You are on page 1of 14

KEJANG DEMAM SEDERHANA

DONALD A. MANUAIN / 10-2009-191


Fakultas Ke !kte"a# U#$%e"s$tas K"$ste# K"$ a &a'a#a Jl. A"(u#a Uta"a N!. ) Ke*!# Je"uk+ Jaka"ta 11,10 E-a$l. (ust. !#al /0!t-a$l.'!-

A*st"ak . Kejang demam sederhana merupakan gangguan kejang yang paling lazim ditemukan pada anak. Kejang demam merupakan suatu bangkitan kejang yang terjadi akibat adanya demam tinggi pada anak yang umumnya disebabkan adanya infeksi, misalnya infeksi saluran pernapasan dan pendengaran. Umumnya kejang demam terjadi antara periode 9 bulan hingga 5 tahun. Ada kecenderungan genetik yang dijumpai pada kejang demam. Pemeriksaan yang fisik yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan tanda ital, tingkat kesadaran dan rangsang meningeal. Pemeriksaan penunjang umumnya tidak terlalu spesifik. Umumnya serangan kejang ini akan berhenti dengan sendirinya, meskipun perlu bantuan obat!obatan seperti fenobarbital dan natrium alproat untuk mencegah rekurensi kejang. Prognosis kejang demam sederhana umumnya baik. Kata kunci: kejang, demam, anak, infeksi, tingkat kesadaran.

A. Anamnesis Anak yang mengalami kejang demam akan didahului dengan serangan demam baik suhu tinggi maupun suhu yang tidak terlalu tinggi yang dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Pastikan tidak adanya infeksi sistem saraf pusat untuk mengeliminasi kemungkinan kejang oleh penyebab lain." #erikut ini hal!hal yang harus diperhatikan untuk menganamnesis anak dengan kejang demam$ Usia anak berkisar 9!"5 bulan Adanya ri%ayat infeksi seperti infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis maupun infeksi saluran kemih.

"

&idak ada infeksi sistem saraf pusat. Adanya demam sebelum timbulnya kejang Umumnya serangan kejang berlangsung '( jam pertama se%aktu demam. Kemungkinan adanya pengaruh genetik, ri%ayat anggota keluarga yang juga pernah mengalami kejang demam.

#. Pemeriksaan )isik &idak ada pemeriksaan fisik yang spesifik pada kejang demam. Umumnya dapat dilakukan pemeriksaan tanda * tanda ital yaitu pemeriksaan suhu, frekuensi pernapasan, denyut nadi serta tekanan darah pada penderita. +ang menonjol disini biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh.' Pemeriksaan tingkat kesadaran diperlukan pasca kejang untuk memperhatikan apakah ada defisit neurologis atau tidak. #entuk pemeriksaan kesadaran yang digunakan dapat berbentuk pemeriksaan kualitatif maupun kuantitatif. &ingkat kesadaran kualitatif pasien terbagi atas$ ,ompos mentis$ sadar terhadap diri dan lingkungan. -elirium $ gaduh gelisah, kacau, disorientasi .omnolen $ mengantuk, mudah dibangunkan, menangkis nyeri .tupor$ dapat dibangunkan dengan rangsangan kuat, kemudian kesadaran turun lagi Koma $ tanpa gerakan sama sekali .ecara kuantitatif dapat digunakan /lasgo% ,oma .cale, tabel berikut akan menjelaskan tentang /lasgo% ,oma .cale.

'

&abel "$ /lasgo% ,oma .cale, diunduh dari http$00misslittlenurse.blogspot.com0'1"101(0glasgo%!coma! scale.html

.kor terendah ialah 2 yang berarti pasien dalam keadaan koma dalam dan yang tertinggi "5 berarti pasien dalam keadaan sadar sepenuhnya. Pemeriksaan tanda rangsang meningial dapat digunakan untuk mengeksklusi adanya meningitis. #entuk pemeriksaan tanda rangsang meningeal meliputi kaku kuduk, tanda Kernig, tanda 3ase4ue dan tanda #rudzinsky.'

,. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan kadar elektrolit, glukosa serum, pemeriksaan ,.. serta pemeriksaan radiologik yang sesuai. Adanya pemeriksaan ini bukan hanya untuk menegakkan diagnosis kejang demam namun juga untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi sistem saraf pusat yang membangkitkan serangan kejang.2 Pemeriksaan elektrolit menunjukkan adanya hipokalsemia, hipomagnesia dan

hiperfosfatemia. .elain itu didapati penurunan kadar glukosa darah 0 hipoglikemia.

Analisa cairan serebrospinal tidak selalu dilakukan pada kejang demam. Pemeriksaan ini dilakukan bila ada kecurigaan adanya meningitis pada bayi dan anak. Pemeriksaan 55/ tidak diindikasikan pasca kejang demam sederhana karena umumnya gambarannya hanya akan membuktikan bentuk normal dan tidak akan mengubah manajemen. 55/ hanya diindikasikan pada kejang demam atipik maupun anak yang beresiko berkembang menjadi epilepsi. Kelainan 55/ berupa perlambatan yang mencolok sering dialami pada anak dengan kejang afebris rekuren dibandingkan anak normal. 55/ tidak dapat digunakan untuk memperkirakan anak mana yang akan mengalami kejang demam berulang atau yang mengalami epilepsi.

-. -iagnosis Kerja Kejang demam sederhana merupakan suatu gambaran kejang yang berlangsung kurang dari "5 menit, tidak menunjukkan adanya gambaran fokal yang signifikan, tidak berlangsung dalam suatu rangkaian yang memiliki durasi total lebih dari 21 menit serta serangan hanya terjadi satu kali dalam sehari.',2 6odifikasi kriteria 3i ingstone dapat digunakan untuk menegakkan kejang demam sederhana, yaitu$ Umur ketika kejang antara 7 bulan * ( tahun. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi "5 menit. Kejang bersifat umum. Kejang timbul "7 jam pertama setelah timbulnya demam. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal. Pemeriksaan 55/ yang dibaut sedikitnya " minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan adanya kelainan. )rekuensi bangkitan kejang dalam " tahun tidak melebihi ( kali. Kendala yang ditemukan dalam penggunaan kriteria 3i ingstone yaitu sulitnya menganamnesis berapa lama demam sudah berlangsung sebelum pasien mengalami kejang.
(

5. -iagnosis #anding #erikut ini beberapa jenis penyakit yang dapat dibandingkan dengan kejang demam sederhana$ ". Kejang -emam Kompleks 0 Atipikal 6erupakan kejang pada demam dengan manifestasi klinis yang lebih lama 8lebih dari "5 menit9 yang disertai dengan tanda fokal. .erangan kejang yang kompleks dapat terjadi lebih dari satu kali dalam satu hari. Adanya kejang demam kompleks harus di%aspadai karena dapat merupakan pertanda infeksi akut yang serius serta dapat menyebabkan komplikasi berupa timbulnya epilepsi. -ua hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan kejang demam kompleks dan sederhana ialah lama berlangsungnya kejang serta jumlah serangan kejang yang terjadi.(

'. 6eningitis 6erupakan infeksi pada meningen, yaitu selaput pembungkus otak. :nfeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri seperti Stereptococcus pneumonia, Eschericia coli, dan Haemophilus influenzae maupun irus seperti irus herpes zoster dan herpes simple;. Ada triad klasik dari meningitis, yaitu berupa kaku kuduk, demam tinggi dan perubahan status mental. .elain itu dapat dijumpai adanya fotofobia dan fonofobia. <ika tidak ada gejala klasik ini, maka sulit untuk menegakkan diagnosis meningitis pada seseorang. Pada anak biasanya terlihat irritabel dan kurang sehat. Pada bayi berusia hingga 7 bulan biasanya didapai penonjolan fontanella. Adanya pemeriksaan analisa cairan serebrospinal dapat digunakan untuk menegakkan adanya meningitis.

2. 5nsefalitis 6erupakan merupakan infeksi pada sistem saraf pusat yang umumnya disebabkan oleh irus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri. 6ikroorganisme ini dapat
5

masuk melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. /ejala yang dialami biasanya berupa demam tinggi, pusing kepala, kebingungan dan terkadang kejang. Pada pasien anak umumnya dijumpai demam, tidak nafsu makan dan irritabilitas. Adanya ensefalitis juga dapat diikuti dengan adanya meningitis. Analisa cairan otak dapat menunjukkan peningkatan kadar protein dan sel darah putih, sedangkan kadar glukosa darah normal. Pada beberapa pasien tidak dijumpai perubahan berarti pada analisa cairan serebrospinal.(

(. Abses =tak Abses otak jarang terjadi pada bayi berusia diba%ah " tahun, namun insidensinya akan meningkat setelah masa itu dan hampir sepertiga dari semua kasus abses otak terjadi pada kelompok usia pediatrik. Abses otak umumnya timbul sekunder dari infeksi tubuh di tempat lain atau melalui luka tembus. Penyebabnya antara lain oleh karena absen hematogen atau metastatic pada anak dengan kelainan jantung ba%aan, oleh penetrasi otak oleh benda asing atau pembedahan maupun akibat infeksi kulit kepala. /ejala yang dijumpai berupa letargi, anoreksia dan muntah. Anak yang usianya lebih tua dapat mengeluhkan adanya nyeri kepala. -apat dijumpai kejang yang bersifat fokal maupun umum yang disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Adanya abses biasanya akan disertai dengan timbulnya defisit neurologis seperti hemiparesis, gangguan sensorik dan kelainan lapang pandang. Adanya abses pada fossa posterior akan menyebabkan ataksia, dismetria, serta kelumpuhan saraf kranialis. -efisit neurologis ini tidak dijumpai pada kejang demam sederhana. Pemeriksaan ,.. umumnya tidak memberikan hasil bermakna. .edangkan ,& .can dapat digunakan menegakkan diagnosis dan e aluasi pengobatan penyakit ini.

). 5tiologi Pencetus terjadinya kejang ialah adanya demam yang disebabkan oleh adanya infeksi pada bayi dan anak. #entuk infeksi yang mungkin ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Perlu
7

diperhatikan untuk menyingkirkan infeksi sistem saraf pusat sebagai penyebab kejang, baru memikirkan kemungkinan adanya kejang demam. Pada banyak pasien kejang demam sering ditemukan ri%ayat kejang demam pada keluarganya, oleh karena itu dicurigai adanya kecenderungan genetik pada penyakit ini meskipun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.",(

/. Patofisiologi Untuk mempertahankan kinerja otak diperlukan adanya energi yang didapatkan dari hasil metabolisme. #ahan yang dibutuhkan mutlak disini adalah glukosa. Proses metabolisme ini juga membutuhkan oksigen yang dihantar oleh paru!paru ke jantung kemudian ke otak. .el syaraf, seperti sel lainnya dikelilingi oleh suatu membrane yang permukaan dalamnya lipoid sedangkan permukaan luarnya ionik. -alam keadaan normal permeabilitas sel terhadap ion kalium lebih tinggi dari ion natrium, sehingga kadar kalium dalam sel tinggi sedangkan kadar natrium dalam sel rendah. >al yang sebaliknya berlaku di luar sel saraf. Untuk menjaga homeostasis ini diperlukan energi dan bantuan enzim ?a! K!A&Pase. Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh adanya perubahan konsentrasi ion di ruang ekstrasel, rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanis, kimia%i atau aliran listrik dari sekitarnya dan adanya perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena adanya penyakit atau pengaruh keturunan.2 Pada keadaan demam dengan kenaikan suhu "o , menyebabkan kenaikan metabolisme basal "1!"5@ dan kebutuhan oksigen akan meningkat hingga '1@. Pada seorang anak yang berusia 2 tahun sirkulasi darah ke otak mencapai 75@, bandingkan dengan orang de%asa yang hanya mencapai 21@. <adi adanya kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam %aktu singkat terjadi difusi ion natrium dan kalium sehingga kesimbangannya tidak terjadi lagi. 3epas muatan ini akan meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter. &idak semua jenis neurotransmitter dapat menyebabkan terjadinya perpindahan ini. >anya neurotransmitter yang bersifat eksitasi seperti glutamat
A

dan asam aspartat yang dapat menyebabkan peningkatan penyaluran impuls saraf. Adanya daerah neuron yang mati 8misalnya oleh karena adanya glioma tumbuh lambat, hematoma, gliosis dan malformasi arteri enosus9 juga dapat meningkatkan perkembangan sinaps hipereksitasi yang baru. 5ksitasi berlebih ini yang akan disalurkan menuju motor end plate sehingga menyebabkan kontraksi secara tiba!tiba dari otot!otot rangka.( .etiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda!beda. Pada anak dengan ambang kejang rendah, dapat timbul kejang pada suhu 2Bo ,. .edangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, dapat timbul kejang pada suhu (1 o , atau lebih. =leh karena itu perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita mengalami kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. &etapi pada kejang demam yang berlangsung lama biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh karena metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang makin meningkat akibat peningkatan akti itas otot dan selanjutnya diikuti peningkatan metabolisme. >al ini pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada neuron otak setelah berlangsungnya kejang pada %aktu yang cukup lama. 5dema otak juga dapat terjadi karena adanya gangguan peredaran darah yang menyebabkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler.5

>. 5pidemiologi Kejang demam terjadi pada '!(@ anak usia diba%ah 7 tahun. Puncaknya biasanya terjadi pada usia "(!"B bulan. .angat jarang ditemukan adanya kejang demam pada anak berusia diatas 7 tahun. Pada saudara kandung insidensinya berkisar 9*"A@. Angka kejadian pada kembar monozigot lebih besar daripada kembar dizigot. Adanya epilepsi pada saudara kandung juga meningkatkan resiko kejang demam begitu pula sebaliknya. :nsidensi komplikasi berupa epilepsi berkisar 9@ pada anak yang memiliki faktor resiko berupa ri%ayat keluarga epilepsi positif dibandingkan dengan faktor resiko negatif yaitu sekitar "@.'

:. 6anifestasi Klinis Kejang biasanya terkait dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 29o , atau lebih. .erangan kejang biasanya berlangsung dalam '( jam pertama setelah demam dan bentuk kejang dapat berupa tonik! klonik, tonik, klonik, fokal maupun akinetik. #entuk yang paling sering dijumpai ialah tonik!klonik yang berlangsung dalam %aktu singkat dari beberapa detik hingga "1 menit yang diikuti dengan periode mengantuk pasca kejang. Kejang demam yang menetap lama lebih dari "5 menit menunjukkan adanya penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik dan memerlukan pera%atan yang menyeluruh. .ebagian besar penderita kejang demam akan mengalami kejang demam sederhana. >anya '1@ dari kejang demam pertama yang bersifat kompleks. Anak dengan kejang demam kompleks umumnya memiliki ri%ayat disfungsi neurologis maupun gangguan perkembangan serta cenderung berusia kurang dari "B bulan.5 .ekali lagi diingatkan bah%a sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses otak baru memikirkan kemungkinan adanya kejang demam.

<. Penatalaksanaan ". ?on medika mentosa .eringkali kejang yang terjadi akan berhenti dengan sendirinya. Penting untuk menjaga jalan napas agar tetap lancar pada pasien yang mengalami serangan kejang demam.5 <ika anak mengalami kejang, posisikan anak miring 8semiposisi9 dengan leher yang diekstensikan sehingga sekresi dapat keluar secara lancar melalui mulut. <ika pernasapan sulit$ buka saluran napas dengan ekstensi leher secara hati! hati, angkat rahang ke depan. <angan letakkan apapun ke dalam mulut. #erikan =' jika tersedia. &etap perhatikan keadaan ital pasien seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung. Penting untuk mengetahui pada suhu berapa
9

anak mengalami kejang sehingga kita dapat mengetahui ambang kejang anak tersebut. <angan letakkan apapun 8sendok, jari9 di mulut pasien. .uhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Antipiretik yang dapat digunakan pada anak adalah Paracetamol. <angan gunakan asam salisilat sebagai antipiretik karena dapat menyebabkan sindrom Ceye. .etelah kejang berhenti, periksa kadar glukosa dan elektrolit darah. Pada kejang demam biasanya didapati peningkatan kadar fosfor, penurunan kadar magnesium dan kalsium serta penurunan kadar glukosa darah.7 >al yang perlu diperlukan adalah untuk menyingkirkan penyebab kejang akibat infeksi pada sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses otak. =leh karena itu dapat dilakukan pungsi lumbal pada 3( * 35 untuk mengambil cairan serebrospinal. ,airan ini kemudian dianalisa untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi pada sistem saraf pusat. 5,7 ?amun, analisa cairan serebrospinal ini tidak dilakukan pada semua kasus kejang demam melainkan hanya dilakukan pada$ Kejang dengan usia pasien diba%ah " tahun. Kejang yang berulang. Adanya gejala!gejala gangguan sistem saraf pusat seperti adanya defisit neurologis pasca kejang.

'. 6edika 6entosa Antikon ulsan hanya diberikan pada %aktu pasien demam dengan ketentuan orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya pada pada pasien. &ujuan pemberian adalah mencegah timbulnya kejang pada keadaan demam. =bat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak.

"1

#erdasarkan penelitian dapat digunakan -iazepam intrarektal tiap B jam sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari "1 kg dan "1 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari "1 kg, apabila suhu pasien menunjukkan suhu D 2B,5o ,. 5fek samping yang mungkin timbul adalah ataksia, mengantuk, depresi pusat pernapasan, laringospasme dan hipotonia.( Untuk mengurangi rekurensi kejang demam dapat digunakan fenobarbital dengan dosis sebagai berikut$ ?eonatus $ 21 mg intramuskular

" bulan * " tahun $ 51 mg intramuskular E " tahun $ A5 mg intramuskular

?amun penggunaan fenobarbital harus di%aspadai karena efek samping yang mungkin timbul berupa hiperakti itas, irritabilitas, letargi dan ruam. .elain itu dicurigai bah%a fenobarbital memiliki efek samping pada intelegensia. .ebuah penelitian menunjukan kelompok anak yang pernah diberi fenobarbital memiliki :F rerata 5,' poin lebih rendah daripada kelompok kontrol 7 bulan setelah terapi dihentikan. Pemakaian hanya se%aktu demam tidak efektif karena konsentrasi terapeutik obat tidak akan dicapai dalam %aktu singkat kecuali bila diberikan dalam dosis yang sangat besar 8"5!'1 mg0kg9, namun dosis besar ini juga berarti efek samping yang lebih besar.( -iazepam oral 1,22 mg0Kg setiap B jam selama demam efektif dalam mengurangi insiden kejang demam rekuren sama seperti penggunaan kontinu fenobarbital. )enitoin dan karbamazepin yang diberikan kontinu tidak efektif dalam mencegah kejang demam rekuren. ?atrium alproat mungkin menguntungkan, namun efek samping serius secara potensial disebabkan oleh penggunaan agen ini tidak menjamin penggunaannya. .ehingga pilihan terapi pencegahan rekuren terbaik ialah diazepam secara oral.

K. Komplikasi ". 5pilepsi


""

Anak yang menderita kejang demam beresiko lebih besar mengalami epilepsi dibandingkan dengan yang tidak. #esarnya resiko ini dipengaruhi banyak faktor, namun yang terpenting adalah kelainan status neurologik sebelum dan sesudah kejang, timbulnya kejang demam yang kompleks dan ri%ayat kejang afebris pada keluarga. .eorang anak normal yang mengalami kejang demam memiliki resiko '; lipat lebih besar dibandingkan populasi kontrol.' Apabila kejang pertamanya kompleks, atau bila anaknya abnormal, resiko dapat meningkat hingga 5 kali lipat. #ila kedua faktor ada maka resikonya menjadi "B kali lipat dan insidensi epilepsi dapat mencapai "1@ dalam kelompok ini. Anak dengan serangan kejang demam fokal, berkepanjangan, dan berulang dengan penyakit yang sama memiliki 51@ kemungkinan menderita epilepsi saat ia berusia '5 tahun.

'. Cetardasi mental /angguan belajar dan perilaku, retardasi mental, defisit koordinasi dan motorik dan status epileptikus pernah dilaporkan sebagai gejala sisa kejang demam. Kejang yang berkepanjangan tampaknya merupakan faktor pemicu timbulnya sekuele.'

3. Pencegahan Pencegahan terutama dari kejang demam adalah mencegah agar suhu tubuh anak tidak terlalu tinggi sehingga tidak menjadi faktor pemicu timbulnya kejang. 2 >al yang dapat dilakukan ialah$ 6emberi kompres air dingin pada anak yang demam. &idak mengenakan baju yang tebal dan tertutup pada anak. 6enggunakan obat penurun suhu tubuh, yaitu Paracetamol. Pencegahan sekunder berupa mencegah rekurensi demam telah dibahas di bagian penatalaksanaan, yaitu dengan pemberian diazepam oral 1,22 mg0kg setiap B jam.

"'

6. Prognosis Umumnya baik. Angka mortalitas sangat rendah, yaitu berkisar dari 1,7( * 1,A( @.(

K5.:6PU3A? Kejang demam sederhana merupakan kejang akibat peningkatan suhu tubuh yang umumnya terjadi bayi dan anak berusia 9 bulan * 5 tahun, dalam kurun %aktu yang singkat 8kurang dari "5 menit9 dan hanya terjadi satu kali dalam %aktu '( jam. Kejang ini memiliki faktor genetik dan akan berhenti sendiri meskipun dibutuhkan pengobatan untuk mencegah rekurensi. Keadaan kejang ini dapat dicegah dengan mengusahakan agar suhu tubuh anak tidak terlalu tinggi. Umumnya kasus ini berprognosis baik dengan angka mortalitas yang sangat rendah.

-A)&AC PU.&AKA ". Cichard 5#, Cobert 6K, Ann 6A. :lmu kesehatan anak nelson. Golume 2. <akarta$ 5/,H '11(.h.'159!71. '. Abraham 6C, <ulien :5, ,olin -C. #uku ajar pediatric Cudolph. Golume 2. 5disi '1. <akarta$ 5/,H '11A.h.'"71!". 2. <oyce 3K. Pedoman pemeriksaan laboratorium I diagnostik. <akarta$ 5/,H '11B.h.""7! '1. (. Annegers <), >auser JA, .hirts .#, et al. )actor prognostic of unpro oked seizures after febrile con ulsions. ? 5ng < 6ed 2"7$ p.(92. 5. .taf Pengajar ilmu kesehatan anak )KU:. #uku kuliah ilmu kesehatan anak. Golume 2. <akarta$ #alai Penerbit )KU:H '112.h.""91!'. 7. 5llenberg <>, ?elson K#. )ebrile seizures and later intellectual performance. Arch ?eurol 25$ p. "9AB. A. &aslim .., .ofyan :. #uku ajar neurologi anak. <akarta$ #alai Penerbit :-A:H '11".h.'((!5".
"2

B. Coy 6, .imon <?. Pediatrika. 5disi A. <akarta$ 5rlangga$ '115.h.""'!(.

"(

You might also like