You are on page 1of 9

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No.

3 Januari 2009: 116 -124




116


8-HIDROKSIISOKAPNOLAKTON-2',3'-DIOL,
KUMARIN BIOAKTIF DARI Micromelum minutum
Ratna Asmah Susidarti*
1
, Mawardi Rahmani
2
, Mohd. Aspollah Sukari
2
,
Abdul Manaf Ali
3
, Mustofa
4
, Alfi Yasmina
5
, Sri Handayani
1
, Betty Mintarsih
1
,
Muthi Ikawati
1
, Endah Puji Septisetyani
1

1
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
2
Jurusan Kimia, Universiti Putra Malaysia, 43400 UPM, Malaysia,
3
Jurusan Bioteknologi, Universiti Putra Malaysia, 43400 UPM, Malaysia,
4
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah mada,
5
Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
Korespondensi: susidari@yahoo.com


ABSTRACT
Separation of leaves chloroform extract of Micromelum minutum (Rutaceae) yielded a
new coumarin, 8-hydroxyisocapnolactone-2',3'-diol. The structure of this compound was
characterized by UV, IR, MS and NMR spectroscopic methods, including
1
H,
13
C, HSQC,
COSY, HMBC dan NOESY experiments. This compound is significantly toksisk towards
several cancer cell lines (CEM-SS, HL60, HeLa, HepG2, MCF7, T47D and NS1), active
against chloroquin sensitive (D10) and resistance (FCR3) Plasmodium falciparum and
showed strong antibacterial activity against Bacillus Subtilis mutan, Bacillus. Subtilis wild
type, Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten meticilin).
Keywords: Micromelum minutum, 8-hydroxyisocapnolactone-2',3'-diol, coumarin,
cytotoxicity, antiplasmodia, antibacteria.

ABSTRAK
Pemisahan ekstrak kloroform daun Micromelum minutum (Rutaceae) menghasilkan suatu
kumarin baru, 8-hidroksiisokapnolakton-2,3-diol yang strukturnya diidentifikasi secara
spektroskopi UV, IR, MS dan NMR termasuk
1
H,
13
C, HSQC, COSY, HMBC dan NOESY.
Senyawa tersebut secara signifikan toksik terhadap beberapa sel kanker (CEM-SS,
HL60, HeLa, HepG2, MCF7, T47D dan NS1), aktif terhadap Plasmodium falciparum yang
sensitif (D10) maupun resisten (FCR3) kloroquin dan mempunyai aktivitas antibakteri
yang kuat terhadap Bacillus Subtilis mutan, Bacillus. Subtilis wild type, Pseudomonas
Aeruginosa dan Staphylococcus aureus resisten meticilin).
Kata kunci: Micromelum minutum, 8-hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, kumarin,
sitotoksisitas, antiplasmodial, antibakteri.


PENDAHULUAN
Micromelum minutum (sinonim
dengan Micromelum pubescens)
merupakan semak tinggi yang
termasuk dalam famili Rutaceae.
Terdapat empat varietas tanaman ini
di Malaysia dan varietas minutum
banyak dijumpai di Sabah dan
Serawak (1). M. minutum telah
digunakan secara luas sebagai obat
tradisional untuk skabies, lepra,
malaria dan digunakan sebagai obat
cacing (2). Selain itu tanaman ini juga
digunakan sebagi obat sakit kepala
dan demam serta dilaporkan
8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum
(Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)


117
mempunyai aktivitas sebagai
emenagogum.
Daun dan kulit batang M. minutum
diketahui mengandung berbagai
macam kumarin (3 - 7) yang beberapa
diantaranya mempunyai aktivitas
biologis yang baik. Microminutin toxic
terhadap sel leukemia limpositik P-
388 (2), sedang phebalosin secara
signifikan toksik terhadap larva udang
dan menghambat perkembangan
tumor empedu (4). Microminutinin
selain toksik terhadap larva udang
juga mempunyai aktivitas sebagai
larvasidal yang kuat (7).
Dalam makalah ini akan dilaporkan
isolasi suatu kumarin baru 8-
hidroksiisokapnolakton-2',3'-diol dari
Micromelum minutum yang tumbuh di
Sabah, Malaysia serta aktivitas
biologisnya yang meliputi aktivitas
sitotoksik terhadap beberapa sel
kanker (CEM-SS, HL60, HeLa,
HepG2, T47D, MCF-7 dan NS-1 ) dan
sel normal fibroblast tikus (T3T),
aktivitas antiplasmodial terhadap
Plasmodium falciparum strain sensitif
(D10) maupun resisten kloroquin
(FCR3) dan aktivitas antibakteri
terhadap beberapa bakteri patogen
(Bacillus Subtilis mutan, Bacillus
Subtilis wild type, Pseudomonas
Aeruginosa dan Staphylococcus
aureus resisten meticilin).

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan
Daun tanaman Micromelum
minutum diambil dari Sepilok, Sabah,
Malaysia dan sampel material
tanaman ini disimpan di Forest
Research Centre, Sabah (nomor
akses SAN 142904). Solven yang
digunakan untuk ekstraksi dan elusi
kolom kromatografi adalah petroleum
eter, kloroform dan metanol. Bahan
untuk fase diam kolom kromatografi
adalah silika gel 60 PF
254
kode
1.007749.1000 dan silika gel 60 kode
9385.1000 (E Merck).
Sel yang digunakan untuk uji
sitotoksisitas adalah sel kanker
leukemia limfoblastik-T (CEM-SS),
leukemia promielositik (HL60), sel
kanker rahim (HeLa), sel kanker hati
(HepG2), sel kanker payudara (T47D
dan MCF7), sel kanker myeloma (NS-
1) dan sel normal fibroblas tikus
(T3T). Media yang digunakan adalah
Dulbeccos modified Eagles media
(DMEM) yang mengandung Foetal
Bovine Serum (FBS) 10% (v/v)
(Gibco) dan penisillin-streptomisin 1
% (v/v) (Gibco). Bahan lain yang
digunakan adalah larutan pencuci
Phosphat Buffer Saline (PBS), dimetil
sulfoksida (DMSO) (Merck), Reagen
MTT |3-(4,5-dimetil thiazol-2-il)-2,5-
difeniltetrazolium bromida| 5 mg/ml
dalam media DMEM, isopropanol-HCl
dan Tripsin-EDTA.
Parasit uji yang digunakan untuk
uji antiplasmodial adalah Plasmodium
falciparum strain sensitif (D10)
maupun resisten (FCR3) kloroquin
yang diperoleh dari Eijjkman Institute
For Molecular Biology, Jakarta. Bahan
lain yang digunakan adalah medium
RPMI 1640 (Gibco) dengan
gentamisin (Merck) dan HEPES
(Sigma), sorbitol (Merck), dekstrosa
(Merck), giemsa (Sigma), akuabides
steril, HCl 0,01 N, DMSO, NaCl
(Merck), serum dan sel darah
manusia golongan 0
+
, methanol
(Merck) dan etanol 70%.
Bakteri uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Bacillus subtilis
mutan, Bacillus subtilis wild type,
Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus resisten
metisilin. Bahan lain yang digunakan
adalah nutrien broth dan medium agar

Alat
Alat-alat yang digunakan untuk
isolasi dan penentuan struktur
senyawa adalah rotaevaporator
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124


118

hampa (Heidolph VV 2000), alat
penentu titik lebur (Kofler),
spektrofotometer FTIR (Perkin Elmer
model 1275X, spektrofotometer UV
(Shimadzu UV 160A), spektrometer
NMR (Bruker DRX-500, spektrometer
massa (Shimadzu GCMS-QP5050),
kolom kromatografi berbagai ukuran
dan alat-alat gelas pada umumnya.
Alat yang digunakan untuk uji
sitotoksisitas, antiplasmodial dan
antibakteri adalah eppendorf (Brand),
vorteks, autoklaf (Hirayama),
inkubator CO
2
(Heraceus), Laminar
Air Flow Hood (Labconco), tissue
culture flask (Nunc), tabung konikal 15
ml steril (Falcon), timbangan sentrifus
(Sorvall), haemositometer (Nebauer),
cell counter, yellow tip (Brand), blue
tip (Brand), mikropipet (Gilson),
mikroskop inverted (Zeiss), 96-well
plate (Nunc), shaker (Gemmy), ELISA
reader (Bio-Rad), 24-well plate
(Nunc), cover slip diameter 13 mm
(Nunc), petri dish, paper disc diameter
6 mm dan kamera digital (Canon
Power Shoot A460, 5,0 mega pixels).

Cara kerja
Ekstraksi dan isolasi: Serbuk kering
daun Micromelum minutum (262,2 g)
dimaserasi berturut-turut dengan
petroleum eter, kloroform dan
metanol. Ekstrak kloroform yang
diperoleh (15,0 g) difraksinasi dengan
kromatografi cair vakum yang dielusi
dengan petroleum eter-kloroform dan
kloroform-metanol berbagai
perbandingan dengan polaritas yang
semakin meningkat dan diperoleh 23
fraksi. Fraksi nomor 21 dan 22
digabung dan dipisahkan dengan
kolom kromatografi menghasilkan 22
fraksi. Fraksi 5-9 digabung lalu
dimurnikan dengan kolom
kromatografi dan rekristalisasi dengan
kloroform dan petroleum eter
menghasilkan 134,1 mg 8-hidroksi-
isokapnolakton-2,3-diol (Gambar 1).
Gambar 1. Struktur 8-hidroksiiso-
kapnolakton-2,3-diol
Kristal berbentuk jarum berwarna
putih, titik lebur 72-72.5 C.
1
H- ,
13
C-
NMR CDCl
3
), dan 2D-NMR (
__
senyawa ini dapat dlihat pada tabel 1.
UV (MeOH)
max
nm (log c): 290,2
(3,89), 298,0 (bahu), 319,5 (4,19). IR
(KBr disc) cm
-1
: 3424 (br), 2938,
1756, 1722, 1614, 1572, 1458, 1352,
1278, 830. EIMS m/z (% intensity):
376 (|M
+
|, 0,55), 358 (|M-H
2
O|
+
,
14,57), 204 (100,00), 189 (4,70), 176
(8,68), 175 (10,10), 163 (4,35), 147
(18,58), 146 (4.41), 124 (3.84), 109
(3,33), 95 (18,34).

Pembuatan media pencuci dan
penumbuh biakan sel (DMEM): Media
pencuci dibuat dengan melarutkan
DMEM dalam aquades, ditambah 2,0
gram NaHCO
3
dan 2,0 gram Hepes.
Larutan selanjutnya distirer sampai
homogen kemudian dibuffer dengan
HCl encer 1N hingga pH 7,2-7,4.
Selanjutnya larutan disaring dengan
filter polietilensulfon steril 0,2 m
secara aseptis. Media penumbuh sel
atau media kultur dibuat dengan cara
mencampurkan larutan DMEM steril
dengan FBS 10%, dan penisilin-
streptomisin 1% secara aseptis di
dalam LAF.

Preparasi sel untuk uji sitotoksisitas:
Sel yang inaktif dalam ampul diambil
dari tangki nitrogen cair dan segera
dicairkan pada suhu 37C. Ampul
disemprot dengan etanol 70%, dibuka
dan sel dipindahkan ke dalam tabung
konikal steril berisi media DMEM.
Suspensi sel disentrifugasi dengan
8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum
(Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)


119
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit,
supernatan dibuang, pellet ditambah
1 ml media penumbuh yang
mengandung 10% FBS, resuspensi
perlahan hingga homogen,
selanjutnya sel ditumbuhkan dalam
beberapa tissue culture flask kecil,
diinkubasi dalam inkubator pada suhu
37C dengan aliran 5% CO
2
. setelah
24 jam, media diganti dan sel
ditumbuhkan lagi hingga konfluen dan
jumlahnya cukup untuk penelitian.
Setelah jumlah sel cukup, media
dibuang dan sel dicuci koloninya
dengan jalan penambahan larutan
PBS dan jika perlu diresuspensikan
perlahan, buang larutan tersebut,
tambahkan larutan trpsin 2,5%, 1 ml
pada sel, namun agar merata
ditambah larutan PBS 3 ml, diamkan
selama 3-5 menit agar tripsin bekerja
dengan baik. Sel dipindah ke dalam
tabung konikal steril dan ditambah
PBS sampai volume 10 ml dan
disentrifugasi pada 3000 rpm selama
3 menit. Sel dicuci dua kali
menggunakan media yang sama dan
dihitung jumlah selnya menggunakan
haemositometer. Suspensi sel
ditambah jumlah media kultur
sehingga memperleh konsentrasi sel
sebesar 5 x 10
3
sel/100 l dan siap
digunakan untuk penelitian.

Pembuatan larutan uji untuk uji
sitotoksisitas: Senyawa 8-
hidroksiisokapnolakton-2,3-diol
dibuat stok dengan kadar 2x10
5
g/ml
dalam DMSO. Selanjutnya dari
larutan stok tersebut dibuat seri
konsentrasi dalam media kultur.

Uji sitotoksisitas menggunakan
metode MTT (Mosmann, 1983): Sel
dengan kepadatan 5 x 10
3

sel/sumuran didistribusikan ke dalam
plate 96 sumuran dan diinkubasi
selama 48 jam untuk beradaptasi dan
menempel di dasar sumuran.
Keesokannya media diambil, dicuci
PBS kemudian ditambahkan 100 L
media kultur yang mengandung
DMSO 0,2% saja (kontrol) atau
sampel uji baik dalam bentuk tunggal
(senyawa atau doxorubicin saja)
maupun kombinasi (ekstrak atau
fraksi dengan doxorubicin), inkubasi
selama 48 jam. Pada akhir inkubasi,
media kultur yang mengandung
sampel dibuang, dicuci dengan 100
L PBS. Kemudian ke dalam masing-
masing sumuran ditambahkan 100 L
media kultur yang mengandung 5
mg/ml MTT, inkubasi lagi selama 4
jam pada suhu 37C. Sel yang hidup
akan bereaksi dengan MTT
membentuk kristal formazan berwarna
ungu. Setelah 4 jam, media yang
mengandung MTT dibuang, dicuci
PBS kemudian ditambahkan larutan
isopropanol-HCl 200 L untuk
melarutkan kristal formazan.
Digoyang di atas shaker selama 10
menit kemudian dibaca dengan
dengan ELISA reader pada panjang
gelombang 595 nm. Data yang
diperoleh berupa absorbansi masing-
masing sumuran dikonversi ke dalam
persen sel hidup dan dianalisis
dengan statistik, menggunakan
metode uji korelasi yang diikuti
dengan uji signifikansi untuk
mengetahui signifikansi perbedaan
antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan. Persen sel hidup
dihitung menggunakan rumus:



dimana:
A = absorbans sel dengan perlakuan
B = absorbans kontrol media
C = absorbans kontrol sel

Nilai IC
50
, yaitu konsentrasi yang
menyebabkan kematian 50% populasi
sel, digunakan sebagai parameter
sitotoksik. Nilai IC
50
dihitung
menggunakan analisis probit (SPSS
x 100 %
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124


120

11.5) sehingga dapat diketahui
potensi sitotoksisitasnya.

Pembuatan kultur P. falciparum:
Kultur P. falciparum (strain D-lO dan
FCR-3) dikerjakan dengan metode
candle jar. Sel darah merah yang
terinfeksi parasit dibiakkan dalam
culture flask yang mengandung 10 ml
medium komplit (mengandung 10%
serum), dengan hematokrit akhir
1,5%. Manipulasi kultur tersebut
dilaksanakan di dalam laminary flow
cabinet dalam kondisi steril, kemudian
diinkubasi di dalam inkubator pada
temperatur 37C. Medium diganti
dengan yang baru setiap 24 jam
masa inkubasi. Apabila parasitemia
terlalu tinggi, (lebih dari 10%) maka
dibuat subkultur dengan
menambahkan sel darah merah
normal sehingga parasitemia menjadi
rendah (kurang dari 1%) dan siap
untuk uji aktivitas antiplasmodial.

Sinkronisasi: Untuk uji aktivitas
antiplasmodial, parasit yang dipakai
adalah stadium ring.Untuk
memperolehnya parasit harus
disinkronisasi dengan larutan sorbitol
5%. Parasit malaria disentrifugasi
selama 10 menit dengan kecepatan
1000 putaran per menit. Cairan
supematan dibuang, kemudian
endapan parasit direndam di dalam
larutan sorbitol steril sebanyak 3 kali
volume parasit dan didiamkan pada
temperatur kamar selama 10 menit.
Selama periode ini maka stadium
skizon akan lisis dan meninggalkan
stadium tropozoit. Parasit kemudian
dicuci dengan menambahkan medium
komplit sebanyak 5 kali volume.
Kemudian endapan parasit yang
hanya terdiri dari stadium cincin akan
dipero[eh dengan memutar seperti
cara sebelumnya. Parasit kemudian
dikembalikan ke dalam kultur dan
akan tumbuh menjadi skizon dalam
waktu 24 jam kemudian.
Pembuatan larutan uji untuk uji
antiplasmodial: Senyawa uji
(sebanyak 10 mg), dilarutkan dalam 5
ml RPMI 1640 sebagai larutan stok.
Larutan stok ini diencerkan dengan
RPMI 1640 dan dibuat berbagai
peringkat konsentrasi yaitu 0,5; 1; 5;
10; 25; 50, 100 dan 150 g/ml.

Uji aktivitas antiplasmodial:
Mikrokultur yang digunakan
mempunyai 96 sumuran yang terdiri
dari baris A sampai dengan H dan
kolom 1 sampai dengan 12 disiapkan.
Untuk kontrol dan perlakuan
disiapkan volume akhir suspensi di
masing-masing sumuran 100 l
medium komp[it yang mengandung
parasit dengan hematokrit 1,5% dan
parasitemia 1%. Obat diberikan
dalam konsentrasi yang berbeda dan
dibuat triplikat untuk setiap tes di tiap
baris. Dengan memakai pipet
Eppendorf, obat disiapkan dalam
botolan steriI dan 100 I
masingmasing konsentrasi
dipindahkan ke dalam sumuran mulai
dari konsentrasi rendah ke tinggi.
Mikrokultur kemudian diletakkan di
da]am kotak desikator hampa udara
dengan memakai Iilin (Candle jar).
Supaya terdapat konsentrasi gas
yang optimal untuk kultur, maka
desikator ditutup rapat pada waktu
nyala lilin di dalamnya akan mati.
Kesemuanya ini kemudian diinkubasi
dalam incubator CO2, 37C selama
60 jam. Setelah diinkubasi berakhir,
dibuat apusan darah tipis pada objek
gelas dari masing-masing sumuran
dan dilakukan pewarnaan dengan
pewarna Giemsa. Pemeriksaan
parasitemia pada masing-masing
sumuran dilakukan dengan mikroskop
cahaya. Harga % parasitemia dihitung
dengan cara membandingkan jumlah
eritrosit terinfeksi parasit dari sekitar
1000 eritrosit. Harga %
penghambatan parasit oleh senyawa
uji dihitung dengan rumus:
8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum
(Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)


121

dimana:
A = parasitemia kontrol
B = parasitemia uji

Dengan menggunakan hubungan log
dosis obat dengan % penghambatan
maka dapat diperoleh garis regresi
linier, dan dapat ditentukan
konsentrasi penghambatan 50% (IC
50
)
senyawa uji.

Uji aktivitas antibakteri: Bakteri uji
dikultur dalam Nutrient broth yang
dibuat dengan mencampur 5,0 g
NaCl, 3,0 g wheat extract, 5,0 g
pepton, 15 g agar dan 50 ml akuades
sambil diaduk. Campuran kemudian
dipindahkan ke dalam empat botol
universal dan disterilkan dalam
autoklaf selama 15 menit pada 15 psi.
Autoklaf dibiarkan menjadi dingin (2
jam) dan medium dikeluarkan.
Dengan menggunakan wire loop
bakteri diambil dari slope culture dan
diinokulasikan ke dalam broth.
Medium agar dibuat dengan
mencampurkan 1,6 g broth, 3,0 g
nutrient agar dan 200 ml akuades.
Sebanyak 0,1 ml kultur bakteri dalam
nutrien broth ditambahkan dalam
medium agar dan medium cair ini
kemudian dituang ke dalam petri dish
steril, gojog perlahan dan diinkubasi
pada 37
o
C. Filter paper disc diameter
6 mm dijenuhi dengan larutan uji (10
mg/ml), dikeringkan di dalam LAF lalu
diletakkan pada permukaan agar
yang sebelumnya telah diinokulasi
dengan bakteri uji. Plate di balik dan
diinkubasi selama 24 jam pada 30
o
C.
Aktivitas antimikrobial diindikasikan
dengan adanya daerah
penghambatan pertumbuhan bakteri
sekeliling disc. Sebagai pembanding
digunakan streptomisin (10 g/disc).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Senyawa 8-hidroksiisokapno-
lakton-2,3-diol (C
19
H
22
O
9
)

diisolasi
sebagai kristal putih berbentuk jarum
dengan titik lebur 72-73 C. Spektrum
massa senyawa ini memperlihatkan
puncak ion molekular pada m/z 376
yang sesuai dengan bobot
molekulnya. Spektrum UV yang
memberikan absorbsi maksimum
pada 290.2, 298.0 (bahu) dan 319.5
nm menunjukkan adanya inti kumarin
yang teroksigenasi. Adanya pita yang
lebar pada 3424 cm
-1
absorrbsi yang
kuat pada 1756 and 1722 cm
-1
dalam
spektrum IR mengindikasikan adanya
gugus hidroksil dan dua gugus
karbonil and o lakton.

Adanya inti
kumarin teroksigenasi pada posisi 7
dan 8 ditunjukkan dengan adanya
dua pasang doublet pada o 6,27 dan
7.64 (masing-masing 1H, d, J = 9.5
Hz) dan pada o 6,98 dan 6.85
(masing-masing 1H, d, J = 8.6 Hz)
dalam spektrum
1
H-NMR yang
ditimbulkan oleh adanya kopling
antara H-3 dengan H-4 dan H-5
dengan H-6. Adanya kopling jarak
jauh antara H-1'b dengan C-7 dalam
spektrum HMBC memberikan
informasi bahwa rantai samping
terikat pada C-7. Adanya struktur
parsial 7-O-CH
2
-CH(OH)-
C(OH)(CH
3
)-CH
2
- rantai samping
ditandai dengan munculnya signal
pada o 4.63 (1H, dd, J = 11,2 dan 1,9
Hz), 4,12 (1H, m), 4,17 (1H, m), 2,33
(1H, dd, J = 15.0, 3,1 Hz), 1.92 (1H,
m), 1,42 (3H, s) pada spektrum
1
H-
NMR yang berturut-turut berasal dari
H-1'a, H-1'b, H-2', H-4'a, H-4'b, H
3
-5'
(Tabel 1). Adanya subunit diol
ditandai dengan munculnya signal
karbon diol C-2' dan C-3' pada o 78,0
dan 72,2 pada spektrum
13
C-NMR.
Pada spektrum COSY adanya
struktur parsial rantai samping
tersebut juga didukung oleh
terekamnya kopling antara H-2'
x 100 %
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124


122

dengan H-1'a dan H-1'b. Pada
spektrum NOESY adanya cross
peaks antara signal H-2' dan H
3
-5'
dengan jelas mengindikasikan
struktur erythro 2',3' diol dengan
konfigurasi R pada C-2' dan S pada
C-3'. Dari spektrum
1
H-NMR juga
diperoleh informasi adanya -lakton
yang mengandung gugus metilen
pada C-4. Adanya cross peak
antara signal H-2 dengan signal H
3
-
5' dan H-2' menunjukkan atom C-2
mempunyai konfigurasi R. Gambar 2
memperlihatkan beberapa korelasi
HMBC menunjukkan kerangka karbon
senyawa isolat. Dengan demikian,
isolat tersebut diidentifikasi sebagai
(2'R, 3'S, 2R)-8-hidroksi-7-|4'-(4-
metilen-5-oxo-2-tetrahidrofuranil)-3'-
methyl-2',3'- hydroxybutoxy| coumarin
atau 8-hidroksi-isokapnolakton-2,3-
diol.








Gambar 2. Beberapa korelasi
C-H dalam spektrum HMBC 8-
hidroksi-isokap-nolakton-2,3-diol

Hasil uji sitotoksisitas
Hasil uji sitotoksisitas
menunjukkan bahwa 8-hidroksiiso-
kapnolakton-2,3-diol secara
signifikan toksik terhadap sel CEM-
SS, HL60, HeLa, HepG2, MCF7,
T47D dan NS1 dengan harga IC
50

berturut-turut adalah 2,9; 2,5; 6,9; 5,9;
4,2; 8,0 dan 4,0 g/ml. Aktivitas
senyawa ini terhadap sel kanker
rahim dan myeloma lebih tinggi
dibanding doxorubicin. Hal lain yang
menarik adalah toksisitas senyawa ini
terhadap sel normal fibroblas tikus
lebih rendah dari pada terhadap sel
kanker tersebut, Ini berarti bahwa
senyawa tersebut selain mempunyai
sensitivitas yang tinggi juga
mempunyai selektivitas yang baik
(Tabel 2).
Kumarin 8-hidroksiisokapnolakton-
2,3-diol mempunyai aktivitas
antiplasmodial yang cukup tinggi,
bahkan aktivitasnya terhadap P.
falciparum yang resisten kloroquin
(FCR3) lebih kuat dibanding yang
sensitif (D10). Harga IC
50
yang
ditunjukkan senyawa ini terhadap
kedua strain tersebut berturut-turut
adalah 3,6 dan 7,95 g/ml.
Diharapkan senyawa ini bisa
dikembangkan sebagai obat alternatif
untuk mengatasi plasmodium yang
resisten kloroquin. Senyawa 8-
hidroksiisokapnolakton-2,3-diol juga
menunjukkan aktivitas antibakteri
yang kuat terhadap Bacillus Subtilis
mutan, Bacillus. subtilis wild type,
Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus resisten
meticilin (Tabel 3).

KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa senyawa yang
diisolasi dari ekstrak kloroform daun
Micromelum minutum yang tumbuh di
Sabah, Malaysia adalah suatu
kumarin baru, yaitu 8-hidroksi-
isokapnolakton-2,3-diol.
Senyawa ini toksik terhadap sel
kanker CEM-SS, HL60, HeLa,
HepG2, MCF7, T47D dan NS1
dengan harga IC
50
berturut-turut
adalah 2,9; 2,5; 6,9; 5,9; 4,2; 8,0 dan
4,0 g/ml, mempunyai aktivitas
antiplasmodial terhadap P. falciparum
yang resisten kloroquin (FCR3) (IC
50
3,6 g/ml) dan sensitif kloroquin (D10)
(7,95 g/ml) serta aktif terhadap
Bacillus Subtilis mutan, Bacillus.
Subtilis wild type, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus
aureus resisten meticilin.
8-Hidroksiisokapnolakton-2,3-diol, Kumarin Bioaktif dari Micromelum minutum
(Ratna Asmah Susidarti dan kawan-kawan)


123
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 2009: 116 -124


124


Tabel 2
Aktivitas sitotoksik 8-hidroksiisokapnolakton-2,3-diol
Senyawa
IC
50
(g/ml)
Sel Kanker*
CEM-SS HL60 HeLa HepG2 NS1 MCF7 T47D 3T3

8-hidroksiisokapno-
lakton-2,3-diol

2.9

2.5

6.9

5.9

4,2

8,0

4,0

>20.0
Doxorubicin 0,1 11 68,6 0,19 0,02

Tamoxifen 36 7

Colchicine 0,02 21
CEM-SS = sel leukemia limfoblastik-T, HL60 = sel leukemia promielositik, HeLa = sel kanker
rahim, HepG2 = sel kanker hati, MCF7 & T47D = sel kanker payudara, NS1 = sel kanker
myeloma dan 3T3 = sel normal fibroblas tikus


Tabel 3
Aktivitas antibakteri 8-hidroksiisokapnolakton-2,3-diol
Senyawa

Konsentrasi
Diameter hambatan (mm)
Bakteri*
B 28 B 29 60690 MRSA
8-hidroksiisokapnolakton-2,3-
diol 10 mg/ml 22 20 20 21

Streptomisin 10 g/disc 22 17 25 18

* B 28 = Bacillus subtilis mutant, B 29 = Bacillus subtilis wild type,


DAFTAR PUSTAKA
1. Jones DT. Rutaceae. In: Soepadmo E
and Wong KM (eds). The flora of
Sabah and Sarawak. Kuala Lumpur:
Ampang Press Sdn; 1995. p 351-401.
2. Burkill IH. A dictionary of economic
products of the Malay Peninsula 2
Vols. London: Crown agents for the
Colonies; 1935 (Reprinted 1966, Kuala
Lumpur: Ministry of Agriculture and
Cooperatives).
3. Tantivatana P, Ruangrungsi N,
Vaisiriroj V, Lankin DC, Bhacca NS,
Borris RP, Cordell GA and Johnson
LF. Microminutinin, a novel cytotoxic
coumarin from Micromelum minutum
(Rutaceae). J Org Chem 1983; 48:
268-270.
4. Tantishaiyakul V, Pummangura S,
Chaichantipyuth C, Ma WW and
McLaughlin JL. Phebalosin from the
bark of Micromelum minutum.
Phytochemistry 1986; 49(1):180-181.
5. Croft KD and Toia RF. Coumarins from
Micromelum minutum. Planta Medica
1989; 55: 401.
6. Rahmani M, Taufiq-Yap YH, Ismail
HHM, Sukari MA and Manas AR.
Microminutinin: A novel coumarin from
Micromelum minutum. Planta Medica
1993; 59: 93-94.
7. Rahmani M, Taufiq-Yap YH, Ismail,
HHM, Sukari MA and Waterman PG.
New coumarin and dihydrocinnamic
acid derivatives from two Malaysian
populations of Micromelum minutum.
Phytochemistry 1994; 37: 561-564.

You might also like