Professional Documents
Culture Documents
PEMICU
Seorang pasien, perempuan usia 19 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan kabur pada kedua mata. Hal ini dialami pasien sejak 3 bulan belakangan ini.
Mata kabur dirasakan pasien terutama melihat benda dari jarak jauh. Pasien yang juga mahasiswa semester V FK USU mengeluhkan kabur sewaktu melihat ke papan tulis. Dia juga merasakan kedua matanya sering terasa pegal dan cepat lelah, serta terkadang sakit kepala. Selama ini pasien mempunyai kebiasaan sering membaca dan menonton televisi dari jarak yang sangat dekat
PEMICU
Pada pemeriksaan tajam penglihatan dengan Snellen Chart didalapati tajam penglihatan kedua mata 6/18. pemeriksaan dengan pinhole 6/6. Tekanan bola mata kedua mata 16 mmHg. Pemeriksaan status oftalmikus dalam batas normal.
LEARNING ISSUE
1. 2. 3. 4. 5. Anatomi Mata Histologi Mata Fisiologi pengelihatan normal DD Mata kabur Miopi
ANATOMI MATA
SCLERA
Tdk transparan Letaknya pd 5/6 bgn luar bola mata di bgn belakang Warna putih dan tdd jar.ikat Tempat perlekatan otot otot bola mata Tebal : pada limbus : 0,6mm Dibelakang insertio mm Recti 0,3 mm Tempat tembus n.Opticus: >1 mm
SCLERA
Bgn depan dilapisi longgar oleh conjunctiva bulbi (putih) Kedepan berlanjut ke cornea perubahan (transisi) ini pada alur sclera berjalan pembluh darah circular Sinus Venosus Sclera (Canalis Schlemmi Lauthi)di bgn dalam dilapisi Ligamentum Pectinatum Iridis
SCLERA
Di belakang ditembus n. opticus Lapisan jaringan ikat disini memisah lapisan serabut saraf satu sama lainmembentuk bidang perforasiLamina Cribrosa Sclerae, yg dilewati aa,vv, dan nn ciliares
UVEA ANTERIOR
Iris Corpus cilliare
Choroid
LENSA
IRIS Melekat pada CORPUS CILLIARE Kadar pigmen : LENSA mata coklat Tdd serabut-serabut lensa yang terus dibentuk semasa Kadar pigmen : mata biru / hijau hidup
CORPUS CILLIARE Alat penggantung lensa Membentuk aquos humor
OTOT-OTOT MATA
N. III N. III N. III N. VI N. IV N. III M. RECTUS SUPERIOR M. RECTUS INFERIOR M. RECTUS MEDIALIS M. RECTUS LATERALIS M. OBLIQUUS SUPERIOR M. OBLIQUUS INFERIOR
VASKULARISASI
ARTERI CILLIARES POSTERIOR LONGUS
HISTOLOGI MATA
Sklera Avaskuler Kornea lapisan epitel Membrana Bowman Stroma Membran descimeti Endotel kornea Limbus Kanal Schlemm
Koroid vaskuler, banyak melanosit, (+) lapisan korio kapiler, (+) Membrana Brunvh, (+) Lamina suprakoroid Korpus Siliaris vaskuler dan (+) Melanosit Processus siliaris serabut zonula dan aqeous humor Iris perluasan membrana koroid dan (+) pupil
Light Release inhibitory neurotrasnmitter Activation of fotopigment (rod and cone) Bipolar cell uninhibited (or in effect, excited) Activation of transducin (G protein) Graded potential change in bipolar cell cGMP Action potential in ganglion cell Na+ channel closure Visual cortex in the occipital Membran hyperpolarization lobe of the brain (receptor potential) Spread to the terminal synaps Closure ca2+ channels
DD MATA KABUR
Astigmatisme Katarak Glaukoma kronik simpleks Diproplia (double vision) Atrofi pupil Ptengeum Degenerasi makula
MIOPIA
Etiologi Genetik, Idiopatik, Hilangnya bentuk mata, dan berkurangnya titik fokus mata
Faktor Resiko
Hereditas/genetik Nutrisi (Vitamin B dan elemen gigi lain) Penyakit sistemik (DM) Katarak dan glaukoma Obesitas Habituasi / kebiasaan
Epidemiologi
Berdasarkan Genetik : perempuan < laki-laki Usia Pekerjaan Pendapatan dan pendidikan lebih tinggi menderita miopia Di AS, sekitar 20-35% remaja menderita miopia Di Asia : China >>
Klasifikasi Miopia
Kelainan patologI M. Simpleks dan M. Patologis Klinis (AOA) M. Simpleks, M. Nocturnal, Pseudomiopia, M. Degeneratf, M. Induksi Ukuran lensa M. Ringan, M. Sedang, M. Berat. Umur M. Kongenital, M. Onset anak, M. Onset awal-dewasa, dan M. Onset dewasa
Patofisiologi Miopia
Sumbu axial mata lebih panjang daripada normal miopia axial Kurvatura kornea/lensa lebih kuat daripada normal- miopia kurvatura/refraktif Indeks bias mata lebih tinggi daripada normal Miopia kerana perubahan posisi lensa
Perjalanan Miopia
Miopia stationer Miopia progresif Miopia maligna Miopia degeneratif
Manifestasi Klinis
Subjektif
Penglihatan kabur Keluhan astenopia Kecenderungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat objek jauh untuk mendapatkan efek pin hole
Objektif 1. Simplex
COA mendalam Pupil midriasis COP normal
2. Patologik
- COA sama spt simplex - COP = badan kaca = papil saraf optik = makula = retina bagian perifer
Pemeriksaan Mata
Anamnesa Pemeriksaan fisus dengan snellen chart Pemeriksaan fisus dengan Pinhole Phorofter Slit lamp Autorefraktometer Lensometer Non contact tonometer Optical Coherence Tonography (OCT)
Pemeriksaan Penunjang
Foto fundus/retina Pemeriksaan lapang pandang/campimetri/polimetri Pemeriksaan kualitas retina (ERG) EvP (Evoke potential examination) USG bola mata dan keliling organ mata misal pada tumor, panjang bola mata, kekentalan benda kaca (vitrous) Retinometri
Penatalaksanaan Miopia
Koreksi refraksi koreksi refraksi miopia dengan prinsip minimal terapi memberikan tajam pengelihatan maksimal dengan cara trial and error Miopia lensa konkaf sedangkan hipermetropi dengan lensa konveks Tindakan operatif Terapi Lasik
Komplikasi
Penurunan kualitas hidup Eyestrain (kelelahan mata) : Occular fatigue, blurred vision, double vision, dry cryes Gangguan keamanan Glaukoma Ablatio retina AMD ( Age-related Macular Degeneration)
Pencegahan
Jarak baca 40-45 cm Aktifitas pemakaian mata jarak jauh dan dekat bergantian Gizi berimbang Jangan menggunakan kacamata atau lensa yang lebih dari kebutuhan avoid any overcorrection Do not read and do not do near work at bad light Physical exercise help to reduce the intraoccular pressure and the mental stress, regulate blood sugar level and contribute to a sufficient supply of Vit D
KESIMPULAN
PEREMPUAN, 19 TAHUN, MENDERITA MIOPIA