You are on page 1of 8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kanker kepala dan leher adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestiveatas. Kanker kepala dan leher meliputi kankerkanker yang tumbuh di bagian atasclavicula, kecuali kanker otak dan medulla spinalis. Kanker kepala dan leher merupakan kanker berbahaya yang terjadi pada rongga hidung, sinus, rongga mulut, faring, laring, kelenjar ludah, tiroid, dan kulit kepala dan leher Keganasan pada kepala danleher merupakan keganasan pada membran mukosa dan jaringan pembentuk daerah kepala dan leher, termasuk kulit.1 Secara histopatologi, lebih dari 90% kanker kepala dan leher adalah squamous cell carcinomas, jenis lainnya adalah mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, dan adenocarcinoma.2 Setiap tahun ada sekitar 560.000 kasus kanker kepala dan leher yangdidiagnosis di seluruh dunia dan 300.000 pasien meninggal setiap tahunnya.1 Di Indonesia, belum ada data insidensikanker kepala dan leher yang akurat dan mencakup seluruh keganasan kepala dan leher. Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah pengawasan Direktorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia, kanker kepala dan leher menempati urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita,serta urutan kedua dari sepuluh besar kanker tersering pada pria. Di Indonesia, tidak ada data insidensi kanker kepala leher yang akurat danmencakup seluruh keganasan kepala leher. Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah pengawasan Direktorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia,kanker kepala leher menempati urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita, serta urutan kedua dari sepuluh besar tersering pada pria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kanker yang dikenal sebagai kanker kepala dan leher biasanya dimulai dalam sel-sel skuamosa yang melapisi permukaan mukosa di dalam kepala dan leher (misalnya, di dalam mulut, hidung, dan tenggorokan). Kanker sel skuamosa sering disebut sebagai karsinoma sel skuamosa kepala dan leher. Kanker kepala dan leher juga dapat dimulai dalam kelenjar ludah, tetapi kanker kelenjar ludah relatif jarang. Kelenjar ludah mengandung berbagai jenis sel yang bisa menjadi kanker, sehingga ada banyak jenis kanker kelenjar ludah.3 Kanker kepala dan leher seterusnya dikategorikan berdasarkan daerah kepala atau leher di mana kanker mulai terbentuk. 2.2 Etiologi dan Faktor Risiko Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering ditemukan pada kanker kepala dan leher. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Alkohol dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker. Seseorang dengan riwayat merokok 40 bungkus per tahun dan minum alkohol 5 botol per hari dapat meningkatkan resiko 40 kali mengalami kanker. Efek langsung dari nikotin dan hidrokarbon polisiklik aromatik dipertimbangkan bersifat karsinogenik. Merokok dan minum alkohol juga menyebabkan mutasi dari gen supresor tumor p53.4 Faktor diet juga berpengaruh terhadap kejadian kanker. Kebiasaan makan makanan yang mengandung nitrosamine meningkatkan resiko terjadinya karsinoma nasofaring (Shi et al, 2002). Human Papilloma Virus (HPV) dan Epstein Barr Virus (EBV) adalah virus yang erat hubungannya dengan kejadian kanker, EBV berkaitan dengan karsinoma nasofaring dan HPV berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa kepala dan leher terutama pada orofaring dan laring, dimana 25% dari seluruh karsinoma sel skuamosa terinfeksi virus HPV.4

2.3 Jenis kanker kepala dan leher 2.3.1 Kanker hidung dan sinus paranasal Tumor hidung dan sinus paranasal jarang terjadi. Diperkirakan insidensi pertahun dari tumor ini di Amerika serikat adalah kurang dari 1/100.000 orang.Beberapa factor lingkungan dicurigai berperan dalam perkembangan tumor dalamregion sinonasal. Khususnya, tukang kayu, tukang sepatu, dan furniture, memilikiresiko pekerjaan untuk berkembangnya adenokarsinoma karna terhirupnya zatmutagen. Human papiloma virus (HPV) juga berhubungan dengan perkembangankarsinoma sel pipih. Walaupun mekanisme molekularnya belum diketahui pasiendengan HPV tipe 16 dan 18 memiliki resiko berkembangnya karsinoma.5 Ada beberapa tahap staging morfologi proses patologi menujuadenokarsinoma pada kanker hidung, yaitu metaplasia dan dysplasia sebelumterjadinya karsinoma. Satu-satunya keluhan adalah hidung terasa buntu sebelah,dan biasanya tidak ada rasa nyeri. Pada kaneker sinus paranasal gejala awal yangdidapatkan adalah hidung mampet sebelah, atau keluar cairan, perdarahan kecilatau tidak ada perdarahan, pada kanker sinus paranasal juga tidak didapatkan rasanyeri, pertumbuhan lanjut kebawah dapat menyebabkan gigi graham lepas,sementara pertumbuhan kearah lekuk mata dapat menyebabkan mata juling6 Klasifikasi karsinoma rongga hidung dan sinus paranasal berdasarkan histopatologi Carlson et al, 2011: 1. Karsinoma sel skuamosa a. Keratinizing b. Non keratinizing 2. Varian karsinoma sel skuamosa a. Acatholiytic squamous cell carcinoma b. Adenosquamous carcinoma c. Basaloid squamous carcinoma d. Papilary squamous cell carcinoma e. Spindle cell squamous cell carcinoma f. Verrocous carcinoma 3. Giant cell carcinoma

a. Lymphoephithelial carcinoma (non-nasopharingeal) b. Sinonasal undifferentiated carcinoma. 2.3.2 Kanker rongga mulut Karsinoma rongga mulut jarang terjadi. Diperkirakan kejadiannya 30%kanker ganas dari kepala dan leher. Walaupun mayoritas kanker adalah karsinomasel skuamosa, sarcoma, dan umor kelenjar air ludah minor tapi berbagai macamtuor dapat muncul pada rongga mulut. Di amerika utara, faktor resiko yang palingsering dari perkembangan dari karsinoma rongga mulut adalah merokok dankonsumsi alkohol, selain itu juga jeleknya kebersihan mulut dan iritasi mekanik kronis juga dapat menyebabkan terjadinya karsinoma Lesi dapat menimbulkannyeri lokal atau kesulitan menelan, tetapi banyak yang asimptomatik sehingga lesi( yang terbiasa dirasakan oleh lidah) diabaikan. akibatnya, banyak yang belumterdiagnosis sampai tahap yang tiak dapat diobati.6 Tipe histopatologi dari kanker rongga mulut adalah squamous cell carsinoma, adenocarsinoma, adenoid cyst carsinoma, ameloblastic carsinoma,adenolymphoma, mal. mixed tumor, pleomorphic carsinoma, melanoma maligna,dan lymphoma maligna. Sebagian besar (90%) kanker rongga mulut berasal darimukosa yang berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skuamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang, jelek, atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomiosarkoma, fibrosarcoma, malignat fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainya6 2.3.3 Kanker nasofaring Karsinoma nasofaring, kanker faring atas sangat jarang terjadi didunia barat, tetapi cukup sering terjadi dikawasan Asia tenggara, termasuk Indonesia,Cina selatan, Afrika Utara, dan Eropa Selatan. Banyak faktor penyebab yang penting. Selain infeksi virus Ebstein-Bar (Pencetus penyakit Pfeifeer), juga berperan faktor genetik dan kebiasaan makan. Gejala pertamanya sering tidak datang sering tidak datang dari tumor induknya yang tersembunyi tinggi di laring. Gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk dan perluasan kelingkungan sekitar, misalnya mata juling, kareana pertumbuhan masuk dan perluasan kejaringan sekitar (atap rongga tenggorok). Disini terdapat saraf otak yang memasok otot mata, atau tuli satu telinga karena tabung eustacius tertutupakibat tertekan, sehingga selaput gendang dilorong pendengar tidak lagi

dapat bergerak atau bengkak pada leher akibat metastasis dikelenjar limfa leher, nyeriyang hanya dirasakan disatu telinga tanpa diketahui asalnya. 6 Tiga varian histologik adalah karsinoma sel skuamosa keratinasi,karsinoma sel skuamosa non keratinasi, dan karsinoma tidak berdiferensiasi. 6 2.3.4 Kanker hipofaring Karsinoma nasofaring jarang terjadi, jumlahnya kira-kira 4,3-7 % darikanker kepala dan leher, dilaporkan insidensinya satu kasus per seratus ribu orang pertahun. Didunia, jumlahnya bervariasi dengan rata-rata tertinggi ada di Prancissekitar 9,4/100000 orang pertahun. Pada lakilaki ditemukan 75-90% kasus, dankebanyakan terjadi pada umur 60 sampai 70. 6 Seperti tumor kepala dan leher lainnya, tumor di hipofaring juga lambatdalam menimbulkan keluahan, banyak terjadi bahwa pada saat diagnosis, sudahada pertumbuhan masuk kelingkungan sekitar atau bahkan sudah ada penyebaranke kelnjar limfa. Juga tidak jarang adanya penyebaran hematogen. Keluhan yang muncul adalah sulit menelan dan atau nyeri pada saat, serak, napas bau, dan pembengkakan dikelenjar di leher (De jong, 2005). Secara Histopatologi, lebih dari 90% karsinoma nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa, dengan differensiasi yang jelek, yang lainnya adenokarsinoma sebanyak 5%. Namun ada beberapa neoplasma lain yang dilaporkan, yaitu, Hystiosytoma fibrosa ganas, liphosarcoma, sinovial sarcoma,dan mukosal melanoma. 6 2.3.5 Kanker laring Karsinoma laring mencerminkan hanya sekitar 2% dari semua kanker.Tumor ini paling sering terjadi pada usia setelah 40 tahun dan lebih seringterjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Pengaruh linkungan sangat penting sebagai penyebabnya, hampir semua kasus terjadi pada perokok,sementara pajanan ke alkohol dan asbestos, mungkin juga berperan. 6 Sekitar 95% karsinoma laring adalah lesi sel skuamosa tipikal. Meskipun jarang, dapat terjadi adenokarsinoma yang mungkin berasal dari kelenjar mukosa.Tumor biasanya terbentuk dipita suara (tumor glotis) pada 60% hingga 75%kasus, meskipun juga dapat diatas pita suara(supraglotis, 25% hingga 40%) ataudibawah pita suara (subglotis, kurang dari 5%).6

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dinitumor pita suara. Hal ini merupakan akibat dari gangguan fungsi fonasi laring.Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi dengan baik disebabkan olehketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnyaotot0otot vokalis, sendi dan ligamen krikoritenoid, dan kadang-kadang menyerangsaraf (Robinet al , 2007).Pada pemeriksaan laring diamati dengan cermin kecil dan sebuah laringoskop yang sekaligus dapat mengambil suatu biopsi. Tindakan ini tergantung atas letak tumor, dilaksanakan dibawah pembiusan setempat atau narkosis.Penyebaran kanker laring lebih lambat dari kanker lainnya termasuk nasofaring. 6 Karsinoma sel skuamosa meliputi 95% samapi 98% dari semua tumor ganas laring. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi: a) Berdiferensiasi baik (grade 1) b) berdiferensiasi sedang (grade 2) c) berdiferensiasi buruk (grade 3) (Robinet al , 2007). 2.3.6 Kanker kelenjar liur Sekitar 80% tumor kelenjar liur terjadi didalam kelenjar parotis dan sebagian besar sisanya dikelenjar submandibula. Angka kejadian anatara laki-lakidan perempuan adalah sama, kanker kelenjar ludah banyak terjadi pada orang berusia lanjut, yaitu sekita 60 keatas. 6 Tumor ini berbeda dari tumo-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang, ditandai oleh kekambuhan lokal yang sering,dan kekembuhan dapat terjadi setelah 15 tahun (Liston SL, 1997).Secara histopatologis, gambaran yang bisa ditemukan pada kanker kelenjar liur adalah karsinoma mukoepidermoid, karsinoma adenokistik, kanker sel asini, adenokarsinoma, karsinoma sel clear,dankarsinoma sel skuamosa. 6 2.3.7 Kanker tiroid Karsinoma tiroid relatif jarang ditemukan di Amerika serikat dan merupakan penyebab pada kurang dari 1% kematian akibat kanker. Pentingnyafaktor genetik digaris bawahi dengan adanya kasus kanker tiroid dalam satukeluarga, selain itu pajanan ke radiasi pengion terutama selama dua dekade pertama kehidupan, juga menjadi faktor terpenting terjadinya kanker tiroid. 6

Ditemukan adanya predominasi perempuan pada pasien yang menderitakarsinoma dewasa muda dan pertengahan, mungkin berkaitan dengan ekspresireseptor estrogen di epitel tiroid neuplastik. Sebaliknya kasus yang timbul padaanak dan dewasa lanjut terdistribusi merata pada laki-laki dan perempuan danterutama berkaitan dengan pengaruh eksogen. 6 Subtipe utama karsinoma tiroid dan frekuensi relatifnya yang terbanyak yaitu karsinoma papilar (75% hingga 85% kasus), karsinoma folikular (10% hingga 20% kasus), karsinoma medular (5% kasus), dan yang terkecil karsinoma anasplatik (<5% kasus). 6

Daftar pustaka 1. American Cancer Society, 2010. Head and neck cancer backgrounder 2. Ridge J.A, et al. 2009. Head and neck squamous cell cancer and the human papillomavirus: summary of a National Cancer Institute State of the Science Meeting, November 910, 2008, Washington, D.C. Head and Neck; 31(11):1393 1422. 3. National Cancer Institute, 2013. Head and Neck Cancer Fact Sheet. 4. Goldenberg D., 2004. Habitual risk factors for head and neck cancer. Otolaryngology Head Neck Surg. 2004 Dec;131(6):986-93. 5. Chaboki, H., Wanna, G.B., Westreich, R., Kao, J. 2008. Carsinoma of the Nasal cavity and Paranal sinus: Head and neck cancer Thime: New York. 6. Kumar V., Abbas A.K, Aster J.C. 2007 Robbins Basic Pathology. Elsevier 7.

You might also like