You are on page 1of 6

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Kesulitan yang utama yang dialami masyarakat berekonomi lemah adalah dalam memenuhi kebutuhan pangan dengan jumlah dan kualitas yang cukup bagi anggota keluarganya. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan manusia, masa balita merupakan periode terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Buku pedoman Depkes RI (2002a) dalam Nasution (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan seorang anak tidak hanya sekedar gambaran perubahan ukuran tubuh semata, melainkan memberikan suatu keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi anak. Asupan pangan yang cukup memengaruhi perkembangan otak yang berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu pangan menjadi salah satu faktor yang paling mendominasi dalam masalah kurang gizi yang berlanjut pada gizi buruk pada anak (Alfiasari dkk, 2008). Anak dengan gizi buruk akan cenderung lebih rentan terhadap penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan masalah pada pencernaan misalnya diare. Buletin Departemen Kesehatan (2011) menjelaskan bahwa penyakit ISPA dan diare sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih tiap balita(emang balita udh tw prilaku hidup bersih ??? -.-a ) pola asuh terhadap balita, seperti tersedianya air minum bersih dan sanitasi lingkungan yang higienis.

Hidayat dkk (2010) menjelaskan bahwa gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan satu sama lain, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Asupan pangan yang berupa(diberikannya kan gak berupa itu semua, tp brupa nasi, sayur dll ) mengandung karbohidrat, protein dan vitamin merupakan faktor secara langsung yang mempengaruhi gizi anak, sedangkan faktor tidak langsung adalah dari tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, pola asuh, pelayanan kesehatan, serta faktor lingkungan juga ikut ambil bagian memberikan pengaruh (Lubis, 2006). Menurut teori kesehatan dan gizi, pendidikan orang tua sangat memengaruhi pengetahuan yang didapat mengenai gizi khususnya bagi seorang ibu. Ketika pengetahuan seorang ibu tentang mengenai gizi baik, maka diharapkan dapat mengubah perilaku yang kurang benar dalam pememilihan dan pmenyusunan menu makan seimbang (Nurlila, 2006). Pernyataan tersebut didukung oleh Menurut Soekirman (2000) dalam(jangan kebanyakan sitasi dalam-dalam) Lubis (2008) yang menyebutkan bahwa pola asuh anak yang kurang memadai (kyk lbih cocok bwt fasilitas, kurg memadai, tp gk tw jg :3 ) merupakan penyebab timbulnya kurang gizi pada balita. Pengasuhan anak merupakan faktor yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan balita. Pada masa-masa inilah anak cenderung sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai dan seimbang. Nurlila (2006) juga menyebutkan bahwa akibat dari kesibukan dari orang tua, akhirnya gizi dan kesehatan anak kurang mendapat perhatian. Kesehatan lingkungan juga menjadi penentu dalam masalah gizi buruk. Kondisi lingkungan seperti

kondisi perumahan yang ditempatitempat tinggal, penyediaan air bersih serta tempat pembuangan akhir (tinja) mempunyai pengaruh pada status kesehatan penghuninya karena ada bibit penyakit yang bisa ditularkan melalui air yang telah terkontaminasi (Santi dkk, 2012). Survei penduduk yang dilakukan (GPT -.-a )Badan Pusat Statistik tahun 2011 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Jawa Timur saat ini 37.687.622 jiwa dengan luas wilayah 46.428 km2 dan merupakan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Balita dengan status gizi buruk di Jawa Timur pada tahun .... juga ikut menyumbang jumlah bayi dan balita penderita gizi buruk yang(gk ush bertele-tele...., -.-a ) mencapai 434 ribu jiwa di tahun 2010. Survey pemantauan status gizi (PSG) keluarga sadar gizi (kadarzi) diketahui juga pada tahun 2010 prevalensi gizi buruk di Jawa Timur adalah sebesar 2,5 %. (lebih baik dipindah ke sblum hidayat, hal 2) Oleh sebab itu akan dilakukan (kata sambung gak boleh di depan cuy) pengelompokkan kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur berdasarkan pada variabel faktor yang memengaruhi gizi buruk pada balita. Proses pengelompokkan ini dilakukan dengan analisis cluster hierarki dengan menggunakan metode Wards dan dengan jarak pengukuran jarak Euclidean. Analisis cluster hierarki digunakan karena dalam memulai pengelompokkan ini peneliti tidak mengetahui terlebih dahulu jumlah kelompok yang diinginkan. Metode Wards dipilih karena kelompok yang dihasilkan tidak terlalu besar sehingga kesamaan karakteristik antar kelompok cenderung

lebih kecil. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mencari faktor dominan mana yang paling memengaruhi setiap kelompok yang

terbentuk.(masuk batasan masalah)

I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah cara mengelompokkan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan pada faktor-faktor gizi buruk pada balita menggunakan metode Wards ? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang paling dominan memengaruhi gizi buruk di Jawa Timur pada setiap kelompok yang terbentuk ?

I.3 Tujuan Berdasarkan rumusan salah di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagi berikut. 1. Mengetahui cara (sbenernya apa tujuannya untuk itu mengetahui cara ???)

mengelompokannya,

mengelompokkan

mengelompokkan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan pada faktor-faktor gizi buruk pada balita menggunakan metode Wards. 2. Mengetahui faktor-faktor yang paling dominan memengaruhi gizi buruk di Jawa Timur pada kelompok yang terbentuk.

I.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta informasi mengenai faktor-faktor dominan yang menyebabkan tingginya gizi buruk kabupaten/kota di Jawa Timur, serta menjadi wacana untuk upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam menurunkan angka gizi buruk tersebut. I.5 Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan tercapainya tujuan penelitian ini maka batasan masalah dari penelitian ini adalah data variabel-variabel penyebab gizi buruk balita di setiap kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2011 yang diambil dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Metode analisis multivariat yang akan digunakan adalah analisis komponen utama (AKU) yang digunakan untuk mengatasi data yang mengalami multikolinearitas dan analisis cluster untuk pengelompokkannya. Pengukuran jarak yang digunakan adalah jarak Euclidean dengan metode Wards. Di samping itu juga akan digunakan perangkat lunak untuk membantu proses pengolahan data yakni perangkat lunak IBM SPSS Statistics 20.

I.6 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang penjelasan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi mengenai penjelasan mengenai teori-teori yang mendukung dalam penyelesaian masalah. Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini berisi tentang sumber data yang diambil, metode yang digunakan dan penjelasan tahap penelitian. Bab IV : Pembahasan Bab ini berisi tentang pengujian adanya korelasi antar variabel, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan analisis komponen utama dan terakhir melakukan pengelompokkan dengan menggunakan analisis cluster. Bab V : Penutup Bab ini berisi penjelasan mengenai ringkasan hasil penelitian yang akan berakhir pada kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

You might also like