsi selesai, maka dilakukan penyaringan dengan mediakertas saring yang bertujuan untuk memisahkan antara karbon yang telah mengadsorpsisebagian asam dengan asam yang masih ada pada campuran. Kemudian, filtrat yangdiperoleh dititrasi dengan menggunakan standar NaOH 0.1027 M untuk menentukanberapa banyak asam yang teradsorpsi oleh arang, untuk berikutnya ditentukanpersamaan Freundlich, bagi masing-masing sistem isotherm adsorpsi.Beberapa faktor yang mempengaruhi adsorpsi ini adalah : 1.Karakteristik komponen sistem isotherm adsorpsi (adsorbat dan adsorben)Komponen adsorben dan adsorbat yang baik dapat menentukan kualitasdari sistem adsorpsi. Adsorben dengan luas pori atau porositas yang lebihbesar dan adsorbat yang memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dapatmeningkatkan kualitas dari proses adsorpsi. Selain itu, interaksi antaraadsorben dengan adsorbat juga dapat mempengaruhi kualitas adsorpsi.Adsorben dan adsorbat yang sama-sama memiliki sifat polar akan memilikiikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan yang berbeda sifatkepolarannya sehingga zat yang teradsorpsi akan semakin banyak. Selain itu,hal yang dapat mempengaruhi interaksi antara partikel adsorbat denganadsorben adalah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kationuntuk mempolarisasi suatu anion di dalam ikatan kimia. Sifat polarizing power cation ini dimiliki dengan baik oleh ion logam dengan ukuran kecildan muatan besar. 2.Temperatur Temperatur juga dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Semakin tinggitemperatur, maka laju adsorpsi akan semakin cepat dikarenakan kenaikanenergi kinetik yang menyebabkan gerakan tumbukan partikel menjadisemakin banyak sehingga proses adsorpsi berlangsung lebih cepat. 3.Konsentrasi adsorbat Semakin banyak adsorbat yang disediakan, maka semakin banyak zat yangmampu teradsorpsi oleh adsorben. Karena itu kemurnian zat berpengaruhdalam proses adsorpsi ini.Setelah dilakukan pengolahan data, kita mendapat persamaan Freundlich bagisistem adsorpsi untuk CH3COOH dan HCl. Untuk CH3COOH persamaan Freundlichnya adalah

sedangkan untuk HCl, persamaan Freundlichnya adalah

Dari kedua persamaan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa padaasam asetat proses adsorpsi berlangsung lebih baik daripada HCl. Padahal secarateoritis, HCl seharusnya memiliki teradsorpsi lebih banyak dibandingkan denganCH 3COOH. Hal ini didasarkan pada HCl yang merupakan asam kuat sehingga denganmudah melepaskan ionionnya di dalam air. Cl merupakan spesi yang sangatelektronegatif atau memiliki kecenderungan untuk menarik elektron dengan kuat kepihaknya sehingga ikatan Van der Waals yang terjadi pada HCl seharusnya lebih kuatdibandingkan pada CH3 COOH. Selain itu partikel HCl lebih kecil daripada partikel CH3COOH. Namun pada percobaan ini adsorpsi pada CH3COOH dapat berlangsungdengan lebih baik. Selain itu, pada perhitungan data untuk adsorpsi CH3COOH dengankonsentrasi 0.0329 M, konsentrasi akhir setelah adsorpsi lebih besar dibandingkandengan konsentrasi awal. Adapun hal-hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktorsebagai berikut : 1.Waktu pendiaman berlangsung kurang optimal, sehingga HCl belumsepenuhnya teradsorpsi oleh arang. 2.Ketidaktelitian praktikan dalam menjalankan prosedur percobaan baikdalam menyiapkan bahan maupun membaca skala pada alat ukur sehinggadata diperoleh dengan tidak akurat. 3.Pengocokan belum tentu terjadi secara homogen karena dilakukan olehorang yang berbeda sehingga perlakuan yang diberikan tidak seragam. 4.Arang yang digunakan belum terlalu panas sehingga luas pori yang terbukamenjadi lebih kecil dari seharusnya dan jumlah zat yang teradsorpsi menjadilebih sedikit. Adapun, pada percobaan ini proses adsorpsi yang terjadi adalah adsorpsi fisikbukan adsorpsi kimia. Indikasi sederhana yang dapat dilihat adalah tidak terjadi produkdari hasil reaksi kimia pada percobaan ini dan yang terjadi hanyalah perubahan fasasaja. VI.Kesimpulan Persamaan Freundlich untuk CH3COOH adalah

dan untuk HCl adalah

VII.Daftar Pustaka Barrow, Gordon M. 1996.Physical Chemistry , 6thedition. New York: McGraw-Hill.Mantell, C.L. 1951. Chemical Engineering Series: Adsorption. New York: McGrawHill.http://en.wikipedia.org/wiki/Adsorptionhttp://digilib.batan.go.id/sipulitbang/fulltext/2626.pdf http://www.damandiri.or.id/ http://en.wikipedia.org/wiki/Adsorptionhttp://digilib.batan.go.id/sipulitbang/fulltext/2626.pdf http://www.da mandiri.or.id/

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Konsentra N o si Asam Asetat (M) 1 2 3 4 5 0,8 0,6 0,4 0,2 0,1 Volume NaOH 0,5 M Sebelum ditambah karbon aktif Erlenmeye Erlenmeye Erlenmeye rI rI rI (mL) (mL) (mL) 17,4 13,7 9,1 4,5 2,6 17,4 13,6 8,8 4,5 2,3 17,4 13,65 8,95 4,5 2,45 Setelah ditambah karbon aktif Erlenmeye Erlenmeye Erlenmeye rI rI rI (mL) (mL) (mL) 11,5 7,6 3,5 1,4 15,4 11,2 7,4 3,4 1,5 15,4 11,35 7,5 3,45 1,45

b.

Pembahasan Pada percobaan ini, bertujuan untuk memahami sifat-sifat adsorpsi zat terlarut dari suatu

larutan pada permukaan adsorben. Adsorpsi adalah suatu contoh metode yang biasanya digunakan untuk menjernihkan suatu larutan, contoh di kehidupan sehari-hari adalah dalam proses penjernihan air. Pada percobaan ini, praktikan menganalisis adanya zat pengotor dalam larutan asam asetat yang disediakan di laboratorium kimia fisik. Percobaan ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung volume larutan asetat mula-mula sebelum ditambah karbon aktif dibandingkan dengan volume larutan asetat setelah ditambah karbon aktif, seperti yang tercantum di hasil percobaan dan direpresentasikan dalam bentuk kurva. Dari hasil percobaan itu, diketahui bahwa di dalam larutan asam asetat yang dianalisis, terdapat beberapa pengotor yang terlarut dalam larutan tersebut sehingga mengakibatkan volumenya bertambah. Dengan melakukan analisis isoterm adsorpsi larutan ini dapat diketahui berat pengotor yang ada dalam larutan asam asetat. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam asetat dalam berbagai konsentrasi yaitu, 0,8M; 0,6M; 0,4M; 0,2M; dan 0,1M. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5M dan menggunakan indikator pp untuk mengetahui konsentrasi sesungguhnya. Indikator pp digunakan dalam titrasi ini karena merupakan indikator yang bekerja pada pH basa, yaitu pada rentang pH 8,3-10. Hal ini sesuai dengan sifat larutan hasil titrasi, yaitu bersifat basa. Indikator diperlukan dalam proses titrasi sebagai penanda pada proses titrasi sehingga proses titrasi dapat dihentikan apabila indikator sudah berubah warna. Selanjutnya, larutan ditambah dengan 1 gram karbon aktif untuk mengadsorpsi pengotorpengotor dalam larutan tersebut. Proses adsorpsi dilakukan pada keadaan isoterm (temperatur tetap) karena temperatur juga dapat berpengaruh dalam adsorpsi, sehingga untuk memudahkan analisis maka temperatur dibuat tetap. Erlenmeyer kemudian dikocok dengan pengaduk agar terjadi pencampuran yang merata sehingga membantu dalam proses adsorpsi, dengan kata lain, adsorpsi dapat berjalan lebih cepat. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan kertas saring dan didiamkan selama + 30 menit. Campuran yang terbentuk kemudian disaring dengan kertas saring dengan cara didekantir. Dekantir adalah suatu metode untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Untuk memudahkan proses dekantir ini digunakan pengaduk saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir di luar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Filtrat yang dihasilkan dari pemisahan inilah yang merupakan larutan asam asetat murni tanpa pengotor. Filtrat tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,5M untuk mengetahui konsentrasi yang sesungguhnya. Dari hasil percobaan yang tertera dalam tabel hasil percobaan, dapat dilihat bahwa semakin besar konsetrasi zat terlarut, semakin besar pula zat terlarut yang dapat teradsorpsi. Zat terlarut yang teradsorpsi merupakan hasil pengurangan dari larutan asam asetat mula-mula dan larutan asam asetat setelah ditambah adsorben. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berat teradsorpnya. Dari hasil percobaan tersebut kemudian direpresentasikan dalam bentuk grafik. Grafik yang dibuat adalah grafik isoterm Freundlich dan grafik isoterm Langmuir. Grafik isoterm Freundlich menggambarkan hubungan logaritmik antara berat adsorbat dalam adsorben dengan konsentrasi larutan asam asetat setelah peristiwa adsorpsi. Dari grafik yang telah digambar, diketahui bahwa kurva menunjukkan model linier dengan nilai linieritas (R) = 0,9197, nilai n = -0,094, dan k =

0,4246. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Freundlich mengenai nilai k yang mengindikasikan kapasitas serapan. Semakin besar luas permukaan suatu adsorben, maka semakin besar pula harga intersep k. Grafik yang kedua adalah grafik isoterm Langmuir yang menggambarkan hubungan konsentrasi larutan terhadap adsorpsi. Dari grafik yang telah digambar, diketahui bahwa kurva menunjukkan model linier dengan nilai linieritas (R) = 0,9612, nilai n = -0,471, dan nilai = 0,3428. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan pada teori adsorpsi isoterm Langmuir yang menggambarkan bahwa pada permukaan adsorben terdapat sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan adsorben. Artinya, semakin besar permukaan adsorbennya, maka akan semakin besar daya adsorpsinya. VI. 1. KESIMPULAN Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakin besar pula jumlah zat dalam

larutan asam asetat yang terserap. 2. Grafik isoterm Freundlich menunjukkan nilai intersep k = 0,4246 dan nilai n = -0,094, sedangkan nilai linieritas grafik (R) = 0,9197. 3. Grafik isoterm Langmuir menunjukkan nilai n = -0,471, dan nilai = 0,3428, sedangkan nilai linieritas grafik (R) = 0,9612.

Adsorbsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana adsorbent adalah merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan adsorbant adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air buangan proses adsorbsi adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika dan kimia yang sulit dibedakan, namun tidak akan mempengaruhi analisa pada proses adsorbsi. Absorbsi adalah proses adhesi yang terjadi pada permukaan suatu zat padat atau cair yang berkontak dengan media lainnya, sehingga menghasilkan akumulasi atau bertambahnya konsentrasi molekul molekul. (Soedarsono dan Benny Syahputra, 2005). Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi. ( M.T. Sembiring, dkk, 2003) Menurut M.T Sembiring, dkk, 2003 bahwa karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. 1. Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. 2. Karbon aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granula atau pellet yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk

memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras. Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan karbon aktif untuk masingmasing tipe, pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan. Arifin. 2010.Dekolorisasi Air yang Mengandung Zat Warna Tekstil Dengan Metode Koagulasi Poly Aluminium Chloride dan Adsorpsi Karbon Aktif. Tangerang : PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri.

Pembahasan Prinsip percobaan adalah mengindentifikasi pengaruh adsorben terhadapasam oksalat dalam berbagai konsentrasi dimana asam oksalat dimaserasi denganadsorben dalam tempat tertutup selama 24 jam kemudian larutan disaring dandipisahkan antara residu dengan filtrat lalu filtrat dititrasi dengan menggunakanNaOH 0,1 N dan 0,01 N untuk mendapatkan volume titrasinya.Isoterm Freundlich adalah suatu kinetika keseimbangan entalpi dalamsistem ataupun lingkungan adalah sama serta mempunyai adsorben yangpermukaannya heterogen dimana potensi penyerapan tiap molekulnya berbeda.Sedangkan Isoterm langmuir berasumsi a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiapmolekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap. b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama. c. Hanyaterbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum. Proses adsorpsi inimerupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap partikel bermuatan darifase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenismuatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anionatau kation. Sedangkan absorbsi adalah proses penyerapan partikelpartikel secarakeseluruhan mulai dari permukaan hingga ke dasar.Percobaan pertama adalah maserasi, pertama ditimbang 0,5 gr noritkedalam masing-masing gelas beaker ( 6 buah ), sebelum dimasukkan noritdigerus terlebih dahulu hingga halus. Lalu ditambahkan asam oksalat kedalammasing-masing gelas beaker tersebut sebanyak 25 ml dengan konsentrasi 0,3 N,0,2 N, 0,1 N, 0,05 N, 0,01 N, 0,005 M. Setelah ditambahkan, gelas beaker ditutupdengan menggunakan plastik hitam dan dirapatkan dengan menggunakan karetgelang dan didiamkan selama 2 x 24 jam agar proses maserasi berlangsungsempurna. Setelah maserasi selesai, larutan didalam masing-masing gelas beakerdifiltrasi untuk memisahkan residu dengan filtrat. Kemudian diambil masing-maing 10 ml filtrat tersebut untuk proses titrasi. Setelah itu filtrat dititrasi, pertamaditambahkan dulu 2 tetes indikator pp sebagai indikator proses titrasi kemudiandititrasi dengan NaOH 0,1 N untuk oksalat dengan konsentrasi 0,3 N, 0,2 N, 0,1N, 0,05 N, 0,01 N dan NaOH 0,01 N untuk oksalat dengan konsentrasi 0,005 N.Setelah dititrasi hingga terbentuk merah lembayung dan volume titrasi yangdiperoleh adalah : DAFTAR PUSTAKA Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas . Cetakan ke-2. Jakarta : PenerbitPT. Gramedia Pustaka Utama.Moechtar, Drs. Apt. 1989. Farmasi Fisika (bagian larutan dan sistem dispersi) .Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis . Yogyakarta : Penerbit C.V. AndiOffset.

Adsorbsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya. Salah satu adsorben yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum adalah karbon aktif arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna dan rasa air termasuk logam-logam ion berat. Dalam percobaan ini menggunakan karbon aktif sebagai adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai adsorbat serta larutan NaOH 0,05 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah dibuat dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama 30 menit. Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih mudah teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya mampu mengadsorpsi senyawasenyawa organik. Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat diketahui dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan standar NaOH 0,05 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi yang digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH yang digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen pada saat proses titrasi.

Latar Belakang Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat. Adsorpsi digunakan untuk menyatakan bahwa zat lain yang terserap pada zat itu, misalnya karbon aktif dapat menyerap molekul asam asetat dalam larutannya. Tiap partikel adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik-menarik. Zat-zat yang terlarut dapat diadsorpsi oleh zat padat, misalnya CH3COOH oleh karbon aktif, NH3 oleh karbon aktif, fenolftalein dari larutan asam atau basa oleh karbon aktif, Ag+ atau Cl- oleh AgCl. C lebih baik menyerap non elektrolit dan makin besar BM semakin baik. Zat anorganik lebih baik menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap menyebabkan timbulnya adsorpsi negatif. Dalam larutan KCl, H2O diserap oleh arang darah, hingga konsentrasi naik. Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena ini juga disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karena partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air. Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Ketika pelarut yang mengandung zat terlarut tersebut kontak dengan adsorben, terjadi perpindahan massa zat terlarut dari pelarut ke permukaan adsorben, sehingga konsentrasi zat terlarut di dalam cairan dan di dalam padatan akan berubah terhadap waktu dan posisinya dalam kolom adsorpsi.

II.

PEMBAHASAN Adsorpsi

Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut ( soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben, sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben. Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu) 1. Adsorpsi fisika Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel. 2. Adsorpsi Kimia Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atomatom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan

terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang.

2.2 Kinetika Adsorpsi Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : Macam adsorben Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate) Luas permukaan adsorben Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate) Temperatur

2.3 Adsorben Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu : a. Karbon aktif/ arang aktif/ norit Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai sebagai adsorben pada topeng gas Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan

demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu. Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih. Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah maupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif yaitu dibuat melalui proses pembakaran secara karbonisasi (aktifasi) dari semua bahan yang mengandung unsur karbon dalam tempat tertutup dan dioksidasi/ diaktifkan dengan udara atau uap untuk menghilangkan hidrokarbon yang akan menghalangi/ mengganggu penyerapan zat organik Bahan tersebut antar lain tulang, kayu lunak maupun keras, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, dan batubara. Pembuatan arang aktif Secara umum dan sederhana, proses pembuatan arang aktif terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1. Dehidrasi : proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan sampai temperatur 170C. 2. Karbonisasi : pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu diatas 170C akan menghasilkan CO dan CO2. Pada suhu 275C, dekomposisi menghasilkan tar, methanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400-600C. 3. Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktifator. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekulmolekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Arang aktif mempunyai warna hitam, tidak berasa dan tidak berbau, berbentuk bubuk dan granular, mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan arang yang belum mengalami proses aktifasi, mempunyai bentuk amorf yang terdiri dari plat-plat dasar dan disusun oleh atom-atom karbon C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi yang heksagon. Plat-plat ini bertumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa-sisa hidrokarbon yang tertinggal pada permukaan. Dengan menghilangkan hidrokarbon tersebut melalui proses aktifasi, akan didapatkan suatu arang atau karbon yang membentuk struktur jaringan yang sangat halus atau porous sehingga permukaan adsorpsi atau penyerapan yang besar dimana luas permukaan adsorpsi dapat mencapai 300-3500 cm2/gram.

Proses pembuatan arang aktif dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Proses Kimia Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat padat. Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada temperatur 100C. Arang aktif yang dihasilkan dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300C. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia. 2) Proses Fisika Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur 1000C yang disertai pengaliran uap. Penyerapan Bahan - bahan Terlarut Dengan Arang Aktif

Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dalam air, biasa menggunakan arang aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan dengan arang aktif.

Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul. Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah. Dalam Laboratorium Manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif lebih rendah. Proses adsorpsi arang aktif dapat digambarkan sebagai molekul yang meninggalkan zat pengencer yang terjadi pada permukaan zat padat melalui ikatan kimia maupun fisika. Molekul tersebut digunakan sebagai adsorbat dan zat padat disebut adsorben arang aktif. Adapun adsorpsi yang terjadi pada arang aktif dapat bersifat : 1. Adsorpsi Fisika Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang aktif dalam keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil. 2. Adsorpsi Kimia Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif) dengan zat-zat teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang bersifat elektrolit akan diserap lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan dalam larutan yang bersifat non elektrolit penyerapan arang aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman atau sifat kebasaan larutan.

Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu: Sifat serapan banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, dan struktur rantai dari senyawa serapan. Temperatur Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah. pH (derajat keasaman) Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan penambahan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam. Waktu singgung Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Secara garis besar penyerapan arang aktif terhadap zat yang terlarut adalah: 1. Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari adsorben (arang). 2. Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan arang aktif. 3. Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan porous arang. Adapun secara umum faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari arang aktif adalah : 1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.

2. Adanya permukaan yang luas (300 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang besar. DAFTAR PUSTAKA 3. Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisika Jilid 2, Erlangga, Jakarta. 4. Brady, James, 1999, Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.

Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH dan HCl terhadap arang. Variabel yang terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH dan HCl sesudah perlakuan. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi.

Dari hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut: M asetat mula2 0.149 0.073 0.034 0.018 0.008 0.005 M akhir asetat 0.1315 0.063 0.022 0.008714 0.001429 0.000857 M asetat terabsorpsi 0.0175 0.01 0.012 0.009286 0.006571 0.004143 berat asetat teradsorpsi 0.0945 0.054 0.0648 0.050143 0.035486 0.022371

x/m

log x/m

log c

0.0945 0.054 0.0648 0.050143 0.035486 0.022371

-1.02457 -1.26761 -1.18842 -1.29979 -1.44995 -1.65031

-1.75696 -2 -1.92082 -2.03218 -2.18234 -2.3827

M awal HCl

M akhir HCl

M HCl terabsorpsi

berat HCl teradsorpsi

x/m

log c

0.497

0.503

-0.006

-0.0324

0.0324 0.0216 -1.66555 -2.39794

0.2495

0.2455

0.004

0.0216

0.121

0.1069

0.0141

0.07614

0.0761 4 0.0345 6 0.0626 4 0.0561 6

-1.11839

-1.85078

0.061

0.0546

0.0064

0.03456

-1.46143

-2.19382

0.028

0.0164

0.0116

0.06264

-1.20315

-1.93554

0.014

0.0036

0.0104

0.05616

-1.25057

-1.98297

Grafik yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Grafik Hubungan x/m terhadap log C asam asetat -1.5 -1.8 -1.6 -1.4 y = x - 0.7324 R =1
2

-1.2 -1.7

-1

log x/m

-1.9 -2.1 -2.3 -2.5

log C

Grafik Hubungan x/m terhadap log C HCl


-1.5 -1.8 -1.6 -1.4 y = x - 0.7324 R2 = 1 -1.2 -1.7 -1

log x/m

-1.9 -2.1 -2.3 -2.5

log c

Pada percobaan ini temperatur dicatat selama praktikum sebesar 270C, temperatur seragam diperlukan dalam percobaan ini. Isoterm Freundlich tidak sesuai jika konsentrasi adsorbat sangat tinggi. Dari perhitungan regresi linear, didapatkan harga k pada HCl dan asam asetat sama yaitu sebesar 10. Seharusnya adsorpsi menggunakan HCl mempunyai harga k yang lebih tinggi. Kesamaan harga k ini mungkin disebabkan oleh kesalahan pada saat praktikum. a. Pada saat melakukan titrasi tidak tepat pada titik awalnya. b. Praktikan kurang tepat dalam membaca skala buret. c. Pengocokan yang kurang tepat. d. Kesalahan dalam membuat larutan, terutama larutan awal HCl. e. Keterbatasan praktikan dalam melakukan percobaan. I. KESIMPULAN 1. Arang aktif dapat mengadsorpsi CH3COOH dan HCl dalam larutannya. 2. Semakin besar konsentrasi CH3COOH dan HCl, semakin besar pula adsorpsinya. 3. Diperoleh harga k untuk CH3COOH dan HCl sebesar 10. II. DAFTAR PUSTAKA 1. Tony, Bird.-.Kimia Fisika untuk Universitas.Jakarta.Gramedia 2. Sukardjo.1985.Kimia Fisika.Yogyakarta.Bina Aksara. 3. Tim Dosen Kimia Fisika II.2005.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Semarang:FMIPA Unnes.

You might also like