1 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2 Jurusan Kimia, Universiti Putra Malaysia, 43400 UPM, Malaysia, 3 Jurusan Bioteknologi, Universiti Putra Malaysia, 43400 UPM, Malaysia, 4 Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah mada, 5 Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Korespondensi: susidari@yahoo.com
ABSTRACT Separation of leaves chloroform extract of Micromelum minutum (Rutaceae) yielded a new coumarin, 8-hydroxyisocapnolactone-2',3'-diol. The structure of this compound was characterized by UV, IR, MS and NMR spectroscopic methods, including 1 H, 13 C, HSQC, COSY, HMBC dan NOESY experiments. This compound is significantly toksisk towards several cancer cell lines (CEM-SS, HL60, HeLa, HepG2, MCF7, T47D and NS1), active against chloroquin sensitive (D10) and resistance (FCR3) Plasmodium falciparum and showed strong antibacterial activity against Bacillus Subtilis mutan, Bacillus. Subtilis wild type, Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten meticilin). Keywords: Micromelum minutum, 8-hydroxyisocapnolactone-2',3'-diol, coumarin, cytotoxicity, antiplasmodia, antibacteria.
ABSTRAK Pemisahan ekstrak kloroform daun Micromelum minutum (Rutaceae) menghasilkan suatu kumarin baru, 8-hidroksiisokapnolakton-2,3-diol yang strukturnya diidentifikasi secara spektroskopi UV, IR, MS dan NMR termasuk 1 H, 13 C, HSQC, COSY, HMBC dan NOESY. Senyawa tersebut secara signifikan toksik terhadap beberapa sel kanker (CEM-SS, HL60, HeLa, HepG2, MCF7, T47D dan NS1), aktif terhadap Plasmodium falciparum yang sensitif (D10) maupun resisten (FCR3) kloroquin dan mempunyai aktivitas antibakteri yang kuat terhadap Bacillus Subtilis mutan, Bacillus. Subtilis wild type, Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten meticilin). Kata kunci: Micromelum minutum, 8-hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, kumarin, sitotoksisitas, antiplasmodial, antibakteri.
PENDAHULUAN Micromelum minutum (sinonim dengan Micromelum pubescens) merupakan semak tinggi yang termasuk dalam famili Rutaceae. Terdapat empat varietas tanaman ini di Malaysia dan varietas minutum banyak dijumpai di Sabah dan Serawak (1). M. minutum telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional untuk skabies, lepra, malaria dan digunakan sebagai obat cacing (2). Selain itu tanaman ini juga digunakan sebagi obat sakit kepala dan demam serta dilaporkan 8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum (Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)
117 mempunyai aktivitas sebagai emenagogum. Daun dan kulit batang M. minutum diketahui mengandung berbagai macam kumarin (3 - 7) yang beberapa diantaranya mempunyai aktivitas biologis yang baik. Microminutin toxic terhadap sel leukemia limpositik P- 388 (2), sedang phebalosin secara signifikan toksik terhadap larva udang dan menghambat perkembangan tumor empedu (4). Microminutinin selain toksik terhadap larva udang juga mempunyai aktivitas sebagai larvasidal yang kuat (7). Dalam makalah ini akan dilaporkan isolasi suatu kumarin baru 8- hidroksiisokapnolakton-2',3'-diol dari Micromelum minutum yang tumbuh di Sabah, Malaysia serta aktivitas biologisnya yang meliputi aktivitas sitotoksik terhadap beberapa sel kanker (CEM-SS, HL60, HeLa, HepG2, T47D, MCF-7 dan NS-1 ) dan sel normal fibroblast tikus (T3T), aktivitas antiplasmodial terhadap Plasmodium falciparum strain sensitif (D10) maupun resisten kloroquin (FCR3) dan aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri patogen (Bacillus Subtilis mutan, Bacillus Subtilis wild type, Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten meticilin).
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan Daun tanaman Micromelum minutum diambil dari Sepilok, Sabah, Malaysia dan sampel material tanaman ini disimpan di Forest Research Centre, Sabah (nomor akses SAN 142904). Solven yang digunakan untuk ekstraksi dan elusi kolom kromatografi adalah petroleum eter, kloroform dan metanol. Bahan untuk fase diam kolom kromatografi adalah silika gel 60 PF 254 kode 1.007749.1000 dan silika gel 60 kode 9385.1000 (E Merck). Sel yang digunakan untuk uji sitotoksisitas adalah sel kanker leukemia limfoblastik-T (CEM-SS), leukemia promielositik (HL60), sel kanker rahim (HeLa), sel kanker hati (HepG2), sel kanker payudara (T47D dan MCF7), sel kanker myeloma (NS- 1) dan sel normal fibroblas tikus (T3T). Media yang digunakan adalah Dulbeccos modified Eagles media (DMEM) yang mengandung Foetal Bovine Serum (FBS) 10% (v/v) (Gibco) dan penisillin-streptomisin 1 % (v/v) (Gibco). Bahan lain yang digunakan adalah larutan pencuci Phosphat Buffer Saline (PBS), dimetil sulfoksida (DMSO) (Merck), Reagen MTT |3-(4,5-dimetil thiazol-2-il)-2,5- difeniltetrazolium bromida| 5 mg/ml dalam media DMEM, isopropanol-HCl dan Tripsin-EDTA. Parasit uji yang digunakan untuk uji antiplasmodial adalah Plasmodium falciparum strain sensitif (D10) maupun resisten (FCR3) kloroquin yang diperoleh dari Eijjkman Institute For Molecular Biology, Jakarta. Bahan lain yang digunakan adalah medium RPMI 1640 (Gibco) dengan gentamisin (Merck) dan HEPES (Sigma), sorbitol (Merck), dekstrosa (Merck), giemsa (Sigma), akuabides steril, HCl 0,01 N, DMSO, NaCl (Merck), serum dan sel darah manusia golongan 0 + , methanol (Merck) dan etanol 70%. Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis mutan, Bacillus subtilis wild type, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten metisilin. Bahan lain yang digunakan adalah nutrien broth dan medium agar
Alat Alat-alat yang digunakan untuk isolasi dan penentuan struktur senyawa adalah rotaevaporator Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124
118
hampa (Heidolph VV 2000), alat penentu titik lebur (Kofler), spektrofotometer FTIR (Perkin Elmer model 1275X, spektrofotometer UV (Shimadzu UV 160A), spektrometer NMR (Bruker DRX-500, spektrometer massa (Shimadzu GCMS-QP5050), kolom kromatografi berbagai ukuran dan alat-alat gelas pada umumnya. Alat yang digunakan untuk uji sitotoksisitas, antiplasmodial dan antibakteri adalah eppendorf (Brand), vorteks, autoklaf (Hirayama), inkubator CO 2 (Heraceus), Laminar Air Flow Hood (Labconco), tissue culture flask (Nunc), tabung konikal 15 ml steril (Falcon), timbangan sentrifus (Sorvall), haemositometer (Nebauer), cell counter, yellow tip (Brand), blue tip (Brand), mikropipet (Gilson), mikroskop inverted (Zeiss), 96-well plate (Nunc), shaker (Gemmy), ELISA reader (Bio-Rad), 24-well plate (Nunc), cover slip diameter 13 mm (Nunc), petri dish, paper disc diameter 6 mm dan kamera digital (Canon Power Shoot A460, 5,0 mega pixels).
Cara kerja Ekstraksi dan isolasi: Serbuk kering daun Micromelum minutum (262,2 g) dimaserasi berturut-turut dengan petroleum eter, kloroform dan metanol. Ekstrak kloroform yang diperoleh (15,0 g) difraksinasi dengan kromatografi cair vakum yang dielusi dengan petroleum eter-kloroform dan kloroform-metanol berbagai perbandingan dengan polaritas yang semakin meningkat dan diperoleh 23 fraksi. Fraksi nomor 21 dan 22 digabung dan dipisahkan dengan kolom kromatografi menghasilkan 22 fraksi. Fraksi 5-9 digabung lalu dimurnikan dengan kolom kromatografi dan rekristalisasi dengan kloroform dan petroleum eter menghasilkan 134,1 mg 8-hidroksi- isokapnolakton-2,3-diol (Gambar 1). Gambar 1. Struktur 8-hidroksiiso- kapnolakton-2,3-diol Kristal berbentuk jarum berwarna putih, titik lebur 72-72.5 C. 1 H- , 13 C- NMR CDCl 3 ), dan 2D-NMR ( __ senyawa ini dapat dlihat pada tabel 1. UV (MeOH) max nm (log c): 290,2 (3,89), 298,0 (bahu), 319,5 (4,19). IR (KBr disc) cm -1 : 3424 (br), 2938, 1756, 1722, 1614, 1572, 1458, 1352, 1278, 830. EIMS m/z (% intensity): 376 (|M + |, 0,55), 358 (|M-H 2 O| + , 14,57), 204 (100,00), 189 (4,70), 176 (8,68), 175 (10,10), 163 (4,35), 147 (18,58), 146 (4.41), 124 (3.84), 109 (3,33), 95 (18,34).
Pembuatan media pencuci dan penumbuh biakan sel (DMEM): Media pencuci dibuat dengan melarutkan DMEM dalam aquades, ditambah 2,0 gram NaHCO 3 dan 2,0 gram Hepes. Larutan selanjutnya distirer sampai homogen kemudian dibuffer dengan HCl encer 1N hingga pH 7,2-7,4. Selanjutnya larutan disaring dengan filter polietilensulfon steril 0,2 m secara aseptis. Media penumbuh sel atau media kultur dibuat dengan cara mencampurkan larutan DMEM steril dengan FBS 10%, dan penisilin- streptomisin 1% secara aseptis di dalam LAF.
Preparasi sel untuk uji sitotoksisitas: Sel yang inaktif dalam ampul diambil dari tangki nitrogen cair dan segera dicairkan pada suhu 37C. Ampul disemprot dengan etanol 70%, dibuka dan sel dipindahkan ke dalam tabung konikal steril berisi media DMEM. Suspensi sel disentrifugasi dengan 8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum (Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)
119 kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, supernatan dibuang, pellet ditambah 1 ml media penumbuh yang mengandung 10% FBS, resuspensi perlahan hingga homogen, selanjutnya sel ditumbuhkan dalam beberapa tissue culture flask kecil, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C dengan aliran 5% CO 2 . setelah 24 jam, media diganti dan sel ditumbuhkan lagi hingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian. Setelah jumlah sel cukup, media dibuang dan sel dicuci koloninya dengan jalan penambahan larutan PBS dan jika perlu diresuspensikan perlahan, buang larutan tersebut, tambahkan larutan trpsin 2,5%, 1 ml pada sel, namun agar merata ditambah larutan PBS 3 ml, diamkan selama 3-5 menit agar tripsin bekerja dengan baik. Sel dipindah ke dalam tabung konikal steril dan ditambah PBS sampai volume 10 ml dan disentrifugasi pada 3000 rpm selama 3 menit. Sel dicuci dua kali menggunakan media yang sama dan dihitung jumlah selnya menggunakan haemositometer. Suspensi sel ditambah jumlah media kultur sehingga memperleh konsentrasi sel sebesar 5 x 10 3 sel/100 l dan siap digunakan untuk penelitian.
Pembuatan larutan uji untuk uji sitotoksisitas: Senyawa 8- hidroksiisokapnolakton-2,3-diol dibuat stok dengan kadar 2x10 5 g/ml dalam DMSO. Selanjutnya dari larutan stok tersebut dibuat seri konsentrasi dalam media kultur.
Uji sitotoksisitas menggunakan metode MTT (Mosmann, 1983): Sel dengan kepadatan 5 x 10 3
sel/sumuran didistribusikan ke dalam plate 96 sumuran dan diinkubasi selama 48 jam untuk beradaptasi dan menempel di dasar sumuran. Keesokannya media diambil, dicuci PBS kemudian ditambahkan 100 L media kultur yang mengandung DMSO 0,2% saja (kontrol) atau sampel uji baik dalam bentuk tunggal (senyawa atau doxorubicin saja) maupun kombinasi (ekstrak atau fraksi dengan doxorubicin), inkubasi selama 48 jam. Pada akhir inkubasi, media kultur yang mengandung sampel dibuang, dicuci dengan 100 L PBS. Kemudian ke dalam masing- masing sumuran ditambahkan 100 L media kultur yang mengandung 5 mg/ml MTT, inkubasi lagi selama 4 jam pada suhu 37C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk kristal formazan berwarna ungu. Setelah 4 jam, media yang mengandung MTT dibuang, dicuci PBS kemudian ditambahkan larutan isopropanol-HCl 200 L untuk melarutkan kristal formazan. Digoyang di atas shaker selama 10 menit kemudian dibaca dengan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. Data yang diperoleh berupa absorbansi masing- masing sumuran dikonversi ke dalam persen sel hidup dan dianalisis dengan statistik, menggunakan metode uji korelasi yang diikuti dengan uji signifikansi untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Persen sel hidup dihitung menggunakan rumus:
dimana: A = absorbans sel dengan perlakuan B = absorbans kontrol media C = absorbans kontrol sel
Nilai IC 50 , yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian 50% populasi sel, digunakan sebagai parameter sitotoksik. Nilai IC 50 dihitung menggunakan analisis probit (SPSS x 100 % Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124
120
11.5) sehingga dapat diketahui potensi sitotoksisitasnya.
Pembuatan kultur P. falciparum: Kultur P. falciparum (strain D-lO dan FCR-3) dikerjakan dengan metode candle jar. Sel darah merah yang terinfeksi parasit dibiakkan dalam culture flask yang mengandung 10 ml medium komplit (mengandung 10% serum), dengan hematokrit akhir 1,5%. Manipulasi kultur tersebut dilaksanakan di dalam laminary flow cabinet dalam kondisi steril, kemudian diinkubasi di dalam inkubator pada temperatur 37C. Medium diganti dengan yang baru setiap 24 jam masa inkubasi. Apabila parasitemia terlalu tinggi, (lebih dari 10%) maka dibuat subkultur dengan menambahkan sel darah merah normal sehingga parasitemia menjadi rendah (kurang dari 1%) dan siap untuk uji aktivitas antiplasmodial.
Sinkronisasi: Untuk uji aktivitas antiplasmodial, parasit yang dipakai adalah stadium ring.Untuk memperolehnya parasit harus disinkronisasi dengan larutan sorbitol 5%. Parasit malaria disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 1000 putaran per menit. Cairan supematan dibuang, kemudian endapan parasit direndam di dalam larutan sorbitol steril sebanyak 3 kali volume parasit dan didiamkan pada temperatur kamar selama 10 menit. Selama periode ini maka stadium skizon akan lisis dan meninggalkan stadium tropozoit. Parasit kemudian dicuci dengan menambahkan medium komplit sebanyak 5 kali volume. Kemudian endapan parasit yang hanya terdiri dari stadium cincin akan dipero[eh dengan memutar seperti cara sebelumnya. Parasit kemudian dikembalikan ke dalam kultur dan akan tumbuh menjadi skizon dalam waktu 24 jam kemudian. Pembuatan larutan uji untuk uji antiplasmodial: Senyawa uji (sebanyak 10 mg), dilarutkan dalam 5 ml RPMI 1640 sebagai larutan stok. Larutan stok ini diencerkan dengan RPMI 1640 dan dibuat berbagai peringkat konsentrasi yaitu 0,5; 1; 5; 10; 25; 50, 100 dan 150 g/ml.
Uji aktivitas antiplasmodial: Mikrokultur yang digunakan mempunyai 96 sumuran yang terdiri dari baris A sampai dengan H dan kolom 1 sampai dengan 12 disiapkan. Untuk kontrol dan perlakuan disiapkan volume akhir suspensi di masing-masing sumuran 100 l medium komp[it yang mengandung parasit dengan hematokrit 1,5% dan parasitemia 1%. Obat diberikan dalam konsentrasi yang berbeda dan dibuat triplikat untuk setiap tes di tiap baris. Dengan memakai pipet Eppendorf, obat disiapkan dalam botolan steriI dan 100 I masingmasing konsentrasi dipindahkan ke dalam sumuran mulai dari konsentrasi rendah ke tinggi. Mikrokultur kemudian diletakkan di da]am kotak desikator hampa udara dengan memakai Iilin (Candle jar). Supaya terdapat konsentrasi gas yang optimal untuk kultur, maka desikator ditutup rapat pada waktu nyala lilin di dalamnya akan mati. Kesemuanya ini kemudian diinkubasi dalam incubator CO2, 37C selama 60 jam. Setelah diinkubasi berakhir, dibuat apusan darah tipis pada objek gelas dari masing-masing sumuran dan dilakukan pewarnaan dengan pewarna Giemsa. Pemeriksaan parasitemia pada masing-masing sumuran dilakukan dengan mikroskop cahaya. Harga % parasitemia dihitung dengan cara membandingkan jumlah eritrosit terinfeksi parasit dari sekitar 1000 eritrosit. Harga % penghambatan parasit oleh senyawa uji dihitung dengan rumus: 8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum (Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)
121
dimana: A = parasitemia kontrol B = parasitemia uji
Dengan menggunakan hubungan log dosis obat dengan % penghambatan maka dapat diperoleh garis regresi linier, dan dapat ditentukan konsentrasi penghambatan 50% (IC 50 ) senyawa uji.
Uji aktivitas antibakteri: Bakteri uji dikultur dalam Nutrient broth yang dibuat dengan mencampur 5,0 g NaCl, 3,0 g wheat extract, 5,0 g pepton, 15 g agar dan 50 ml akuades sambil diaduk. Campuran kemudian dipindahkan ke dalam empat botol universal dan disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada 15 psi. Autoklaf dibiarkan menjadi dingin (2 jam) dan medium dikeluarkan. Dengan menggunakan wire loop bakteri diambil dari slope culture dan diinokulasikan ke dalam broth. Medium agar dibuat dengan mencampurkan 1,6 g broth, 3,0 g nutrient agar dan 200 ml akuades. Sebanyak 0,1 ml kultur bakteri dalam nutrien broth ditambahkan dalam medium agar dan medium cair ini kemudian dituang ke dalam petri dish steril, gojog perlahan dan diinkubasi pada 37 o C. Filter paper disc diameter 6 mm dijenuhi dengan larutan uji (10 mg/ml), dikeringkan di dalam LAF lalu diletakkan pada permukaan agar yang sebelumnya telah diinokulasi dengan bakteri uji. Plate di balik dan diinkubasi selama 24 jam pada 30 o C. Aktivitas antimikrobial diindikasikan dengan adanya daerah penghambatan pertumbuhan bakteri sekeliling disc. Sebagai pembanding digunakan streptomisin (10 g/disc).
HASIL DAN PEMBAHASAN Senyawa 8-hidroksiisokapno- lakton-2,3-diol (C 19 H 22 O 9 )
diisolasi sebagai kristal putih berbentuk jarum dengan titik lebur 72-73 C. Spektrum massa senyawa ini memperlihatkan puncak ion molekular pada m/z 376 yang sesuai dengan bobot molekulnya. Spektrum UV yang memberikan absorbsi maksimum pada 290.2, 298.0 (bahu) dan 319.5 nm menunjukkan adanya inti kumarin yang teroksigenasi. Adanya pita yang lebar pada 3424 cm -1 absorrbsi yang kuat pada 1756 and 1722 cm -1 dalam spektrum IR mengindikasikan adanya gugus hidroksil dan dua gugus karbonil and o lakton.
Adanya inti kumarin teroksigenasi pada posisi 7 dan 8 ditunjukkan dengan adanya dua pasang doublet pada o 6,27 dan 7.64 (masing-masing 1H, d, J = 9.5 Hz) dan pada o 6,98 dan 6.85 (masing-masing 1H, d, J = 8.6 Hz) dalam spektrum 1 H-NMR yang ditimbulkan oleh adanya kopling antara H-3 dengan H-4 dan H-5 dengan H-6. Adanya kopling jarak jauh antara H-1'b dengan C-7 dalam spektrum HMBC memberikan informasi bahwa rantai samping terikat pada C-7. Adanya struktur parsial 7-O-CH 2 -CH(OH)- C(OH)(CH 3 )-CH 2 - rantai samping ditandai dengan munculnya signal pada o 4.63 (1H, dd, J = 11,2 dan 1,9 Hz), 4,12 (1H, m), 4,17 (1H, m), 2,33 (1H, dd, J = 15.0, 3,1 Hz), 1.92 (1H, m), 1,42 (3H, s) pada spektrum 1 H- NMR yang berturut-turut berasal dari H-1'a, H-1'b, H-2', H-4'a, H-4'b, H 3 -5' (Tabel 1). Adanya subunit diol ditandai dengan munculnya signal karbon diol C-2' dan C-3' pada o 78,0 dan 72,2 pada spektrum 13 C-NMR. Pada spektrum COSY adanya struktur parsial rantai samping tersebut juga didukung oleh terekamnya kopling antara H-2' x 100 % Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124
122
dengan H-1'a dan H-1'b. Pada spektrum NOESY adanya cross peaks antara signal H-2' dan H 3 -5' dengan jelas mengindikasikan struktur erythro 2',3' diol dengan konfigurasi R pada C-2' dan S pada C-3'. Dari spektrum 1 H-NMR juga diperoleh informasi adanya -lakton yang mengandung gugus metilen pada C-4. Adanya cross peak antara signal H-2 dengan signal H 3 - 5' dan H-2' menunjukkan atom C-2 mempunyai konfigurasi R. Gambar 2 memperlihatkan beberapa korelasi HMBC menunjukkan kerangka karbon senyawa isolat. Dengan demikian, isolat tersebut diidentifikasi sebagai (2'R, 3'S, 2R)-8-hidroksi-7-|4'-(4- metilen-5-oxo-2-tetrahidrofuranil)-3'- methyl-2',3'- hydroxybutoxy| coumarin atau 8-hidroksi-isokapnolakton-2,3- diol.
Gambar 2. Beberapa korelasi C-H dalam spektrum HMBC 8- hidroksi-isokap-nolakton-2,3-diol
Hasil uji sitotoksisitas Hasil uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa 8-hidroksiiso- kapnolakton-2,3-diol secara signifikan toksik terhadap sel CEM- SS, HL60, HeLa, HepG2, MCF7, T47D dan NS1 dengan harga IC 50
berturut-turut adalah 2,9; 2,5; 6,9; 5,9; 4,2; 8,0 dan 4,0 g/ml. Aktivitas senyawa ini terhadap sel kanker rahim dan myeloma lebih tinggi dibanding doxorubicin. Hal lain yang menarik adalah toksisitas senyawa ini terhadap sel normal fibroblas tikus lebih rendah dari pada terhadap sel kanker tersebut, Ini berarti bahwa senyawa tersebut selain mempunyai sensitivitas yang tinggi juga mempunyai selektivitas yang baik (Tabel 2). Kumarin 8-hidroksiisokapnolakton- 2,3-diol mempunyai aktivitas antiplasmodial yang cukup tinggi, bahkan aktivitasnya terhadap P. falciparum yang resisten kloroquin (FCR3) lebih kuat dibanding yang sensitif (D10). Harga IC 50 yang ditunjukkan senyawa ini terhadap kedua strain tersebut berturut-turut adalah 3,6 dan 7,95 g/ml. Diharapkan senyawa ini bisa dikembangkan sebagai obat alternatif untuk mengatasi plasmodium yang resisten kloroquin. Senyawa 8- hidroksiisokapnolakton-2,3-diol juga menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat terhadap Bacillus Subtilis mutan, Bacillus. subtilis wild type, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten meticilin (Tabel 3).
KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diisolasi dari ekstrak kloroform daun Micromelum minutum yang tumbuh di Sabah, Malaysia adalah suatu kumarin baru, yaitu 8-hidroksi- isokapnolakton-2,3-diol. Senyawa ini toksik terhadap sel kanker CEM-SS, HL60, HeLa, HepG2, MCF7, T47D dan NS1 dengan harga IC 50 berturut-turut adalah 2,9; 2,5; 6,9; 5,9; 4,2; 8,0 dan 4,0 g/ml, mempunyai aktivitas antiplasmodial terhadap P. falciparum yang resisten kloroquin (FCR3) (IC 50 3,6 g/ml) dan sensitif kloroquin (D10) (7,95 g/ml) serta aktif terhadap Bacillus Subtilis mutan, Bacillus. Subtilis wild type, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten meticilin. 8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum (Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)
123 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124
124
Tabel 2 Aktivitas sitotoksik 8-hidroksiisokapnolakton-2,3-diol Senyawa IC 50 (g/ml) Sel Kanker* CEM-SS HL60 HeLa HepG2 NS1 MCF7 T47D 3T3
8-hidroksiisokapno- lakton-2,3-diol
2.9
2.5
6.9
5.9
4,2
8,0
4,0
>20.0 Doxorubicin 0,1 11 68,6 0,19 0,02
Tamoxifen 36 7
Colchicine 0,02 21 CEM-SS = sel leukemia limfoblastik-T, HL60 = sel leukemia promielositik, HeLa = sel kanker rahim, HepG2 = sel kanker hati, MCF7 & T47D = sel kanker payudara, NS1 = sel kanker myeloma dan 3T3 = sel normal fibroblas tikus
Konsentrasi Diameter hambatan (mm) Bakteri* B 28 B 29 60690 MRSA 8-hidroksiisokapnolakton-2,3- diol 10 mg/ml 22 20 20 21
Streptomisin 10 g/disc 22 17 25 18
* B 28 = Bacillus subtilis mutant, B 29 = Bacillus subtilis wild type,
DAFTAR PUSTAKA 1. Jones DT. Rutaceae. In: Soepadmo E and Wong KM (eds). The flora of Sabah and Sarawak. Kuala Lumpur: Ampang Press Sdn; 1995. p 351-401. 2. Burkill IH. A dictionary of economic products of the Malay Peninsula 2 Vols. London: Crown agents for the Colonies; 1935 (Reprinted 1966, Kuala Lumpur: Ministry of Agriculture and Cooperatives). 3. Tantivatana P, Ruangrungsi N, Vaisiriroj V, Lankin DC, Bhacca NS, Borris RP, Cordell GA and Johnson LF. Microminutinin, a novel cytotoxic coumarin from Micromelum minutum (Rutaceae). J Org Chem 1983; 48: 268-270. 4. Tantishaiyakul V, Pummangura S, Chaichantipyuth C, Ma WW and McLaughlin JL. Phebalosin from the bark of Micromelum minutum. Phytochemistry 1986; 49(1):180-181. 5. Croft KD and Toia RF. Coumarins from Micromelum minutum. Planta Medica 1989; 55: 401. 6. Rahmani M, Taufiq-Yap YH, Ismail HHM, Sukari MA and Manas AR. Microminutinin: A novel coumarin from Micromelum minutum. Planta Medica 1993; 59: 93-94. 7. Rahmani M, Taufiq-Yap YH, Ismail, HHM, Sukari MA and Waterman PG. New coumarin and dihydrocinnamic acid derivatives from two Malaysian populations of Micromelum minutum. Phytochemistry 1994; 37: 561-564.