DI PELPRES 2014 Disusun Oleh : Ian Putra Adita Wibisana 21050111083012 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 1 BAB I PENDAAHULUAN 1. Latar Belakang Pemilu (Pemilihan Umum) 2014 sudah dekat, itu berarti pesta demokrasi terbesar di negeri ini akan dimulai lagi. Pesta dimana rakyat Indonesia akan memilih wakilnya di pemerintahan. Demikian juga dengan Pilpres (Pemilihan Presiden) yang juga akan bergulir tahun 2014. Pada pemilihan presiden 2014 nantinya tidak semua partai bisa mengajukan calon presiden, maka untuk mendapatkan jumlah suara yang banyak dalam pilpres nantinya banyak cara yang dilakukan partai politik maupun oleh calon presiden itu sendiri. Salah satu caranya adalah dengan koalisi parti, yaitu bekerja sama demi tujuan calon yang mereka ajukan dalam pilpres mendapat suara dari dua atau lebih partai yang menjalin koalisi. Koalisi partai adalah sebuah mekanisme bagi-bagi kekuasaan dari pusat maupun daerah. Di Pusat, koalisi partai mengacu kepada wacana tentang siapa yang jadi menteri, siapa yang jadi Kapolri/Panglima TNI, bahkan siapa yang jadi Gubernur Bank Indonesia ditentukan oleh jumlah suara koalisi partai ini di Parlemen (Legislatif). Jumlah kursi tiap-tiap anggota koalisi di Legislatif ikut menentukan apakah orangnya bisa jadi menteri atau tidak. Jika bisa, jabatan menteri apa yang bisa diperolehnya. Kemudian, di Daerah, koalisi partai merujuk pada kesepakatan tentang, misalnya, siapa yang menjadi kepala dinas, siapa yang menjadi kepala inspektorat dan seterusnya. Dalam konteks Indonesia sebagai negara gagal, koalisi partai itulah yang bertanggung jawab penuh atas musibah yang menimpa indonesia. Jadi, kemiskinan bangsa ini tak bisa dibebankan kepada rakyat sebagai penyebabnya, termasuk Tuhan. Semua masalah yang menyangkut kemiskinan maupun kebodohan sebagian anak bangsa mesti dinisbatkan kepada koalisi partai, dan 2 bukan yang lain. Mengapa? Karena koalisi partai inilah yang punya senjata dan merupakan representasi negara! Dengan senjata yang dimilikinya, mulai dari senjata konvensional, senjata ideologis maupun senjata represif, koalisi partai ini membuat peraturan, perundang-undangan maupun keputusan-keputusan yang di satu sisi memperkaya mereka sementara di sisi lain memiskinkan mayoritas anak bangsa sehingga Indonesia menjadi negara gagal. 3 BAB II PERMASALAHAN 1. Apakah PAN akan berkoalisi dengan PDI Perjuangn dengan menduetkan Jokowi- Hatta? 2. Apakah Gerindra akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan? 3. Apakah NasDem akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan? 4. Apakah Golkar akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan dengan menyandingkan ARB dengan Jokowi? 5. Apakah Partai Demokrat yang akan menjalin koalisi dengan PDI Perjuangan? 4 BAB III PEMBAHASAN Apakah PAN akan berkoalisi dengan PDI Perjuangn dengan menduetkan Jokowi-Hatta? Ketua Umum PAN Hatta Rajasa mengaku, akan membuka diri untuk berkoalisi. Diakui Hatta, partai bernomor urut delapan ini juga sudah menjalin komunikasi dengan elit-elit partai politik lainnya. Walau begitu, dia masih belum mau menyebutkan siapa saja yang sudah dirangkulnya. Besan Presiden SBY ini juga mengaku sedang fokus memenangkan pemilu 2014. Pasalnya, jalan Hatta untuk menuju kursi RI 1 semakin mulus jika PAN menang dalam Pemilu. Menurut Ketua DPP PAN, Bara Hasibuan mengatakan, nama Joko Widodo yang sejauh ini disinyalir sebagai calon kuat yang diusung partai banteng itu pada Pilpres 2014, ia menanggapinya wajar saja. Menurut dia, nama Jokowi pun dicermati oleh PAN sebagai tokoh yang diperhitungkan. Dalam politik itu, opsi koalisi itu mesti terbuka sampai saat terakhir. PAN sangat terbuka untuk buka komunikasi dengan PDIP, tegasnya. Apalagi, Bara tegaskan bahwa PAN dan PDIP memiliki kesamaan ideologi. PAN adalah partai terbuka dan nasionalis yang baru berdiri pada 1998, sedangkan PDIP adalah partai nasionalis tertua di Indonesia. Dituturkan oleh ketua DPP PAN Bara Hasibuan bahwa Jokowi ini politikus yang sedang populer sehingga cocoklah jika diduetkan dengan Pak Hatta yang memiliki banyak pengalaman di pemerintahan. kapasitas Hatta Rajasa di bidang ekonomi dapat membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu Jokowi sebagai tokoh populer akan melancarkan tujuan tersebut. Jadi mungkin-mungkin saja PDI Perjuangan nantinya akan berkoalisi dengan PAN untuk tujuan menduetkan Jokowi Hatta di pesta rakyat pemilihan presiden 2014 yang akan datang. 5 Apakah Gerindra akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan? Cukup sering dan termasuk banyak juga pemerhati politik nasional yang menganggap bahwa Gerindra dengan Prabowo-nya adalah yang paling berpotensi menjegal langkah Jokowi menjadi presiden kita berikutnya. Namun jika disimak dan diteliti lebih jauh permainan tunggal Gerindra dapat dipastikan tidak akan dapat mengalahkan Jokowi. Sedangkan sikap PDIP sudah sangat jelas sekali bagi yang melihatnya dengan kacamata bening, menilainya dengan benar-benar objektif tanpa prasangka kepada Megawati, tokoh yang menentukan nasib pencapresan Jokowi. Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan, Marurar Sirait mengatakan kemungkinan PDI Perjuangan berkoalisi dengan Partai Gerindra sangat kecil. Seperti diketahui, Gerindra sudah mendaulat Prabowo Subianto sebagai capres. PDI Perjuangan dan Gerindra sulit untuk berkoalisi, karena PDI Perjuangan ditengarai punya pengalaman buruk dengan Gerindra dalam Pilkada DKI Jakarta. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Rabu 27 November 2013, menyatakan partainya tidak menutup kemungkinan untuk membangun koalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kembali. Menurutnya, segala kemungkian itu selalu terbuka. Karena politik itu dinamis, berkembang dari hari ke hari, minggu ke minggu. Jika melihat kriteria wapres yang diinginkan oleh prabowoyang harus siap menggantikan presiden setiap saat, kapabel, pengalaman, Pancasilais, nasionalis, komit kepada NKRI, Yang jujur dan bersih. Maka menurut analisis penulis kemungkinan kedua partai ini menjalin koalisis seperti di pemilu yang lalu sangat lah kecil. Karena PDI Perjuangan telah punyak kandidat kuat calon presiden sendiri. Ada beberapa alasan kenapa kedua partai ini sangat kecil untuk berkoalisi antara lain penulis jelaskan di bawah ini. Mengapa PDIP kapok berkualisi dengan Partai Gerindra?, Tak lain disebabkan kemenangan pasangan Jokowi-Ahok ternyata dapat mendongkrak krediblitas 6 Prabowo Subianto selaku pendiri Partai Gerindra, ketimbang dari pada krediblitas Megawati Sukarno Putri selaku Ketua PDIP. Berdasarkan survai yang dilakukan oleh Syaiful Mujani Researeh Consulting (SMRC) mengatakan kemenangan Pasangan Calon Gubenur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Jokowi Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta telah menguntungkan Prabowo Subianto disbanding Ketua PDIP Megawati Sukarno Putri. Survai yang dilakukan itu katanya, warga yang memberikan dukungan kepasangan Cagub dan wacagub DKI Jakarta Jokowi-Ahok lebih banyak juga memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto disbanding Megawati Sukarno Putri dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) pada tahun 2014 mendatang. Yang menarik kata SMRC lagi dalam melakukan survainya, hasil dari perolehan suara keseluruhan yang masuk kedalam perolehan suara pasangan Jokowi Ahok 53,68% dan 25% perolehan suara Jokowi-Ahok memilih Prabowo Subianto, sedangkan yang memilih Megawati Sukarno Putri hanya 15%. Mungkin akibat rendahnya pemilih Megawati Sukarno Putri dari hasil perolehan suara pasangan Jokowi-Ahok, maka wajar jika PDIP, mulai memperlihatkan ketidak senangannya untuk kembali berkoalisi dengan Partai Gerindra. Sementara bagi Partai Gerindra, dengan terlihat mulai ada keretakan dalam koalisi yang dibangun antara Gerindra dengan PDIP pada Pilkada DKI Jakarta, bukan tidak mungkin akan menjadi ancaman bagi Prabowo Subianto untuk melangkah menjadi RI satu, kendatipun hasilnya baru bisa terlihat pada Pemilihan Legeslatif 2014 yang akan datang. Jika Prabowo Subianto maju menjadi calon RI satu tampa hambatan, Perolehan suara Partai Gerindra pada Pemilu Legeslatif April 2014, harus bisa mendapatkan 20% perolehan suara di lembaga legeslatif. Artinya Partai Gerindra harus bisa meraih 112 Kursi di DPR.RI, dari jumlah anggota DPR RI sebanyak 560 kursi. Jika ini terpenuhi maka Prabowo Subianto dapat dicalonkan langsung sebagai kandidat calon Presiden pada tahun 2014 oleh Partai Gerindra. 7 Namun jika gagal Partai gerindra meraih suara sebanyak 20%, maka Partai Gerindra harus berkualisi dengan partai lain untuk mencalonkan Prabowo Subianto menjadi calon RI satu. Disinilah letak dari pada ancaman pencapresan Prabowo Subianto, karena bagaimanapun Partai yang diajak bverkoalisi juga mempunyai calon yang akan ditampilkan menjadi RI satu. Apa lagi Partai yang diajak berkoalisi itu mempunyai suara lebih banyak dari Partai Gerindra. Syarat perolehan suara sebanyak 20% tersebut bukan saja hanya berlaku bagi Prabowo Subianto, tapi juga berlaku bagi seluruh calon dan partai Politik yang akan mencalonkan kandidatnya menjadi RI satu. Karena ketentuan dan persyaratan ini telah diatur melalui Undang Undang. Terkecuali jika persyaratan dan Perundang undangan ini dirobah oleh DPR dan Pemerintah. Andaipun Undang Undang Tentang pemilihan Presiden ini dirobah, lagi lagi Peranan Partai Gerindra tidak cukup kuat untuk memberikan masukan dan pendapat terhadap perobahan Undang Undang tersebut, sebab partai Gerindra merupakan salah satu Partai yang perolehan suaranya dalam pemilihan Umum (Pemilu) 2009 masih cukup kecil. Sehingga disinilah sebetulnya kendala tersebar yang akan menghadang Prabowo untuk menjadi RI satu, setelah adanya keretakan koalisi yang telah dibangun dengan PDIP. Sementara Megawati Sukarno Putri Ketua PDIP, walaupun dalam survai perolehan suaranya kalah bila dibandingkan dengan suara yang diperoleh oleh Prabowo, Namun Megawati tidak punya ketergantungan dengan koalisi partai lain. Perolehan suara PDIP dilembaga Legeslatif masih tetap eksis. Pemilu tahun 2009 PDIP menempati urutan ketiga setelah Partai Demokrat, dan Partai Golkar , dari Sembilan partai Politik yang ada di legeslatif. Pada pemilu legeslatif Tahun 2014 yang akan datang, masih bisa dipradiksi bahwa perolehan suara PDIP, masih akan tetap bertahan dilevel tiga sebagai Partai yang mempunyai perolehan suara terbanyak, bahkan mungkin boleh jadi PDIP akan menempati urutan Pertama maupun kedua dalam perolehan suara terbanyak pada Pemilu 2014 yang akan datang, jika melihat kondite dari dua Partai diatas PDIP 8 saat ini yakni partai Demokrat, yang kini dirundung malang dimana banyak kader partainya yang terlibat Korupsi, Sedangkan partai Golkar juga sedang dalam masa transisi, ditambah lagi dengan adanya pristiwa bencana lumpur lapindo yang disebut sebut penyebabnya adalah Perusahaan milik orang nomor satu di partai Golkar. Tentu dalam pencapresan Megawati Sukarno Putri, maupun Kader partai PDIP yang akan dimajukan sebagi kandidat calon Presiden, PDIP tidak perlu untuk menggandeng partai lain. Karena PDIP dengan perolehan suaranya yang 20% atau lebih itu sudah dapat untuk mencalonkan sendiri Kandidatnya. Jika kemenangan pasangan Jokowi Ahok pada Pilkada DKI Jakarta juga merupakan kemenangan Prabowo Subianto, Namun Dalam Koalisi, kemenangan pasangan Jokowi-Ahok adlah kemenangan Megawati Sukarno Putri. Retaknya hubungan koalisi antara PDIP dengan Partai Gerindra, akan menyulitkan Prabowo Subianto untuk menjadi RI satu. Apakah NasDem akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan? Kemungkinan lain dengan parti apa PDI Perjuangan akan berkoalisi adalah dengan Partai Nasional Demokrat (NasDem). Termasuk partai baru namun NasDem ini telah menjelma menjadi besar dengan kekuatan media mereka. Pertemuan Ketua Umum NASDEM Surya Paloh dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di kantor DPP PDIP membuat banyak Kalangan Memprediksi akan terjadi Koalisi Permanen menjelang Pemilu 2014 Nanti sampai dengan Pilpres yang sudah bukan Rahasia lagi bahwa Nama Jokowi semakin Kuat Berhembus menjadi Capres dari PDIP walaupun sampai sekarang Belum di Umumkan secara Resmi. Strategi NasDem mendekati PDIP termasuk Cerdas karena dalam berbagai Poling dan Survey Nama Jokowi sebagai Kader Potensial dari PDIP Terbang Jauh meninggalkan Pesaing-pesaing sehingga jika Benar Surya Paloh bersikeras nanti ingin Berkoalisi dengan PDIP dan mengajukan 9 Syarat mendampingi Jokowi sebagai Cawapres Penulis Melihat ada Keuntungan yang di dapat antar 2 Partai Tersebut. Dalam pertemuan tersebut ada tiga poin penting yang dihasilkan menyoal isu aktual Pemilu 2014. 1. Mendesak pemerintah dan KPU untuk memastikan agar Daftar Pemilih Tetap (DPT) sungguh-sungguh menjamin terpenuhinya hak konstitusional warga Negara. 2. Meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera instruksikan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) agar lebih fokus pada tugas utamanya di dalam membela kepentingan Negara, dan menarik diri dari keterlibatannya dalam proses Pemilu. 3. Agar Mahkamah Konstitusi (MK) segera membatalkan dalil hukum MK yang mengijinkan pemilih untuk memilih lebih dari satu kali atau diwakilkan karena nyata-nyata bertentangan dengan UUD 1945. Keuntungan NasDem Berkoalisi dengan PDIP : 1. Secara tidak langsung NasDem akan semakin Populer karena sampai saat ini Partai ini diprediksi berbagai Pengamat hanya menempati Partai Menengah saja sehingga jika terjadi Koalisi dengan PDIP secara tidak langsung Menaikkan Pamor karena Militannya Massa PDIP diberbagai daerah juga banyak Kader Potensial yang dimiliki termasuk Calon Presiden Jokowi. 2. Kemungkinan Besar Surya Paloh akan lebih Semangat lagi mengejar Impiannya selama ini menjadi Pemegang Kekuasaan dan bermanfaat untuk Rakyat Banyak bukan cuma hanya Pidato saja dan itu bisa terjadi jika berkoalisi dengan PDIP dan menjadi Cawapres mendampingi Jokowi nanti. 3. Kita tahu jika Nama Jokowi semakin Hari semakin Terkenal dari Sabang sampai Merauke juga dari London sampai Maroko semua sudah Tahu Mengenai 10 Beliau sehingga jika Surya Paloh mendampingi Jokowi dan berbagai Iklan mengenai Beliau akan semakin Membuat Terkenal. Keuntungan PDIP Berkoalisi dengan NasDem : 1. PDIP akan bertambah Amunisi untuk memberitakan Program-program Kerja sehingga Masyarakat Tahu apa yang akan dikerjakan Nanti jika Memang Rakyat Memilih Partai ini Kembali Berkuasa dan Jokowi sebagai Presiden yang Terpilih bisa lebih dikenal. 2. PDIP Tidak Kesulitan lagi mencari Cawapres Potensial ataupun harus melakukan Konvensi yang banyak dilakukan Partai-partai Lain untuk sekedar mencari Capres dan Cawapres melalui Gerbong Koalisi PDIP-NasDem karena sudah ada Surya Paloh yang siap bertempur Memenangkan Pilpres 2014 dengan Cara yang Jujur bukan Manipulasi yang terjadi pada Pemilu 2009 lalu. 3. Jika Memang terjadi Koalisi PDIP-NasDem setidaknya akan banyak Partai- partai Pengekor yang siap Semakin Pusing karena Duet Jokowi-Surya Paloh tidak diprediksi sebelumnya oleh banyak Pengamat Politik. Apakah Golkar akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan dengan menyandingkan ARB dengan Jokowi? Satu yang kini hangat dibicarakan adalah rencana koalisi PDI Perjuangan dengan Partai Golkar. Adalah Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang kepada pers (25/10) menyampaikan bahwa partainya membuka diri untuk berkoalisi dengan partai mana pun pada Pilpres 2014 nanti. Bahkan, kemungkinan berkoalisi itu juga termasuk dengan salah satu rival beratnya, Partai Golkar. Puan membeberkan, komunikasi dan lobi-lobi politik dengan elite Partai Golkar sudah dilakukan sejak lama, bahkan sebelum adanya pantauan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan yang lainnya. Termasuk, pertemuan dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie. 11 Bila benar pernyataan Puan, sungguh mencerminkan bahwa PDIP memang tahu diri. Tahu akan kekuatan sekaligus keloyoannya. Kenapa? Seperti sudah disebutkan tadi, koalisi dilakukan untuk memperoleh kelebihan suara. Dalam sistem multipartai, koalisi adalah konsewensi logis karena nyaris tidak mungkin ada partai yang sanggup menang secara mutlak, atau meraih 50% + 1 kursi parlemen. Disinilah, PDIP menerapkan etika berpolitik yang santun bahwa partai ini tak ingin mengejar eksklusivitas, dan berhasrat mengajak serta menerima partai mana pun untuk berkoalisi. Dengan begitu, pernyataan Puan soal rencana koalisi dengan Partai Golkar dapat dimaknakan, sebagai berikut: Pertama, merupakan sikap semakin tahu dirinya PDIP, bahwa tanpa berkoalisi dengan partai politik lain, bukan tak mungkin, nafsu besarnya untuk mendudukkan figur kader sendiri maupun tokoh lain sebagai Presiden (dan, Wakil Presiden) periode 2014-2019 bakal gatot, gagal total. PDIP bukan partai ecek-ecek., mesin partainya di daerah-daerah bekerja dengan rapi. Ini pula yang menjadi modal politik PDIP, sekaligus tidak mau kehilangan muka (lagi) andai gagal memenangkan Pilpres 2014 nanti. Partai berlambang banteng dengan moncong putih ini tentu sudah mengambil pelajaran dari kegagalan para kadernya memenangkan sejumlah Pilkada. Sebut saja, pasangan Rieke Diah Pitaloka & Teten Masduki yang gatot di Pilkada Jawa Barat; Bambang DH & Said Abdullah yang keok di Pilkada Jawa Timur; Effendi Simbolon & Djumiran Abdi yang kandas di Pilkada Sumatera Utara; juga, pasangan Ngurah Puspayoga & Dewa Nyoman Sukrawan yang tumbang di Pilkada Bali. Kedua, membuktikan bahwa PDIP memang kurang pede (percaya diri) untuk memenangkan Pilpres 2014 tanpa berkoalisi. Ini pula yang mungkin menjadikan PDIP enggan untuk pagi-pagi menyebut siapa bakal calon presiden yang diusungnya. Padahal, nama Joko Widodo (Jokowi), kader terbaiknya yang kini 12 menjabat Gubernur DKI Jakarta, telah meraih dukungan, simpati yang luas, bahkan nyaris selalu menang sebagai presiden terpilih versi lembaga survey. Bagi yang kurang suka dengan istilah PDIP kurang pede, tentu akan menyanggah dengan alasan bahwa capres dan cawapres dari partai ini belum akan diumumkan sekarang. Masih menunggu momentum yang tepat. Meskipun, kesan semakin nampak bahwa Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri merestui Jokowi sebagai capres PDIP. Politik, memang tidak mengenal lawan abadi, karena yang ada, hanya kepentingan abadi. Bila terlaksana koalisi tersebut, sulit untuk bisa memahami alasan PDIP mengambil langkah berkoalisi dengan Partai Golkar. Apakah koalisi didasarkan pada kesamaan ideologi? Rasanya, antara PDIP dengan Partai Golkar kurang memiliki kesamaan itu. Terlebih lagi, Partai Golkar jauh-jauh hari sudah menetapkan ARB (Aburizal Bakrie) sebagai capres. Mungkin, koalisi antara PDIP dan Partai Golkar dijajaki dengan landasan orientasi kebijakan partai yang mungkin masih sehaluan, sejalan. Tapi, itu pun boleh jadi cuma alasan yang dicari-cari, karena pasti antara kedua partai besar ini akan berseberangan pendapat soal siapa capres yang akan dimajukan. Elektabilitas ARB yang konon belum kunjung meyakinkan, diperkirakan bakal jadi ganjalan utama. Koalisi memang logis. Namun, rencana koalisi PDIP dengan Partai Golkar, kiranya malah bisa jadi senjata makan tuan bagi PDIP. Alih-alih ingin menambah pendulangan suara, bisa jadi hal sebaliknya yang didapat. Para elite partai, mungkin bisa memahami langkah koalisi dengan partai-partai lain, bahkan dengan partai setan gundul sekali pun, tapi buat level akar rumput, grass root, kiranya akan sulit diterima secara rasional. Lagipula, miniatur koalisi Partai Golkar dan PDIP sudah ada, dan terbukti tidak terlalu sukses. Tengok saja kondisi di Provinsi Banten! Ratu Atut Chosiyah adalah kader terbaik Partai Golkar, sementara Rano Karno juga kader terpopuler dari PDIP. Keduanya punya elektabilitas dan popularitas selangit, hingga menang di 13 Pilkada Banten. Hasilnya? Orientasi kebijakan partai yang (mungkin) jadi alasan awal koalisi, hanya sebatas argumentasi saja. Koalisi atas dasar ideologi partai? Itu pun, tak ketemu titik temunya. Pada tataran permukaan, koalisi yang digagas dan diwujudkan, begitu harmonis. Namun siapa sangka, hasil nyata koalisinya tidak dikembalikan untuk rakyat. Malah, jauh dari menyejahterakan rakyat yang notabene sudah rela memberi amanah. PDIP, kelihatannya harus berpikir ulang dan berhati-hati untuk merencanakan koalisi dengan Partai Golkar. Apakah Partai Demokrat yang akan menjalin koalisi dengan PDI Perjuangan? Partai Demokrat pun membuka peluang untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan pada pilpres 2014 nanti. Menurut para pengamat, PDI Perjuangan dan Partai Demokrat kemungkinan koalisi karena ada kesamaan untuk mendorong tokoh muda maju pada Pilpres 2014 mendatang. Namun sampai saat ini baru sekedar pujian-pujian yang di geleontorkan partai Demokrat ke PDI Perjuangan, belum mengarah ke seuatu pertemuan yang mungkin dapat membahas mengenai koalisi kedua partai ini. Jadi menurut penulis koalisi antara PDI Perjuangan dan Partai Demokrat ini mungkin saja terjadi jika pada hasil pemilu nanti jumlah suara salah satu partai atau keduanya tidak mencapai 20% secara nasional, sebagai syarat untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Namun masih terlalu dini untuk mengatakan sekarang bahwa kedua partai ini akan berkoalisi demi mengusung nama calon presdien di pilpres 2014 nantinya. 14 BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan a. Koalisi antara PDI Perjuangan Partai Amanat Nasional (PAN) mungkin saja terjadi dengan menduetkan Jokowi Hatta, dilihat dari background kedua tokoh ini yang saling mendukung. b. Koalisi antara PDI Perjuangan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sangat sulit terjadi, mengingat ketua dewan pembina partai Gerindra bersikeras ingin menjadi calon presiden dan nama yang mungkin diusulkan PDI Perjuangan, Jokowi atau Megawati juga bersikeras ingin mencalonkan presiden. c. Koalisi antara PDI Perjuangan Partai Nasional Demokrat (NasDem) mungkin saja terjadi mengingat NasDem adalah partai baru dan membutuhkan ketenaran dari PDI P untuk mengangkat nama NasDem di Indonesia selain itu banyak keuntungan yang bisa di ambil kedua pihak. d. Koalisi antara PDI Perjuangan - Partai Golkar dijajaki dengan landasan orientasi kebijakan partai yang mungkin masih sehaluan, sejalan. Tapi, itu pun boleh jadi cuma alasan yang dicari-cari, karena pasti antara kedua partai besar ini akan berseberangan pendapat soal siapa capres yang akan dimajukan. Elektabilitas ARB yang konon belum kunjung meyakinkan, diperkirakan bakal jadi ganjalan utama. e. Koalisi antara PDI Perjuangan Partai Demokrat mungkin masih jauh untuk di iyakan, karena belum ada tanda-tanda kedua partai ini menjalin komunikasi secara langsung. 2. Saran Dalam memilih partai sebaiknya tidak terburu-buru karena pemilihan presiden masih sangat jauh, kita tunggu dahulu hasil pemilu dulu setelah itu kita baru bisa memikirkan dan memutuskan dengan partai mana akan berkoalisi dan berembuk mengenai nama calon presiden dan wakil presiden yang akan di usulkan. Lampiran Referensi 'Duet KRL' Jokowi-Hatta Elite PAN Ramai-ramai Gaungkan Duet Maut Jokowi-Hatta Selasa, 26/11/2013 14:42 WIB Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Jokowi tampak akrab dengan Menko Perekonomian yang juga Ketum PAN Hatta Rajasa dalam KRL Jakarta-Depok hari ini. Elite PAN tak mau menyia-nyiakan, langsung menggaungkan duet Jokowi-Hatta di 2014. "Kami melihat bahwa Jokowi ini politikus yang sedang populer sehingga cocoklah jika diduetkan dengan Pak Hatta yang memiliki banyak pengalaman di pemerintahan," ujar Ketua DPP PAN Bara Hasibuan saat duhubungi, Selasa (26/11/2013). Menurut Bara, kapasitas Hatta Rajasa di bidang ekonomi dapat membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu Jokowi sebagai tokoh populer akan melancarkan tujuan tersebut. "Jadi kita akan membawa Indonesia maju ke depan, bukan mundur ke belakang, ini akan menjadi duet maut," imbuhnya. Sementara itu Sekretaris F-PAN Teguh Juwarno juga menganggap pasangan Hatta dengan Jokowi sebagai duet maut. Keduanya akan saling melengkapi. "Menurut saya ini 'duet maut' yang menggoyang konstelasi politik nasional menjelang 2014 ini. Kombinasi antara solidarity maker dengan teknokrat. Jadi saling melengkapi," ujar Teguh saat diwawancara terpisah. http://news.detik.com Prabowo Bicara Kemungkinan Koalisi dengan PDIP Rabu, 27 November 2013, 16:57 VIVAnews - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Rabu 27 November 2013, menyatakan partainya tidak menutup kemungkinan untuk membangun koalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kembali. Menurutnya, segala kemungkian itu selalu terbuka. "Saya selalu katakan politik itu dinamis, berkembang dari hari ke hari, minggu ke minggu," kata Prabowo usai memberikan ceramah di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta. Namun, Prabowo mengklaim saat ini dia tidak memikirkan koalisi Pemilihan Presiden 2014 mendatang. Ia mengaku konsentrasi dengan perkembangan isu seputar Daftar Pemilih tetap di Komisi Pemilihan Umum. "Fokus saya sekarang adalah benar-benar himbau KPU untuk membersihkan Daftar Pemilih Tetap. Ini sangat-sangat rawan, dan sangat krusial," ujarnya. Putra begawan ekonom Orde Baru Sumitro Djojohadikusumo itu menilai esensi dari demokrasi adalah Pemilu. Sedangkan, esensi dari Pemilu adalah daftar pemilih yang bersih. "Tanpa DPT yang bersih, Pemilu itu tidak sah. Itu sangat rawan. Jadi saya benar imbau sikap negarawan dari KPU untuk berpikir bagi kepentingan bangsa," tuturnya. Ragukan Jokowi Prabowo juga mengaku tidak keberatan apabila Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju sebagai calon presiden dalam Pilpres 2014. "Nggak ada larangan, ini demokrasi. Siapa saja boleh nyapres," kata Prabowo. Prabowo juga tidak terlalu risau dengan elektabilitas mantan Walikota Solo tersebut yang terus menanjak. Bahkan, ia cenderung tidak percaya. "Menurut siapa?" katanya, bertanya. Prabowo mengatakan, saat ini dia juga terus mencari sosok calon wakil presiden yang ideal. Ia membeberkan kriteria tokoh yang dia inginkan sebagai pendamping. "Setiap wapres harus siap menggantikan presiden setiap saat. Kalau saya harus cari. Harus saya cari yang kapabel, pengalaman, Pancasilais, nasionalis, komit kepada NKRI. Saya kira itu. Yang jujur dan bersih." Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu lantas meminta wartawan untuk membantu mencari. "Kamu cari, bantu saya. Orangnya yang pengalaman, cerdas, patriotik, cinta merah putih, NKRI," ucapnya. (eh) http://politik.news.viva.co.id Bertemu, PDI-P dan Nasdem Jajaki Koalisi? Kamis, 21 November 2013 | 16:58 WIB JAKARTA, KOMPAS.com Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengadakan pertemuan di kantor DPP PDI-P, Jakarta, Kamis (21/11/2013). Pertemuan yang digelar secara tertutup tersebut dihadiri para petinggi kedua partai. Apakah pertemuan tersebut menjadi pertanda bagi kedua partai untuk menjalin koalisi dalam Pemilu 2014? Saat menggelar jumpa pers seusai pertemuan, Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo mengatakan, pertemuan tersebut bukanlah yang pertama. Terkait pertemuan tersebut, ia menuturkan, dirinya tidak bisa menyampaikan seluruh isi pertemuan kepada publik. "Ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan karena rahasia," katanya. Terkait dengan koalisi antara kedua partai, Tjahjo memilih enggan berkomentar banyak tentang peluang tersebut. Ia pun mengatakan bahwa jawaban tersebut lebih cocok ditanyakan kepada Megawati atau Surya Paloh. Selain itu, ia menilai partainya juga masih menunggu hasil pemilu legislatif yang digelar tahun depan. Tjahjo juga enggan mengomentari terkait rencana koalisi ke depan antara kedua partai. Saat disinggung soal apakah isi pembicaraan menyinggung kemungkinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjadi calon presiden, Tjahjo tidak menjawabnya. Ia menilai pertemuan antara PDI-P dan Nasdem baik bagi kedua partai. Dalam kesempatan yang sama, Sekjen Partai Nasdem Rio Capella mengatakan, pertemuan tersebut merupakan lanjutan dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Pertemuan kali ini adalah salah satu pertemuan puncak karena mempertemukan ketua umum masing-masing partai. Rio juga lebih memilih bungkam terkait kemungkinan koalisi antara kedua partai. Ia menilai pertemuan tersebut hanya membahas persoalan yang berkaitan dengan isu-isu kebangsaan, seperti isu Daftar Pemilih Tetap (DPT), keberadaan Lembaga Sandi Negara dalam pemilu, kredibilitas Mahkamah Konstitusi, serta isu yang gencar belakangan ini terkait penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Presiden SBY dan sejumlah pejabat negara. "Jadi ini tentu berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara," tandasnya. http://nasional.kompas.com Sandingkan Jokowi, Golkar Musti Bertemu PDIP Senin, 16 September 2013 | 20:19 WIB Metrotvnews.com, Jakarta: Partai Golongan Karya mengakui tertarik meminang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk disandingkan dengan calon presidennya, Aburizal Bakrie. Golkar merasa perlu bicarakan hal itu dengan PDI Perjuangan sebagai partai Jokowi. "Jokowi kan milik partai PDI Perjuangan. Kalau bahas itu tentu dengan partainya, tidak bisa bersikap sendiri," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono, Senin (16/9). Meski mengaku perlu membahas hal itu dengan PDIP, Agung belum berani mengatakan Golkar dan PDIP akan melakukan koalisi untuk mewujudkan pasangan capres dan cawapres di 2014. "Kalau soal koalisi itu jangan buru-buru, koalisi itu partai setelah pemilu," sebut Agung lagi. Agung pun mengakui partainya melirik Jokowi untuk disandingkan dengan Ical. Ia kembali mengingatkan, mekanisme untuk memilih cawapres adalah setelah pelaksanaan pemilu legislatif selesai. "Kalau soal lirik sih semua juga dilirik. Tapi, kita tidak ada mekanismenya untuk dibuat sekarang, tunggu pemilu legislatif selesai," ucap Agung. (Fidel Ali Permana) http://www.metrotvnews.com PDIP Anggap Pujian Ani Yudhoyono ke Megawati Hal Wajar Kamis, 14 November 2013, 15:28 WIB REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan menghargai pujian yang disampaikan Ani Yudhoyono kepada Megawati Sukarnoputri. Namun, PDIP tidak mau terburu-buru membuka peluang koalisi dengan Demokrat. "Kami belum membahas soal koalisi. Konsentrasi kami memenangkan pemilu legislatif 2014," kata Ketua DPP PDIP, Maruarar Sirait ketika dihubungi Republika, Kamis (14/11). PDIP ingin menempatkan pujian Ani kepada Megawati secara proporsional. Menurut Maruarar, pujian tersebut merupakan hal wajar karena memang sejatinya aktifitas politik memerlukan sportifitas dan etika. Hal ini penting agar iklim demokrasi di Indonesia tidak melulu diisi kegaduhan yang merugikan rakyat. "Sportifitas dan etika itu sangat penting," ujar Maruarar. Pujian Ani kepada Megawati tidak serta merta menjadikan posisi politik keduanya setara. Karena Megawati berjuang di luar pemerintahan sementara Ani berada di dalam pemerintahan. Megawati, kata Maruarar, telah banyak memakan asam garam politik. Dia misalnya pernah berjuang secara konsisten melawan tirani Orde Baru. "Pujian ini kita hargai karena basisnya kinerja Ibu Megawati di PDIP yang banyak berkontribusi bagi demokrasi," katanya. Ketika ditanya apakah pujian ini akan membuat PDIP percaya diri mengusung Megawati di pilreps 2014, Maruarar menjawab sampai saat ini PDIP belum menentukan capresnya. "Belum ditentukan siapa capres PDIP. Capres merupakan kewenangan Ibu Megawati," katanya. Sebelumnya, Rabu (13/11) Ani Yudhoyono menyebut Megawati sebagai bukti nyata keberhasilan perempuan di bidang politik. Menurutnya Megawati berhasil menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia. "Dalam sejarah, presiden RI kelima, Ibu Megawati Soekarno Putri merupakan bukti nyata perempuan bisa bersaing dengan laki-laki dalam level kepemimpinan nasional," kata Ani. http://www.republika.co.id