Professional Documents
Culture Documents
B.2
Ketua: SATRIO BAGOES P. W. Sekretaris: SULTANAH Anggota: M. ABDURRAHMAN NAFILA MAHIDA S. NURVALINDA AS. PEBRIAN RACHMAN TRI WAHYU TUGAS MAHARDIKA YUNITA PANGESTUTI
2
baik, kesadaran compos mentis. Tanda vital : TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 124 x/menit, suhu 38oC Status lokal region abdomen: inspeksi : datar palpasi : ada nyeri tekan perut kanan bawah di titik McBurney perkusi : timpani auskultasi : bising usus (+) normal
4
Dari pemeriksaan di atas, dokter mendiagnosis penyakitnya adalah appendisitis akut dan dianjurkan dirawat untuk dioperasi.
Appendisitis Radang yang terjadi pada usus buntu. Non filling appendix Appendix yang tidak terisi oleh zat kontras pada pemeriksaan foto abdomen. Titik McBurney Suatu titik yang melewati garis SIAS dan umbilicus. Appendikogram Pemeriksaan pencitraan untuk appendix
7
1. Apa penyebab terjadinya appendisitis? 2. Kenapa sakit dari ulu hati turun ke perut kanan bawah dan menetap di sana? 3. Kenapa pasien dianjurkan untuk langsung dioperasi? 4. Apa dampaknya bila pasien tidak dioperasi?
11
1. Obstruksi lumen, bakteri (+), feses yg tdk bisa keluar dr usus buntu, makanan yg tdk dicerna dgn baik. 2. Terdapat sindrom dispepsia akut, infeksi oleh bakteri (+) 3. Agar kondisi pasien tdk tambah buruk: infeksi tdk menyebar, obstruksi tdk terjadi. 4. Agar keadaan pasien tdk tambah buruk. 5. Karena adanya infeksi dan inflamasi.
12
7. Karena appendisitis berada pd titik McBurney & inflamasi sdg terjadi pd appendix tsb. 8. Karena adanya inflamasi.
14
Bakteri/obstruksi lumen/feses yg tdk bisa keluar dr appendix/makanan yg tdk dicerna dgn baik Appendisitis Nyeri tekan di titik McBurney, mual, muntah, demam. Pemeriksaan penunjang: appendikogram bantu tegakkan dx. Segera operasi pasien agar kondisi tidak memburuk
15
16
1. Memahami & Menjelaskan Anatomi Appendix a. Menjelaskan Anatomi Makroskopik Appendix b. Menjelaskan Anatomi Mikroskopik Appendix 2. Memahami & Menjelaskan Fisiologi Appendix 3. Memahami & Menjelaskan Appendisitis a. Menjelaskan Definisi dan Etiologi b. Menjelaskan Patologi c. Menjelaskan Manifestasi Klinis
17
4. Memahami & Menjelaskan Diagnosis a. Menjelaskan Pemeriksaan Fisik b. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang c. Menjelaskan Diagnosis Banding 5. Memahami & Menjelaskan Penatalaksaan Appendisitis a. Menjelaskan Terapi b. Menjelaskan Prognosis
18
19
20
21
Merupakan organ sempit berbentuk tabung Pjg: 8-13 cm Dasar melekat pd posteromedial caecum Diliputi oleh mesoappendix berisi arteria, v. appendicularis, saraf2 Letak: dinding anterior abdomen pd 1/3 bawah garis SIAS umbilicus titik McBurney
22
23
Posisi ujung appendix vermiformis yg umum: Tergantung ke bawah ke dlm pelvis brhadapan dgn dinding pelvis dextra. Melengkung di belakang caecum Menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum Di depan/blkg pars terminalis ileum
24
Tipe appendix vermiformis pada orang mati: Post caecalis 65% Descending (tipe pelvic, 31% di bawah ileum) Subcaecalis 2,6% Ante ilei 1,0% Post ilei 0,4%
25
Tipe appendix pada orang hidup: Ditemukan semua tipe krn caecum selalu berkontraksi sehingga ujung appendix berubah2. Mobile type bisa berubah2 Fixed type ditemukan bila ujung appendix pd peritoneum & tipe retrocaecal
26
Vaskularisasi appendix: A. appendicularis (cab. a. caecalis superior) V. appendicularis v. caecalis posterior Persarafan appendix: Saraf simpatis & parasimpatis (n. vagus) dr plexus mesentericus superior
27
Lumen (L) Debris (panah) Epitel selapis silindris (Ep) Sel goblet (GC) Kriptus Lieberkhn (CL) Lamina propria (LP) Sel limfoid (LC) Limfe noduli (LN) Submucosa (SM) Tunica muscularis mucosa (MM) 28
2. FISIOLOGI APPENDIX
Menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir ini normalnya dicurahkan ke dlm lumen mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir berperan pd patogenesis appendisitis. Pengangkatan appendix tdk mempengaruhi sistem imun tubuh krn jar limf di sini kecil sekali drpd nya di seluruh sal cerna & seluruh tubuh.
29
Faktor pencetus: Sumbatan lumen Hiperplasia jaringan limf Fekalit Tumor appendix Cacing Ascaris Erosi mukosa appendix karena parasit spt E. histolytica
30
b. Patologi Radang appendix ditutup oleh omentum, usus halus, atau adneksa massa periapendikuler (infiltrat appendix) di dalamnya terdapat nekrosis jaringan berupa abses yg dpt mengalami perforasi.
Jika tdk terdapat abses appendisitis dpt sembuh Appendix yg meradang tdk akan sembuh sempurna, bentuk jar parut perlengketan dgn jar sekitar keluhan berulang di perut kanan bawah.
31
c. Manifestasi Klinis
Tanda awal - nyeri di epigastrium/regio umbilicus, mual, anorexia.
Nyeri pindah ke kanan bawah & menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik McBurney - nyeri tekan - nyeri lepas - defans muskuler
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung - nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing) - nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg) - nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti saat bernapas dalam, berjalan, batuk, mengedan. 32
Appendix retrocaecal retroperitoneal: Nyeri perut kanan bawah tdk begitu jelas. Nyeri timbul saat berjalan.
Appendix pd rongga pelvis: Rangsangan sigmoid/rectum peristalsis m. Jika menempel pd VU frekuensi berkemih m
33
b. Pemeriksaan Penunjang
Mkan angka kesalahan dx appendisitis akut. Sebaiknya dilakukan observasi pasien di RS dgn pengamatan setiap 1-2 jam. Foto barium kurang dpt dipercaya. USG, laparoskopi mkan akurasi dx. Leukositosis pd kasus dgn komplikasi
35
c. Diagnosis Banding
Gastroenteritis Demam dengue Limfadenitis mesenterika Kelainan ovulasi Infeksi panggul Kehamilan Kista ovarium terpuntir Endometriosis eksterna Urolitiasis pielum/ureter kanan Penyakit GIT lainnya: divertikulitis Meckel, kolesistitis akut, pancreatitis, karsinoid
36
5. PENATALAKSANAAN a. Terapi Bila dx klinis sudah jelas tx paling tepat & satusatunya: appendektomi. Appendektomi bisa dilakukan scr terbuka/laparoskopi. Appendektomi terbuka insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Perbaikan keadaan umum dgn infus. Pemberian antibiotik.
37
b. Prognosis
Dx yg akurat + pembedahan = morbiditas & mortalitas Dx lambat morbiditas & mortalitas Appendix tdk diangkat serangan berulang
38
De Jong, Wim. 2006. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta:
EGC Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V. Jakarta: EGC Putz, Reinhard & Reinhard Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2 Edisi 22. Jakarta: EGC Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC Sofwan, Achmad. 2009. Tractus Digestivus. Jakarta: FKUY
39
40
41