Professional Documents
Culture Documents
Liputan6.com, Jakarta : Kasus Bank Century hingga kini belum juga tuntas. KPK hingga kini baru menetapkan mantan Deputi V Bidang Pengawasan Bank Indonesia Budi Mulya sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Pemberian asilitas Pendanaan !angka pendek " P!P# kepada Bank Century. Menurut pengamat ekonomi I$hsanuddin %oorsy& pemberian P!P tersebut bukan kewenangan Budi Mulya. 'etapi& pemberian P!P senilai (p )*+ miliar kepada Bank Century& diputuskan dalam rapat Dewan ,ubernur Bank Indonesia "BI#. !adi tak selayaknya Budi Mulya ditetapkan tersangka tunggal dalam perkara tersebut. -Itu bukan keputusan Budi Mulya. Itu kan keputusan rapat Dewan ,ubernur BI. Kalau rapat dewan gubernur mekanismenya berarti bukan tanggung jawab Budi Mulya&- kata %oorsy di ,edung KPK& !akarta& (abu "./0110./1*#. Pada kesempatan itu& %oorsy yang akan diperiksa sebagai saksi ahli dalam kasus itu menjelaskan& pemberian P!P memerlukan persyaratan yang diatur BI selaku bank sentral. Persyaratan tersebut& kata dia& yakni jaminannya harus mudah dan liquid "ketersediaan uang di bank#.
-%ggak usah pakai Peraturan BI. Karena BI sebagai bank pembiayaan lender of the last resort itu kalimatnya adalah P!P bisa di$airkan bila jaminannya liquid dan mudah di$airkan&- imbuhnya. %amun dalam praktiknya& kata %oorsy& posisi liquid dan mudah di$airkan tidak memenuhi syarat. -2palagi kemudian jumlah jaminannya tidak memadai& C2(3nya tidak memadai. Itu nggak bisa dari segi proses P!P nya. Itu nggak memenuhi syarat&- jelas I$hsanuddin. Ketua KPK 2braham 4amad juga pernah mengungkapkan& penetapan dan penahanan Budi Mulya oleh lembaganya& tidak lantas menghentikan kasus tersebut. Kata 2braham& lembaganya pun saat ini sedang mendalami dugaan keterlibatan pihak lain terkait pen$airan dana sebesar (p )&5 triliun. "(mn0Mut#
menyebabkan terjadi krisis keuangan dimintai pertanggungjawaban hukum. Para penyidik di AS masih berkutat untuk mencari bukti-bukti yang bisa menjerat mereka. Namun seperti halnya kasus Bank Century, mereka pun kesulitan untuk menemukan bukti hukum yang kuat. Bagaimana mengaitkan antara langkah korporasi yang dilakukan dengan upaya untuk memperkaya diri sendiri. Walaupun tidak mudah ditemukan keterkaitannya, namun fakta membuktikan para eksekutif Lehman Brothers hidup bergelimangan harta. Bahkan menjelang perusahaan yang mereka kelola dinyatakan bangkrut, mereka masih mengantungi bonus yang begitu besar. Kalau rakyat Amerika terus menuntut pertanggungjawaban hukum dari para eksekutif Lehman Brothers, tidak berlebihan apabila rakyat Indonesia menuntut hal yang sama terhadap penyelamatan kepada Bank Century. Dana talangan Rp 6,7 triliun yang diberikan kepada bank tersebut berasal dari dana masyarakat. Berbagai kesaksian yang diberikan orang-orang yang dimintai keterangan oleh KPK memberikan keyakinan bahwa ada hal yang tidak wajar dalam langkah penyelamatan terhadap Bank Century. Mantan Kepala Bapepam dan Lembaga Keuangan Fuad Rachmany misalnya menyebutkan, aneh kalau dikatakan Bank Century berdampak sistemik kepada pasar modal karena meski bank tersebut adalah perusahaan terbuka, namun sahamnya tidak aktif diperdagangkan. Dirut Bank Century Robert Tantular yang sudah divonis penjara pun merasa aneh bahwa banknya harus digerojok modal sampai Rp 6,7 triliun. Permintaan dana talangan yang dimintakan Direksi Bank Century hanya Rp 1 triliun. Namun tanpa lagi melibatkan pihak direksi, Komite Kebijakan Sistem Keuangan menyetujui pemberian dana talangan sampai Rp 6,7 triliun. Pertanyaannya, siapa sebenarnya yang diuntungkan dari langkah penyelamatan tersebut? Hal itulah sebenarnya yang ingin diketahui oleh masyarakat. Jangan sampai ada orang yang mengail di air keruh dan orang-orang kemudian menari di atas beban rakyat banyak. Inilah yang menjadi tugas dari KPK. Seperti lembaga hukum di AS yang juga terus bekerja untuk mencari tahu tindakan kriminal yang dilakukan eksekutif Lehman Brothers, KPK mempunyai tanggung jawab untuk memuaskan rasa keingintahuan masyarakat.