You are on page 1of 4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plankton Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus. Istilah :plankton diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, yang berasal dari bahasa Yunani, planktos yang berarti menghanyut atau mengembara (Nontji, 2008).

2.2 Fitoplankton Fitoplankton di laut dikenal sebagai produser primer dan berada pada tropik level pertama. Peranan phytoplankton tersebut sebagai pakan alami bagi biota biota laut yang lain, khususnya biota laut herbivora, telah diketahui melalui berbagai kajian ekologis. Kelimpahan phytoplankton di suatu perairan tidak lepas dari proses deposit sejumlah zat zat organik melalui proses fotosintesis, yang terjadi pada tumbuhan yang mengandung klorofil (Hutagalung & Sutomo, 1983). Menurut Boney (1989) dalam Erlina (2004) keberhasilan proses fotosintesa tersebut akan mendukung proses reproduksi dan menghasilkan kelimpahan phytoplankton yang cukup tinggi. Kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan pada dasarnya merupakan konversi dari berbagai nutrisi yang dapat dipergunakan oleh phytoplankton untuk menunjang kehidupan dan reproduksi. Energi matahari dibutuhkan oleh fitoplankton dilaut dalam proses fotosintesis. Laju fotosintesis akan meningkat bila intensitas cahaya meningkat dan menurun bila intensitas cahaya berkurang, sehingga cahaya berperan sebagai faktor pembatas utama dalam fotosintesis atau produktvitas primer. kondisi sudut jatuhnya sinar matahari dan kedalaman perairan akan memainkan peranan penting seberapa intensitas optimal yang dapat menunjang proses fotosintesa secara

optimal pula. Hipotesis tentang panjang gelombang dan intensitas cahaya optimal bagi proses fotosintesa fitoplankton di laut merupakan suatu fungsi yang oleh setiap jenis fitoplankton akan direspon secara spesifik. Peran intensitas cahaya sebagai faktor pembatas pada optimalisasi proses fotosintesa menuntut uji laboratoris dari setiap jenis (Facta, 2004). Kelompok fitoplankton yang sangat umum dijumpai di perairan tropis adalah diatom (Bacillariophyceae), dan dinoflagellata (Dynophyceae) (Nontji, 2008).

2.3 Bacillariophyceae (Diatom) Diatom merupakan tumbuhan mikroskopis di laut yang merupakan tumpuan hidup (langsung atau tak langsung) bagi sebagian besar biota laut. Oleh sebab itu, berbagai julukan diberikan bagi diatom ini, misalnya diatom dipandang sebagai pembentuk utama marine pasture atau padang penggembalaan yang menghidupijasad hidup lainnya. Atau sebagai komponen utama invisible forest yakni hutan belantara yang tak terlihat, karena banyaknya bahkan bisa ribuan hingga jutaan individu per liter dengan keanekaragaman yang tinggi, dan dengan kemampuan fotosintesis tidak kalah dengan hutan di darat (Nontji, 2008). Diatom dapat hidup sebagai individu sel tunggal yang soliter (solitary), atau terhubung dengan sel lainnya membentuk koloni bagaikan rantai, dengan rangkaian antar selnya bervariasi menurut jenis. Hubungan antar sel ini dapat berupa benang tunggal dari mucus (mucus) seperti pada Thalassiosira, atau dengan benang banyak seperti Coscinosira. Dapat juga dua sel yang berdampingan berhubungan hanya pada salah satu ujungnya seperti pada

Thalassiothrix, atau dengan perkaitan yang lebih kuat seperti pada Chaetoceros dan Bacteriastrum. Gelombang laut yang kuat dapat membuat rantai yang semula panjang pecah menjadi rantai yang lebih pendek (Nontji, 2008). Ukuran diatom cukup beragam, dari yang kecil berukuran sekitar 5 m sampai yang relative besar sampai sekitar 2 mm. Ditylum misalnya dapat berukuran sampai 100-150 m, sedangkan Rhizosolenia yang berbentuk pinsil

panjang langsing bisa sampai lebih 1 mm. Coscinodiscus yang berbentuk bundar dapat mempunyai diameter lebih dari 400 m. Termasuk berukuran ekstrim adalah Ethmodiscus Ethmodiscus yang bisa mnecapai 2 mm (Nontji, 2008). Jenis diatom yang banyak dijumpai di perairan lepas pantai Indonesia antara lain Chaetoceros sp., Rhizosolenia sp., Thalassiothrix sp., dan

Bachteriastrum sp., sedangkan pada daerah pantai atau muara sungai biasanya terdapat Skeletonema sp., dan kadang-kadang Coscinodiscus sp. (Sunarto, 2008).

2.4 Centric Diatom dan Pennate Diatom Bentuk dan kesimetrisan frustula membantu para ahli taksonomi dalam mengklasifikasikan diatom. Didasarkan pada penampilan-penampilan ini dikenal dua kelompok diatom yaitu centris diatom (diatom bulat) yang memiliki bentuk katup bulat atau berbentuk kubah dan paling banyak berada sebagai planktonik dan pennate diatom (diatom runcing) yang memiliki katup berbentuk bujur atau bentuk kapal (boat-shape) dan biasa hidup pada daerah dasar perairan (bentik) (Sunarto, 2008). Frustula dari centris diatom memiliki jari-jari simetri (radial simetri) sekitar sumbunya sedangkan pada pennate diatom memiliki bilateral simetri. Ukuran diatom berkisar dari < 10 m sampai mendekati 200 m. Tidak adanya flagel, cilia atau organ pergerakan lain, spesies planktonik bersifat non motil dan tenggelam pada perairan yang tidak ada turbulensi (Sunarto, 2008). Beberapa contoh diatom sentrik dan diatom penat yang sering dijumpai di perairan Indonesia khususnya di Laut Jawa adalah 127 jenis diatom, yang terdiri dari 91 jenis diatom sentrik, dan 36 jenis diatom penat. Ini juga menunjukkan kecenderungan lebih umumnya dijumpai diatom sentrik daripada diatom penat (Nontji, 2008).

2.8 Genus Coscinodiscus

Bentuk sel dari fitoplankton jenis ini adalah silinder atau tympaniform, dengan sumbu pervalvar bervariasi yaitu berukuran sekitar satu setengah sampai seluruh panjang diameter. Sel-sel yang masih hidup memiliki banyak kloroplas kecil. Katup mantel pada Coscinodiscus berukuran besar, biasanya 30-40 m dalam arah pervalvar, dengan areola sedikit lebih besar, 4-6 pada 10 m. Cingulum pada setiap teka terdiri dari valvocopula ( ukurannya sekitar 50-60 m) dan narrower copula (ukurannya 20-25 m).

2.9 Genus Nitzschia 2.10 Genus Rhizosolenia 2.11 Genus Ceratium 2.12 Genus Pleurosigma

You might also like