You are on page 1of 4

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

PERTAMBAHAN BERAT BADAN, LAJU PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN KERBAU JANTAN AKIBAT PEMBERIAN KESEMPATAN BERKUBANG DAN JERAMI PADI AMONIASI
IDA BAGUS DANIA dan HAPPY POERWOTO
Fakultas Peternakan Universitas Mataram Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 NTB

ABSTRAK Penelitian dilaksanakan selama 25 minggu untuk mempelajari pengaruh berkubang dan amoniasi jerami padi (6% urea) terhadap pertambahan berat badan harian, laju pertumbuhan, konsumsi bahan kering pakan, konsumsi protein kasar dan konversi pakan kerbau jantan. Empat ekor kerbau jantan yang digunakan pada penelitian ini dengan berat awal 171,25 + 9,57 kg ditempatkan secara acak dalam bujur sangkar latin (4 x 4) yakni 4 kombinasi perlakuan (perlakuan A: pemberian jerami kering tanpa kubangan; B: pemberian jerami kering dan tempat berkubang, C: pemberian jerami amoniasi dan tanpa kubangan, dan perlakuan D: pemberian jerami amoniasi dan tempat berkubang). Hasil penelitian menunjukkan berkubang dan amoniasi berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan berat badan harian dan laju pertumbuhan, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering pakan dan konversi pakan. Amoniasi sangat berpengaruh nyata terhadap konsumsi protein kasar. Pemeliharaan kerbau tanpa berkubang dan pemberian jerami padi kering, menunjukkan pertumbuhan normal, namun pertumbuhan tertinggi dicapai pada pemberian kesempatan berkubang dan jerami padi amoniasi. Kata kunci: Kerbau, berkubang, jerami padi amoniasi

PENDAHULUAN Pemeliharaan kerbau di Indonesia secara terkurung belum banyak dilakukan dan umumnya pemeliharaan masih sederhana oleh petani-petani kecil di pedesaan, pemilikan ternak sedikit dan lahan sempit serta persediaan pakan yang kurang terutama pada musim kemarau. Upaya mengatasi keterbatasan pakan umumnya dilakukan dengan jalan memanfaatkan limbah pertanian antara lain jerami padi yang ketersediaannya cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Jerami padi sebagai bahan pakan ternak memiliki keterbatasan yakni rendahnya kandungan protein dan karbohidrat, tingginya kandungan serat kasar (selulose dan hemiselulose). Perlakuan jerami padi dengan menggunakan urea 3 dan 6% nyata meningkatkan kecernaan bahan kering dan dinding sel, serta menunjukkan pertumbuhan kerbau yang terbaik pada perlakuan 6% urea (WONGSRIKEAO dan WANAPAT, 1985). Ternak kerbau memiliki kulit tebal, warna kulit dan rambut hitam keabu-abuan dan kelenjar keringat sedikit, sehingga kurang

tahan terhadap cuaca panas. Untuk membantu termoregulasi tubuh agar fungsi fisiologi tubuh dapat berjalan normal terutama dalam mengatasi cekaman panas dengan jalan berendam dalam air/lumpur atau melumuri tubuhnya dengan lumpur. Pemberian kesempatan berkubang sangat berpengaruh terhadap pertambahan berat badan (ZULBARDI et al., 1982). Dilain pihak banyak pendapat yang menyatakan, bahwa ternak kerbau memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya seperti cuaca, pakan dan tatalaksana yang diberikan. Namun informasi mengenai keterkaitan antara lingkungan dengan pertumbuhan kerbau lumpur di Indonesia belum banyak diketahui. Berdasarkan uraian di atas, telah dicoba mengkaji pertambahan berat badan, laju pertumbuhan, konsumsi pakan, konsumsi protein kasar dan konversi pakan kerbau jantan muda akibat pemberian kesempatan berkubang dan jerami amoniasi. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengubangan dan amoniasi jerami padi terhadap pertambahan

99

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

berat badan, laju pertumbuhan, konsumsi pakan, konsumsi protein kasar dan konversi pakan kerbau jantan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam perencanaan usaha penggemukan kerbau dalam meningkatkan produktivitas kerbau. MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini empat ekor kerbau jantan dengan rataan berat awal 171,25 9,57 kg. Pakan yang diberikan sebagai perlakuan adalah jerami kering dan jerami amoniasi dengan menggunakan urea 6% dari bahan kering jerami secara ad-lib dan konsentrat sebanyak 2,5 kg/ekor/hari yang merupakan campuran dari bekatul, ampok dan tepung daun lamtoro dengan perbandingan 2 : 1 : 2. Kandang yang digunakan sebanyak empat buah kandang terbuka yang terdiri dari dua buah kandang berukuran 4 x 14 m dengan fasilitas kubangan dan dua buah kandang berukuran 4 x 3 m tanpa fasilitas kubangan. Peralatan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan ternak kapasitas 1000 kg (kepekaan 1 kg) dan timbangan pakan kapasitas 25 kg (kepekaan 0,1 kg). Keempat ekor kerbau ditempatkan secara acak pada masing-masing perlakuan di setiap periode penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 25 minggu (4 periode pengamatan). Pengamatan terhadap pertambahan berat badan di setiap periode penelitian (42 hari) diawali dengan pra penelitian selama 6 hari dan dilakukan penimbangan setiap 12 hari, sedangkan konsumsi pakan diamati setiap hari. Peubah yang diamati meliputi pertambahan berat badan harian, laju pertumbuhan, konsumsi bahan kering pakan, konsumsi protein kasar dan konversi pakan. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan rancangan pola faktorial 2 x 2 dalam bujur sangkar latin 4 x 4 . Dalam penelitian ini ada 4 macam kombinasi perlakuan yaitu pemberian jerami kering tanpa kubangan (perlakuan A), pemberian jerami kering dan tempat berkubang (perlakuan B), pemberian jerami amoniasi dan tanpa kubangan (perlakuan C), dan pemberian jerami amoniasi dan tempat berkubang (perlakuan D). Untuk

mengetahui pengaruh efek kubangan (AC vs BD), pengaruh efek amoniasi (AB vs CD) dan interaksinya ( AD vs BC) dengan tes orthogonal kontras (ASTUTI, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis keragaman menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata dari perlakuan pengubangan dan amoniasi terhadap pertambahan berat badan harian (PBBH) dan laju pertumbuhan kerbau jantan muda, namun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi bahan kering (BK) pakan dan konversi pakan serta tidak adanya interaksi antara pengubangan dengan amoniasi. Sedangkan konsumsi protein kasar pada kerbau muda secara sangat nyata hanya dipengaruhi oleh perlakuan amoniasi, hal ini disebabkan oleh perlakuan 6% urea pada amoniasi dapat meningkatkan kandungan N ransum berati kandungan protein kasar ransum meningkat pula. Kandungan protein ransum kerbau yang mendapatkan jerami amoniasi lebih tinggi daripada tanpa amoniasi, maka konsumsi protein kasar pada kerbau yang mendapat jerami amoniasi (CD) 540,38 g sangat nyata lebih tingggi daripada kerbau yang diberikan jerami tanpa amoniasi (AB) 448,03 g, meskipun konsumsi pakan tidak berbeda nyata. Kerbau tanpa kubangan (AC) menunjukkan PBBH (435,63 g) maupun laju pertumbuhan (0,22% berat badan = BB) yang jauh lebih rendah (139,00 g dan 0,07% BB) dari pada kerbau yang dikubangkan (BD) dengan PBBH sebesar 574,63 g dan laju pertumbuhan sebesar 0,29% BB atau 2,9 g/kg BB. Hal ini disebabkan kerbau yang tidak diberi kesempatan berkubang akan mengalami cekaman panas, sehingga cenderung menurun konsumsi pakannya (5,29 g per W0,75 ) dan konsumsi protein kasar 21,75 g/hari, sehingga pertambahan berat badan menurun sekitar 24,19% dan laju pertumbuhan relatif sebesar 22,25% dibandingkan dengan kerbau dikubangkan. Sesuai dengan pendapat ZULBARDI et al. (1982), pelepasan (berkubang) 3 kali seminggu nyata meningkatkan pertambahan berat badan

100

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

harian (595,00 g) dibandingkan dengan hanya sekali seminggu (355,00 g). Pengaruh cekaman panas menyebabkan kurang efisien dalam penggunaan energi maupun protein (AMES dan BRINK, 1977), yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ternak (MOUNT, 1979).

Berkubang pada kerbau terutama pada cuaca panas sangat membantu termoregulasi suhu tubuh sehingga fungsi fisiologi tubuh berjalan normal (CASTILLO, 1984 dan JALALUDIN, 1985).

Tabel 1. Rataan pertambahan berat badan harian (g), laju pertumbuhan (% berat badan), konsumsi bahan kering pakan (g per W0,75), konsumsi protein kasar (g) dan konversi pakan kerbau jantan muda akibat pemberian kesempatan berkubang dan jerami amoniasi
Peubah Pertambahan berat badan Laju pertumbuhan Konsumsi pakan Konsumsi protein Konversi pakan A 347,00 0,17 97,84 439,20 18,51 Perlakuan B 541,75 0,27 104,71 456,86 10,88 C 524,25 0,27 102,02 533,36 11,14 D 607,50 0,31 105,72 547,39 9,65 Efek kubangan Efek amoniasi

AC BD AB CD 435,63a 574,63b 444,38a 565,88b 0,22a 0,29b 0,22a 0,29b 99,93a 105,22a 101,28a 103,37a 486,28a 508,03a 448,03a 540,38b 14,83 a 10,27 a 14,70 a 10,40 a

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01) A: pemberian jerami kering tanpa kubangan B : pemberian jerami kering dan tempat berkubang C: pemberian jerami amoniasi dan tanpa kubangan D: pemberian jerami amoniasi dan tempat berkubang Efek kubangan = AC: tanpa kubangan, BD: fasilitas kubangan Efek amoniasi = AB: jerami tanpa amoniasi, CD: jerami amoniasi

Rataan PBBH dan laju pertumbuhan pada kerbau yang diberikan jerami padi kering ( AB) masing-masing 444,36 g dan 0,22% berat badan atau 2,20 g/kg, sedangkan pada kerbau yang diberi jerami amoniasi (CD) masingmasing 565,88 g dan 0,29% BB atau 2,90 g/kg. Pengaruh amoniasi pada jerami padi sangat nyata meningkatkan pertambahan berat badan harian (121,50 g) maupun laju pertumbuhan (0,07% BB atau 0,7 g/kg BB). Hal ini disebabkan perlakuan amoniasi pada jerami padi akan meningkatkan nilai gizi pakan antara lain meningkatnya kandungan protein kasar dan sangat nyata berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi protein, meskipun konsumsi pakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 1). Amoniasi berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi protein (92,35 g) dan kecernaan bahan kering maupun bahan organik pakan sehingga akan meningkatnya pertambahan berat badan dan diikuti pula dengan peningkatan pertumbuhan relatif. Sesuai dengan pendapat WONGSRIKEAO dan WANAPAT (1985), bahwa perlakuan amoniasi pada jerami padi dengan 6% urea nyata berpengaruh terhadap pertambahan berat badan harian.

Konsumsi pakan dan konversi pakan pada kerbau jantan muda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata akibat perlakuan pengubangan dan amoniasi. Hal ini berarti kerbau memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dalam mengatasi lingkunan panas (cekaman panas) dan mempertahankan konsumsi pakan. Kerbau memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengatasi lingkungan sehingga mampu bertumbuh dan berproduksi dengan baik meskipun pengelolaannya diserahkan pada alam (DANIA dan DWIPA, 2001). Rataan suhu udara kandang selama pengamatan ini 29, 790C masih mampu ditolerir oleh ternak kerbau meskipun tanpa dikubangkan, sehingga tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Mendukung pendapat DEGUZMAN, bahwa konsumsi pakan pada kerbau mulai menurun bila suhu kandang mencapai 34,440C. Rataan konsumsi pakan harian hasil pengamatan ini sebesar 102,57 + 3,90 g per W0,75 setara dengan 2,72% berat badan hampir sama dengan laporan terdahulu yakni konsumsi pakan kerbau sebesar 120 g per W0,75 setara dengan 2,50% berat badan (RANJHAN, 1984), dan masih dalam batas kebutuhan pada kerbau fase pertumbuhan

101

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

sekitar 53,10 126,00 g per W0,75 (KEARL, 1982). Perlakuan amoniasi sangat berpengaruh terhadap konsumsi protein kasar harian, hal ini disebabkan oleh perlakuan 6% urea pada amoniasi akan meningkatkan kandungan N ransum dan kandungan protein kasar ransum meningkat. Rataan konversi pakan kerbau muda hasil pengamatan ini sebesar 12,54, sedangkan konversi pakan pada masing-masing efek perlakuan yakni efek kubangan AC vs BD sebesar masing- masing 14,83 dan 10,27 sedangkan efek amoniasi AB vs CD masingmasing sebesar 14,70 dan 10,40. Konversi pakan kerbau yang mendapat kesempatan berkubang dan pemberian jerami amoniasi (D) sebesar 9,65 kg BK per kg pertambahan berat badan, hampir sama dengan laporan MORAN (1979) yakni 8,23 pada kerbau yang diberikan konsentrat tinggi dan 11,67 pada kerbau yang diberikan konsentrat rendah. KESIMPULAN 1) Pertambahan berat badan harian dan laju pertumbuhan sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan pengubangan dan amoniasi. 2) Pemeliharaan kerbau tanpa berkubang dan pemberian jerami padi kering, menunjukkan pertumbuhan normal, namun pertumbuhan tertinggi dicapai pada pemberian kesempatan berkubang dan jerami padi amoniasi. 3) Amoniasi berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi protein kasar. 4) Kubangan dan amoniasi tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering pakan dan konversi pakan yang berarti bahwa kerbau memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan fisik dan pakan. DAFTAR PUSTAKA
AMES, D.R. and D.R. BRINK.1977. Effect of Temperature on Lamb Performance and Protein Efficiency Ratio. J.Anim. Sci. 44 : 847 872. ASTUTY, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Analisa Statistik. Bagian II. Lab. Pemuliaan

Ternak, Fakultas Yogyakarta

Peternakan

UGM.

CASTILLO, L.S. 1984. Priority Areas on Swamp Buffalo Research on Development. Peper Presented at the Symposium on the Buffalo Production and Management in Asia. FORI, Los Banos, Laguna. DANIA, I.B. dan I. B.G. DWIPA. 2001. Potenssi dan Produktivitas Ternak Kerbau di Nusa Tenggara Barat. Seminar Konsep Pengembangan Ternak Ruminansia. Di Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram 14 Pebruari 2001. DEGUZMEN, JR. M.R. 1980. An Overview of Recent Depelovement in Buffalo Research and Management in Asia. Dalam TATANGCO (ed.). Buffalo Production For Small Farm. Aspac FFTC, Taipei. JALALUDIN, S. 1985. Currrent Status of Buffalo Breeding Programs in Malaysia. Dalam J.W. COPLAND (ed.). Evaluation of Large Ruminants for the Tropict. Aciar Proc. Series 5. Canberra. KEARL, L.C. 1982. Nutrient and Requirements of Ruminants in Developing Countries. International Feedsstuffs institute Utah Agriculture. Expriment Station, Utah State University, Logam Utah. MORAN, J.B. 1979. GROWT and CARCAS Development of Indonesian Beef Breed. Dalam Proc. Seminar Penelitian Peternakan. P4.BP3. Deptan. Bogor. MOUNT, L.E. 1979. Adaptation to The Thermal Environment. Man and His Productive Animal. Edword Arnold, London. WONGSRIKEAO, W. and M. WANAPAT. 1985. The Effect of Urea Treatment of Rice Straw on Feed Intake and Live Weight Gain of Buffaloes. Dalam P. T. DOYLE (ed.). The Utilizitionof Fibrous Agrccultural Residues as Animal Feeds. IDP. Aust. Univ. and Coll. Ltd. Canberra. ZULBARDI, M., ANDI DJAJANEGARA dan M. RANGKUTI. 1982. Pengaruh Pelepasan terhadap Konsumsi Jerami Padi. Dalam M. RANGKUTI, P. SITORUS, M. E. SIREGAR, T. D. SOEDJANA, SUTIYONO, NG. GINTING, C. SIRAIT, A. R. S. SIREGAR, E. DJAMALUDDIN dan A. SETIADI (ed.). Proc. Seminar Penelitian Peternakan. P4. BP3. Deptan., Bogor.

102

You might also like