You are on page 1of 16

BAB 12

KESETIMBANGAN FASA DAN SISTEM SEDERHANA ;


ATURAN FASA

12.1. Kondisi Kesetimbangan

Untuk sistem yang berada dalam kesetimbangan, potensial kimia dari tiap tiap penyusun
haruslah memiliki nilai yang sama dimanapun dalam sistem. Jika ada beberapa jenis fasa
didalam sistem, maka potensial kimia masing masing senyawa harus memiliki nilai sama
pada setiap fasa dimana senyawa itu nampak.

Untuk sistem satu komponen, = G/n. jika persamaan fundamental dibagi dengan n maka
diperoleh :
(12.1)
Dimana dan adalah entropi molar dan volume molar, sehingga :
(12.2a, b)
Turunan persamaan (12.2a, b) adalah slope dari masing masing kurva versus T dan kurva
versus p.

12.2. Stabilitas Fasa Senyawa Murni

Berdasarkan hukum ketiga Termodinamika, entropi suatu senyawa selalu positif. Fakta ini
dikombinasikan dengan persamaan (12.2a) menunjukkan (c/cT)
p
selalu negatif. Sehingga plot
versus T pada tekanan konstan adalah kurva dengan slope negatif.

Untuk tiga fasa dari satu senyawa tunggal :
(12.3)
Pada sembarang temperature
gas

liq
>
solid
. Entropi solid memiliki nilai kecil sehingga pada
gambar 12.1 kurva versus T untuk solid kurva S memiliki slope yang sedikit negatif. Kurva
versus T untuk liquid memiliki slope yang agak lebih negatif disbanding solid, kurva L.Entropi
gas memiliki nilai yang jauh lebih besar disbanding liquid sehingga slope dari kurva G memiliki
nilai yang negatif besar. Kurva kurva digambar sebagai garis lurus walaupun seharusnya
agak sedikit cekung ke bawah. Namun demikian argument yang dikemukakan tetap berlaku.

Kondisi termodinamika untuk kesetimbangan antar fasa fasa pada tekanan konstan terlihat
pada gambar 12.1. Solid dan liquid dapat dijumpai dalam kesetimbangan saat
solid
=
liquid
.
Yaitu pada titik potong kurva S dan L. Temperatur pada titik itu disebut titik leleh T
m
. Begitu pun
liquid dan gas dapat dijumpai pada kesetimbangan pada temperature T
b
titik potong kurva L
dan G dimana
liq
=
gas
.

Sumbu termperatur dibagi 3 interval, Dibawah T
m
solid memiliki potensial kimia terendah, antara
T
m
dan T
b
liquid memiliki potensial terendah, diatas T
b
gas yang memiliki potensial kimia
terendah. Fasa dengan nilai potensial kimia terendah adalah fasa stabil. Jika sistem ada pada
sistem dibawah temperature T
m
gambar 12.2 maka potensial kimia liquid akan memiliki nilai
a

sementara solid memiliki nilai
b
. Dan liquid dapat membeku secara spontan pada temperatur
ini, karena membeku akan menurunkan energi Gibbs. Pada temperatur diatas T
m
, situasinya
terbalik solid lebih besar dibanding liquid sehingga solid akan meleleh secara spontan untuk
menurunkan energi Gibbs sistem. Pada T
m
potensial kimia solid dan liquid sama, sehingga tidak
ada diantara kedua fasa tersebut yang lebih dominan, keduanya ada dalam kesetimbangan.
Situasai serupa juga terjadi didekat T
b
. Persis dibawah T
b
liquid stabil, sedangkan persis diatas
T
b
gas merupakan fasa stabil.

Diagram tersebut memperlihatkan urutan yang cukup familiar fasa yang teramati saat solid
dipanaskan pada tekanan konstan. Pada temperature rendah sistem sepenuhnya berupa solid,
pada temperatur tertentu T
m
liquid mulai terbentuk, dan liquid menjadi stabil hingga ia menguap
pada temperatur T
b
. Urutan fasa ini adalah konsekuensi dari urutan nilai entropi yang juga
berarti konsekuensi dari fakta bahwa kalor diserap dalam perubahan dari solid ke liquid dan dari
liquid ke gas.


12.3. Ketergantungan Kurva versus T terhadap Tekanan

Pada titik ini hal yang biasa jika kita bertanya apa yang terjadi pada kurva jika tekanan diubah.
Pertanyaan ini dijawab dengan menggunakan persamaan (12.2b) dalam bentuk d = dp. Jika
tekanan turun, dp akan negatif, positif maka d negatif dan potensial kimia akan turun
berbanding lurus dengan volume fasa. Karena volume molar dari liquid dan solid sangat kecil
sehingga nilai d hanya turun sedikit saja. Untuk solid dari a ke a' untuk liquid dari b ke b'
(Gambar 12.3a) Volume gas secara kasar memiliki nilai 1000 kali solid atau liquid, sehingga
gas akan sangat turun dari c ke c'. Kurva pada tekanan terendah terlihat sebagai garis putus
putus parallel terhadap garis awal pada gambar (12.3b). (Gambar ini diasumsikan
liq
>
solid
.
Gambar (12.3) menunjukkan bahwa kedua temperature kesetimbangan (kedua titik potong)
telah bergeser. Pergeseran pada titik leleh kecil sementara pergeseran pada titik didih relative
besar. Pergeseran titik leleh kurvanya diperbesar agar dapat jelas walaupun sebetulnya sangat
kecil. Pada tekanan rendah range stabilitas liquid turun cukup signifikan. Jika tekanan direduksi
pada nilai yang cukup rendah. Titik didih liquid bisa saja berada dibawah titik leleh solid
(gambar 12.4) sehingga tidak ada temperature dimana liquid bersifat stabil, solid akan
menyublimasi. Pada temperature T
s
solid dan vapor dijumpai dalam kesetimbangan, temperatur
T
s
adalah tenperatur sublimasi padatan dan sangat tergantung pada tekanan.

Jelas bahwa ada beberapa tekanan dimana tiga kurva saling berpotongan pada temperatur
yang sama. Temperatur dan tekanan ini mendefinisikan titik triple (triple point), dimana semua
fasa dapat dijumpai pada kesetimbangan di triple point.

Apakah material tertentu akan tersublimasi pada tekanan tereduksi atau meleleh sangat
tergantung sepenuhnya pada sifat individu senyawa tersebut. Misalnya air akan tersublimasi
dibawah 611 pa. Semakin tinggi titik leleh maka semakin kecil perbedaan titik leleh dan titik
didih pada 1 atm maka semakin tinggi tekanan dimana sublimasi dapat teramati. Tekanan
dibawah dimana sublimasi teramati dapat diperkirakan untuk senyawa yang mematuhi aturan
Trouton dengan rumus :
(12.4)



Gambar 12.4 versus T untuk senyawa yang menyublimasi

12.4. Persamaan Clapeyron

Kondisi untuk kesetimbangan antara dua fasa o dan | senyawa murni adalah :
(12.5)
Jika bentuk analitik dari fungsi
o
dan
|
diketahui maka dimungkinkan untuk menyelesaikan
persamaan (12.5) dimana :
(12.6a, b)
Persamaan (12.6a) mengekspresikan fakta yang diilustrasikan oleh gambar (12.3b) bahwa
temperature kesetimbangan tergantung pada tekanan.

Tanpa adanya pengetahuan rinci dari fungsi
o
dan
|
maka masih dimungkinkan untuk
memperoleh nilai turunan temperature terhadap tekanan. Misalkan kesetimbangan antara 2
fasa o dan | pada tekanan p, temperature kesetimbangan T, maka pada T dan p kita peroleh :
(12.7)
Jika tekanan berubah ke nilai p + dp, temperature kesetimbangan akan berubah ke T + dT dan
nilai dari masing masing akan berubah menjadi + d. sehingga pada T + dT dan p + dp
kondisi kesetimbangan adalah :
(12.8)
Dengan mengurangkan persamaan (12.8) dengan (12.7) didapat :
(12.9)
Kita tulis d secara eksplisit dalam term dp dan dT dengan menggunakan persamaan
fundamental (12.1) :
(12.10)
Gunakana (12.10) ke (12.9) maka :

Dengan menata ulang didapat :
(12.11)
Jika proses perubahan ditulis o | maka :

Dan persamaan (12.11) menjadi :
(12.12a, b)
Kedua persamaan (12.12) disebut persamaan Clapeyron.

Persamaan Clapeyron adalah persamaan fundamental untuk pembahasan kesetimbangan
antara dua fasa senyawa murni. Sebagai catatan sisi kiri kedua persamaan adalah turunan
biasa bukan turunan parsial.

Gambar (12.3b) menunjukkan temperature kesetimbangan tergantung pada tekanan karena titik
potong tergantung pada tekanan. Persamaan Clapeyron mengekspresikan ketergantungan
secara kuantitatif temperature kesetimbangan pada tekanan (12.12a) atau variasi pada tekanan
kesetimbangan terhadap temperature (12.12b). Dengan menggunakan persamaan ini kita bisa
membuat plot tekanan kesetimbangan versus temperature untuk sembarang perubahan fasa.

12.4.1. Kesetimbangan Solid Liquid

Dengan menerapkan persamaan Clapeyron pada perubahan solid liquid

Pada temperature kesetimbangan perubahan bersifat reversible sehingga AS
fus
= AH
fus
/T.
Perubahan dari solid ke liquid selalu disertai penyerapan/absorpsi panas (AH
fus
= +) sehingga
AS
fus
bernilai positif untuk semua senyawa
Kuantitas AV
fus
bisa positif atau negatif tergantung pada apakah densitas solid lebih besar atau
lebih kecil dibanding liquid sehingga

Besaran umum untuk kuantitas diatas adalah :
AS
fus
= 8 hingga 25 J/(K mol) AV
fus
= (1 hingga 10) cm
3
/mol
Jika sebagai ilustrasi kita memilih AS
fus
= 16 j/K moldan AV
fus
4 cm
3
/mol maka untuk garis
kesetimbangan kurva solid liquid.

Jika dibalik maka kita mendapatkan dT/dp = 0,02 K/atm. Nilai ini menunjukkan bahwa
perubahan tekanan sebesar 1 atm akan menggeser titik leleh sebesar beberapa ratus Kelvin.
Dalam plot tekanan sebagai fungsi dari temperature, slope diberikan oleh persamaan (12.12b)
(40 atm/K dalam contoh) slope ini cukup besar dan kurva hampir vertical. Untuk dp/dT +
diperlihatkan pada gambar (12.5a); pada range tekanan moderat kurva akan linier.

Garis pada gambar (12.5a) adalah locus dari semua titik (T, p) dimana solid dan liquid bisa
dijumpai pada kesetimbangan. Titik titik yang terletak disebelah kiri garis menunjukkan
temperature dibawah titik leleh, titik titik ini adalah kondisi (T, p) dimana hanya solid yang
stabil. Titik titik disebelah kanan garis menunjukkan temperature diatas titik leleh sehingga titik
titik ini adalah kondisi (T, p) dimana liquid stabil.



12.4.2. Kesetimbangan Liquid Gas

Aplikasi persamaan Clapeyron untuk perubahan liquid gas menghasilkan :

Konsekuensinya :

Garis kesetimbangan liquid gas selalu memiliki slope positif. Pada T dan p kamar, besarnya
adalah :

Akan tetapi AV sangat tergantung pada T dan p karena
gas
sangat tergantung pada T dan p.
slope kurva liquid gas kecil nilainya dibanding kurva solid liquid.

Gambar (12.5b) memperlihatkan kurva l g dan juga kurva s l. Pada gambar (12.5b) kurva l -
g adalah locus dari semua titik (T, p) dimana liquid dan gas dijumpai dalam kesetimbangan.
Titik titik dikiri kurva l g ada dibawah titik didih sehingga kondisi disini liquid stabil. Titik titik
dikanan l g adalah kondisi dimana gas stabil.

Perpotongan kurva s l dan l g menunjukkan temperature dan tekanan dimana solid, liquid
dan gas dijumpai dalam kesetimbangan. Nilai T dan p pada titik ini ditentukan oleh kondisi :
(12.13)
Persamaan (12.13) secara prinsip dapat diselesaikan untuk memberikan nilai numeric yang
definit dari T dan p yaitu :
(12.14)
Dimana T
t
dan p
t
adalah temperature dan tekanan triple point. Hanya ada satu triple point
seperti ini dimana specific set dari tiga fasa (solid-liquid-gas) bisa berada dalam kesetimbangan.

12.4.3. Kesetimbangan Solid Gas

Untuk perubahan solid-gas kita memiliki :

Dan persamaan Clapeyron adalah:

Slope kurva s-g lebih curam pada triple point dibanding slope kurva l-g. Karena AH
sub
= AH
fus
+
AH
vap
, maka

AV pada kedua persamaan hampir sama nilainya, karena AH
sub
lebih besar dari AH
vap
, slope
kurva s-g pada gambar (12.6) lebih curam dibanding kurva l-g.

Titik titik pada kurva s-g adalah set temperature dan tekanan dimana solid dijumpai berada
dalam kesetimbangan dengan vapor. Titik titik dikiri garis ada dibawah temperature sublimasi
dan menunjukkan kondisi solid yang stabil. Titik titik dikanan kurva s-g adalah titik diatas
temperature sublimasi dan menunjukkan kondisi gas sebagai fasa stabil. Kurva s-g harus
memotong satu sama lain pada triple point berdasarkan kondisi yang dituliskan pada
persamaan (12.13).

12.5. Diagram Fasa

Pembahasan terhadap gambar (12.6) pada tekanan konstan diperlihatkan dengan garis
horizontal putus putus menunjukkan titik leleh dan titik didih senyawa sebagai perpotongan
garis horizontal dengan kurva s-l dan l-g, Titik potong ini menunjukkan perpotongan kurva -T
pada gambar 12.1. Pada temperature dibawah T
m
solid stabil, titik antara T
m
dan T
b
liquid stabil
dan diatas T
b
gas stabil. Ilustrasi seperti ditunjukkan gambar 12.6 menyampaikan informasi
lebih banyak dibanding gambar 12.1 dan 12.3b. Gambar 12.6 dinamakan diagram fasa atau
diagram kesetimbangan.

Diagram fasa memperlihatkan secara ringkas sifat sifat senyawa : titik leleh, titik didih, titik
transisi, triple point. Tiap tiap titik pada diagram fasa mewakili keadaan sistem karena titik ini
mewakili nilai T dan p tertentu.

Garis garis pada diagram fasa membagi diagram menjadi 3 daerah yang dilabeli solid, liquid
dan gas. Jika titik yang menjelaskan sistem berada pada daerah solid maka senyawa eksis
sebagai solid. Jika berada pada daerah liquid maka senyawa eksis sebagai liquid dan jika titik
berada pada garis seperti l-g maka senyawa eksis sebagai liquid dan vapor dalam
kesetimbangan.
Kurva l-g memiliki batas atas yang definit pada temperature dan tekanan kritis, karena tidak
mungkin membedakan antara liquid dan gas diatas temperature dan tekanan ini.

12.5.1. Diagram Fasa Karbon Dioksida



12.5.2. Diagram Fasa Air

12.5.3. Diagram Fasa Sulfur




12.6. Integrasi Persamaan Clapeyron
12.6.1. Kesetimbangan Solid Liquid

Persamaan Clapeyron :

Maka

Jika AH
fus
dan AV
fus
hampir hampir tidak tergantung pada p dan T persamaan diatas
diintegralkan menjadi :
(12.15)
Dimana T'
m
adalah titik leleh pada p
2
, T
m
adalah titik leleh pada p
1
, karena T'
m
T
m
biasanya
cukup kecil, logaritma dapat diekspansi menjadi :

Maka persamaan (12.15) menjadi :
(12.16)
Dimana AT adalah kenaikan titik leleh sehubungan dengan kenaikan tekanan Ap.

12.6.2. Kesetimbangan Fasa Terkondensasi Gas

Untuk kesetimbangan fasa terkondensasi baik solid maupun liquid dengan fasa uap, berlaku

Dimana AH adalah kalor penguapan molar liquid atau kalor sublimasi molar solid dan
c
volume
molar solid atau liquid. Dalam sebagian besar kondisi;
g
-
c
~
g
dan hal ini dengan
mengasumsikan gas ideal akan sama dengan RT/p, sehingga persamaan menjadi :
(12.17)
Adalah persamaan Clausius Clapeyron menghubungkan tekanan uap liquid (solid) terhadap
kalor penguapan (sublimasi) dan temperature. Dengan mengintegralkan diantara batas batas,
pada kondisi asumsi AH tidak tergantung pada temperature akan menghasilkan :
(12.18)
Dimana p
0
adalah tekanan uap pada T
0
dan p adalah tekanan uap pada T. jika p
0
= 1 atm maka
T
0
adalah titik didih normal dari liquid (atau titik sublimasi normal solid) sehingga :
(12.19)
Berdasarkan persamaan (12.19) jika ln p atau log
10
p diplot versus 1/T akan dihasilkan kurva
linier dengan slope -AH/R atau -AH/2,303R. Intersep pada 1/T = 0 menghasilkan nilai AH/RT
0
,
sehingga dari slope dan intersep AH dan T
0
keduanya dapat dihitung. Kalor penguapan dan
sublimasi seringkali ditentukan melalui pengukuran tekanan uap zat sebagai fungsi dari
temperature. Gambar 12.11 menunjukkan plot log
10
p versus 1/T untuk air. Gambar 12.12
menunjukkan plot yang sama untuk CO
2
padat (es kering).

Kompilasi data tekanan uap sering menggunakan persamaan dalam bentuk log
10
p = A + B/T
dan nilai A dan B ditabulasi untuk beberapa senyawa. Persamaan ini memiliki bentuk fungsional
yang sama dengan (12.19).


Untuk senyawa yang mengikuti aturan Trouton, persamaan (12.19) biasanya mengambil bentuk
sederhana yang amat berguna dalam mengestimasi tekanan uap senyawa pada sembarang
temperature T berdasarkan data titik didih semata.

12.7. Pengaruh Tekanan Terhadap Tekanan Uap

Dalam pembahasan kedepan tentang kesetimbangan liquid-uap, akan diasumsikan secara
implicit bahwa kedua fasa berada dalam tekanan yang sama p. Jika dengan cara cara
tertentu dimungkinkan menahan liquid pada tekanan P dan uap pada tekanan p, maka tekanan
uap akan tergantung pada P. Jika dimisalkan liquid dimasukkan pada wadah seperti ditunjukkan
pada gambar 12.13. Pada ruang diatas liquid, uap akan memenuhi bersama-sama dengan gas
lainnya yang tidak larut dalam liquid. Tekanan uap p ditambah tekanan gas lainnya adalah P,
tekanan total yang memberikan gaya dorong pada liquid. Kondisi kesetimbangan adalah :
(12.20)
Pada temperature konstan persamaan ini mengimplikasikan bahwa p = ](P). Untuk
menemukan fungsionalitasnya persamaan (12.20) diturunkan terhadap P pada T konstan

Dengan menggunakan persamaan fundamental (12.2b) akan menjadi
(12.21)
Persamaan (12.21) memperlihatkan bahwa tekanan uap akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tekanan total pada liquid, laju kenaikan sangat kecil karena
liq
jauh lebih kecil
dibanding
vap
. Jika uap berprilaku ideal, persamaan (12.21) dapat ditulis :

Dimana p adalah tekanan uap pada P, p
0
adalah tekanan uap saat liquid dan uap berada pada
tekanan yang sama pada p
0
tekanan ortobarik. Sehingga :
(12.22)
Kita akan menggunakan persamaan (12.21) dan (12.22) dalam mendiskusikan tekanan osmotic
larutan.


12.8. Aturan Fasa

Adanya dua fasa dalam kesetimbangan mengimplikasikan kondisi :
(12.23)
Yang berarti bahwa dua variable intensif yang diperlukan untuk menguraikan keadaan sistem
tidak lagi bersifat independen tetapi saling berhubungan. Karena adanya hubungan ini, hanya
satu variable intensif baik tekanan atau temperature diperlukan untuk menguraikan keadaan
sistem. Sistem memiliki satu derajat kebebasan atau bersifat univarian sementara jika hanya
satu fasa yang ada, diperlukan 2 variabel untuk mendeskripsikan sistem dan sistem memiliki
dua derajat kebebasan atau bivarian. Jika ada tiga fasa, maka ada dua hubungan antara T dan
p
(12.24)
Dua hubungan ini akan menentukan T dan p secara komplit. Tidak ada lagi informasi yang
diperlukan untuk mendeskripsikan keadaan sistem. Sistem seperti itu dinamakan invariant dan
tidak memiliki derajat kebebasan. Tabel 12.1 memperlihatkan hubungan antara jumlah derajat
kebebasan dan jumlah fasa yang ada pada sistem satu komponen. Tabel ini menyimpulkan
suatu aturan yang menghubungkan derajat kebebasan F terhadap jumlah fasa yang ada P.
F = 3 P, (12.25)
Yang merupakan aturan fasa untuk sistem satu komponen.

Akan sangat membantu jika kita memiliki satu aturan sederhana yang dapat langsung
memutuskan berapa banyak variable independen yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan
sistem. Biasanya dalam studi tentang sistem dengan banyak komponen dan banyak fasa,
penyederhanaan terhadap aturan dapat diperbolehkan.

Kita awali dengan menemukan jumlah total variable intensif (yang dapat dibayangkan) yang
diperlukan untuk menguraikan keadaan suatu sistem yang mengandung C komponen -
komponen dan P fasa fasa. Hal ini didaftar pada table 12.2




Tiap tiap persamaan yang menghubungkan variable variable ini mengimplikasikan bahwa
satu variable bersfiat dependen ketimbang independen, maka kita harus menentukan jumlah
total persamaan yang menghubungkan variable variable ini (table 12.3).

Jumlah variable independen F didapat dengan mengurangkan jumlah total persamaan dari
jumlah total variable :
F = PC + 2 P C(P 1),
F = C P + 2 (12.26)
Persamaan (12.26) adalah aturan fasa J. Willard Gibbs. Cara terbaik untuk menghafal aturan
fasa adalah dengan menyadari bahwa kenaikan jumlah komponen akan meningkatkan jumlah
variable, sehingga C akan memiliki tanda positif. Kenaikan jumlah fasa meningkatkan jumlah
kondisi kesetimbangan dan jumlah persamaan, sehingga mengeliminasi beberapa variable,
oleh karenanya P akan bertanda negatif.

Pada sistem satu komponen, C = 1 sehingga F = 3 P. Hasil ini sama dengan persamaan
(12.25) berdasarkan table 12.1. Persamaan (12.25) menunjukkan jumlah terbesar fasa yang
bisa ada pada kesetimbangan pada sistem satu komponen adalah 3. Dalam sistem sulfur
misalnya tidak dimungkinkan untuk sulfur rhombic, monoclinic, liquid dan gas ada dalam
kesetimbangan satu sama lain. Kesetimbangan kuadruple berarti 3 kondisi independen pada
dua variable dan tidak dimungkinkan hal ini terjadi.

Untuk sistem dengan satu komponen dimungkinkan untuk menurunkan dengan mudah
konsekuensi dari aturan fasa seperti ditunjukkan pada table 12.1. Kesetimbangan diwakili oleh
garis dan perpotongannya dalam diagram 2 dimensi seperti yang sudah digunakan dalam bab
ini. Namun jika sistem memiliki 2 komponen maka diperlukan tiga variable dan diagram fasa
tersusun atas surface dan perpotongannya secara tiga dimensi. Jika ada tiga komponen,
diperlukan surface dengan empat dimensi ruang. Visualisasi dari situasi secara menyeluruh
akan sulit dalam tiga dimensi dan mustahil untuk empat dimensi atau lebih. Walau demikian,
aturan fasa dengan kesederhanaannya mengekspresikan batasan pada titik perpotongan
surface ruang multidimensional ini. Atas alasan ini aturan fasa Gibbs diperhitungkan diantara
generalisasi utama dalam ilmu Fisika.

12.9. Permasalahan Komponen-komponen

Jumlah komponen dalam sistem didefinisikan sebagai jumlah minimal chemically independent
species yang dibutuhkan untuk menjelaskan komposisi tiap-tiap fasa dalam sistem. Sepintas
definisi ini terlihat cukup sederhana dan dalam contoh-contoh biasa juga terbilang sederhana.
Namun beberapa contoh berikut menunjukkan adanya kerumitan yang terjadi.

Contoh 12.1 Sistem yang terdiri dari PCl
5
, PCl
3
, Cl
2
. Ada 3 spesies namun hanya dua
komponen karena adanya kesetimbangan :
PCl
5
PCl
3
+ Cl
2

Yang terbentuk dalam sistem, seseorang dapat leluasa mengubah jumlah mol dua diantara
spesies ini secara sembarang, namun perubahan ini jumlah mol spesies ketiga sudah
ditetapkan berdasarkan kondisi kesetimbangan K
x
= x(PCl
3
) x(Cl
2
)/x(PCl
5
), sehingga dua
spesies kimia bersifat chemically independent tetapi yang ketiga tidak. Maka hanya ada dua
komponen dalam sistem.

Contoh 12.2 Air dalam fasa liquid diasumsikan mengandung sejumlah besar spesies kimia ;
H
2
O, (H
2
O)
2
, (H
2
O)
3
, (H
2
O)
n
. Namun hanya ada satu komponen karena sejauh yang kita
pahami semua spesies berada dalam kesetimbangan


Sehingga, jika ada n spesies maka aka nada n 1 kesetimbangan yang menghubungkan satu
sama lain, oleh karenanya hanya ada 1 spesies yang chemically independent dan berarti hanya
ada satu komponen dan kita bisa pilih spesies H
2
O sebagai komponen tsb.

Contoh 12.3 Dalam sistem air etil alcohol, ada dua spesies. Tidak ada kesetimbangan yang
menghubungkan keduanya pada suhu ruang sehingga ada 2 komponen dalam sistem.

Contoh 12.4 Dalam sistem CaCO
3
-CaO-CO
2
ada 3 spesies, juga ada 3 fasa yang berbeda yaitu
CaCO
3
padat, CaO padat dan CO
2
gas. Karena adanya kesetimbangan CaCO
2
CaO + CO
2

maka hanya ada 2 komponen. Kita pilih yang sederhana yaitu CaO dan CO
2
, komposisi CaCO
3

dapat dijelaskan jika ada satu mol CaO ditambah satu mol CO
2
. Jika CaCO
3
dan CO
2
dipilih
sebagai komponen maka komposisi CaO ditentukan dari satu mol CaCO
3
dikurangi satu mol
CO
2
.

Contoh 12.5 Berapa variable intensive yang dapat ditentukan secara bebas pada titik triple point
air?

Berdasarkan aturan fasa Gibbs : F = C P + 2
Air = 1 komponen
Pada triple point ada 3 fasa
Sehingga : F = 1 3 + 2 = 0
TIDAK ADA variable intensive yang dapat secara bebas kita tentukan karena triple point air
terjadi pada T dan p yang sudah tertentu !

Contoh 12.6 Pada suhu 5
o
C dan 1 atm, berapa variable intensive heptan dapat kita tentukan
secara bebas ?
Aturan fasa Gibbs : F = C P + 2
Dimana C = 1 komponen
P = 1 fasa
Sehingga : F = 1 1 + 2 = 2 derajat kebebasan

You might also like