You are on page 1of 2

Melissa No 3 & 4 kasus 1 sesi 2.

Rencana terapi yang dapat dilakukan pada polip nasi antara lain dengan cara medikamentosa, operasi, dan dapat juga dengan kombinasi antara medikamentosa dan operasi. Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan cara memberikan kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum memasuki rongga hidung. Caranya bisa sistemik, intranasal, atau kombinasi dari keduanya. Menggunakan kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang singkat. Selain itu terapi medikamentosa juga dapat menggunakan antibiotik yang diberikan jika ada tanda infeksi. Anti alergi juga dapat diberikan pada terapi medikamentosa ini jika pemicunya dianggap alergi. Terapi polip nasi secara operasi dapat dilakukan dengan cara polipektomi dan etmoidektomi. Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung. Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung biasa kita berikan sebelum dan sesudah operasi, dan apabila ada tanda adanya infeksi. Sejak ditemukannya antibiotik, komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata. Komplikasi berat biasa terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial. Kelainan orbita disebabkan

oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum . Kelainan yang dapat timbul adalah edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita, dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus. Sedangkan kelainan intracranial dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus cavernosus. Komplikasi juga dapat ditemukan pada sinusitis kronis yang berupa osteomielitis dan abses subperiostal yang paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinusitis maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi. Selain itu komplikasi yang dapat terjadi yaitu kelainan paru seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.

You might also like