You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

Meningoensefalitis adalah radang infeksi yang menyerang selaput dan jaringan otak. Efek yang ditimbulkan berupa kelumpuhan tubuh , kelopak mata mengecil, amnesia, kejang, demam, mual, muntah bahkan kehilangan kesadaran. Meningoensefalitis sendiri penyebabnya bermacam-macam yaitu Bakterialis seperti H. influenza, Streptococcus pneumonia, Tb (tuberkulosis) dan sebagainya, dimana bakteri TBC. Angka kematian penderita

meningoensefalitis di Indonesia mencapai 18-40 persen, dengan angka kecacatan 30-50 persen. Meningitis sendiri, lebih sering terjadi pada anak-anak usia 1 bulan-2 tahun. Gejala yang umum terjadi adalah demam, sakit kepala, dan kekakuan otot pada leher. Penderita ini juga mengalami fotofobia (takut cahaya) dan fonofobio (takut dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak bingung, susah untuk bangun tidur, bahkan tak sadarkan diri. Pada bayi, umumnya menjadi sangat rewel dan terjadi gangguan kesadaran. Gejala lainnya adalah warna kulit menguning (jaudice), tubuh dan leher terasa kaku, demam ringan, tidak mau makan atau minum ASI. Tangisannya pun menjadi lebih keras dan bernada tinggi, serta ubun-ubunnya terdapat benjolan atau bagian itu terasa kencang.1 Menjaga kebersihan diri adalah kiat pertama mencegah terjangkitnya penyakit ini. Media penularan bakteri Neisseria meningitidis meningokokus ini melalui udara. Hubungan langsung dengan terkena lendir atau percikan hidung atau tenggorokan ketika orang bersin, mencium, batuk, atau barang-barang pribadi seperti gelas dan sikat gigi, juga rentan pada penularan. Pencegahan lain bisa dilakukan dengan vaksinasi Hemophilus influenzae tipe b untuk anak-anak. Sementara vaksin meningokukus diberikan untuk orang dewasa. Para jamaah haji biasanya mendapatkan vaksin ini sebelum masuk di negara Arab Saudi.2 Pada tahap awal, gejala pasien hanya sering merasakan demam dan pusing, sebagaimana gejala flu biasa. Namun lama kelamaan gejala memburuk dengan adanya perubahan sikap atau perilaku pasien yang terjadi berupa gangguan kepribadian seperti bicara kacau atau kesulitan bicara. Serta dapat pula terjadi kejang yang menimbulkan hilangnya kesadaran pasien. Maka
1

hasil dari pemeriksaan, baik CT-scan maupun MRI, dapat membantu mendiagnosis atau menyimpulkan adanya peradangan di selaput otak (meningitis) dan juga peradangan yang terjadi sekitar organ-organ otak. Menifetasi klinis yang dapat terjadi apabila terlambat dalam penangan adalah dapat terjadinya kehilang ingatan berupa amnesia yang sangat berat. Terutama bila kenangan akan aktivitas menyenangkan yang pernah dilakukannya tak bisa dilakukan lagi. Untuk melakukan hal-hal biasa (rutin) saja tentu menjadi kerinduan luar biasa.

BAB II Demam, Sakit Kepala, Muntah, Bicara Kacau, Kejang dan Diikuti Koma

2.1 Skenario
Seorang anak berusia 11 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS UKRIDA karena tidak sadarkan diri. Pada anamnesis didapatkan bahwa sejak 3 hari yang lalu, anak demam tinggi disertai sakit kepala hebat dan muntah-muntah. 1 hari SMRS, anak berbicara kacau ( anak berbicara seorang diri dan mengatakan ia melihat ibunya yang sudah meninggal, dll). Anak juga terliahat selalu mengantuk, semakin banyak tidur dan sulit dibangunkan. Beberapa jam SMRS, tiba-tiba anak kejang (bola mata mendelik kearah atas, lidah dan bibir tertarik ke kanan sementara lengan dan tungkai kiri menjadi kaku selam 15 20 menit) lalu pasien tidak sadarkan diri. Pada pemeriksaan fisik anak Nampak seakan tertidur pulas hanya membuka mata dan bergumam saat mendapat rangsangan nyeri. Tidak tampak pergerakan mototik spontan namun pasien dapat menarik tungkai pada saat nyeri ( withdraws to pain ). Kaku kuduk tidak jelas, pupil 3 4 mm, (sluggish ). Refleks babinsky (+). Lab : hematologi: leukosit 22.000 /l, hitung jenis leukosit 0/0/6/83/10/1, GDS 180 mg/dl. LCS : leukosit 30 sel/l, segmen 85 %, limfoit 15%, glukosa 20 mg/dl, protein 80 mg/dl.

2.2 Anamnesis
Anamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan yaitu berupa rekam medik pasien. Dapat dilakukan pada pasiennya sendiri (auto) atau pada keluarga terdekat (allo). Rekam medic yang dilakukan meliputi:1,3

1. Keluhan utama menanyakan keluhan utama anak, baik demam, kejang, muntah dan lain-lain. 2. Riwayat penyakit sekarang 3. Riwayat penyakit dahulu 4. Riwayat penyakit keluarga di rumah apakah bahwa saat anak menderita panas dan kejang didalam keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/ batuk atau skiy yang sama. 5. Riwayat kehamilan dan persalinan 6. Status imunisasi anak telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I dan hepatitis 7. Status nutrisi diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1 bulan, pola makan yang di berikan orang tua apakah sudah memenuhi standar gizi pada anak. 8. Riwayat perkembangan

2.3 Pemeriksaan
2.3.1

Fisik

1. Keadaan umum Kesadaran compomentis, tekanan nadi, suhu, pernafasan 2. Kepala dan leher Kepala berbentuk simetris atau tidak, ubun-ubun besar masih belum menutup atau tidak, teraba lunak dan cembung, atau tidak tegang, lingkar kepala, reaksi cahaya. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk. 3. Dada dan thoraks Pergerakan dada simetris, Wheezin, Ronchi, tidak terdapat retraksi otot bantu pernafasan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis, tidak ada bising/ murmur. 4. Abdomen Bentuk abdomen, bising usus, kandung kemih teraba kosong. 5. Ekstrimitas Tidak ada kelainan dalam segi bentuk atau struktur.

6. Refleks Refleks babinsky +/-, brudzinski +/-

2.3.2

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.

Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan intra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.3,4 Funksi lumbal dengan mengambil cairan serebraspinal dengan cara funksi lumbal vertebra III atau IV. CSS menunjukan hasil normal atau hanya memperlihatkan sedikit sel tetapi dengan peningkatan kandungan protein. Umunya tekanan pembukaan meningkat dan secara kasar cairan tampek jernih atau keruh. Hitung sel biasanya 40 1000 sel/mm3, dengan rata-rata 150 300 sel/mm3 , teutama limfosit. Pada awal perjalanan penyakit mungkin neutrofil mendominasi. Kandungan protein meningkat menjadi 60 400 mg/dl. Kadar glukosa CSS biasanya berkurang menjadi 10 40 mg/dl, tetapi mungkin juga normal.

Cerebrospinal fluid: Viral Encephalomyelitis mengarah ke variabel pleocytosis (10-2000 cells/mm3). Sel mononuklear dominan. CSF tingkat protein umumnya meningkat di Encephalomyelitis dan proporsi IgG meningkat. CSF Peningkatan kadar antibodi spesifik relatif terhadap serum menunjukkan infeksi SSP dengan masing-masing organisme. Penuh darah menghitung dan film: leukositosis. Mungkin menunjukkan limfosit atipikal Epstein-Barr dalam infeksi virus, morulae dari Ehrlichia, trypanosomes di trypanosomiasis, borreliae di kambuh demam, atau gamet dari Plasmodium falciparum di malaria. Tes darah lainnya harus mencakup budaya darah, fungsi ginjal dan elektrolit, fungsi hati, glukosa, ESR dan CRP.

2.3.3

Radiologi

Pemeriksaan radiologi juga dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis dari meningitis.

CT scan: Dapat membantu menyingkirkan menempati ruang-lesi, stroke, basilar fraktur tengkorak, dan mendeteksi kebocoran CSF untuk melokalisir situs fraktur. CT scan juga digunakan untuk mengidentifikasi peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian akan perlu untuk menunda lumbalis tusukan. MRI scan Menyediakan deteksi yang sensitif dan dapat memberikan demyelination bukti edema perubahan yang terjadi pada tahap awal ensefalitis. Electroencephalogram (EEG):

Sering abnormal (difus memperlambat dengan kotoran periodik) di kronis dan herpes simpleks ensefalitis akut dan kadang-kadang dapat membantu menentukan lokalisasi di tahap awal.

Lebih berguna daripada CT scan dalam minggu pertama.

2.3.4

Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui bacteria yang

menyebabkan infeksi selaput otak. Pemeriksaan dilakukan dengan membiakan kuamn yang ada di LCS atau liquor cerebro spinalis. Polymerase chain reaction analisis CSF dapat berguna untuk mendiagnosis beberapa infeksi virus, termasuk herpes simpleks, Epstein-Barr, varicella zoster, cytomegalovirus, HIV, rabies dan TBC.

2.4 Diagnosis
2.4.1 Different Diagnosis Meningitis Meningitis adalah suatu peradangan selaput yang membungkus otak ( meningens ). Meningitis terjadi akibat infeksi bakteri atau virus. Sebagian besar kasus meningitis pada bayi baru lahir merupakan komplikasi dari sepsis ( infeksi darah ). Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya

disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.1,5,6 Gejala
7

demam

gangguan pernafasan jaundice atau ikterus bayi tampak mengantuk kejang muntah gelisah dan gangguan tingkah laku penurunan kesadaran fotofobia dan hiperestesi

Meskipun telah diberikan pengobatan, sebanyak 30% bayi meninggal. Jika terjadi abses, angka kematian mendekati 75%, dan 20-50% bayi yang bertahan hidup, mengalami kerusakan otak dan saraf (misalnya hidrosefalus, tuli dan keterbelakangan mental). Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan terhadap contoh cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal. USG dilakukan untuk melihat adanya abses.

Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent. Penyebab terbanyak adalah virus, sering Herpes simplex, Arbo virus, dan yang jarang Entero virus dan Adeno virus.Ensefalitis supuratif akut bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Sterptococcus, E. coli, dan Mycobakterium. Patogenesis virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara: Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut. Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lender dan menyebar melalui saraf. 5

Gejala Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis.

Abses Otak
Terdapatnya timbunan nanah yang terlokasi dalam jaringan otak, baik disertai pembentukan kapsul atau tidak.

Penyebab terjadinya abses otak antara lain: Organisme yang aerobic Gram positif (+) : Streptokokus, Pneumokokus Gram negative (-) : E. coli, H. influenza, Pseudomonas Organisme anaerobic (70%) Jamur : Kandida, Aspergilus, dan nokardia Parasit : E. hystolitika Gejala 1. Menifestasi peningkjatan tekanan intrakranial a. Sakit kepala paroksimal dan menetap, kadang disertai kaku kuduk
9

b. Muntah sering pada pagi hari c. Papiledema ditemukan pada 40 % kasus, dan tidak ditemukan pada anak < 20 tahun d. Kejang umumnya pada peninhkatan intracranial yang mendadak 2. Manifestasi supuratif intracranial a. Irritable b. Drownsiness c. Stupor d. Rangsangan meningeal 3. Tanda infeksi demam, mengigil, lekositosis 4. Tanda local jaringan otak yang terkena kejang, gangguan persyarafan cranial, afasia, ataksia, paresis. 5. Penurunan kesadaran berlangsung secara mendadak dan bertahap Pengobatan Antibiotic cefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dosis untuk 6 minggu Tekanan cranial mannitol dosis awal 0,5 1 mg/kgBB/IV dosis rumatan 0,5 3 mg/kgBB/IV bagi 3 dosis Pembedahan eksisi atau pungsi dan aspirasi abses.

Tumor Otak
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.2,7

10

Etiologi Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

11

Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

Virus Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

Substansi-substansi Karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. Gejala Gejala serebral umum dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif 1. Nyeri Kepala Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta

12

pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak. 2. Muntah Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai dengan mual. 3. Kejang Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:

Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun Mengalami post iktal paralisis Mengalami status epilepsi Resisten terhadap obat-obat epilepsi Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.

4. Gejala Tkanan Tinggi Intrakranial Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma,

13

spendimoma

dari

ventrikel

III,

haemangioblastoma

serebelum

dan

craniopharingioma.8 Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi: 1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

2. Lobus parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns

3. Lobus temporal

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism.

4. Lobus oksipital

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia

14

5. Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran

6. Tumor di cerebello pontin angie


Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel

7. Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan

8. Tumor di cerebelum

Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil udem

Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal

9. Tumor fosa posterior Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

15

2.4.2 Working Diagnosis Meningoensefalitis


Meningitis adalah peradangan selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang, disebut sebagai meninges. Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Peradangan dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau mikroorganisme, dan kurang umum oleh beberapa obat-obatan. Meningitis dapat mengancam jiwa karena kedekatan peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang, sehingga kondisi diklasifikasikan sebagai darurat medis. Kadang-kadang, terutama pada anak kecil, hanya gejala nonspesifik mungkin ada, seperti mudah marah dan kantuk. 3,4,5 Tindakan ini berarti memasukkan jarum ke kanal tulang belakang untuk mengambil sampel cairan cerebrospinal (CSF), cairan yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang. The CSF kemudian diperiksa di laboratorium medis. Ensefalitis adalah radang otak parenchyma, sering disebabkan oleh infeksi virus tetapi juga oleh organisme patogen lain dan kadang-kadang oleh kondisi lain, misalnya racun, autoimmune disorders. Ensefalitis adalah suatu penyakit dilaporkan perundang-undangan. Meningoencephalitis adalah proses peradangan, yang paling sering disebabkan oleh infeksi virus, yang melibatkan otak dan meninges. Dibagi-bagi berdasarkan etiologinya atau penyebabnya. Meningoensefalitis kriptokokus, Meningoensefalitis virus atau Meningoensefalitis candida.

16

2. 5 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa. Meningoensefalitis juga dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Etiologi diketahui setelah dilakukan pemeriksaan mikrobiologi kuman yang terdapat pada cairan serebrospinal. Etiologi: Viral:

Virus ensefalitis akut (yang disebabkan oleh infeksi virus langsung dari otak). Meliputi cytomegalovirus, adenovirus, virus influenza, polio virus, rubella, rabies, arbovirus .

Post-infeksi ensefalitis (juga disebut akut disebarluaskan Encephalomyelitis) yang merupakan proses autoimun, setelah infeksi virus di tempat lain di dalam tubuh.

Sebagian besar infeksi virus di masa kanak-kanak dapat menyebabkan ensefalitis.

Bakteri penyebab tuberkulosis, Mycoplasma, listeria, penyakit Lyme, Bartonella henselae (kucing mencakar demam), Leptospira, brucella, Legionella, neurosifilis, semua bakteri penyebab meningitis.

Parasit

toksoplasmosis,

echinococcus,

schistosomiasis,

amuba

primer

meningoensefalitis

17

2.6 Epidemiologi
Meningoenselofangitis menyerang semua kelompok usia, tetapi jarang pada usia dewasa atau lanjut. Di antara anak anak terutama laporan terdahulu tentang kriptukokus pada susunan saraf sebagian besar mengenai pasien tanpa factor presdiposisi.

Perkiraan insiden ensefalitis tahunan di Inggris adalah 4 per 100.000. Infeksi yang paling sering dan parah pada anak-anak dan orang tua. Herpes simpleks dapat menyebabkan limfositik jinak meningitis pada orang dewasa, tetapi biasanya menghasilkan ensefalitis pada neonatus parah.

Post-infeksi ensefalitis adalah kondisi demielinasi paling umum dan paling sering terlihat pada anak-anak, karena dapat menyulitkan Common exanthemas masa kanak-kanak.

2.7 Patofisiologis
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,

direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme virus atau bakteri yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme

18

yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. 2,5

Invasi kuman ke selaput otak

Gangguan fungsi sistem regulasi Hipertemia Gangguan metabolisme otak Perubahan keseimbangan dan sel netron Difusi ion kalium dan natrium Lepas muatan listrik Kejang Berkurangnya koordinasi otot Resiko trauma fisik Gangguan perfusi jaringan Gangguan rasa nyaman Gangguan persefsi sensori

Peningkatan TIK Gangguan kesadaran Gangguan mobilitas fisik

19

2.8 Manifestasi klinis


Penyakit ini biasanya progresif secara bertahap, walaupun sebagian pasien mungkin memperlihatkan bertahap yaitu:9,10

remisi

dan

eksaserbasi,

bahkan

tanpa

pengobatan.

Penderita

Meningoensefalitis memperlihatkan gejala awitan yang samar diikuti oleh pemburuk

Nyeri kepala dengan keluhan awal tersering Panas tinggi (39,50 - 400 C), Muntah-muntah dan mual Anoreksia, berat badan menurun papiledema Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.

20

Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis.

Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia Pasien merasa takut dan cemas

2.9 Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat lambatnya penanganan sehingga menimbulkan efek kelainan pada organ lain. Antara lain kelainan akibat komplikasi Meningoensefalitis : Inappropriate sekresi hormon antidiuretik Jantung dan pernapasan Epilepsi Ada berbagai neuropsikiatrik potensi gangguan. Mungkin terjadi perubahan signifikan dalam kepribadian dan dalam kemampuan untuk berfungsi bahkan jika ada pemulihan fisik lengkap. Sisa gangguan mungkin kognitif, perilaku atau emosional dan sangat bervariasi beratnya. Amnesic parah sindrom yang disebabkan oleh kerusakan yang mendalam lobus temporal dapat terjadi.

2.10 Penatalaksanaan
Non medika mentosa Memperbaiki kejiwaan pasien, apabila pasien telah mengalami sedikit gangguan kejiwaan akibat efek yang terjadi pada syaraf-syaraf yang ada di otak. Gangguan jiwa yang terjadi yaitu pasien mengalami depresi berat, bicara kacau dan tidak bisa mengendalikan diri lagi, dan gangguan mental dapat berupa retardasi mental. Sehingga pendidikan atau terapi psikis khusus dapat membantu penyembuhan gangguan pada pasien. Meningoensefalitis dapat juga menyebabkan berkurangnya daya ingat atau memori akibat rusak atau terganggu syaraf-syaraf yang ada di otak akibat peradangan dan kesadaran pasien yang berkurang dan terjadi begitu lama. Penatalaksanaannya sendiri adalah fioterapi baik dari keluarga atau psikiater khusus.
21

Medika mentosa Pengobatan yang diberikan adalah antibiotik yang paling sesuai. Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis : Parenteral antibiotik untuk diagnosis kemungkinan meningitis. Intravena atau intramuskular benzylpenicillin harus diberikan selama tidak alergi terhadap penisilin. o Penisilin G Pneumoccocus, Meningoccocus, Streptococcus o Gentamicyn Klebsiella, Pseudomonas, Proteus o Chlorampenikol Haemofilus Influenza

Dalam setiap kasus yang mungkin ensefalitis, tepat pengobatan dengan asiklovir oleh intravena infus, untuk menutupi herpes simpleks. Asiklovir dapat hidup hemat tetapi harus segera dimulai diagnosis dicurigai. Asiklovir telah terbukti sangat meningkatkan prognosis jika diberikan sebelum koma berkembang tetapi setiap keterlambatan dalam pengobatan mulai mengarah ke prognosis yang jauh lebih buruk.

Intravena manitol dan deksametason untuk mengurangi edema serebral. Cairan intravena perlu diberikan dengan sangat hati-hati agar tidak memperburuk edema serebral. Perawatan lain mungkin termasuk anti-convulsants dan obat penenang (untuk mengurangi agitasi). Injeksi Diazepam 1 mg kejang Perawatan intensif, termasuk ventilasi juga mungkin diperlukan dalam kasus yang parah untuk mengurangi pembengkakan otak. Spektrum luas intravena antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri sekunder. Encephalomyelitis disebarluaskan akut diobati dengan steroid dosis tinggi, yang dapat meningkatkan hasilnya jika dimulai dini.

22

2.11 Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang. Serta vaksin agar kuman atau bakteri tidak tumbuh dalam tubuh pasien. Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

2.12 Prognosis
Meningitis merupakan kelaianan pada otak akibat peradangan yang biasanya sering erkena pada anak-anak. gejala yang ditimbulkan sangat progresif dan bertahap sehingga apabila penanganan yang ditadak cepat kemungkinan prognosisnya sangat buruk dan dapat menimbulkan kematian yang mendadak pada anak. Prognosis tergantung pada usia pasien dan etiologi yang mendasari. Prognosis yang paling miskin virus ensefalitis terjadi pada pasien dengan herpes simpleks ensefalitis dan subakut sclerosing panencephalitis.

23

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Gejala awal berupa demam, muntah, dan nyeri kepala pada anak kemungkinan besar dapat meningkat atau merupakan salah satu gejala penyakit yang lebih parah lainnya. Salah satunya adalah meningitis yang merupakan peradangan otak dengan gejala awal tidak terlalu berat atau khas, sehingga sulit terdiagnosis dengan cepat. Penyakit meningitis perjalanan atau patofisiologisnya sangat cepat dan sangat mendadak sehingga pengobatan dan pemeriksaan yang sangat cepat dapat mengurangi terjadinya komplikasi dan mencegah terjadinya kematian.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief A, et al. Diagnosis Fisis Pada Anak. Ed 2. Jakarta: CV Sagung Seto. 2003.

2. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Ed 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2000. 3. Rudolph M. Abraham, Hoffman E. I. Julian, Rudolph D. Colin. Buku Ajar Pediatri. Vol.2. Ed ke-20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.

4. Behrman E. Richard, Kliegman Robert, Arvin M. Ann. Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15.Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. 5. Brunner. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2000. 6. Meningitis. Disadur dari www.emedicine.com. 28 Juli 2008.

7. Ensefalitis dan tumor pada anak. Disadur www.wikkipedia. 23 Agustus 2007.

8. Meningoensefalitis. Disadur dari www.medicastore.com. 24 Maret 2009.

9. Abses otak dan radiologi. Disadur dari www.emedicine.com. 3 Agustus 2009. 10. Asuhan keperawatan anak dengan meningitis. Disadur dari www.medicastore.com. 25 April 2003.

25

You might also like