Professional Documents
Culture Documents
Kedokteran Dasar
Search
Kedokteran Klinis
File
Anggota
medicinesia (2013)
Custom Search
Halaman Rekomendasi
Medicinesia
Like
Selain mengalami nekrosis, sel juga dapat mengalami kematian yang terencana melalui jalur apoptosis. Sel yang akan mengalami apoptosis mengaktivasi enzim yang berfungsi untuk mendegradasi DNA nuklear sel itu sendiri, protein sitoplasma serta nukleus itu sendiri. Berbeda dengan nekrosis, pada apoptosis membran sel tetap intak. Hanya saja, tetap terjadi perubahaan membran sehingga akan dikenali oleh fagosit untuk fagositosis. Sel yang mati akan dibersihkan tanpa mengalami kebocoran. Dengan begitu, tidak ada reaksi inflamasi yang terbentuk pada proses apoptosis ini. Apoptosis dan nekrosi sebenarnya dapat terjadi secara bersamaan. Selain itu, apoptosis juga dapat diinduksi oleh proses patologis. Program bunuh diri sel ini berguna untuk menghindarkan tumbuhnya sel-sel yang berpotensi bahaya serta yang membersihkan sel-sel yang sudah tidak berguna. Juga, untuk membersihkan sel-sel yang tidak dapat diperbaiki kerusakan pada protein atau DNA sel setelah mengalami proses patologis. Beberapa kondisi fisiologis yang mana apoptosis terjadi adalah sebagai berikut.
1. Embriogenesis (pada implantasi, organogenesis, developmental involution dan metamorfosis) 2. Involusi pada jaringan yang tergantung pada kadar hormonal (misalnya pada sel-sel endometrium selama siklus menstruasi atau regresi payudara yang sudah berhenti menyusui) 3. Kehilangan sel pada sel-sel yang secara aktif membelah, misalnya pada epitel kripta usus.
4. Sel-sel yang mati sesudah melaksanakan tugasnya (misalnya netrofil setelah fase inflamasi akut) 5. Eliminasi sel limfosit yang reaktif terhadap diri sendiri (sel-sel yang berpotensi untuk mengaktivasi autoimun disingkirkan sebelum terlanjut berkembang) 6. Kematian sel yang diinduksi sel T sitotoksik (mekanisme pertahanan melawan virus dan tumor). Selain itu, ada beberapa kondisi patologis yang juga mengaktivasi apoptosis, di antaranya adalah 1. Kerusakan DNA 2. Akumulasi protein-protein yang salah terbentuk 3. Cedera sel pada beberapa infeksi tertentu (terutama virus seperti HIV, hepatitis viral, infeksi adenovirus). 4. Atrofi patologis pada parenkim organ sesudah terjadi obstruksi pada duktus
Mekanisme apoptosis
Yang menjadi dasar terjadi apoptosis adalah teraktivasinya kaspase. Aktivasi enzim ini dapat mengaktivasi nuklease sehingga terjadi degradasi DNA dan enzim lain yang akan menghancurkan nukleoprotein dan protein sitoskeletal. Aktivasi kaspase ini terpengaruh oleh keseimbangan jalur molekular yang pro dan anti apoptosis. Terdapat dua jalur utama terjadi apoptosis yaitu, jalur mitokondria dan jalur kematian reseptor.
Jalur Mitokondria
Beberapa protein di dalam mitokondria memilki kemampuan untuk menginduksi apoptosis, di antaranya adalah sitokrom c dan antagonis endogenous cytosolic inhibitor apoptosis. Sel dapat menentukan untuk tetap dipertahankan atau mengalami apoptosis tergantung pada permeabilitas mitokondria. Kondisi tersebut ditentukan oleh sekumpulan lebih dari 20 protein seperti famili Bcl-2. Sekelompok reseptor akan teraktivasi ketika sel mengalami kondisi seperti kekurangan faktor pertumbuhan dan hormon tropik atau terekspos dengan agen yang menyebabkan kerusakan DNA, atau mengakumulasi banyak protein yang salah terbentuk. Sensor-sensor tersebut merupakan bagian dari famili Bcl-2, yaitu Bax dan Bak. Sementara itu, yang anti apoptosis adalah anti-apoptotic molecul Bcl-2 dan Bclx L. Pada saat akan terjadi apoptosis, kedua molekul tersebut dihambat. Nantinya akan terjadi kebocoran protein mitokondria. Sitokrom c bersama dengan beberapa kofaktor mengaktivasi kaspase-9 sementara protein lainnya akan menghambat aktivitas antagonis kaspase. Teraktivasinya kaskade kaspase ini akan menyebabkan fragmentasi nuklear. Jika sel terkekspos oleh faktor pertumbuhan dan sinyal survival lainnya, sel akan melakukan sintesis famili Bcl-2 yang berfungsi sebagai antiapoptosis, yaitu Bcl-2 dan Bclx L. Sementara sel yang kekurangan faktor pertumbuhan akan mengaktifkan Bax dan Bak serta mengurangi Bcl-2 dan Bcl-x L.
Klastering dari banyak molekul kaspase akan memicu aktivasi kaspase sehingga terjadi aktivasi kaskade kaspase. Pada banyak sel, kaspase tipe 8 dapat memecah dan megaktivasi famili Bcl-2 yang pro apoptosis yang disebut Bid, yang mana akan berlanjut ke jalur mitokondria. Seringkali, kedua jalur ini terjadi secara kombinasi. Protein sel yang disebut FLIP mengeblok aliran kaspase pada reseptor kematian. FLIP ini ternyata dihasilkan juga oleh beberapa virus sehingga sel-sel yang terinfeksi virus justru tidak dapat mengalami apoptosis.
Artikel Terkait:
Hipersensitifitas Tipe 4: Delayed Type Hypersensitivity Tipe Oleh Arini Purwono Sebagian besar hipersensitivitas tipe IV dipercaya merupakan Imunopatologi Tuberkulosis Awal infeksi Transmisi M.tuberkulosis dilakukan melalui droplet udara yang kemudian Hipersensitivitas Tipe 2: Sitotoksik Oleh Arini Purwono Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik pada Hormon dan Kelenjar Endokrin Sistem Endokrin dan Hormon: Overview Hormon adalah molekul mediator yang Fungsi Vaskular dalam Hemostasis dan Mekanisme Pembekuan Oleh Riska Wahyuningtyas Hemostasis merupakan suatu urutan respons yang dapat
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked * Name * Email * Website Comment
Post Comment
TrackBack URI
Didukung oleh
Kontributor
Daftar Login Submit Artikel Hubungi Kami
>
Submit Express
Free Webmaster Tools