You are on page 1of 15

Lembaga Swadaya Masyarakat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah (disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental organization; NGO). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara. Maka secara garis besar organisasi non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb : Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba) Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi profesi Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara umum organisasi non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan.

Daftar isi

1 Jenis dan kategori LSM 2 Dasar Hukum 3 Era Otonomi Daerah 4 Referensi 5 Pranala luar

Jenis dan kategori LSM


Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada dapat di kategorikan sbb : Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan dukungan biaya bagi kegiatan ornop lain. Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan kegiatanya. Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti ornop pendidikan, ornop bantuan hukum, ornop jurnalisme, ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll. Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan pemerintah. Ornop ini bertindak melakukan kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah Sebuah laporan PBB tahun 1995 mengenai pemerintahan global memperkirakan ada sekitar 29.000 ONP internasional. Jumlah di tingkat nasional jauh lebih tinggi: Amerika Serikat memiliki kira-kira 2 juta ONP, kebanyakan dibentuk dalam 30 tahun terakhir. Russia memiliki 65.000 ONP. Lusinan dibentuk per harinya. Di Kenya, sekitar 240 NGO dibentuk setiap tahunnya.

Dasar Hukum

Lembaga swadaya masyarakat secara hukum dapat didirikan dalam dua bentuk:[1]

Organisasi Massa, yakni berdasarkan Pasal 1663-1664 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), serta UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan ("UU Ormas"). Badan Hukum, yakni berdasarkan Staatsblad 1870 No. 64, serta UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004 ("UU Yayasan").

Era Otonomi Daerah


Pada era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki peran dalam mengatur dan membina lembaga swadaya masyarakat di daerah.[2] Pemerintah daerah juga dapat membuat Peraturan Daerah untuk mengatur lebih lanjut segala sesuatu tentang LSM. Sebagai contoh adalah Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 09 Tahun 2004 tentang Lembaga Swadaya Masyarakat.[3]

Referensi
1. ^ Purnamasari, Irma D. Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Mendirikan Badan Usaha (hal. 3334). 2. ^ Hanapiah, Pipin. Pemberdayaan Ormas dan LSM: Dimensi Peraturan Perundang-undangan. 3. ^ Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 09 Tahun 2004 tentang Lembaga Swadaya Masyarakat.

Pranala luar

Dasar Hukum Pendirian Organisasi di Bidang Sosial di Situs HukumOnline (Inggris) What is a Non-Governmental Organization? City University, London Kategori: Organisasi non pemerintah Istilah ilmu politik

3 Kritik Besar untuk LSM Indonesia


HL | 23 July 2013 | 14:38 Dibaca: 1132 Komentar: 9 10 Ruang pembicaraan media termasuk media sosial akhir-akhir ini riuh dengan berita seputar LSM. Demikian juga dengan obrolan dan perbincangan masyarakat ikut menyumbang pendapatnya tentang LSM. Pemantiknya banyak tapi dua yang paling hangat adalah publikasi ICW mengenai sejumlah nama caleg yang diragukan integritasnya. Dan yang terbaru adalah temuan FITRA perihal dana blusukan Gubernur DKI, Joko Widodo yang jumlahnya lebih dari 25 Milyar. Yang menarik sekaligus agak mengejutkan adalah akhir-akhir ini aksi para pegiat LSM justru kerap mendapat feedback negatif dari masyarakat. Jika publikasi ICW mendapat serangan balik

dari sejumlah nama politisi yang gerah. Maka publikasi FITRA justru mendatangkan caci dari beberapa kalangan masyarakat DKI. Padahal FITRA menganggap publikasi tersebut justru membantu masyarakat dalam upaya mendorong dan mengawasi transparansi Pemda DKI. Tak heran jika anomali tersebut kemudian membuat sebagian orang sibuk bertanya : Bagaimana dan seperti apa sebenarnya LSM-LSM tersebut bekerja?. Pertanyaan lebih menohok bahkan muncul :Apa yang dicari LSM dari beberapa publikasinya yang kontroversial tersebut?. Beberapa pertanyaan tersebut akhirnya meringkas sejumlah kelemahan dan kritik untuk LSM atau Organisasi Non Pemerintah (Ornop) ini. Lemah Argumentasi dan Kurang Analitik Kita memang tidak bisa menyamaratakan kapabilitas para aktivis LSM. Banyak para pegiat LSM, seperti mereka yang bergerak di bidang lingkungan hidup atau pendidikan memiliki kapasitas pengetahuan dan akademik yang baik. Tapi kita juga tak bisa menutup mata bahwa banyak pegiat LSM yang mungkin belum matang. Hal ini bisa dibaca dari beberapa argumen atau analisis masalah yang dilontarkan sering sekali hanya berupa pengulangan dan terkesan emosional. Idealisme mereka memang pantas untuk diacungi jempol, tapi sayang beberapa pegiat LSM tak membekali dirinya dengan kemampuan berargumentasi dan menganalisis masalah secara kreatif dan mendalam. Sampai saat ini saya menganggap beberapa LSM seperti ICW yang getol menyoroti kasus korupsi, masih diperlukan untuk mengawal dan membuka mata masyarakat betapa korupsi sudah menjadi gurita di Indonesia sekaligus menunjukkan bahwa separuh negara ini mungkin telah disandera oleh koruptor. Tapi saya juga kerap kecewa dengan argumen-argumen atau analisis yang mereka lontarkan ketika berdiskusi dengan sejumlah pihak. Beberapa kali dalam diskusi televisi mereka justru dipukul balik dan kehabisan kata kemudian tertunduk. Beberapa kali juga menunjukkan ketidaktelitian mereka terhadap isi undang-undang dan sebagainya. Beberapa waktu lalu sebuah program TV menyelenggarakan diskusi antara peneliti muda ICW dengan politisi terkait tuduhan pencemaran nama baik setelah ICW mempublikasikan sejumlah nama caleg yang diragukan integritasnya. Saat itu sang peneliti ICW dianggap menyamaratakan kasus korupsi yang menimpa para anggota DPR tanpa bisa memberikan argumentasi dan data yang diminta kecuali mereka berpedoman pada sejumlah pemberitaan TV dan segelintir gunjingan media yang belum terbukti kebenarannya. Argumentasi yang sama dan diulang-ulang serta kurangnya kedalaman analisis membuat peneliti muda tersebut justru dihantam balik oleh sang politisi. Mimik muka dan gesture tubuhnya yang berputar-putar di atas kursi menunjukkan jika sang peneliti muda ICW tersebut kalah. Sayang sekali niat baik dan semangat melawan korupsi kurang diimbangi dengan dasar pemikiran dan analisis yang kuat. Akhirnya mereka terlalu rapuh jika mendapat serangan balik. Yang terbaru dan mungkin bisa menjadi kritik terkini kepada LSM adalah pernyataan FITRA yang merujuk pemimpin Jakarta, yakini Jokowi dan Ahok yang dipersepsikan menghamburhamburkan 26,6 milyar per tahun hanya untuk blusukan. Dari beberapa pemberitaan yang menyusul kemudian, juga tanggapan dari sejumlah pihak menunjukkan bahwa FITRA cenderung emosional, tidak teliti dan gagal memahami makna dana operasional tersebut. Anggapan bahwa Jokowi-Ahok lebih boros dari pemimpin Jakarta sebelumnya dengan mudah ditanggapi sebagai argumentasi yang mentah, beberapa bahkan menyebut menyesatkan. FITRA dianggap mengadaada karena besarnya dana operasional tersebut adalah hal yang wajar sebagai hasil dari naiknya pendapatan asli daerah DKI Jakarta. Kesan bahwa dana operasional adalah dana blusukan juga mudah ditepis karena dana tersebut juga ada di masa-masa terdahulu. Hal tersebut kemudian dilengkapi dengan penjelasan Jokowi dan Ahok jika dana operasional digunakan bukan untuk

ongkos jalan blusukan Gubernur atau Wakil Gubernur melainkan sebagai dana taktis untuk beberapa masalah lapangan yang memerlukan penanganan segera. Lepas dari persepsi dana operasional versi FITRA dan penjelasan dari Jokow-Ahok, hal ini menunjukkan bahwa LSM memang kerap terlalu bersemangat dan ingin terus bersikap kritis tanpa mempersiapkan banyak hal termasuk kajian yang mendalam. Inilah yang membuat mereka seringkali tidak siap untuk beragumentasi dan akhirnya mengulang-ngulang argumentasi yang sudah ada bahkan dianggap mengada-ada. Tanpa analisis mendalam sangkaan-sangkaan mereka sering sangat mudah dipatahkan padahal bisa jadi inisiatif mereka adalah hal yang benar. Pada akhirnya kemampuan akademik atau setidaknya kecerdasan menganalisis dan meneliti sebuah masalah secara mendalam menjadi sangat penting untuk dimiliki pada pegiat LSM. Tanpa kemampuan yang memadai, niat baik mereka menjadi mata-mata dari masyarakat untuk mengawal kebijakan akan semakin berat. Standar Ganda dan Konflik Kepentingan Ada sebuah pendapat menarik dalam tulisan Abdul Fickar Hadjar berjudul Pertumbuhan LSM, Demonstrasi dan Demokrasi Era Reformasi. Ia memberikan sebutan LSM Siluman, LSM Plat Merah atau LSM Jadi-Jadian untuk banyak LSM yang muncul pada periode 1990-an dan setelahnya. Banyak LSM-LSM yang lahir pada periode tersebut hingga periode reformasi memiliki karakter politik yang lebih kuat dan banyak bergerak di bidang advokasi. Karakter LSM periode reformasi berbeda dengan karakter LSM tradisional yang biasanya bergerak di bidang amal, sosial, penanganan bencana dan pemberdayaan masyarakat. Hal positifnya adalah LSM-LSM advokasi ini lebih militan dalam menelanjangi dugaan-dugaan penyimpangan anggaran dan bobroknya birokrasi pemerintahan pusat dan daerah. LSM-LSM tersebut juga sangat kritis terhadap kejahatan korupsi yang menjalar di lingungan wakil rakyat atau kementrian. Tapi sayang di saat gencar menyuarakan tata kelola pemerintahan yang baik dan transparan, beberapa LSM justru gagap menjalankan good governance di dalam tubuh mereka sendiri. Beberapa LSM tampak tertutup dalam hal pembiayaan mereka. Argumen independensi seolah cukup untuk sekedar memberi penjelasan bahwa dana mereka bukan dari pemerintah tanpa merincinya lagi. Inilah yang membuat LSM kerap dianggap memiliki standar ganda dan mudah diserang balik oleh orang-orang yang selama ini gerah dengan sikap kritis LSM. Standar ganda yang disangkakan kepada sejumlah LSM juga tak lepas dari hubungan mereka dengan sejumlah donatur di balik aktivitasnya. Sebutan LSM Siluman, LSM Jadi-Jadian atau LSM Plat Merah bukan tanpa alasan. Banyak LSM diduga dibentuk hanya untuk menampung dana-dana proyek baik dari donatur luar negeri maupun dalam negeri. LSM tipe ini biasanya akan sepi kegiatan dan tidak terdengar namanya jika dana proyek sudah habis. Sejumlah LSM juga terindikasi dibentuk dan dipelihara oleh pejabat negara untuk tujuan pragmatis. Bagi LSM yang cukup profesional dan diisi oleh orang-orang berintegritas tinggi, hadirnya donatur mungkin tidak akan mampu memanipulasi arah gerakan mereka. Tapi bagi LSM Plat Merah hampir dipastikan mengalami konflik kepentingan yang ditunjukkan antara lain dengan sikap kritis yang pilih-pilih dan kadang kurang obyektif. Sayangnya booming LSM akhir-akhir ini justru dianggap lebih banyak melahirkan LSM dengan tujuan pragmatis tersebut yang memanfaatkan celah keuntungan ekonomi dan politik. Perlu Kode Etik? Di beberapa negara seperti Filipina, Australia dan Kanada, banyak LSM atau NGO membentuk jaringan satu sama lain dan kemudian menentukan satu kode etik sebagai pedoman perilaku

bersama. Bagaimana dengan di Indonesia?. Banyak LSM di negeri ini memang membentuk jaringan, aliansi atau forum antar sesama LSM dengan gerakan yang serupa. Tapi itu dipandang belum cukup. LSM-LSM di Indonesia perlu memikirkan standar akademis, moral dan etika yang dijalankan secara bersama-sama. Lalu siapa yang harus membuat kode etik untuk LSM di Indonesia?. Tentu mereka sendiri. Kode etik tidak hanya berguna bagi LSM untuk mengatur dirinya sendiri tapi juga sebagai pegangan dalam berinteraksi dan berkegiatan di luar. Dengan kode etik atau norma-norma tersebut LSM bisa memberikan contoh praktik yang baik sehingga bisa semakin dihargai dan dihormati. Dengan kode etik LSM tak hanya mengkritik pihak luar tapi juga dituntut sesekali mengkritik dirinya sendiri. Berbagai kritik dan serangan balik yang akhir-akhir ini diterima oleh sejumlah LSM tanah air adalah gambaran bahwa mereka juga harus berbenah untuk bisa menjadi komunitas yang profesional, transparan dan tidak bisa dimanipulasi oleh donor di belakang mereka. Apakah itu berarti LSM sudah tidak diperlukan?. Keberadaan LSM jelas dibutuhkan sebagai bagian dari penyambung suara masyarakat dan saluran demokrasi dari bawah ke atas. Sejarah telah membuktikan bahwa kelahiran LSM didorong oleh ketidakpuasan terhadap praktik pemerintahan negara dan kekecewaan terhadap partai politik. Gerakan reformasi 1998 juga tak lepas dari aliansi antara mahasiswa dan LSM. Semoga LSM-LSM di Indonesia tetap gigih bersuara sembari mengatur dan memperbaiki diri agar niat baik mengawal penyelenggaraan pemerintahan dan melayani masyarakat mendapatkan kepercayaan dan diakui.

Proses Teknis Pendirian Yayasan di Indonesia


Posted on Oktober 4, 2010 by saepudin

Pendirian suatu Yayasan berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 mengenai Yayasan, yang diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, diatur dalam pasal 9 UU No. 16/2001, yaitu: 1. Minimal didirikan oleh satu orang atau lebih. Yang dimaksud Satu orang di sini bisa berupa orang perorangan, bisa juga berupa badan hukum. Pendiri yayasan boleh WNI, tapi juga boleh orang asing (WNA atau Badan hukum asing). Namun demikian, untuk pendirian yayasan oleh orang asing atau bersama-sama dengan orang asing akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (pasal 9 ayat 5). 2. Pendiri tersebut harus memisahkan kekayaan pribadinya dengan kekayaan Yayasan. Hal ini sama seperti PT, dimana pendiri menyetorkan sejumlah uang kepada Yayasan, untuk kemdian uang tersebut selanjutnya menjadi Modal awal/kekayaan Yayasan. 3. Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang kemudian di ajukan pengesahannya pada Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia. Dalam prakteknya, jika seseorang ingin mendirikan suatu yayasan, maka pertama-tama orang tersebut harus memiliki calon nama. Nama tersebut kemudian di cek melalui Notaris ke Departemen Kehakiman. Karena proses pengecekan dan pengesahan yayasan masih dalam bentuk manual (berbeda dengan PT yang sudah melalui sistem elektronik), maka untuk pengecekan nama tersebut calon pendiri harus menunggu selama 1 bulan untuk mendapatkan kepastian apakah nama tersebut dapat digunakan atau tidak. Karena proses yang cukup lama tersebut, sebaiknya calon pendiri menyiapkan beberapa nama sebagai cadangan.

Selama menunggu persetujuan penggunaan nama tersebut, calon pendiri dapat menyiapkan beberapa hal yang akan dicantumkan dalam akta pendirian yayasan (lihat contoh akta pendirian yayasan), yaitu: 1. Maksud dan tujuan yayasan, secara baku terdiri dari 3 unsur saja, yaitu: sosial-kemanusiaan, dan keagamaan. 2. Jumlah kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya, yang nantinya akan digunakan sebagai modal awal yayasan. 3. Membentuk Susunan Pengurus yang minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara (pasal 32 ayat 2) untuk jangka waktu kepengurusan selama 5 tahun. 4. Membentuk Pengawas (minimal 1 orang), yang merupakan orang yang berbeda dengan pendiri maupun pengurus (pasal 40 ayat 2 dan ayat 4). 5. Menyiapkan program kerja Yayasan, yang ditanda-tangani oleh Ketua, sekretaris dan bendahara. Setelah nama yang dipesan disetujui, maka pendiri harus segera menindak lanjuti pendirian Yayasan tersebut dengan menanda-tangani akta notaris. Notaris akan segera memproses pengesahan dari Yayasan tersebut dalam waktu maksimal 1 (satu) bulan sejak persetujuan penggunaan nama dari Departemen Kehakiman. Karena apabila proses pengesahan tidak dilakukan dalam waktu 1 bulan sejak persetujuan penggunaan nama, maka pemesanan nama tersebut menjadi gugur dan nama tersebut bisa digunakan oleh yayasan lain. Untuk melengkapi legalitas suatu yayasan, maka diperlukan ijin-ijin standard yang meliputi: 1. Surat keterangan domisili Perusahaan (SKDP) dari Kelurahan/kecamatan setempat 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama Yayasan 3. Ijin dari Dinas sosial (merupakan pelengkap, jika diperlukan untuk melaksanakan kegiatankegiatan sosial) atau 4. Ijin/terdaftar di Departemen Agama untuk Yayasan yang bersifat keagamaan (jika diperlukan). Sebagai penutup, sekali lagi perlu dicermati bahwa pendirian yayasan pada saat ini harus di ikuti tujuan yang benar-benar bersifat sosial. Karena sejak berlakunya Undang-Undang No. 16/2001, maka yayasan tidak bisa digunakan sebagai sarana kegiatan yang bersifat komersial dan harus murni bersifat sosial. (Irma Devita)

Akta Pendirian LSM

4 Votes LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT Nomor : . Pada hari ini, Selasa, tanggal satu Juni tahun seribu sembilanratus sembilanpuluh sembilan (1-6-1999)

Menghadap dihadapan saya, ARIS DANIAL SURYADI, Sarjana Hukum Notaris di Balikpapan, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang telah dikenal oleh saya, Notaris, dan akan disebutkan dibagian akhir akta ini : Penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris. Penghadap tersebut di atas menerangkan, bahwa ia telah mengumpulkan dan memisahkan dari kekayaannya uang sebanyak dan dengan jumlah uang sebanyak itu sebagai kekayaan pangkal dengan ini mendirikan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat, dengan peraturan-peraturan atau anggaran dasar sebagai berikut : - NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN - Pasal 1. Lembaga ini bernama : LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT BERKEDUDUKAN DI KOTA BALIKPAPAN Untuk pertama kalinya berkantor di aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Jika dianggap perlu, Badan Pengurus lembaga dapat mendirikan Cabang-cabang atau perwakilan-perwakilannya di tempat-tempat lain. W A K T U - Pasal 2. Lembaga ini didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya dan telah dimulai pada hari Selasa, tanggal satu Juni tahun seribu sembilanratus sembilanpuluh sembilan 1-6-1999). - A Z A S - Pasal 3. Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Desa ini berazaskan PANCASILA dan UNDANG-UNDANG DASAR 1945. MAKSUD DAN TUJUAN - Pasal 4. 1. Maksud didirikannya lembaga ini adalah turut serta danmengikutsertakan masyarakat di dalam proses pemberdayaan ekonomi, sosial kemasyarakatan dan Pendidikan. 2. Tujuan lembaga ini adalah mencapai dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat secara mandiridan berkesinambungan dengan tidak berafiliasi pada golongan-golongan dan/atau partai politik tertentu. U S A H A - Pasal 5. Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Lembaga ini akan melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan hukum dan/atau yang diizinkan oleh Instansi-instansi dan/atau Pejabat-pejabat berwenang, diantaranya : a. Mengorganisir kelompok-kelompok usaha dengan -

fasilitator dan bantuan-bantuan pinjaman modal serta mengusahakan pembelian dan penjualan bahan pokok kepada anggota kelompok masyarakat. b. Bekerjasama dengan Instansi Pemerintah/Swasta atau Badan lain yang berhubungan dengan maksud dan tujuan lembaga ini. c. Menyelenggarakan usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan lembaga ini serta tidak merugikan kepentingan masyarakat dan negara serta dengan mengindahkan ketertiban umum, tata susila dan hukum yang berlaku. - Segala sesuatu itu dalam arti kata yang seluas-luasnya,tanpa batas wilayah tertentu dan bersifat Nasional maupunInternasional. - KEKAYAAN DAN PENDAPATAN - Pasal 6. 1. Kekayaan lembaga ini terdiri dari : a. Kekayaan pangkal lembaga sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). b. Jumlah-jumlah uang atau harta lain yang kemudian ditambahkan kepada kekayaan tersebut. 2. Pendapatan Lembaga ini terdiri : a. Sokongan/sumbangan, hibah wasiat, derma dan lain-lainnya yang di dapat dari masyarakat dan yang sifatnya tidak mengikat serta tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan lembaga ini; b. Bantuan dari pihak Pemerintah serta Badan-badan lainnya baik Nasional maupun Internasional, baik berupa subsidi yang berulang maupun yang diberikan dengan sekaligus; c. Penghasilan-penghasilan dan pendapatan-pendapatan lainnya yang sah yang diperoleh atas usaha-usaha lembaga ini. d. Hibah, Hibah Wasiat dan Hadiah. - BADAN PENDIRI - Pasal 7. 1. Anggota-anggota Badan Pendiri terdiri dari : a. Seseorang/mereka yang mendirikan lembaga ini ; b. Seseorang/mereka yang atas usul seorang anggota Badan Pendiri yang hendak mengundurkan diri telah ditunjuk oleh rapat anggota Badan Pendiri, untuk menjadi penggantinya. c. Seseorang/mereka yang menurut pendapat Badan Pendiri, sejak berdirinya lembaga ini telah memberikan jasa-jasanya yang berguna bagi lembaga ini.

2. Pengangkatan dan pemberhentian para anggota Badan Pendiri dilakukan oleh suatu keputusan rapat para anggota Badan Pendiri secara musyawarah untuk mufakat.- PEMBINA DAN PENGAWAS Pasal 8. 1. Badan pendiri dapat pula mengangkat Pembina dan Pengawas lembaga. 2. Pengangkatan dan pemberhentian perubahan susunan anggota Pembina dan Pengawas ditetapkan oleh rapat anggota Badan Pendiri. 3. Masa jabatan badan Pembina dan Pengawas adalah 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali. 4. Keanggotaan badan Pembina dan Pengawas berakhir karena hal-hal sebagai berikut : a. meninggal dunia, b. mengundurkan diri, c. diberhentikan oleh suatu keputusan rapat anggota Badan Pendiri. d. pindah keluar negeri selama 6 (enam) bulan berturutturut lamanya. e. ditaruh dibawah pengampuan (onder curatele), f. tidak aktif bekerja. 5. Untuk pertama kalinya Badan Pembina dan Pengawas lembaga adalah sebagai berikut : BADAN PEMBINA a. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa b. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa c. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa d. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa e. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa BADAN PENGAWAS a. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaai, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa; b. Tuan aaaaaaaaaaaaaaa; - Pengangkatan-pengangkatan mana menurut keterangan penghadap telah diterima dan disetujui baik oleh masing-masing yang bersangkutan. BADAN PENGURUS Pasal 9. 1. Lembaga ini diurus dan dikemudikan oleh suatu Badan Pengurus yang diangkat oleh Badan Pendiri, yang anggotanya tergantung menurut kebutuhan, akan tetapi sekurang-kurangnya seorang Ketua, Sekretaris dan Bendahara. 2. Apabila dianggap perlu Ketua, Sekretaris dan Bendahara, dapat mengangkat seorang atau lebih wakil-wakilnya -

agar lembaga dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, hal mana akan diputuskan dalam rapat Badan Pendiri. 3. Pengangkatan dan pemberhentian perubahan susunan anggota badan pengurus ditetapkan oleh rapat Badan Pendiri. 4. Masa jabatan para anggota badan pengurus adalah 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali. 5. Pembagian tugas dan pekerjaan diantara anggota Badan Pengurus diserahkan kepada mereka sendiri. 6. Keanggotaan badan pengurus berakhir karena hal-hal sebagai berikut : a. meninggal dunia, b. mengundurkan diri, c. diberhentikan oleh suatu keputusan rapat Badan Pendiri. d. pindah keluar negeri selama enam bulan berturut- turut lamanya. e. ditaruh dibawah pengampuan (onder curatele), f. tidak aktif bekerja. 7. Untuk pertama kalinya oleh para pendiri telah diangkat sebagai : BADAN PENGURUS K e t u a : Penghadap aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaatersebut di atas.Wakil Ketua - : aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Sekretaris I : aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Sekretaris II : aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Bendahara I : aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Bendahara II : aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Bagian Umum - : 1. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 2. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 3. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 4. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 5. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 6. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 7. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 8. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 9. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa - Pengangkatan-pengangkatan mana menurut keterangan penghadap telah diterima dan disetujui baik oleh masing-masing yang bersangkutan. - KEKUASAAN BADAN PENGURUS Pasal 10.

1. Ketua, Sekretaris dan Bendahara bersama-sama mewakili Badan Pengurus, oleh karena itu mewakili kepentingan- kepentingan lembaga ini, baik di dalam maupun di luar Pengadilan untuk dan atas nama lembaga melakukan segala tindakan pemilikan dan pengurusan, demikian dengan pembatasan-pembatasan bahwa untuk : a. Menjaminkan kekayaan lembaga; b. Mengikat lembaga sebagai penjamin ; dan c. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama lembaga; - mereka harus mendapat persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari/atau turut ditandatanganinya surat/akta yang bersangkutan oleh Badan Pendiri. 2. Badan Pengurus berkewajiban untuk mentaati anggaran dasar ini dan mengatur serta mengurus segala sesuatu yang berkenaan dengan lembaga sebaik-baiknya. 3. Badan Pengurus berhak untuk memberikan kuasa umum maupun kuasa khusus baik sebagian maupun seluruhnya kepada seorang anggotanya atau lebih atau kepada pihaklain, untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut di atas, maka Badan Pengurus berhak untuk membuat surat kuasa umum maupun surat kuasa khusus dan setiap waktu dapat dicabut kembali. 4. Kekuasaan Badan Pengurus berada di bawah pengawasan dan kekuasaan Badan Pendiri. RAPAT BADAN PENGURUS - Pasal 11. 1. Rapat Badan Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 12 (duabelas) kali dalam setahun dan/atau setiap kali jika dianggap perlu atas permintaan sekurang-kurangnya3 (tiga) orang dari Badan Pengurus. 2. Rapat Badan Pengurus dipimpin/diketuai oleh Ketua sedangkan apabila ia tidak hadir oleh Sekretaris. 3. Rapat Badan Pengurus hanya sah jika dalam rapat itu hadir 2/3 (dua per tiga) dari seluruh anggota Badan Pengurus. 4. Rapat Badan Pengurus mengambil keputusan-keputusan bilamana disetujui dengan suara terbanyak mutlak, dari suara yang dikeluarkan dengan sah. 5. Rapat tahunan diadakan 1 (satu) kali dalam setahun, untuk : a. Mengesahkan laporan Badan Pengurus; b. Mengesahkan neraca, perhitungan hasil usaha dan sisa usaha; c. Menentukan susunan anggota Badan Pengurus yang baru. d. Mengesahkan program kerja tahunan berikutnya. 6. Tiap-tiap anggota Badan Pengurus masing-masing

mempunyai hak untuk memberikan satu suara dalam rapat Badan Pengurus. 7. Dari apa yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat Badan Pengurus harus dibuat suatu risalah yang dibubuhi tanggal dan ditandatangani oleh Ketua dan sedapat mungkin oleh salah seorang anggota Badan Pengurus yang hadir. PERTANGGUNGAN JAWAB DAN PEMBUKUAN - Pasal 12. 1. Tentang kekayaan/keuangan lembaga diselenggarakan pembukuan yang sesuai dengan maksud dan tujuan dan dengan berbagai usaha yang dikerjakan oleh lembaga. 2. Tahun buku dimulai pada tanggal 1 (satu) Januari dan berakhir pada tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember tiap-tiap tahun, untuk pertama kalinya berakhir pada tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember tahun seribu sembilanratus sembilanpuluh sembilan (1999); 3. Pada tiap-tiap akhir tahun buku, oleh Bendahara dilakukan penutupan buku-buku, selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) bulan yaitu pada akhir bulan Pebruari pada tahun berikutnya dibuat dan disiapkan neraca dan perhitungan hasil usaha dan sisa usaha yang jika telahselesai harus diletakkan di kantor lembaga selama 14 (empat belas) hari sebelum rapat tahunan Badan Pengurus diadakan untuk diketahui oleh seluruh anggotaBadan Pengurus dan disahkan atau diterima oleh Badan Pendiri Lembaga; 4. Jika neraca dan perhitungan hasil usaha serta sisa usaha tersebut diterima baik oleh Badan Pengurus tiap tiap anggotanya harus membubuhkan tandatangannya di atas neraca dan perhitungan hasil usaha serta sisa usaha; 5. Penerimaan baik dari neraca dan perhitungan hasil usaha serta sisa usaha tersebut oleh Badan Pengurus berarti bahwa setiap anggota Badan Pengurus telah diberi pelepasan dan pembebasan tanggung jawab untuk segala pekerjaan dan tindakan dalam jabatannya masing-masing mengenai tahun yang lalu. - S I S A U S A H A - Pasal 13. Sisa usaha dan sisa hasil usaha yang tercantum di dalam Laporan Tahunan Badan Pengurus akan dipergunakan untuk pengembangan usaha lembaga dan dibagikan menurut keputusan pengesahan surat-surat yang tersebut dalam pasal 11. ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PERATURAN-PERATURAN LAIN - Pasal 14. -

Badan Pengurus berhak menyusun Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan lainnya yang merupakan pelengkap Anggaran rumah tangga dan peraturan-peraturan lainnya dari Angaran Dasar ini. tersebut tidak boleh memuat peraturan-peraturan yang bertentangan dengan anggaran dasar ini. PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN Pasal 15. 1. Perubahan anggaran dasar ini serta pembubarannya hanya dapat dilakukan dalam rapat badan pengurus yang disahkan oleh Badan Pendiri Lembaga yang sengaja diadakan untuk maksud itu dengan cara yang sama seperti yang diatur dalam pasal 11. 2. Keputusan pembubaran lembaga hanya dapat diambil, jika lembaga ini ternyata tidak dapat hidup langsung atau jika kekayaan lembaga sudah tidak lagi mencukupi atau berkurang sedemikian banyaknya, sehingga menurut pertimbangan Badan Pengurus atau Badan Pendiri, lembaga tidak cukup lagi untuk mencapai maksud dan tujuan lembaga atau jika menurut keyakinan Badan Pengurus atau Badan Pendiri Lembaga maksud dan tujuan lembaga dapat diselenggarakan lebih sempurna dengan cara lain. 3. Apabila Lembaga ini dibubarkan, setelah utang piutangnya diselesaikan, maka rapat yang memutuskan pembubarannya selanjutnya harus memutuskan pula kepadasiapa atau Badan mana kekayaan dari Lembaga ini akan diberikan. 4. Siapa atau Badan-badan yang dimaksud dalam ayat kedua pasal ini, harus mempunyai maksud dan tujuan yang sama atau hampir sama dengan maksud dan tujuan Lembaga ini. ATURAN PENUTUP Pasal 16. Hal-hal yang tidak atau kurang cukup diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur dalam anggaran rumah tangga atau peraturan-peraturan lain yang akan ditetapkan oleh Badan Pengurus yang disahkan oleh Badan Pendiri. - DEMIKIAN AKTA INI Dibuat dan diselesaikan di Balikpapan, pada hari, tanggal, bulan dan tahun seperti tersebut pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh : 1. Nyonya aaaaaaaaaaaaa; dan 2. Tuan aaaaaaaaaaaaaa Sarjana Ekonomi. Kedua-duanya pegawai kantor notaris, bertempat tinggal

di Balikpapan, sebagai saksi-saksi. Setelah saya, Notaris, membacakan akta ini kepada para penghadap dan para saksi, maka segera para penghadap, para saksi dan saya, Notaris, menandatanganinya. Dibuat dengan tanpa memakai renvooi. Minuta akta ini telah ditandatangani dengan sempurna. Diberikan sebagai SALINAN yang sama bunyinya. Balikpapan, tanggal satu Juni tahun seribu sembilanratus sembilanpuluh sembilan (1-6-1999). Notaris di Balikpapan, (ARIS DANIAL SURYADI, SH)

CARA MENDIRIKAN YAYASAN/LSM/PKBM/KURSUS


17 Jun 2008 570 Komentar by husyap in UMUM Sekedar membagi informasi aja karena sudah beberapa bulan ini penulis sedikit banyak tahu mengenai seluk beluk pengurusan suatu lembaga, baik itu berupa lembaga sosial atau yang lainnya, dan ini tidak hanya bergerak dalam satu bidang aja tapi dibeberapa bidang, keuntungan dengan adanya legalitas lembaga suatu kegiatan akan terfokus, terarah, dan dapat mencapai misi dan visinya, legalitas suatu badan akan mempunyai nilai plus tersendiri, baik itu dimata kolega maupun lembaga yang lain yang menjadi mitra kerjanya, oleh kerena itu sekiranya kita dapat membagi atau share bagi siapa yang ingin membangun suatu lembag, untuk mendirikan suatu yayasan atau lembaga yang lain memerlukan beberapa persyaratan, diantaranya : YAYASAN/LSM Ada Dewan Pembina minimal 1 orang Dewan Pengawas Minimal 1 orang Ada pengurus harian yang terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris Photo Copy KTP semua anggota Yayasan/LSM Surat Domisili Lembaga dari Kepala Desa Setempat (Semua ini dibawa ke Notaris) Notaris akan membuat copian Akta untuk persyaratan Pembuatan NPWP (peryaratan sama dengan diatas) Pengesahan ke DEPKUMHAM Jakarta (Setahun baru keluar) oleh Notaris, Untuk biaya pembuatanb Akta Notaris sekitar Rp. 300.000,Untuk biaya pengurusan ke Jakarta relative tergantung negonya ama Notaris biasanya 2 juta keatas Catatan : Tapi selama menunggu pengesahan dari Depkumham, lembaga sudah dianggap legal karena telah memiliki akte Notaris. Segera untuk melengkapi legalitas lembaga dengan membuat AD/ART lembaga, Formatur Lengkap, Struktur Lembaga, Pengurusan Rekening Lembaga, Stempel Lembaga, dll. LEMBAGA KURSUS, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)/TBM (Taman Belajar Masyarakat), PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), DLL Ada Dewan Pembina minimal 1 orang Dewan Pengawas Minimal 1 orang

Ada pengurus harian yang terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris Photo Copy KTP semua anggota Yayasan/LSM Surat Domisili Lembaga dari Kepala Desa Setempat (Semua ini dibawa ke Notaris) Notaris akan membuat copian Akta untuk persyaratan Pembuatan NPWP (persyaratan sama dengan diatas) Mengurus Surat Izin Operasi Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Setempat SILAHKAN DOWNLOAD AD-ART DLL

You might also like