You are on page 1of 3

Urbanisasi bisa didefinisikan sebagai proses perpindahan penduduk dari desa ke kota.

Namun, definisi sebenarnya dari urbanisasi adalah presentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Urbanisasi terjadi karena adanya beberapa faktor pendorong, diantaranya yaitu adanya perpindahan penduduk dari desa ke kota, pertumbuhan alamiah penduduk kota, perluasan wilayah, dan perubahan status wilayah dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan. Perpindahan penduduk dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap, misalnya adalah perpindahan pelajar ke suatu kota yang merupakan pusat pendidikan. Urbanisasi dipicu adanya perbedaan pertumbuhan atau ketidakmerataan fasilitas pembangunan, khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan. Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan. Dengan demikian, urbanisasi sejatinya merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat (Stark, 1991). Urbanisasi terjadi karena adanya faktor faktor penarik yang berpengaruh, meliputi 1) Kehidupan kota yang lebih modern, 2) Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap, 3) Banyak lapangan pekerjaan di kota, 4) Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas. Pada bahasan kali ini lebih di tekankan pada proses urbanisasi berupa mobilitas penduduk yang disebabkan oleh faktor pendidikan. Urbanisasi spasial dapat dilihatdari gejala perubahan pemanfaatan ruang dari bersifat kedesaan menjadi kekotaan. Salah satu penyebab urbanisasi spasial di pinggiran kota adalah keberadaan kampus. Urbanisasi spasial ditunjukkan dengan tumbuhnya berbagai kegiatan pelayanan disekitar kampus. Kedua kegiatan tersebut membentuk pola perkembangan ruang yang hampir seragam yaitu tersebar di permukiman sekitar kampus dan di sepanjang sisi jalan sekitar kampus. Perbedaan karakteristik kampus, karakteristik mahasiswa, aksesibhilitas dan investasi publik mempengaruhi adanya perbedaan tingkat urbanisasi spasial pada beberapa kampus di pinggiran kota. Gambaran mengenai struktur ruang wilayah secara teoritis disajikan oleh Mc Gee (1991:6-7) dan Yunus bahwa struktur ruang wilayah terdiri dari empat bagian seperti: 1) Kota besar/inti kota, 2) Pinggiran kota sebagai daerah transisi, 3) Desa kota, 4) Desa dan daerah pertanian. Daerah pinggiran (periurban regions, transisional area) adalah daerah yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada kota (Mejor cities, urban character). Proses terjadinya urbanisasi spasial di sekitar kampus diperkuat dengan data yang menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan di sekitar kampus sebagian besar timbul setelah adan ya kampus. Perkembangan pemanfaatan ruang secara intensif untuk kegiatan pelayanan ditunjukkan dengan adanya perubahan ukuran tempat usaha dari awal sampai sekarang. Kegiatan pelayanan tersebut sebagian besar dari kegiatan pelayanan yang ada mengalami perkembangan luasan tempat usaha (menjadi lebih besar).

Urbanisasi spasial ditunjukkan melalui perubahan pemanfaatan ruang terutama oleh timbulnya kegiatan pelayanan. Kondisi sebelum dan sesudah adanya kampus menunjukkan adanya peningkatan kegiatan pelayanan baik jumlah, macam, radius maupun densitas. Perubahan pemanfaatan ruang tersebut meningkatkan luasan areal terbangun. Keberadaan kampus ternyata juga merangsang untuk timbulnya fasilitas lain (fasilitas umum) dalam hal ini ditunjukkan oleh adanya pasar dan pertokoan baru di lingkungan sekitar kampus dan perpindahan bank ke lokasi dekat kampus. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat urbanisasi spasial di sekitar kampus adalah karakteristik kampus, karakteristik mahasiswa, aksesibilitas dan investa publik. Faktor permintaan kampus yang tinggi, kapasitas daya tampung lebih besar menyebabkan jumlah mahasiswanya menjadi tambah banyak. Hal ini merupakan peluang pasar yang baik untuk pengembangan kegiatan pelayanan pada masyarakat. Karakteristik perekonomian mahasiswa dicerminkan juga oleh pola pemanfaatan kegiatan pelayanan, di sekitar kampus dan hal ini terkait juga dengan faktor alat transportasi yang digunakan untuk aksesibilitas ke Kota. Investasi publik dalam bentuk prasarana jalan mempunyai pengaruh positif. Keberadaan prasarana jalan desa dengan kualitas baik dan akses yang tinggi ke Kota menyebabkan tumbuhnya kegiatan pelayanan di sekitar jalan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa investasi publik diduga berpengaruh terhadap terjadinya urbanisasi spasial. Perubahan ciri dari kedesaan menjadi kekotaan terutama berkaitan dengan perubahan pemanfaatan ruang dengan kampus sebagai faktor pemicunya. Konsep yang dikemukakan oleh Bintarto (1983), Johnston (1981) dan Hadi Sabari Yunus (1997) mengenai adanya perubahan kehidupan dari suasana desa menjadi suasana kehidupan kota, sebagai akibat dari terjadinya difusi kebiasaan kota ke daerah pinggiran dan adanya gerakan horizontal keruangan dengan adanya penjalaran kota (urban sprawl). Proses perkembangan ini dapat menjadi gambaran empirik yang dapat memperjelas skema skema yang telah disajikan oleh McGee (1991) dan Yunus (1987), bahwa akan terjadi perluasan initi kota (daerah yang berkarakter kota) ke daerah pinggiran (daerah transisi) sehingga menjadikan daerah tersebut menjadi berkarakter kota. Difusi karakter kota (baik secara fisikal maupun ekonomikal), bisa juga tumbuh di areal desa kota (koridor antara kota dan desa, atau antar dua kota), jadi tidak hanya pada peri-urban region saja.

Keberadaan kampus dapat menjadi magnit bagi proses terjadinya urbanisasi spasial. Adapun tingkatan dari urbanisasi spasial yang terjadi berbeda beda. Faktor karakteritik kampus, karakteristik mahasiswa, aksesibilitas dn investasi publik merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat kemampuan kampus dalam memicu timbulnya urbanisasi spasial. Pengaruh dari masing masing faktor tersebut berbeda beda dan saling terkait satu sama lain. Terdapat faktor faktor lain yang berpengaruh dalam memicu terjadinya urbanisasi spasial, yaitu keberadaan kegiatan selain kampus dan kecenderungan perkembangan kota. Untuk mengembangkan daerah pinggiran dapat dipicu dengan adanya kampus karena memungkinkan terjadinya urbanisasi spasial. Keberadaan kampus dapat dimanfaatkan juga sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui usaha di bidang kegiatan pelayanan. Efek negatif dari pendirian kampus di daerah pinggiran adalah terjadinya invansion yaitu gejala pengambil alihan lahan non urban oleh penggunaan lahan urban di daerah pinggiran kota yang dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan fisik dan sosial, seperti berkurangnya daerah resapan air, tergesernya mata pencaharian penduduk petani, dan menurunnya produksi pangan. Dengan demikian rencana pembangunan kampus baru harus menyesuaikan pada rencana tata ruang yang ada.

Urbanisasi memiliki dampak tersendiri, yaitu berupa : 1)Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota, 2)Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap), 3)Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan, dan 4) Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan kriminal.

You might also like