You are on page 1of 46

PROPOSAL Peningkatan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas II SD Dengan Pendekatan Realistik.

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika

Oleh : Suci fitrianti 2411.039

Dosen pembimbing : M.Imammuddin M.Pd

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul.Peningkatan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas II SD Dengan Pendekatan Realistik. Shalawat beserta salam tidak lupa kita ucapkan kepada nabi junjungan alam yakni nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika. Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Ibunda dan ayahanda tercinta yang telah membantu penulis dengan Doa dan dukungan dalam berbagai hal. 2. Bapak M. Imamuddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika. 3. Rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan dan saran-saran.

Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah bagi Ibunda, Bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika. Bukittinggi, September 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Pembelajaran tersebut diperoleh melalui media dan pengalaman-pengalaman nyata yang dapat dihubungkan dengan pelajaran matematika menurut Gravemeijer (Abdullah, 2008:6).1 Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak, menurut Zainure (2007:1). maksudnya matematika adalah ilmu hitung menghitung yang berhubungan dengan rumus dan angka-angka, maka menyebabkan siswa kesulitan dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru kurang mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan dalam kegiatan sehari-hari siswa dan kurang mengkonkretkan pembelajaran matematika sehingga siswa menganggap matematika itu sulit, terutama bagi siswa kelas II SD yang kurang memahami tentang konsep-konsep matematika.2 Penyampaian pembelajaran yang tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi ide-ide matematika menyebabkan

siswa belajar secara pasif Van de Henvel (Abdullah, 2008:2).3 Konsekwensinya

1 2

Abdullah Bin Abbas, Mematika Realities : Apa Dan Bagaimana ? , (2008), hal. 6 Zainure, Pembelajaran Matematika Realistik (RME), (2007), hal. 1 3 Abdullah Bin Abbas, Mematika Realities : Apa Dan Bagaimana ? , (2008), hal. 6

apabila siswa diberikan soal latihan yang berbeda dengan contoh soal, siswa sering membuat kesalahan dalam memberikan jawaban. Menurut Jenning dalam buku Sriyanto, (2008:6) menyatakan bahwa kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan nyata siswa. Salah satu hal yang menyebabkannya adalah kurangnya minat siswa dalam pelajaran matematika, dan siswa menganggap matematika hanya membuat pusing. Matematika tidak lebih dari sekedar berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka (Ariyanti, 2008:1). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam

memahami materi, pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang menarik sehingga hasil belajar siswa rendah. Pembelajaran matematika haruslah bermakna bagi siswa, supaya siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika dalam situasi kehidupan nyata siswa. Guru dalam mengajar matematika di kelas harus mengaitkan pembelajarannya dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan diberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika tersebut. Berdasarkan pengamatan awal peneliti tentang pembelajaran matemetika di kelas II SDN 10 2x11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman Rabu 7 Januari 2013, diprediksi ada kesulitan siswa terhadap matematika di berikan guru. Hal ini akan memperlambat pencapaian hasil belajar sesuai dengan target kurikulum. Dimana guru menyelesaikan pelajaran di depan kelas siswa mengerti,

tapi bila siswa diberikan soal latihan yang berbeda siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Sedangkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika sesuai dengan tujuan kurikulum dalam proses pembelajaran. guru harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Salah satu cara yaitu dengan menerapkan pendekatan realistik, pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran menurut Abdullah bin abbas (2008:3).4 Pembelajaran dengan pendekatan realistik pertama kali dikembangkan dan dilaksanakan di Belanda dan dipandang sangat berhasil untuk mengembangkan pengertian siswa menurut Ade (2008:1).5 Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik, akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan memahami kembali konsep matematika sehingga siswa mempunyai konsep pengertian yang kuat. Menggunakan realitas yang ada di sekitar siswa maka suasana belajar akan menyenangkan bagi siswa. Sesuai dengan pernyataan Gravemeijer (Yetti, 2004:13) bahwa manusia perlu diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengupayakan berbagai kondisi dan situasi serta permasalahan-permasalahan yang realistik, sehingga pembelajaran bermakna dan
4

Abdullah Bin Abbas, Mematika Realities : Apa Dan Bagaimana ?, (2008), hal. 6 Ade Candra Prayogi, Pendekatan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika ,( 2008), hal. 1

membuat siswa tertarik untuk belajar matematika serta dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas II SD Dengan Pendekatan Realistik.6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana merancang model pembelajaran dengan pendekatan realistik untuk memahami operasi hitung campuran pada siswa kelas II SD Negeri 10 2x11 Kayutanam? 2. Bagaimana melaksanakan pembelajaran operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik di kelas II SD Negeri 10 2x11 Kayutanam? 3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 10 2x11 Kayutanam setelah mengikuti pembelajaran operasi hitung campuran melalui pendekatan realistik? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah maka tujuan penelitian ini dapat mendeskripsikan tentang : 1. Cara merancang model pembelajaran operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik pada siswa kelas II SD.

Yetti Arianti, Pembelajaran Dengan Pendekatan Realistik Untuk Pemahaman Konsep Statiatika Siswa Kelas VI SDN 20 Kubang Payakumbuh, (Malang : 2004), hal. 13

2. Pelakasanaan model pembelajaran dengan pendekatan realistik bagi siswa kelas II SD dalam operasi bilangan campuran pada SD Negeri 10 2x11 Kayutanam. 3. Tingkat pencapaian hasil belajar siswa kelas II SD yang diperoleh melalui pendekatan realistik. D. Manfaat Penelitian Setelah dilaksanakannya penelitian pembelajaran operasi hitung campuran pada siswa kelas II SD Negeri 10 2x11 Kayu Tanam dengan pendekatan realistik, diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu alternatif untuk peningkatan kualitas pendidikan matematika pada umumnya dan pembelajaran operasi hitung campuran khususnya di SD Negeri 10 2x11 Kayutanam. Berdasarkan kepentingannya, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi peneliti Meningkatkan semangat profesionalitas peneliti dalam membelajarkan siswa untuk mata pelajaran matematika dan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti dalam pembelajaran di SD sehingga menjadi guru profesional dapat terlaksana dengan baik. 2. Bagi siswa Untuk melatih keaktifan siswa dalam belajar, dan juga dapat merangsang siswa untuk aktif dalam mengembangkan potensinya. 3. Bagi guru

Menjadi bahan masukan khususnya guru mengajar tentang pembelajaran operasi bilangan campuran pendekatan realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi sekolah Menjadi bahan pertimbangan bagi praktisi pendidikan lainnya dalam membuat kebijakan pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI A Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran disertai oleh sejumlah unsur yaitu tujuan, siswa dan bahan pelajaran, metode dan evaluasi yang kesemuanya harus saling berinteraksi dan saling mengisi, sehingga berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang disebabkan belajar. Suryo (1997:19) menyatakan bahwa pembelajaran meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Di samping itu, Tim Pustaka Yustisia (2008:8-9) menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar hendaknya seluruh komponen terutama guru dan siswa dapat berinteraksi seoptimal mungkin.

2. Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2006:416 ). Mata pelajaran

matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.7 3. Fungsi Matematika Fungsi pembelajaran matematika menurut Depdiknas (2003:6) adalah untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan pendidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat memecahkan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam mengembangkan masalah Hendra (2008:1), matematika berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui pembelajaran matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar, (2006), hal.

416

Jadi pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar dan mengkomunikasikan gagasan melalui kegiatan pendidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat memecahkan masalah melalui pola pikir dan model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan simbol. 4. Tujuan Pembelajaran Matematika Tujuan pembelajaran matematika di SD dalam Depdiknas (2003:417) adalah : agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; c) Memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru hendaknya bisa melaksanakan pembelajaran yang baik, sehingga dapat menjadikan siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-harinya. pembelajaran mengkontruksi Muliyardi matematika (Zainure, adalah 2007: upaya 1), menyatakan siswa bahwa untuk dengan

membantu

konsep-konsep/prinsip-prinsip

matematika

kemampuannya sendiri melalui proses interaksi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali. Sedangkan menurut Sriyanto (2008:3) pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalahmasalah yang sudah dikenal dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari adalah pembelajaran matematika realistik. B Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik 1. Pengertian Pendekatan Matematika Realistik Pendekatan matematika realistik, merupakan suatu teori dalam

pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai sumber pengembangan dan sebagai area

aplikasi melalui proses matematika bersifat horizontal maupun vertikal Treffers (Sriyanto, 2008:7). Contoh matematika bersifat horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia nyata dalam matematika. Jadi matematisasi horizontal bergerak dari dunia nyata ke dalam dunia simbol. Sedangkan matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian. Matematisasi vertikal bergerak dari dunia simbol. Pendekatan ini dikembangkan oleh ahli matematika Belanda yang bernama Fruedenthal (Sutarto, 2005:19) menyatakan bahwa bahan ajar matematika dikaitkan dengan realita dan matematika harus merupakan aktivitas manusia. Freudental pun menekankan bahwa materi matematika dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan matematika melalui kegiatan praktek, serta dapat ditransmisikan sebagai aktifitas manusia. Siswa tidak bisa dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa atau guru. Usaha untuk menemukan kembali konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dapat dilakukan dengan

penjelajahan berbagai situasi nyata (realistik) dan permasalahan-permasalahan dunia nyata De Lange dalam buku Zainure, 2007:3). Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas atau tidak selalu harus masalah dunia nyata tetapi dapat berupa masalah matematika yang dapat dibayangkan siswa. Dalam pandangan ini aktivitas siswa merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu guru harus menyediakan alat-alat dalam pembelajaran, supaya dapat memberikan semangat pada siswa sehingga bisa membawa siswa kedepan kelas untuk menyampaikan ide-idenya. Dalam buku Gravemeijer (Sunardi, 2001:3) menyatakan bahwa Matematika adalah aktivitas manusia yang perlu diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide dan dilakukan dengan mengupayakan berbagai kondisi dan situasi serta permasalahan-permasalahan yang realistik. Proses menemukan kembali konsep matematika dapat diinformasikan melalui dua jenis matematisasi yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Pada matematika horizontal siswa mengorganisasikan dan

menyelesaikan suatu masalah yang ada pada situasi nyata, misalnya siswa dapat mengidentifikasikan, merumuskan, dan memecahkan masalah dengan cara yang berbeda, serta dapat menyelesaikan masalah nyata dalam pembelajaran matematika. Jadi, matematisasi horizontal bergerak dari dunia nyata kedalam dunia simbol. Sedangkan pada masalah matematisasi vertikal proses pengorganisasian masalah kembali menggunakan konsep matematika itu sendiri, misalnya siswa dapat menpresentasikan hubungan-hubungan

dalam

rumus,

menggunakan

model-model

yang

berbeda

dan

menggeneralisasikannya. Jadi, matematisai vertikal bergerak dari dunia simbol. Matematika horizontal dalam buku De Lange (Sriyanto, 2008:7) bertujuan agar siswa menggali masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek matematika yang ada pada masalah tersebut. Sedangkan matematisasi vertikal siswa tiba pada tahap pembentukan konsep. Pembelajaran akan bermakna bagi siswa bila yang abstrak menjadi kongkret, sehingga konsep matematika yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa. Sehinga memberikan rasa puas bila mereka dapat menyelesaikan suatu masalah bukan karena gurunya, melainkan atas penalarannya sendiri. 2. Karakterisitik Pembelajaran Matematika Realistik Secara umum teori pembelajaran matematika realistik dalam buku Treffers (Abdullah, 2008:4) terdiri dari lima karakteristik yaitu: a. Menggunakan konteks yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar. Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dimana titik awal

pembelajaran haruslah nyata bagi siswa untuk menjelajahi situasi yang diberikan dan mengidentifikasi hubungan matematika, membuat skema dan memvisualisasikan untuk menemukan keteraturan serta

mengembangkan model hasil dalam konsep matematika.

b. Penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus. Model yang dimaksudkan disini adalah model situasi dari konkret ke abstrak, atau konteks formal ke informal yang dikembangkan sendiri oleh siswa. Dengan kata lain siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. c. Mengaitkan sesama topik dalam matematika, struktur matematika saling berkaitan, oleh karena itu keterkaitan antar topik harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran. d. Penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dapat berupa negosiasi, pembenaran, pertanyaan, atau refleksi, dan penjelasan yang bertujuan untuk mencapai bentuk formal. e. Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa. Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik guru harus memberi kesempatan siswa untuk berperan aktif selama pembelajaran, sehingga mereka merasa terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran, (Yetti, 2004:15). Guru harus mengembangkan instruksi interaktif yang tinggi dalam proses pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator, siswa bebas mengeluarkan ide-idenya dalam mengambil keputusan tentang ide mana yang benar, dan mudah dipahami. 3. Pinsip-prinsip pembelajaran matematika realistik

Dalam buku Gravemeijer (Yetti, 2004:17) tiga prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik yaitu : a. prinsip melalui bimbingan guru dari topik-topik yang disampaikan, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali tentang konsep-konsep matematika. Prinsip penemuan didapat dari proses penyelesaian informal, yang selanjutnya digunakan terhadap prosedur formal. b. prinsip siswa dalam mempelajari matematika harus dimulai dari masalahmasalah kontekstual yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Disini siswa mendapatkan gambaran tentang pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika yang dipelajari dengan mempertimbangkan kecocokan konteks dalam pembelajaran. Model dan prosedur diusahakan siswa yang menemukannya bukan diajarkan guru. c. prinsip ini merupakan jembatan antara pengetahuan matematika informal dengan formal dari siswa, kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model-modelnya sendiri. Disini guru bertindak sebagai fasilitator, sehingga guru dituntut untuk memahami bagaimana cara memberikan bantuan agar proses kontruksi siswa dalam pikirannya dapat terbentuk. Guru bertanggung jawab terhadap tugas untuk membantu siswa, bukan memberi penjelasan kepada siswa. Dalam pembelajaran matematika, guru harus memberi kesempatan kepada siswa

untuk berperan aktif, sehingga mereka terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam buku Streefland (Johar, 2001:8) mengemukakan lima prinsip mayor dalam proses pembelajaran yang berbasis realistik, yaitu: a. Pengkonstruksian dan pengkonkretan (contructing and concreting). Maksudnya, bahwa belajar matematika merupakan aktivitas konstruktif, dan dimulai dari orientasi konkret terhadap skill yang dipelajari. b. Level dan model (levels and models). Maksudnya level dari aritmatika informal menuju level aritmatika formal, untuk itu siswa perlu diberi jembatan untuk menghindari pemisah antara konkret dan abstrak dengan alat peraga, model visual, memodelkan situasi, skema, diagram, dam simbol-simbol. c. Refleksi dan penilaian khusus (reflection and special assignment). Refleksi maksudnya memahami proses berfikir seseorang. Sedangkan penilaian khusus maksudnya menilai kemungkinan jawaban siswa yang bervariasi. Misalnya dalam melakukan operasi hitung campuran, penilaiannya terdiri dari banyaknya siswa yang bisa menyelesaikan permasalahan, level skematisasi siswa, kemungkinan kesalahan sistematis, atau penggunaan algoritma dalam menyelesaikan masalah. d. Interaksi dan konteks sosial (social context and interaction). Maksudnya pendidikan matematika pada dasarnya bersifat interaktif. Dimana siswa

diberi kesempatan untuk bertukar ide, berbantahan argumen, dan sebagainya. Jadi pengajaran diarahkan pada konteks sosio-kultural. e. Penstrukturan dan pengkaitan (structuring and interweaving). Maksudnya, belajar matematika bukanlah merupakan kumpulan dari pengetahuan dan skill yang terpisah satu sama lain, tetapi merupakan kesatuan yang terstruktur. Jadi dalam pembelajaran matematika guru harus mengaitkan pembelajaran dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkontruksi sendiri ide-ide matematika, agar pembelajaran bermakna bagi siswa. 4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Matematika Realistik a. Kelebihan pendekatan matematika realistik Dalam buku Gravemeijer (Sugiman, 2000:168), menyatakan bahwa dalam pengajaran dengan pendekatan realistik di samping menawarkan cara untuk mencegah kesalahan siswa juga dapat untuk mempelajari proses solusi menurut pola pikir siswa dalam pembentukan konsep dan relasi matematika dengan pelajaran lain. Menurut Ade (2008:4) dalam uji coba pembelajaran matematika secara realistik ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan pendekatan Realistik adalah : a) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas yang ada disekitar siswa, b) Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya

maka siswa tidak mudah lupa dengan materi, c) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban ada nilainya, d) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan berani mengemukakan

pendapat, e) Pendidikan budi pekerti, misal : saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara. kekurangannya adalah : a) Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa masih kesulitan dalam menemukan jawaban sendiri,b) Untuk memahami satu materi pelajaran dibutuhkan waktu yang cukup lama, c) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu, d) Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam

evaluasi/memberikan nilai. Berdasarkan temuan tentang kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik, maka guru hendaknya dapat : (1) Memilih dan menggunakan strategi atau metode yang dapat memotivasi siswa aktif secara mental, maupun sosial dalam kegiatan pembelajaran, (2) Membimbing siswa ke arah menebak, berbuat, mencoba sehingga siswa mampu menjawab permasalahan yang mengarah kepada pertanyaan kapan?, dalam konteks apa?, dan mengapa? mereka menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. b. Kelemahan pendekatan matematika realistik

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : (1) Memotifasi siswa untuk aktif dalam kegiatan selama pembelajaran berlangsung, (2) Membuat kelompok belajar kecil, karena dapat membantu guru dalam memberikan bimbingan, (3) Memberikan bimbingan pada siswa yang memerlukan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan sederhana dan dianggap realistik bagi siswa, menurut chandra prayogi (2008:6). Walaupun pada pembelajaran dengan pendekatan realistik mempunyai kekurangan-kekurangan, diharapkan kekurangan-kekurangan tersebut dapat teratasi bila penerapannya dilakukan dengan bersungguh-sungguh,

memanfaatkan fasilitas pembelajaran secara optimal, dan guru harus senantiasa mengembangkan pengetahuannya tentang model belajar dengan pendekatan realistik. 5. Tahap-tahap Pembelajaran Matematika Realistik Sutarto (Sugiman, 2000:168), mengemukakan proses pengajaran dengan pendekatan realistik terdiri dari 4 tahap yaitu: a. Tahap pendahuluan. Pada tahap ini pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah real bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan siswa agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Hal ini dimaksudkan supaya siswa terlibat dalam pembelajaran secara bermakna.

b. Tahap pengembangan model simbolik. Dalam tahap ini siswa masih dihadapkan pada masalah real. Siswa mengembangkan model sendiri dalam menyelesaikan masalah dari bentuk konkret ke abstrak. c. Tahap penjelasan dan alasan. Pada tahap ini siswa diminta untuk memberikan alasan atas jawaban yang diberikan, jika jawaban yang diberikan siswa salah, maka guru dapat melemparkan pertanyaan pada siswa lain sehingga terjadi interaksi yang efektif dan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. d. Tahap penutup. Pada tahap ini guru memberikan arahan pada siswa untuk mengumpulkan atau merangkum dari masalah dalam kehidupan seharihari yang telah dikerjakan siswa. Menurut Freudental (Hadi, 2003: 21) pada pembelajaran dengan pendekatan realistik ada 5 tahapan yang perlu dilalui oleh siswa, yaitu: penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, kepercayaan diri, dan representasi. a. Pada tahap penyelesaian masalah, siswa diajak mengerjakan soal-soal dengan menggunakan langkah-langkah sendiri. Patut dihargai adalah bahwa penggunaan langkah ini tidak berlaku baku atau sama seperti yang dipakai pada buku atau yang digunakan guru. Siswa dapat menggunakan cara atau metode yang ditemukan sendiri, yang bahkan sangat berbeda dengan cara atau metode yang digunakan oleh buku atau oleh guru.

b. Pada tahap penalaran, siswa dilatih untuk bernalar dalam mengerjakan setiap soal yang dikerjakan, artinya pada tahap ini siswa harus dapat mempertanggung jawabkan cara atau metode yang dipakainya dalam mengerjakan tiap soal. c. Pada tahap komunikasi, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan jawaban yang dipilih pada teman-temannya. Siswa berhak pula menyanggah atau menolak jawaban milik teman yang dianggap tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri. d. Pada tahap kepercayaan diri, siswa diharapkan mampu melatih kepercayaan diri dengan cara mau menyampaikan jawaban soal yang diperolehnya kepada teman-temannya dengan berani maju ke depan kelas. Jika jawabannya berbeda dengan jawaban temannya, siswa diharapkan mau menyampaikannya dengan penuh tanggung jawab dan berani baik secara lisan maupun secara tertulis. e. Pada tahap representasi, siswa memperoleh kebebasan untuk memilih bentuk representasi yang dia inginkan (benda konkret, gambar atau lambang-lambang matematika) untuk menyajikan atau menyelesaikan masalah yang dia hadapi siswa membangun penalarannya, kepercayaan dirinya melalui bentuk representasi yang dipilihnya. Berdasarkan tahap-tahap pembelajaran yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti mengambil tahap-tahap pembelajaran realistik yang

dikemukakan oleh Sutarto. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran operasi hitung

campuran dengan pendekatan realistik diuraikan menjadi 3 kegiatan sebagai berikut : 1. Kegiatan awal Tahap pendahuluan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran operasi hitung campuran dengan maksud untuk memberi siswa informasi tentang arah

pembelajaran, sehingga kegiatan siswa terfokus pada arah tujuan pembelajaran b. Siswa dimotivasi untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran operasi hitung campuran, guru memotivasi siswa dalam mengoperasikan hitungan campuran ini dalam kehidupan sehari-hari siswa. c. Mengingat materi prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari operasi hitung campuran, guru mengecek pengetahuan prasyarat siswa. d. Dilanjutkan dengan pemberian wacana hitungan yang realistik kepada siswa. Tujuannya adalah agar siswa termotivasi untuk mengidentifikasi hubungan matematika ke arah matematika formal sampai ke pembentukan konsep. Masalah realistik yang diberikan merupakan topik awal pembelajaran yang dikenal siswa. Pada tahap pendahuluan ini, karakteristik pembelajaran matematika realistik yang terlihat adalah adanya pengaitan dan penggunaan masalah

kontekstual yang dijadikan dasar untuk tahap awal dalam pembelajaran matematika formal sampai pada pembentukan konsep. 2. Kegiatan inti Tahap pengembangan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Siswa secara berkelompok, menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan guru dalam bentuk LKS. Dalam menyelesaikan masalah, siswa terlibat dalam kegiatan yang ada pada LKS, berdiskusi secara mandiri maupun kelompok. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator, dan memberi penjelasan atau menjawab pertanyaan siswa secara individual atau kelompok jika diperlukan ( terjadi matematisasi horizontal ). b. Tahap penjelasan dan alasan : guru meminta setiap kelompok untuk menjelaskan hasil kerja mereka, sedangkan siswa lain diminta untuk mengomentari penjelasan temannya. Guru bertindak sebagai pembimbing, penegosiasi dalam menyeleksi berbagai temuan siswa. Langkah ini bertujuan untuk melatih siswa mengeluarkan ide, interakasi siswa dengan siswa, dan interaksi siswa dengan guru. c. Guru memberi arahan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan matematika formal. d. Siswa menyelesaikan masalah matematika secara individual, agar siswa aktif dan mandiri menyelesaikan masalah yang diberikan.

e. Guru memberikan komentar, pertanyaan atau mengkonfrontasikan jawaban siswa secara klasikal ( terjadi matematika vertikal ). Pada tahap ini prinsip pembelajaran matematika yang muncul adalah percaya diri dan karakteristik dalam pembelajaran matematika secara fertikal. 3. Kegiatan Akhir: Tahap penutup, pada tahap ini akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru. Pelaksanaan kegiatannya adalah: a. Siswa membuat rangkuman di bawah bimbingan guru. Tujuannya untuk melihat apakah materi yang diberikan sudah dipahami siswa. b. Guru memberi contoh nyata terhadap materi yang dipelajari, agar pengetahuan yang diperoleh tertanam kuat dalam benak siswa sehingga tidak mudah terlupakan. c. Memberi tes akhir pada siswa, tujuannya adalah untuk mendapatkan umpan balik terhadap pemberian tindakan, dan untuk melihat apakah terdapat peningkatan kualitas pembelajaran, serta untuk mengetahui apakah perubahan strategi pembelajaran perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan. 6. Tinjauan Materi Operasi Hitung Campuran Berdasarkan Kurikulum SD Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar tahun 2006, materi operasi hitung campuran terdapat di kelas II semester II. Standar kompetensinya adalah melakukan perkalian dan pembagian, kompetensi dasarnya melakukan operasi hitung campuran. Materi

pokoknya adalah menyelesaikan masalah sehari-hari yang menggunakan perkalian dan pembagian. Materi yang diambil disini adalah tentang menyelesaikan masalah sehari-hari yang mengunakan perkalian dan pembagian bagi kelas II, yang membahas tentang cara melakukan operasi hitung campuran bagi siswa kelas II. 7. Pembelajaran Operasi Hitung Campuran Dengan Pendekatan Realistik Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila pembelajarannya dimulai dengan masalah-masalah realistik, selanjutnya siswa diberi

kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya. Menurut Gravemeijer (Buyung, 2006:13) pengajaran matematika dengan pendekatan realistik, di samping menawarkan cara untuk mencegah kesalahan siswa, juga dapat untuk mempelajari proses solusi menurut pola pikir siswa dalam pembentukan konsep dan hubungan matematika dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran operasi hitung campuran di SD dalam pembelajaran tradisional sering tidak melibatkan siswa secara aktif dan sulit untuk menguasai matematika secara baik, termasuk materi operasi hitung campuran. Guru lebih berperan dalam pembelajaran operasi hitung campuran daripada siswa sehingga, siswa secara pasif menerima pembelajaran tersebut. Guru biasanya langsung memberikan contoh soal yang diselesaikan secara formal

dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian latihan dan soal. Sebagai contoh misalnya penyajian pembelajaran operasi hitung campuran seperti berikut: 1. 3 x 6 : 2 = ...... 2. 4 x 6 : 6 = ...... Berbeda dengan pembelajaran tradisional, pembelajaran operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik melibatkan siswa secara aktif memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horizontal dengan matematisasi vertikal. Pembelajaran dengan pendekatan realistik pengalaman belajar harus dimulai dari sesuatu yang nyata bagi siswa. Hal ini berarati bahwa suatu pembelajaran tidak dimulai dari yang formal, melainkan lebih banyak dari nalar siswa. Berhubung materi operasi hitung campuran, sering kita jumpai masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, maka dalam pembelajaran operasi hitung campuran sebaiknya siswa dilibatkan secara aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari, yaitu konsep perkalian dan pembagian serta cara melakukan operasi hitung campuran. Berikut contoh pembelajaran operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik : 4. Kegiatan awal Guru memulai proses pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Maksudnya supaya siswa lebih terarah dalam melaksanakan kegiatan agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang telah di

rencanakan. Adapun tujuan pembelajarannya adalah : (1) siswa dapat mengalikan dan membagi bilangan dua angka dengan bilangan satu angka dengan benar, (2) siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian dan pembagian, (3) siswa dapat melakukan operasi hitung campuran dengan benar. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan memotivasi siswa tentang kepentingan materi operasi hitung campuran dalam kehidupan seharihari. Tahap pendahuluan : guru memberi petunjuk pengisian LKS, menyuruh siswa membaca LKS yang dibagikan, meminta siswa memahami masalah realistik yang diberikan guru tentang operasi hitung campuran. 5. Kegiatan inti Tahap pengembangan model simbolik: siswa secara individu maupun kelompok menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan dengan cara mereka sendiri, dan siswa mengembangkan strategi untuk pemecahan masalah yang diberikan. Dalam pemecahan masalah tersebut siswa diberikan media yang sesuai. Masalahnya seperti berikut : Rizky membeli 3 kotak lilin, setiap kotak berisi 6 batang lilin. Berapa jumlah lilin yang dibeli Rizky? Kemudian lilin tersebut dibagikan kepada 2 orang adiknya. Berapa batang lilin yang diterima oleh masing-masing adiknya?

Dari masalah di atas siswa menyelesaikannya dengan model yang ditemukan oleh masing-masing kelompok, dan guru membimbing siswa dalam berdiskusi. Siswa menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara yang ditemukannya, misalnya menggabungkan ketiga kotak lilin kemudian dihitung jumlah seluruhnya. Kemudian hasilnya dituliskan pada lembar jawaban : 6+6+6=18 3 x 6 =18 Kemudian salah seorang anggota kelompoknya memberikan 2 batang lilin kepada dua orang temannya secara berulang-ulang sampai lilin tersebut habis. 18-2-2-2-2-2-2-2-2-2 = 0

Kemudian mereka menghitung berapa kali mereka memberikan lilin kepada temannya sampai lilin habis. Kemudian dituliskan pada lembar jawaban. 18 : 2 = 9, jadi bentuk matematikanya

3x6:2=9 Semua siswa aktif melakukan kegiatan yang ada pada LKS. Guru membimbing dan memotivasi siswa dalam diskusi. Tahap penjelasan dan alasan, setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta siswa untuk melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas. Kelompok yang tampil diminta untuk menjelaskan model yang mereka pakai dalam menyelesaikan masalah yang ada pada LKS. Kemudian kelompok lain

memberikan tanggapan kepada kelompok yang tampil 6. Kegiatan akhir Tahap penutup, pada tahap ini siswa membuat rangkuman dengan bimbingan guru. Tujuannya adalah untuk memudahkan guru merefleksi tentang pemahaman siswa. Selanjutnya guru memberikan penekanan tentang materi yang dipelajari sebagai rangkuman. Kegiatan diakhiri dengan memberikan tes akhir, untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik. Pembelajaran operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik diharapkan dapat memberikan efek yang positif terhadap siswa yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah.

C. Hasil Belajar Kehidupan manusia setiap saat selalu mengalami proses belajar. dalam proses belajar yang dilakukan manusia akan diperoleh hasil belajar. Belajar yang

dilakukan manusia baik secara formal maupun informal. Setelah proses belajar mengajar diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pada siswa dalam kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa dinamakan hasil belajar. Seorang guru harus mampu dalam melaksanakan hasil belajar, agar guru dapat mengukur dan menilai sampai sejauh mana siswa yang mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai keberhasilan. Dalam

menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar tidaklah merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Dari kemungkinan di atas, guru diharapkan dapat melaksanakan kegiatan penilaian dengan baik dan tepat jangan sampai terjadi kesalahan dalam menetapkan keputusan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam melakukan proses belajar dapat diketahui melalui test atau ujian. Menurut Suharsini Arikunto (Rosna, 2006:8), tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui, apakah materi yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Penilaian hasil belajar sangat penting untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui kecocokan metode yang dipakai oleh guru dalam mengajarkan materi tertentu. Hasil belajar adalah akibat yang ditimbulkan dari proses pembelajaran yang dilakukan pada diri siswa berupa kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari kemampuanya dalam mengingat pelajaran yang

telah disampaikan selama pembelajaran yang dinyatakan dalam skor dari hasil tes dan bagaimana siswa tersebut bisa menerapkannya serta mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya. D. Kerangka Teori Matematika bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan matematika realistik merupakan suatu teori dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas dan harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Karakteristik pendekatan matematika realistik adalah: 1. Penggunaan masalah kontekstual 2. Menggunakan model-model 3. Kontribusi siswa 4. Interaksi 5. Pengaitan

Hasil belajar diperoleh dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia baik secara formal maupun informal. Setelah proses belajar diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pada siswa dalam kognitif, afektif, dan psikomotor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 2x11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman. Pemilihan lokasi ini berdasarkan kepada beberapa pertimbangan sebagai berikut : a. Kepala sekolah bersedia menerima inovasi pendidikan terutama dalam kegiatan belajar mengajar. b. Guru tidak keberatan untuk menerima pembaharuan terutama dalam

kegiatan belajar mengajar. c. Berdasarkan pengamatan penulis pengajaran matematika di sekolah tersebut belum pernah menggunakan pendekatan realistik.

d. Lingkungan sekolah yang mendukung. 2. Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 10 2x11 Kayu Tanam. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II, yang terdaftar pada semester II tahun ajaran 2012/2013, dengan jumlah siswanya 26 orang, 10 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah : a. Peneliti sebagai guru praktisi pada kelas II SDN 10 2x11 Kayu Tanam. b. Dua orang pengamat yaitu teman sejawat dan guru kelas yang bersangkutan. 3. Waktu Penelitian dan Lama Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester VI perkuliahan dan bertepatan dengan semester II tahun ajaran 2011/2012. yang dimulai pada bulan Januari sampai bulan Maret 2013, yang terdiri dari siklus I dan II. B. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini berkenaan dengan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran dalam suatu kelas. Pendekatan kualitatif digunakan karena suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan serta perilaku yang diamati dari orang-orang atau sumber informasi (Boydar dan Taylor, 1992:21).

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Action Research. Oleh sebab itu sesuai dengan penelitian tindakan kelas, maka masalah penelitian yang harus dipecahkan berasal dari persoalan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. 2. Alur Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis (dalam Ritawati, 2007:21). Model siklus ini mempunyai empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan II. Pada stiap akhir siklus dilakukan tes hasil belajar. Pada setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar.

Alur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: BAGAN ALUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kelas II SD Melalui Pendekatan Realistik di SDN 10 2x11 Kayu Tanam Kab.Padang Pariaman
Peningkatan hasil belajar matematika kelas II melalui pendekatan realistik di SDN 10 2x11 Kayu Tanam Kab.Padang Pariaman. Rencana I Rancangan pembelajaran I

Siklus I

Tindakan dan pengamatan

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Menjelaskan materi 3. Membentuk kelompok 4. membagikan LKS 5. Melaporkan hasil kerja 6. Membantu menarik kesimpulan 7. Memberikan penilaian

Refleksi I

Observasi dan diskusi

Pada siklus I Belum berhasil Simpulan

Rencana II

Rancangan pembelajaran II

Siklus II

Tindakan dan pengamatan

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Menjelaskan materi 3. Membentuk kelompok 4. Bekerja dalam kelompok 5. Membagikan LKS 6. Membimbing kelompok mengerjakan LKS 7. Melaporkan hasil kerja 8. Membantu menarik kesimpulan 9. Memberikan penilaian Observasi dan diskusi Berhasil Laporan

Refleksi II

3. Prosedur Penelitian Tahap-tahap penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan. Dalam penelitian ini dilakukan mulai dari refleksi awal dan dilanjutkan dengan pelaksanaan dengan tahap sebagai berikut: a. Refleksi awal 1) Melakukan orientasi dan observasi pendahuluan sebagai dasar untuk menentukan fokus penelitian 2) Mengadakan diskusi dengan guru dan kepala sekolah tentang perencanaan penelitian yang dilakukan 3) Mempersiapkan perangkat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian 4) Mengemukakan kesulitan yang terjadi dari hasil tes. b. Perencanaan Sebelum melakukan penelitian kegiatan ini dimulai dengan

menentukan jadwal penelitian. Dimana sebelumnya peneliti meminta

persetujuan kepala sekolah dan guru kelas untuk melakukan penelitian. Setelah itu peneliti membicarakan dengan guru kelas kapan dilaksanakannya penelitian itu. Setelah didapat waktu pelaksanaannya penelitian langkah selanjutnya yaitu mengkaji Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Di dalam kurikulum itu terdapat standar kompetensi yang merupakan tujuan umum dari pembelajaran yang harus di capai siswa. Kompetensi dasar adalah penjabaran dari standar kompetensi. Kegiatan selanjutnya adalah membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Dimana dalam RPP ini tergambar secara rinci apa tujuan pembelajaran yang akan dicapai, kegiatan yang dilakukan dalam

pembelajaran, baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa dan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang pembelajaran. Selain itu peneliti juga membuat soal yang akan diberikan kepada siswa. Setelah melakukan kegiatan di atas, kegiatan selanjutnya adalah menyusun lembar observasi. Lembar observasi ini berguna untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui apa saja kekurangan yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran selanjutnya. c. Pelaksanaan Setelah penyusunan RPP, maka peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua

siklus. Satu siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan dengan alokasi waktu setara dengan empat kali pertemuan (8x35 menit). Sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan dilakukan oleh guru kelas sebagai observer dan peneliti sebagai praktisi. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran operasi hitung campuran dengan menggunakan pendekatan realistik. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut: (1) menggunakan masalah kontekstual tentang operasi hitung campuran; (2) menggunakan model-model; (3) menggunakan konstruksi; (4) menggunakan interaktif; (5) menggunakan keterkaitan masalah operasi hitung campuran dalam kehidupan. d. Pengamatan Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran dilakukan untuk

mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas II dan teman sejawat (observer). Peneliti dan observer dalam kegiatan berusaha mengenal,

mendokumentasikan semua kegiatan pembelajaran yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak intervensi dalam pembelajaran tersebut. Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari siklus I sampai siklus II. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. e. Refleksi

Refleksi diadakan setiap tindakan terakhir. Pada kegiatan ini peneliti dan guru mengamati lembaran observasi yang telah dilakukan. Serta melakukan diskusi tentang kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pembelajaran yang telah dilakukan. Apabila terdapat kekurangan maka dilakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran. Selain itu guru dan peneliti mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai masukan pada tindakan selanjutnya. Selain itu, hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun simpulan terhadap hasil tindakan I, dan II. C. Data dan Sumber Data 1. Data Dalam Penelitian Data penelitian kelas ini berupa hasil pengamatan, tes, aktivitas guru, siswa, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pembelajaran operasi hitung campuran, data tersebut berupa : data perencanaan, data pelaksanaan dan data hasil. a. Data perencanaan Perencanaan yang terdapat dalam rancangan pembelajaran guru secara tertulis berupa rumusan tujuan pembelajaran, penyusunan KBM, materi dan sumber belajar, dan perencanaan evaluasi. b. Data pelaksanaan

Data tentang proses pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan interaksi belajar antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam pembelajaran operasi hitung campuran dengan pendekatan realistik. Data tersebut berupa catatan pengamatan tentang aktivitas guru dan siswa dalam tahap pendahuluan, tahap pengembangan model simbolik, tahap penjelasan dan alasan, dan tahap penutup. c. Data hasil Data tentang hasil jawaban siswa sesudah tindakan dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Data tersebut berupa hasil tes yang diberikan kepada siswa tentang operasi hitung campuran. 2. Sumber Data Data diperoleh dari tes observasi lapangan yang akan diteliti yaitu siswa kelas II SDN 10 2x11 Kayu Tanam Kab.Padang Pariaman.

D. Instrumen penelitian Prosedur pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh, data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi aktivitas guru dan siswa, serta pengambilan gambar pada saat adalah sebagai

pembelajaran belangsung. Untuk masing-masinng uraiannya berikut:

1. Tes dilakukan untuk informasi tentang kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran matematika. Tes ini dilakukan pada awal dan setiap akhir

tindakan dengan tujuan untuk : a) memperoleh data kemajuan siswa, b) kepentingan analisis dan, c) merumuskan refleksi untuk tindakan selanjutnya. 2. Observasi, bertujuan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan tindakan, serta mengkaji sejauh mana pemberian tindakan menghasilkan perubahan sesuai yang dikehendaki peneliti. Berpedoman pada lembar observasi, observer (guru kelas II dan teman sejawat) mengamati apa yang terjadi dalam yaitu: a. Kegiatan awal: tahap pendahuluan: (a) memberikan motivasi kepada siswa tentang manfaat operasi hitung campuran dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Apersepsi yaitu tanya jawab dengan siswa tentang operasi hitung campuran (perkalian dan pembagian), (b) menyampaikan tujuan pembelajaran, (c) membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok, (d) membagikan LKS. b. Kegiatan inti: (a) memberikan masalah yang nyata bagi siswa berhubungan dengan operasi hitung campuran, (b) meminta siswa memahami masalah yang diberikan guru, (c) membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Tahap pengembangan model simbolik: (d) meminta siswa aktif bekerja dalam kelompok, (e) menyuruh siswa mengembangkan idenya dalam membuat model matematika dengan proses pembelajaran,

memanfaatkan

lilin untuk menyelesaikan masalah yang diberikan di

dalam kelompoknya, (f) membimbing siswa bila siswa tidak menemukan model matematika, (g) menyuruh siswa menentukan lambang matematika dari setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Tahap penjelasan dan alasan: (h) meminta siswa mencatat hasil diskusi, (i) meminta wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas, (j) meminta kelompok lain memberikan tanggapan hasil diskusi kelompok temannya, (k) meminta siswa mengajukan ide/gagasan yang mereka temui. Tahap penutup: (l) membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran. c. Kegiatan akhir: (a) memberikan latihan pada siswa, (b) tindak lanjut kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran di kelas dan guru kelas selaku observer. Peneliti bertugas menyaring, menilai, menyimpulkan, dan memutuskan data yang digunakan. E. Teknik Analisis Data Data yang di peroleh dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan model analisis data kualitatif. Model analisis data kualitatif, yaitu analisis data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul Miles (Ritawati, 2006:78). Tahap analisis data tersebut antara lain : 1. Menelaah data yang terkumpul baik melalui observasi maupun tes

2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian semua data yang terkumpul dikelompok-kelompokan dan diseleksi sesuai dengan fokus masing-masing 3. Menyajikan data, dilakukan dengan cara mengorganisasikan data yang telah direduksi melalui rangkuman yang disajikan secara terpadu

4. Menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara : a. peninjauan kembali lembaran observasi aktivitas guru dan siswa b. bertukar pikiran dengan teman sejawat dan guru. Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan evaluasi. Analisis data dilakukan dengan cara terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung dan menghambat pembelajaran. Pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan. Kriteria keberhasilan setiap tindakan adalah sebagai berikut : seluruh aktivitas guru dan siswa mencapai keberhasilan. Hasil belajar siswa yang diharapkan berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas yang bersangkutan dan standar ketuntasan materi di SDN 10 2x11 Kayu Tanam adalah 70 atau 70%. Jadi diharapkan keberhasilan yang dicapai adalah 70%. Jika belum berhasil maka siklus diteruskan.

You might also like