You are on page 1of 9

Pembelajaran dari Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Sudarno Sumarto dan Asep Suryahadi Disampaikan pada Lokakarya Lessons Learned Penanggulangan Kemiskinan. UKP2K, 18 November 2013.

Laju pengurangan kemiskinan melambat, sementara kerentanan tinggi

Persistensi disparitas tingkat kemiskinan antarwilayah di Indonesia Ketimpangan diukur dari Koefisien Gini meningkat Kemiskinan nonkonsumsi mengindikasikan kurangnya akses pada layanan dasar, terutama kesehatan dan sanitasi Proses pembelajaran siswa kurang berhasil: variasi besar antar wilayah dan performa nasional dalam tes internasional rendah

Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan Pemerintah (Pembentukan TNP2K & TKPKD, UKP2K, Reformasi Birokrasi, Pengembangan rencana yang komprehensif melalui dokumen MP3KI), namun masih banyak ruang untuk perbaikan baik dari sisi strategi maupun implementasi.

DIMENSI

Pelajaran yang dipetik


Program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi lebih efektif dibanding dengan program perlindungan sosial yang ad hoc. Beberapa kementerian bertanggung jawab dalam melaksanakan program bantuan sosial. Ketika program tersebar di lembaga yang berbeda, hasil yang diperoleh seringkali tidak berimbang, penetapan sasaran yang kurang baik, dan permasalahan kekurangcakupan dan kebocoran. Terlebih lagi, mekanisme monitoring dan evaluasi berbeda-beda antarprogram.

Kelembagaan

DIMENSI

Pelajaran yang dipetik

Pengurangan kemiskinan yang paling


Komplementaritas
signifikan datang bukan dari program penanggulangan kemiskinan, melainkan kombinasi kebijakan sosial, ekonomi dan politik.

Kondisi Indonesia saat ini: Pengeluaran bantuan sosial dan layanan


sosial yang rendah (dibawah 1% dari GDP) Subsidi BBM yang regresif (Subsidi BBM perlu dipatok) Akses ke layanan dasar dan infrastruktur belum baik

DIMENSI

Pelajaran yang dipetik

Bantuan sosial sering tidak efektif karena


Sisi Penawaran & Konektivitas
lemahnya sisi penawaran fasilitas sosial.

Program bantuan sosial di sisi permintaan


kurang selaras dengan perluasan dan reformasi program di sisi penawaran, terutama di wilayah miskin dan tertinggal.

Kualitas pelayanan di garda depan


(Puskesmas, SD, SMP) belum baik.

Perlu dipastikan ribuan desa dapat terhubung


pada investasi berskala besar apabila Indonesia ingin menghindari permasalahan meningkatnya ketimpangan, kekerasan, dan ketidakstabilan.

DIMENSI

Pelajaran yang dipetik

Kapasitas pemerintah daerah dalam


Hubungan Pusat & Daerah
penanggulangan kemiskinan masih lemah

Taggung-jawab fungsional antara pusat &


daerah kurang jelas

Alokasi DAU dan DAK kurang pro poor


Tanggung jawab pengelolaan bantuan sosial
antara pusat dan daerah masih lemah, akibatnya efektivitas program dan dukungan politik di semua tingkat rendah (misalnya, Jamkesmas/Jamkesda)

DIMENSI

Pelajaran yang dipetik

Masyarakat kurang terosialisasi mengenai peraturan


Sosialisasi
dan benefit program, kelompok sasaran, mekanisme pengaduan, dsb.

Pengalaman menunjukkan bahwa program yang


tersosialisasi dengan baik (enhanced socialization) manfaat yang diterima meningkat & masyarakat lebih puas.

Pentargetan yang baik dan sistematis meningkatkan


Pentargetan
efektifitas upaya pengurangan kemiskinan.

Data rumah tangga miskin perlu dimutakhirkan


mengingat adanya dinamika perubahan status kemiskinan.

Kurang keseimbangan antara metode penargetan


yang terstandarisasi, seperti PMT dengan communitydriven methods.

DIMENSI

Pelajaran yang dipetik

Akuntabilitas pada distribusi dan implementasi


Monitoring & Evaluation (M&E)

program memerlukan bottom-up pressures.

Insentif untuk pembentukan sistem M&E yang baik di


tingkat pusat dan berfokus pada efektivitas program (tidak hanya pengawasan anggaran) serta bisa memfasilitasi reformasi program masih rendah.

Integrasi dan Koordinasi Program

Integrasi dan koordinasi program perlindungan sosial


(SP) masih lemah.

Mungkinkah menciptakan suatu single window


untuk informasi terkait SP termasuk sosialisasi, pengaduan, dsb?

Jika program penanggulangan kemiskinan memberi perhatian yang konsisten terhadap fungsi-fungsi ini diharapkan hasilnya akan lebih optimal

You might also like