You are on page 1of 54

REPOSISI KAPET 2014

KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI

LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN SERTA KETERPADUAN PROGRAM ANTAR WILAYAH SULAWESI

BAHAN INFORMASI
MENTERI PEKERJAAN UMUM

Makassar, 05 Desember 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

OUTLINE
WELCOMING REMARKS 1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG SERTA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPET 2. DESKRIPSI DAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI 3. DUKUNGAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DALAM PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI SELATAN 4. PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI 5. ARAHAN PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI KE DEPAN CLOSING REMARKS
1

WELCOMING REMARKS

Introduction
Pulau Sulawesi sebagai salah satu Wilayah Timur Indonesia mempunyai potensi ekonomi lokal yang berkelas dunia seperti kakao dengan tingkat produksi nomor 2 dunia (18% dari pasar global), perikanan dengan produksi terbesar se-Asia Tenggara, dan nikel dengan produksi nomor 4 dunia (60% produksi nikel dunia).
Melalui dukungan dan pendekatan pengembangan ekonomi yang tepat terhadap potensi ekonomi tersebut, dapat menjadikan Pulau Sulawesi sebagai sebagai pusat ekonomi Wilayah Timur Indonesia. Salah satu pendekatan ekonomi yang telah dilakukan untuk mengoptimalkan komoditas-komoditas unggulan lokal di Pulau Sulawesi adalah Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG SERTA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPET
4

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KAPET-1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KAPET-2

EVOLUSI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAPET


KEPPRES 89/1996
Tim Pengarah (pusat) terdiri dari anggota DP KTI, berwenang menetapkan kebijakan dan pelaksanaan koordinasi kegiatan pembangunan BP KAPET terdiri dari unsur pusat, provinsi, dan kabupaten kota, berwenang melaksanakan pembangunan dan pengelolaan KAPET Mengatur secara langsung insentif fiskal dan non-fiskal

KEPPRES 9/1998
Penyempurnaan Keppres 89/1996 : - Anggota DP KTI sebagai ketua BP KAPET di wilayah timur - Kedudukan waka BP KAPET sebagai pelaksana harian dalam struktur BP KAPET - Kewenangan ketua BP KAPET dalam mengangkat dan memberhentikan anggota BP KAPET - Penyempurnaan aturan insentif fiskal dan non fiskal

KEPPRES 150/2000
Badan Pengembangan KAPET (pusat), memberi usulan penetapan KAPET, menetapkan jakstranas, merumuskan kebijakan investasi dunia usaha, mengkoordinasikan rencana kegiatan , memfasilitasi pelaksanaan KAPET. Badan Pengelola (BP) KAPET membantu Pemda dalam memberikan pertimbangan teknis bagi permohonan perijinan investasi di KAPET Insentif fiskal diatur melalui PP 20/2000 selanjutnya diubah melalui PP 147/2000

LANDASAN HUKUM KAPET SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

ARAHAN RPJMN 2010-2014 DALAM PENGEMBANGAN KAPET


Mewujudkan KAPET sebagai pusat pertumbuhan dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi di daerah yang kesenjangannya masih tinggi MELALUI PENINGKATAN DUKUNGAN INFRASTRUKTUR
Mengembangkan kawasan strategis nasional sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki daya saing ekonomi nasional (jangka menengah) dan internasional (jangka panjang)
Sumber : Bappenas, 2010
9

KAPET SEBAGAI PRIME MOVER WILAYAH SEKITARNYA

KAPET sebagai prime mover dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah tertentu dgn mengembangkan daya saing produk unggulan, dengan bertumpu pada SDA, kelengkapan prasarana dan sarana, keunggulan lokasi, sektor unggulan yg dpt menggerakan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya & potensi pengembalian investasi yang tinggi. Keberadaan KAPET selama ini dirasakan belum berkembang dan perlu segera dilakukan revitalisasi pengelolaan KAPET, agar eksistensi KAPET sebagai instrumen penekan disparitas dapat dipertahankan.

10

KRONOLOGIS PENYUSUNAN RTR KSN KAPET


Posisi penyusunan RTR KSN KAPET saat ini adalah masih pada tahap harmonisasi dengan Kemenkum HAM

11

DESKRIPSI DAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI


12

PERKEMBANGAN BEBERAPA KAWASAN EKONOMI DAN KAWASAN KHUSUS LAINNYA DI INDONESIA

13

DESKRIPSI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS (KPBPB)

14

DESKRIPSI KAWASAN BERIKAT

15

DESKRIPSI KAWASAN INDUSTRI

16

KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

17

KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET)

18

PERBANDINGAN ANTARA KAPET DENGAN KAWASAN EKONOMI LAINNYA

19

PERBANDINGAN ANTARA KAPET DENGAN KAWASAN EKONOMI LAINNYA

20

PERBANDINGAN ANTARA KAPET DENGAN KAWASAN EKONOMI LAINNYA

21

PERBANDINGAN ANTARA KAPET DENGAN KAWASAN EKONOMI LAINNYA

22

PENETAPAN KOMODITAS UTAMA DAN PENDUKUNG PADA KAPET REGIONAL SULAWESI


KAPET MANADOBITUNG (SUB) SEKTOR UNGGULAN SELEKTIF pariwisata, perkebunan, perikanan tangkap, tanaman pangan, dan hortikultura tanaman pangan, hortikultura, perikanan, perkebunan, serta peternakan. perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan, dan industri pengolahan KOMODITAS UTAMA pariwisata (bahari, ekowisata, MICE), kelapa, ikan pelagis, dan rumput laut padi, kopi, kakao, udang, dan sapi KOMODITAS PENDUKUNG cengkih, jagung, jambu mete, bunga, kopi, kakao, dan pala

PAREPARE

jagung, sayuran, ubi kayu, jambu mete, ikan laut, dan rumput laut

PALAPAS

kakao dan rumput laut kakao, dan padi sawah

jagung, kelapa dalam, produk perikanan tangkap budidaya ikan, rumput laut, dan perikanan tangkap
23

BANK perkebunan, pertanian SEJAHTERA tanaman pangan, perikanan

KONSEPSI PENGEMBANGAN KAPET MANADO-BITUNG

24

PETA POLA RUANG KAPET MANADO-BITUNG

25

PETA STRUKTUR RUANG KAPET MANADO-BITUNG

26

KONSEPSI PENGEMBANGAN KAPET PARE-PARE

27

PETA POLA RUANG KAPET PARE-PARE

28

PETA STRUKTUR RUANG KAPET PARE-PARE

29

KONSEPSI PENGEMBANGAN KAPET BANK-SEJAHTERA

30

PETA POLA RUANG KAPET PALAPAS

31

PETA POLA RUANG KAPET PALAPAS

32

KONSEPSI PENGEMBANGAN KAPET BANK-SEJAHTERA

33

PETA POLA RUANG KAPET BANK-SEJAHTERA

34

PETA STRUKTUR RUANG KAPET BANK-SEJAHTERA

35

ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI


REVITALISASI KELEMBAGAAN KAPET YANG SELAMA INI BELUM BERJALAN DENGAN OPTIMAL: 1. Tidak mudahnya mewujudkan koordinasi dan keterpaduan antar pihak dalam pengelolaan KAPET 2. Kelembagaan KAPET dari sisi pengusahaan belum berjalan optimal REALISASI INVESTASI PADA KAPET YANG MASIH RENDAH: Minat investor yang masih rendah untuk berinvestasi serta realisasi investasi yang masih rendah DUKUNGAN INFRASTRUKTUR YANG BELUM OPTIMAL DAN KETERPADUAN INFRASTRUKTUR YANG BELUM TERWUJUD: Belum terciptanya komitmen yang kuat dari pihak-pihak terkait dalam penyediaan infrastruktur dan belum terintegrasinya infrastruktur
36

DUKUNGAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DALAM PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI


37

ALOKASI ANGGARAN INFRASTRUKTUR PU MENDUKUNG 13 KAPET TAHUN 2008 - 2011


Bidang PU Sumber Daya Air Bina Marga Cipta Karya TOTAL Penataan Ruang Total Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 (juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah) 220,930.29 611,271.15 292,442.04 700,770.88 726,747.65 1,801,179.03 1,274,289.14 2,188,325.76 176,297.04 367,175.79 511,155.02 757,440.37 1.123.984 2.779.626 2.077.886 3.646.537 21,000.00 15,200.00 24,156.67 26,384.37 1,144,974.98 2,794,825.97 2,102,042.87 3,672,921.38

Catatan:

Infrastruktur yang dikembangkan oleh bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Cipta Karya adalah infrastruktur yang dikembangkan berdasarkan program tahunan yang menjadi kewenangan Kementerian PU secara nasional di masing-masing provinsi, termasuk di wilayah KAPET, yang dapat memberikan manfaat bagi pengembangan wilayah KAPET.

38

ALOKASI ANGGARAN INFRASTRUKTUR PU MENDUKUNG KAPET REGIONAL SULAWESI 2013 - 2014


ALOKASI PENDANAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN (MILYAR Rp.)

No

KAPET

JALAN

SDA

CK

2013
1

2014
440,53

2013
49,16

2014
45,20

2013
223,4

2014
189,84

MANADOBITUNG
PARE-PARE

291,62

112,77

120,82

109,07

128,06

867,69

794,46

PALAPAS BANKSEJAHTERA

271,80

233,82

75,47

112,89

717,05

112,37

391,44

234,68

59,68

85,38

132,72

112,71

39

PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI


40

STRATEGI PROGRAM MP3EI

41

POTENSI EKONOMI UTAMA PADA KORIDOR EKONOMI SULAWESI

42

NILAI INVESTASI SEKTOR RIIL DAN INFRASTRUKTUR PADA KORIDOR EKONOMI SULAWESI

43

GROUNDBREAKING SEKTOR RIIL PADA KORIDOR EKONOMI SULAWESI 2011-2013

44

GROUNDBREAKING INFRASTRUKTUR PADA KORIDOR EKONOMI SULAWESI 2011-2013

45

KAITAN PROGRAM MP3EI DENGAN KAPET


KAPET
MANADOBITUNG

KOMODITAS UNGGULAN KAPET


Pariwisata (bahari, ekowisata, MICE), Kelapa, Ikan pelagis, dan Rumput laut Padi, Kopi, Kakao, Udang, dan Sapi Kakao dan Rumput laut Kakao, dan Padi sawah

KORIDOR MP3EI

KEGIATAN EKONOMI UTAMA MP3EI

KORIDOR EKONOMI Pertanian Pangan (Padi, SULAWESI Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu), Kakao, Perikanan, Nikel, Minyak dan Gas

PAREPARE PALAPAS BANK SEJAHTERA

46

INTEGRASI PROGRAM MP3EI DENGAN KAPET (REPOSISI KAPET 2014)


Momentum yang harus dimanfaatkan agar pengembangan ke-13 KAPET bersinergi dengan kebijakan MP3EI: Sinergitas dengan MP3EI terkait kebutuhan ruang untuk rencana sentra produksi, sentra kegiatan industri, dan sentra distribusi yang didukung oleh infrastruktur kawasan. Konsep RTR KAPET diarahkan untuk mendorong (sub) sektor unggulan masing-masing koridor MP3EI.
Dalam Koridor Ekonomi, Peran KAPET diorientasikan sebagai klaster industri hulu yang menyiapkan sumber daya lokal dan pengolahannya yang didukung oleh jaringan konektivitas Nasional (KE) / KEK

47

INTEGRASI KAPET, KEK, DAN MP3EI

48

UPAYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MELALUI PEMBENTUKAN PMU

Dalam rangka mempercepat upaya pembangunan infrastruktur di kawasan KAPET Pemerintah sedang mencanangkan pembentukan Project Management Unit (PMU) program pengembangan infrastruktur KAPET di tingkat Pusat dan Daerah. PMU sebagai suatu unit manajemen bidang Pekerjaan Umum akan bertugas untuk menjamin agar upaya keterpaduan penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pengembangan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum di kawasan di KAPET dapat berjalan dengan lebih optimal.
49

ARAHAN PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI KE DEPAN

ARAHAN PENGEMBANGAN KAPET REGIONAL SULAWESI KE DEPAN


ARAHAN PERTAMA: perlu dilakukan revitalisasi serta penguatan peran kelembagaan dalam pengembangan KAPET diantaranya melalui pembentukan Badan Pengusahaan KAPET sebagai lembaga yang mempunyai fungsi korporasi yang mengusahakan potensi ekonomi kawasan secara terpadu yang penetapannya dilakukan oleh Gubernur dan didukung dengan penyiapan SDM yang handal. ARAHAN KEDUA: perlu dilakukan perubahan paradigma pendekatan pengembangan KAPET dari pendekatan growth pole menjadi pendekatan klaster industri hulu-hilir yang berbasis pada ekonomi lokal sehingga dapat memberikan dampak yang siginifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. ARAHAN KETIGA: perlu dilakukan reposisi KAPET 2014 sebagai upaya untuk mensinergikan KAPET dengan Program MP3EI yang dilakukan melalui refocussing dan relokasi investasi KAPET yang disesuaikan dengan lokasi pengembangan koridor ekonomi ARAHAN KEEMPAT: diperlukan adanya komitmen peran yang kuat dari Pemerintah Pusat dan Daerah untuk menjamin bahwa dukungan-dukungan baik dalam bentuk penanganan infrastruktur maupun pemberian insentif (fiskal maupun non-fiskal)
51

CLOSING REMARKS

52

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada para peserta dan panitia yang telah menyelenggarakan acara yang sangat penting bagi pengembangan KAPET ke depan. Untuk itu, saya mengucapkan selamat berdiskusi, semoga sukses dan bermanfaat.

TERIMA KASIH
53

You might also like