You are on page 1of 3

APA ITU EHRA?

EHRA (Environmental Health Risk Assessment) adalah sebuah survai partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana sanitasi, kesehatan/higinitas, serta perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi dan advokasi di tingkat kota hingga kelurahan MENGAPA EHRA PERLU DILAKUKAN? Untuk melengkapi/menyempurnakan data primer tentang sanitasi dan higinitas di tingkat kelurahan yang dianggap tidak memadai. Untuk mengangkat isu sanitasi dan higinitas di tingkat kelurahan supaya mendapatkan perhatian yang selayaknya. Selama ini isu sanitasi dan higinitas dianggap kurang penting seperti tertangkap pada proses Musrenbang. Untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas cakrawala Pokja/masyarakat tentang isu sanitasi dan higinitas. Ini akan menambah amunisi untuk proses advokasi isu sanitasi dan higinitas bagi semua stakeholder. Untuk membuka lebar-lebar ruang dialog tentang isu-isu sanitasi dan higinitas di antara semua stakeholder, termasuk masyarakat dan pengambil keputusan. APA TUJUAN DAN MANFAAT EHRA? Tujuan Mendapatkan gambaran jelas tentang sarana dan prasarana sanitasi dan perilaku masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer. Manfaat Hasil survai digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) APA SAJA PRINSIP-PRINSIP EHRA? Partisipatif (melibatkan masyarakat), tetapi harus tetap kredibel di mata pengambil keputusan. Survei kuantitatif yang ketat Kolaboratif (bekerja sama) Anggota Pokja Kader di masyarakat, dan Konsultan Sadar jender, yaitu membuka ruang partisipasi seluas-luasnya bagi kaum perempuan. Mengambil pelajaran dari survai sebagai bahan advokasi. APA SAJA YANG DITANYAKAN DAN DILIHAT MELALUI EHRA? 1. Sumber air (minum, cuci, mandi, kelangkaan air) 2. Perilaku cuci tangan pakai sabun 3. Pembuangan sampah (cara utama, frekuensi pengangkutan, pemilahan) 4. Jamban dan perilaku buang air besar (BAB); Pembuangan kotoran anak 5. Kondisi jalan dan drainase serta pengalaman banjir BAGAIMANA METODOLOGI EHRA? Pada dasarnya metoda EHRA mencakup kegiatan seperti: pengumpulan data, sampling, dan analisis. Bagaimana pengumpulan data dilakukan? Ada dua metode pengumpulan data yang dilakukan: Wawancara/interview Pengamatan/observasi Dapat diselesaikan 30 - 40 menit per rumah tangga Unit of respondent adalah ibu (perempuan menikah atau janda) berusia antara 18 60 tahun. Pemilihan ibu berdasarkan urutan/tabel prioritas sebagai berikut: (1) kepala rumah tangga (orang tua tunggal/janda); (2) istri kepala rumah tangga, (3) anak rumah tangga, dan (4) adik/kakak kepala rumah tangga.

Ibu diasumsikan lebih mengetahui kondisi rumah Jumlah enumerator adalah 2 orang per kelurahan

Bagaimana sampling dilakukan? Dilakukan secara acak/random bertahap dan sistematis Satuan sampling primer (primary sampling unit) adalah Rukun Tetangga (RT) Pemilihan rumah di RT terpilih dilakukan dengan cara Random sistematis: berdasarkan angka loncatan mulai dari angka acak tertentu (bila daftar rumah tangga tersedia/ rumah ditata rapih) Responden adalah Ibu yang dipilih berdasarkan tabel prioritas. Urutuan prioritas adalah Status (kepala keluarga, istri, anak, adik/kakak kepala rumah tangga) responden utama Usia responden tambahan bila ada beberapa orang Sampling: kota besar & sedang Satuan sampling primer (primary sampling unit) adalah Rukun Tetangga (RT) Mencakup semua kelurahan dengan jumlah RT diambil secara disproposional 8 RT per kelurahan 40 rumat tangga per kelurahan Setiap RT diambil 5 rumah Quality Control (QC) Survai - Spot check 5% dari total diambil acak menggunakan kuesioner khusus. Data entry - Entry check sebesar 5% dari total kuesioner yang diproses. Peran (contoh Kota Tegal) Koordinator kegiatan Ketua pelaksana Koordinator survai Koordinator data entri Supervisor lapangan Enumerator Data entri tim Fasilitator pelatihan Kompilasi data

: Pokja : Pokja : Pokja : Pokja : PLKB : Kader : Mahasiswa : Tim ISSDP Jakarta : Tim ISSDP Jakarta

Untuk survai, langkah-langkah apa sajakah yang harus ditempuh? Pelatihan tenaga enumerator survai (pelatihan kader) 2 hari Peserta: enumerator/kader kelurahan yang disurvai, supervisor, Tim Pokjasan Pada hari II pelatihan dilakukan tryout kuesioner di kelurahan terdekat Untuk kota besar disarankan dilakukan dalam 2 angkatan atau dua kelas paralel Pelaksanaan Survai Oleh kader di masing-masing kelurahan (3 5 hari), 2 orang per kelurahan Supervisor memonitor pelaksanaan survai Supervisor melakukan spot check Check kuesioner dan cleaning data oleh supervisor Pelatihan dan pelaksanaan data entry oleh petugas data entry (sekitar 1 minggu) Tersedia lab komputer. Minimal ruang dengan 6-10 komputer untuk pelatihan Pelatihan data entry (Program SPSS): sekitar 4 jam Pengolahan data (oleh Tim ISSDP Jakarta) Presentasi umpan balik: Peserta: Pokjasan, enumerator (minimal perwakilan), Dinas terkait, Tim ISSDP Penulisan laporan Studi EHRA Bagaimana mengorganisasi survai? Koordinator Survai adalah Pokja Bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan survai Pemberitahuan/ijin ke kelurahan yang disurvai

Koordinator Wilayah/Kecamatan adalah Pokja Jumlah Koordinator disesuaikan dengan kebutuhan Supervisor Alternatif: Tenaga Puskesmas, mahasiswa, pegawai honorer Lincah/energik, memiliki dan bisa mengendarai sepeda motor Relatif mengenal wilayah yang akan disupervisi Diperlukan seorang Koordinator Supervisor Satu orang supervisor bertanggungjawab antara 5 6 kelurahan Enumerator Kader kelurahan (kader PKK/Dawis/Posyandu) direkomendasikan, 2 (dua) orang per kelurahan Diutamakan perempuan, sehat jasmani rohani, dan lebih baik bila bisa mengendarai sepeda motor Tenaga Data Entry Staf Bapeda/Dinas lain atau mahasiswa Diutamakan yang memiliki komputer untuk dapat mengerjakan data entry di rumah Satu petugas data entry mengerjakan 8 10 kelurahan Diperlukan koordinator data entry Tenaga Pendukung/Administrasi Staf Bapeda/POKJA dibantu Tim ISSDP Kota/Provinsi Mengorganisir pelatihan Pengadaan logistik survai

You might also like