You are on page 1of 10

LEMBAGA PERS MAHASISWA ISLAM (LAPMI) HMI CABANG SEMARANG

Mempersembahkan:

2013
Tingkat I

Training Jurnalistik

Tema: Pengembangan Skill Jurnalistik upaya Membentuk Integritas Jurnalis

Semarang, 27-29 Desembar 2013


Sekretariat : Wonosari Gg. 1 No. 31 A Jl. Dr. Sutomo, Semarang Selatan Telp. 085640281855/085290204888 e-mail : lapmics@gmail.com, http://lapmics.blogspot.com

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang

TERM OF REFERENCE (TOR) TRAINING JURNALISTIK TINGKAT I

A. NAMA KEGIATAN
Nama kegiatan ini adalah Pelatihan Jurnalistik Tingkat I

B. TEMA KEGIATAN
Tema kegiatan yang diambil dalam kegiatan ini adalah Pengembangan Skill Jurnalistik upaya Membentuk Integritas Jurnalis

C. DASAR PEMIKIRAN
..Demi pena dan apa yang dituliskannya (Q.S Al-Qalam:1)

Seiring informasi yang

perkembangan semakin

teknologi

dan

pesat,

kebutuhan

masyarakat akan infomasi pun turut meningkat dari waktu ke waktu. Berkembangnya teknologi informasi tersebut tentu berpengaruh pula pada kecepatan pemberitaan. Semakin cepat

pemberitaan maka informasi yang diterima oleh publik mengenai suatu hal tentu semakin cepat. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pers/media massa dibuat, yang notabenenya merupakan lembaga sosial dan media komunikasi massa yang menjalankan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan tidak hanya dalam konteks penyampaian informasi kepada publik/masyarakat saja, namun juga mendidik masyarakat, menjadi kontrol sosial, menghubungkan atau menjembatani antara pemerintah dan masyarakat, serta memberi hiburan kepada masyarakat. Hal
1

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang tersebut pula yang membuat pers menjadi ujung tombak informasi bagi publik dan

memiliki pengaruh dalam membentuk cara pandang atau opini publik. Selain pers sebagai media, terdapat bagian lain dalam pers yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari pers yaitu jurnalis yang merupakan seorang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasikan melalui koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Jurnalis mencari sumber untuk ditulis dalam laporannya dengan objektif serta tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu agar tidak menjadi sumber konflik masyarakat. Hal tersebut menandakan bahwa menjadi seorang jurnalis tidaklah mudah. Seorang jurnalis harus mengetahui hal-hal yang menjadi acuan dalam melakukan tugas sebagai jurnalis. Sebagai contoh, dari segi tulisan atau laporan seorang jurnalis harus memperhatikan beberapa unsur seperti informasi faktual (nyata) yang berarti bahwa data dan informasi yang disajikan terdiri dari kejadian senyatanya (real event), berupa pendapat (opinion) serta pernyataan (statement) dari sumber berita; aktual (cepat) yang berarti bahwa informasi yang disajikan adalah informasi terbaru sehingga dapat langsung dinikmati publik; publish (kepentingan umum) yang berarti bahwa informasi yang disajikan terkait dengan kepentingan publik bukan kepentingan pribadi; serta menarik (disajikan secara elok) yang berarti bahwa skill/kemampuan jurnalis dalam menyajikan berita (teknik menulis, istilah-istilah dalam penulisan, bahasa yang digunakan lugas, memiliki sense of humor dalam menulis, dll) diperlukan agar pembaca tertarik. Akan tetapi, permasalahan yang terjadi pada saat ini pada jurnalis-jurnalis adalah lemahnya skill yang berpengaruh pada integritas yang disebabkan oleh faktor persaingan antar media sehingga banyak munculnya jurnalis-jurnalis muda yang belum tentu memahami ataupun memiliki skill jurnalistik. Hal tersebut berpengaruh pada berita atau laporang yang ditulis. Sebagai contoh sederhana, seorang jurnalis dituntut untuk memiliki skill reporting and writing original story. Ketidakpahaman mengenai hal tersebut akan berpengaruh pada lemahnya integritas dari seorang jurnalis sehingga membelokkan fakta dari sumber berita serta tidak bersifat publish karena suatu kepentingan. Menambahnambah atau mengurangi fakta sebelum disajikan kepada pembaca, pemirsa dan pendengarnya. Penambahan fakta bisa untuk mendapatkan kesan dramatis yang memukau khalayak. Pengurangan atau penyembunyian fakta dimaksudkan agar bagian tersebut tidak diketahui oleh publik dengan alasan tertentu, positif dan negatif. Bisa karena alasan
2

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang ideologis, politis, kemanusiaan atau motif lainnya tergantung selera orang-orang yang

bermain dalam media tersebut beserta keberpihakannya yang pasti akan berpengaruh terhadap pemberitaan. Salah satu pihak yang dikhawatirkan adalah masyarakat yang menjadi konsumen media massa karena pada umumnya masyarakat hanya diam, percaya dan membentuk cara pandang mereka sendiri terhadap informasi yang disajikan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut membutuhkan materi maupun gerakan yang bersifat kontinu sehingga jurnalis yang terjun dalam dunia jurnalistik benar-benar dapat menjadi jurnalis yang memiliki integritas. Integritas Jurnalis Ada hal yang harus diperhatikan untuk menjadi jurnalis yang baik, mengutip pernyataan seorang wartawan senior singapura di era 70 an, Lee Khon Choy. Lee berbagi resepnya bagaimana menjadi jurnalisme yang baik, ada 7 I yang harus diperhatikan, yakni Interest, Initiative, Inquisitiveness, Ingenuity, Insight, Inspiration, dan Integrity. Lee memberikan tekanan penting pada kata Integrity (kejujuran), karena menurutnya didalam integritas itulah diharapkan kejujuran dan ketulusan hati yang akan menjadi merek dan label jurnalisme yang baik. Kunci utama untuk menjadi seorang jurnalis yaitu integritas. Dalam bertugas, jurnalis harus konsisten dan mentaati kode etik jurnalistik dalam menjalankan tugasnya dengan baik (berkompetensi) dan amanah (berintegritas). Iman, ilmu, dan amal merupakan etos untuk meningkatkan integritas sekaligus kepekaan hati nurani. Keterpaduan ketiganya membuat seorang jurnalis tidak tergoyahkan oleh berbagai kepentingan partisan, pengaruh, tekanaan, dan godaan.

D. LANDASAN KEGIATAN
1. Al-Quran QS. Al-Hujurat 49:6 Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang

2. Al-Hadits Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Wajib atas kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan kepada Surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada Neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk selalu berdusta sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 6586). 3. AD/ART HMI & Pedoman Lembaga Kekaryaan a. AD pasal 4 & 5 b. ART pasal 55 c. Pedoman Dasar & Pedoman Rumah Tangga LAPMI 4. Program Kerja Lembaga Pers Mahasiswa Islam HMI Cabang Semarang 5. Rapat Lembaga Pers Mahasiswa Islam HMI Cabang Semarang pada 12 Oktober 2013

E. TUJUAN
1. Tujuan Umum Terbentuknya mahasiswa Islam yang memiliki keahlian dan profesionalitas di bidang jurnalisme

2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan kuantitas anggota LAPMI HMI b. Mengembangkan potensi dan skill jurnalistik peserta c. Meningkatkan kompetensi jurnalis upaya membentuk integritas jurnalis

F. TARGET
1. 2. 3. Meningkatnya kuantitas anggota LAPMI HMI Terasahnya kemampuan potensi dan skill jurnalistik peserta Meningkatnya kompetensi jurnalis upaya membentuk integritas jurnalis

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang

G. PESERTA
Peserta kegiatan ini adalah kader HMI terutama di lingkungan HMI Cabang Semarang maupun umum dengan batasan maksimal peserta 40 orang. Adapun persyaratan peserta: 1. Mendaftar sebagai peserta Training Jurnalistik melalui SMS: ketik TRAINING JURNALISTIK (spasi) NAMA (spasi) KOMISARIAT/CABANG/PERGURUAN TINGGI. Dikirim ke No.089630014635 (Ulil Albab) paling lambat tanggal 22 Desember 2013. 2. Mengumpulkan karya tulis dengan tema bebas bukan plagiat berupa opini, artikel, atau investigasi reporting minimal satu lembar kwarto 1,5 spasi. Dikumpulkan melalui email: lapmics@gmail.com disertai file pas foto berwarna. 3. Membayar kontribusi sebesar Rp. 20.000,-

H. PELAKSANAAN
Kegiatan ini akan dilakasanakan pada: Hari/ tanggal Pukul Tempat : Jumat-Ahad, 27-29 Desember 2013 : 13.00-Selesai : Di Gedung Graha Pena (Jawa Pos) Banyumanik Semarang

I. SUSUNAN MATERI
1. Pengantar Jurnalistik Media yang menyuguhkan berbagai macam berita kini semakin informasi menjadi bagi menu utaman luas.

pemberharu

masyarakat

Informasi-informasi yang terdapat di mediapun menjadi semakin dicari masyarakat, sehingga tidak heran jika media mimiliki peran yang cukup komples. Jika melihat perkembangan media

sekarang, tentu tidak akan terlepas dari perkembangan sejarah pers dan jurnalistik itu sendiri. Torehan cerita yang terdapat dalam perkembangan sejarah pers dan jurnalistik turut memberikan warna pencetusan ide-ide ketika menulis di dalam media. Hal ini tentunya memberikan dampak bagi perkembanagn pola pikir masyarakat kiata. Agar tetap berada dalam koridor kode etik pers dan jurnalistik
5

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang maka hal utama yang perlu ditanamkan kembali pada para calon jurnalistik adalah

mengetahui terminologi jurnalistik serta yang tidak kalah penting adalah mengetahui sejarah pers dan jurnalisik itu sendiri.

2. Teknik Reportase, dan Penulisan Berita Berita atau informasi yang tersaji bukanlah fakta sesungguhnya, tetapi fakta yang dituliskan. Namun khalayak menganggapnya sebagai kenyataan yang harus diterima begitu saja apa adanya dengan tidak dipertanyakan lagi. Padahal fakta atau opini tersebut dari proses peliputan dan penulisannya dipengaruhi sudutpandang awak media dalam

memilih berita, yang kemudian berpengaruh terhadap apa saja yang diambil, bagian mana ditonjolkan, dihilangkan dan hendak diarahkan kemana berita tersebut. Dalam praktiknya, framing (pembingkaian) dijalankan oleh media dengan menyeleksi isutertentu dan mengabaikan isu yang lain. Menonjolkan aspek tertentu dari isudengan strategi wacana; penempatan yangmencolok (headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaianlabel tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan,serta asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Di sisi lain, secara konseptual keberadaan media masa dan masyarakat dapat dilihat secara bertimbal balik. Teori ini menghasilkan dua pandangan, yaitu apakah media massa membentuk (moulder) atau mempengaruhi masyarakat, ataukah sebaliknya hanya sebagai cermin (mirror) atau dipengaruhi oleh realitas masyarakat. Pandangan pertama bertolak dari landasan pragmatis sosial teori stimulusrespons dalam psikologi behaviorisme. Sedangkan pandangan kedua menempatkan media sebagai teks yang merepresentasikan makna, entah itu makna yang berasal dari realitas empiris maupun yang diciptakan oleh media, yang karenanya bisa disimpulkan realitas media merupakan bentukan makna yang berasal dari masyarakat, baik karena bersifat imperatif dari faktor-faktor yang berasal dari masyarakat, maupun berasal dari orientasi kultural pelaku media. Media merupakan instrumen dari kekuasaan (ekonomi dan/ atau politik) dengan memproduksi kultur dominan untuk pengendalian (dominasi dan hegemoni)
6

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang masyarakat, dan di sisi lain dilihat sebagai institusi otonom atau independen dalam

memproduksi budaya dalam masyarakat. 3. Analisis Kritis Isu-isu yang berkembang tidak muncul begitu saja. Sebagiannya merupakan hasil rekayasa entah baik atau buruk, yang karenanya harus dicermati agar tidak terjebak. Karena banyak isu yang dimunculkan hanya untuk mengalihkan perhatian khalayak, misalnya agar tidak terus-menerus menyoroti kasus korupsi atau selalu menghujat rezim. Di samping itu banyak juga yang merupakan rekayasa kebaikan, artinya suatu hal muncul ke khalayak karena memang hal itu penting, bermanfaat dan perlu didukung, Karena kedua kemungkinan itulah awak media dituntut jeli. Juga sebagaimana ungkapan bahwa wartawan itu Tahu banyak dari yang sedikit, dan sedikit tahu dari yang banyak, maka lebih banyak referensi akan membantu dalam melihat berbagai gejala yang muncul sehingga tidak salah jika analisis kritis itu perlu ditegakkan demi terwujudnya berita yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis kritis tidak hanya bermanfaat bagi pers dan jurnalistik sebagai pembuat berita, namun masayaraktpun dapat merasakan dampaknya. Untuk itu perlu adanya suatu metode analisis kritis dalam membuat berita.

4. ke-LAPMI-an Lembaga Pers Mahasiswa Islam

(LAPMI) berfungsi untuk mewujudkan mahasiswa islam yang memiliki keahlian dan profesionalitas di bidang jurnalistik menuju tatanan masyarakat yang diridhoi ALLH SWT. Adapun salah satu tugas Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalitas anggota di bidang jurnalisme, sehingga peliputan berita tidak lagi menjadi hal yang baru bagi anggota LAPMI. Agar LAPMI dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, tidak hanya
7

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang sebagai pewarta atau jurnalistik pada umumnya, maka perlu kiranya untuk

mempelajari dan mengetahui posisi LAPMI dalam struktur HMI. Selain sebagai bentuk dari perkaderan HMI, juga sebagai kontrol dalam menjaga independensi LAPMI sebagai lembaga kekaryaan HMI. 5. Kunjungan ke Media Koran, majalah, tabloid dan surat kabar lainnya baik dari segi bentuk, isi, ciri sudah sering kali dijumpai. Namun, tentunya banyak bertanya-tanya tentang yang masih proses

bagaimana

pembuatannya. Tidak hanya tentang bagaimana cara peliputannya, melainkan juga tentang bagaimana proses pengemasan serta pencetakannya. Jika sebuah mesin printer atau fotokopi baru dapat mencetak beberapa lembar dengan ukuran yang harus disesuaikan, lantas bagaimana dengan koran misalnya. Berapa besar mesinnya sehingga koran dengan jumlah eksemplar yang mungkin ribuan itu dapat didistribusikan pada pagi hari. Sebagai seorang jurnalis tentunya jika telah dapat menyajikan berita secara apik masih kurang lengkap rasanya bila belum mengetahui tentang bagaimana cara pengemasan dan pencetakan berita itu snediri. Oleh sebab itu perlu adanya kunjungan ke media sebagai pengetahuan tentang bagaimana sebuah berita itu diproses sehingga dapat terbentuk menjadi sebuah baacaan yang menarik. 6. Opini Dalam perkembangan arus informasi, tentunya dinamika opini yang bergulirpun turut mewarnai. Hal ini menjadi wajar, mengingat dewasa ini tidak ada pembetasan yang pasti mengenai opini yang

digulirkan. Meskipun demikian, sebagai jurnalis islam yang diwadahi oleh Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) tidak ada salahnya untuk mengemukakan opini yang logis serta dapat dipertanggung jawabkan dalam sebuah peliputan. Tidak hanya berdasarkan asumsi pribadi atau emosi, melainkan melalui tahap-tahap analisis demi terwujudnya sebuah berita yang dapat mencerdaskan khalayak umum.

Training Jurnalistik Tingkat I

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Semarang

J. PENUTUP
Demikian Term Of Reference ini kami buat sebagai acuan dasar melaksanakan kegiatan Training Jurnalistik dan sebagai bahan penjelas bagi pihak tekait yang turut menyukseskan kegiatan ini. Atas kerjasama dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

You might also like