You are on page 1of 6

Nilai-nilai HAM

A. ANTARA NILAI UNIVERSAL DAN KONTEKSTUAL


Wacana mengenai kontekstualitas budaya dalam pelaksanaan HAM pernah dimunculkan oleh Soepomo pada saat menyampaikan pidato pada tanggal 31 Mei 1945 di hadapan sidang BPUPKI. Beliau mengemukakan bahwa dalam konsep negara integralistik, prinsip-prinsip mendasar HAM itu tidak akan cocok untuk diterapkan karena mengambil nilai-nilai budaya barat yang idividualis. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dengan adanya jaminan terhadap HAM justru mencerminkan sikap keraguan, ketidakpercayaan dan curiga terhadap kekuasaan. Tuduhan bahwa HAM itu adalah konsepsi individualistis menurut Frans Magnis Suseno berdasarkan dua pertimbangan, yaitu sebagai berikut. 1. Paham HAM menfokuskan perhatian orang pada hak-haknya sendiri. Masyarakat lalu sekedar sebagai sarana pemenuhan kebutuhan individual saja. 2. Paham HAM dilihat menempatkan individu, kelompok, dan golongan masyarakat berhadapan dengan negara dan bukan dalam kesatuan dengannya. Warga masyarakat bukannya menyatu dengan negara melainkan diandaikan perlu dilindungi terhadapnya. Argumentasi semacam ini nampak sekali dalam konsep kebudayaan Jawa yang dianggap sebagai cerminan budaya timur. Dalam konsep Budaya Jawa, keselarasan, keharmonisan dan keseimbangan hidup antara individu dan masyarakat menjadi acuan utama dalam mengembangkan harkat dan martabat manusia. Individu dan kelompok, baik itu suatu komunitas kehidupan bersama maupun dalam kaitannya dengan negara sebagai organisasi kekuasaan merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan konsep budaya ini maka persoalan HAM berikut perlindungan terhadapnya dianggap tidak relevan untuk diterapkan. Argumentasi tersebut menunjukkan bahwa dalam perkembangan pemahaman ide HAM, dapat diambil pengertian bahwa konsep HAM berdimensi ganda, yaitu sebagai berikut. 1. Dimensi Universalitas yaitu substansi HAM itu pada hakikatnya bersifat umum dan tidak terikat oleh waktu dan tempat. HAM akan selalu dibutuhkan oleh siapa saja dan dalam aspek kebudayaan di mana pun berada, entah di dalam kebudayaan Barat maupun Timur. Dimensi HAM seperti ini, pada hakikatnya akan selalu dibutuhkan dan menjadi sarana bagi individu untuk mengekspresikan dirinya secara bebas dalam ikatan kehidupan kemasyarakat. Dengan kaa lain, HAM itu ada karena yang memiliki hak-hak itu adalah manusia sebagai manusia, Jadi sejauh manusia itu spesies homo sapiens dan bukan karena ciri-ciri tertentu yang dimiliki. 2. Dimensi Kontekstualitas, yaitu menyangkut penerapan HAM bila ditinjau dari tempat berlakunya HAM tersebut. Maksudnya adalah ide-ide HAM dapat diterapkan secara efektif, sepanjang tempat ide-ide HAM memberikan suasana kondusif untuk itu. Dengan kata lain, ide-ide HAM dapat dipergunakan secara efektif dan menjadi landasan etik dalam pergaulan manusia jika struktur kehidupan masyarakat barat maupun timur sudah tidak memberikan tempat bagi terjaminnya hak-hak individu yang ada di dalamnya. Dua dimensi inilah yang memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan ide-ide HAM di dalam komunitas kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu dengan adanya dua dimensi tersebut, perdebatan mengenai pelaksanaan ide-ide HAM yang selalu diletakkan dalma konteks budaya, suku, ras maupun agama sudah tidak mempunyai tempat lagi atau tidak relevan dalam wacana publik masyarakat modern.

Wacanan atau perdebatan tentang nilai-nilai HAM apakah universal (artinya nilai-nilai) HAM berlaku umum di semua negara) atau partikular (artinya nilai-nilai HAM pada suatu negara sangat kontekstual, yaitu mempunyai kekhususan dan tidak berlaku untuk setiap negara karena ada keterkaitan dengan nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang pada suatu negara) terus berlanjut. Berkaitan dengan nilai-nilai HAM paling tidak ada tiga teori yang dapat dijadikan kerangka analisis, yaitu teori realitas (realistic theory), teori relativisme kultural (cultural relativism theory) dan teori radikal unversalisme (radical universalisme).

B. NILAI-NILAI HAM
Nilai-nilai HAM terdapat dalam: 1. Universal Declaration of Human Rights, menyatakan bahwa setiap orang mempunyai: a. Hak untuk hidup. b. Kemerdekaan dan keamanan badan. c. Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum. d. Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum. e. Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah, kecuali ada bukti yang sah. f. Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara. g. Hak untuk mendapat hak milik atas benda. h. Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan. i. Hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan mengeluarkan pendapat. j. Hak untuk berapat dan berkumpul. k. Hak untuk mendapatkan jaminan sosial. l. Hak untuk mendapatkan pekerjaan. m. Hak untuk berdagang. n. Hak untuk mendapatkan pendidikan. o. Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat. p. Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan. 2. Piagam Madinah, ada duah hal yang diakui a. Semua pemeluk islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku bangsa; b. Hubungan antara komunitas muslim dan nonmuslim didasarkan pada prinsip-prinsip: 1) berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga; 2) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama; 3) membela mereka yang teraniaya; 4) menghormati kebebasan beragama; 5) saling menasihati. 3. Pasal-pasal yang berkaitan dengan HAM dalam deklarasi Kairo a. Hak persamaan dan kebebasan (Pasal 19 ayat a-e). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Israa ayat 70. 2) Surat An-Nisaa ayat 58, 105, 107, 135. 3) Surat Al-Mumtahanah ayat 8. b. Hak hidup (Pasal 2 ayat a-d). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Maidah ayat 45. 2) Surat Al-Isra ayat 33. c. Hak untuk memperoleh perlindungan (Pasal 3). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Insaan.

2) Surat Al-Balad ayat 12-17. 3) Surat At-taubah ayat 6. d. Hak kehormatan pribadi (Pasal 4). Pasal ini berdasarkan pada Surat At Taubah ayat 6. e. Hak menikah dan berkeluarga (Pasal 5 ayat a dan b). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Baqarah ayat 221. 2) Surat Ar-Ruum ayat 21. 3) Surat An-Nisaa ayat 1. 4) Surat At Tahrim ayat 6. f. Hak wanita sederajat dengan pria (Pasal 6). Pasal ini berdasarkan pada Surat Al Baqarah ayat 228. g. Hak-hak anak dari orang tua (Pasal 7 ayat a-c). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al Baqarah ayat 233. 2) Surat Al-Israa ayat 23-24. h. Hak memperoleh pendidikan dan berperan serta dalam perkembangan ilmu pengetahuan (Pasal 9 ayat a dan b). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat At-Taubah ayat 122. 2) Surat Al-Alaq ayat 1-5. i. Hak kebebasan memilih agama (Pasal 10). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Baqarah ayat 256. 2) Surat Al-Kahfi ayat 29. 3) Surat Al-Kafiruun ayat 1-6. j. Hak kebebasan bertindak dan mencari suaka (Pasal 12). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat An-Nusa ayat 97. 2) Surat Al-Mumtahanah ayat 9. k. Hak-hak untuk bekerja (Pasal 13). Pasal ini berdasarkan pada 1) Surat At-Taubah ayat 105. 2) Surat Al-Baqarah ayat 286. 3) Surat Al-Mulk ayat 15. l. Hak untuk memperoleh kesempata yang sama (Pasal 14). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Baqarah ayat 275-278. 2) Surat An-Nisaa ayat 161. 3) Surat Alo Imran ayat 130. m. Hak milik pribadi (Pasal 15 ayat a-b). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Baqarah ayat 29. 2) Surat An-Nisaa ayat 29. n. Hak menikmati hasil atau produk ilmu (Pasal 16). Pasal ini berdasarkan pada: 1) Surat Al-Ahqaaf ayat 19. 2) Surat Al-Baqarah ayat 164. o. Hak tahanan dan narapidana (Pasal 20-21). Pasal ini berdasarkan pada Surat AlMimtahanah ayat 8. 4. Dalam Deklarasi Universal tentang HAM atau yang dikenal dengan DUHAM, HAM terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan perlindungan hukum), hak sipil dan politik, hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang kehidupannya), serta hak ekonomi, sosial dan budaya.

Hak personal, hal legal, hak sipil dan politik yang terdapat dalam Pasal 3 sampai 21 dalam DUHAM memuat: 1. hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi; 2. hak bebas dari perbudakan dan penghambaan; 3. hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak berperikemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan; 4. hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi; 5. hak untuk pengampunan hukum secara efektif; 6. hak bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang sewenang-wenang; 7. hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak; 8. hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah; 9. hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat; 10. hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik; 11. hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu; 12. hak bergerak 13. hak memperoleh suaka; 14. hak atas satu kebangsaan; 15. hak untuk menihak dan membentuk keluarga; 16. hak untuk mempunyai hak milik; 17. hak bebas berpikir, berkesadaran dan beragama; 18. hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat; 19. hak untuk berhimpun dan berserikat; 20. hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama terhadap pelayanan masyarakat. Hak ekonomi, sosial dan budaya berdasarkan pada pernyataan DUHAM menyangkut hal-hal, yaitu: 1. hak atas jaminan sosial; 2. hak untuk bekerja; 3. hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama; 4. hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat buruh; 5. hak atas istirahat dan waktu senggang; 6. hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan kesejahteraan; 7. hak atas pendidikan; 8. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari masyarakat. Dalam UUD 1945 (amademen I-IV UUD 1945) memuat HAM yang terdiri dari hak: hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat; hak kedudukan yang sama di dalam hukum; hak kebebasan berkumpul; hak kebebasan beragama; hak penghidupan yang layak; hak kebebasan berserikat; hak memperoleh pengajaran atau pendidikan.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Secara operasional beberapa bentuk HAM terdapat dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, yaitu: 1. hak untuk hidup 2. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan; 3. hak mengembangkan diri; 4. hak memperoleh keadilan; 5. hak atas kebebasan pribadi; 6. hak atas rasa aman; 7. hak atas kesejahteraan; 8. hak turut serta dalam pemerintahan; 9. hak wanita; 10. hak anak.

RANGKUMAN
Dalam perkembangan pemahaman ide HAM, konsep HAM berdimensi ganda, yaitu dimensi universalitas dan dimensi kontekstualitas. Dua dimensi ini memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan ide-ide HAM di dalam komunitas kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Berkaitan dengan nilai-nilai HAM, ada 3 teori yang dapat dijadikan kerangka analisis, yaitu teori realitas, teori relativisme kultural dan teori radikal universalisme. Dalam kaitan dengan teori nilai HAM, ada dua arus pemikiran yang saling tarik menarik yang dapat melekat relativitas nilai-nilai HAM, yaitu strong relativist dan weak relativist. Contoh nilai-nilai HAM dapat ditemukan dalam: 1. Universal Declaration of Human Rights. 2. Piagam Madinah. 3. Pasal-pasal dalam Deklarasi Kairo. 4. Deklarasi Universal tentang HAM.

You might also like