You are on page 1of 19

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN UMUM : BOR, LOS, TOI DAN BTO DI RUANG ANGGREK 1 RSUP

DR SARDJITO

Disusun oleh : Dita Amanda Sakti Feri Suhindra Fery Agustina Tia Marina Yuniarti (P07120111008) (P07120111015) (P07120111016) (P07120111036) (P07120111040)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2013

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN UMUM : BOR, LOS, TOI DAN BTO DI RUANG ANGGREK 1 RSUP DR SARDJITO

Disusun Oleh : Dita Amanda Sakti Feri Suhindra Fery Agustina Tia Marina Yuniarti (P07120111008) (P07120111015) (P07120111016) (P07120111036) (P07120111040)

TINGKAT III REGULER

Telah mendapat persetujuan pada tanggal ________________ 2013 Oleh :

Mengetahui, Pembimbing Klinik Pembimbing Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang komplek, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu melakanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrisi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan. Kinerja rumah sakit secara nyata dapat diukur dengan memakai indikator pengukur mutu pelayanan rumah sakit yang diatur oleh Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 228/ Menkes/SK/III/202 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah. Terakhir dari Kementrian Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No: 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Tentang Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal. RSUP Dr. Sardjito Yogkayarta sebagai rumah sakit tipe A dan rumah sakit rujukan di Yogyakarta dan Jawa Tengah wilayah selatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu. Ditambah dengan wujud komitmen dalam pesiapan akreditasi Joint Commissions International (JCI) yang fokus pada pelayanan bermutu dan patient savety. Berdasarkan uraian di atas penulis akan membahas pelaksanaan indikator mutu pelayanan rumah sakit khususnya pada tingkat efisiensi ruang rawat inap Anggrek 1 di RSUP Dr. Sardjito bulan Oktober 2013.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan praktik klinik manajemen di bangsal Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito mahasiswa manajemen mampu memahami terapan dan di melaksanakan ruangan pada

ketrampilan

keperawatan

sekelompok klien. 2. Tujuan khusus Setelah menyelesaikan praktik klinik manajemen diharapkan mahasiswa mampu : a. Menerapkan konsep kepemimpinan dalam pemberian pelayanan keperawatan. b. Menerapkan model team nursing dalam memberikan pelayanan keperawatan ( setiap tim terdiri dan satu kedua dan beberapa anggota) c. Melaksanakan peran sebagai ketua tim yang melaksanakan: 1) Perencanaan pelayanan keperawatan 2) Pendelegasian tugas anggota tim dan koordinasi dalam pelayanan keperawatan 3) Penggerakan dan pengarahan kepada anggota tim. 4) Evaluasi dan supervise anggota tim d. Melaksanakan peran sebagai anggota tim dan koordinasi dalam keperawatan yang meliputi: 1) Perencanaan asuhan keperawatan 2) Pelaksaan tindakan keperawatan 3) Koordinasi dalam pemberian asuhan keperawatan.. e. Mengidentifikasi pelaksanaan dan hasil indikator mutu umum

keperawatan yang meliputi : BOR, LOS, TOI, dan BTO.

C. Ruang Lingkup Indikator mutu pelayanan keperawatan meliputi : BOR, LOS, TOI, dan BTO di IRNA 1 bangsal Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

D. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilaksanakan di bangsal Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito berlangsung selama 1 minggu dari tanggal 25 sampai dengan 30 November 2013.

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Indikator Mutu Umum Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk menilai suatu peubahan. Menurut WHO, indicator adalah variable untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi

(Wilson&Sapanuchart, 1993). Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukan satu kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengkur perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk mungukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak pada pelayanan. Dimensi mutu merupakan suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas, efisiensi, keselamatan dan keamanan, kenyamanan, kesinambungan

pelayanan, kompetensi teknis dan hubungan antar manusia berdasarkan standar WHO. Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspekaspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.

B. Karakteristik Karakteristik dari suatu indikator adalah: 1. Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai.

2. Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, unutk waktu sekarang maupun yang akan datang. 3. Peka (sensitive), yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak perlu banyak. 4. Spesifik (spesific), yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak bertumpang tindih. 5. Berhubungan (relevan)

C. Jenis Indikator Indikator mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang. Jenis-jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit: 1. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari: a. Angka Pasien dengan Dekubitus; b. Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus. c. Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah. d. Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis. e. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat. 2. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari a. Angka Infeksi Luka Operasi. b. Angka Komplikasi Pasca Bedah. c. Waktu tunggu sebelum operasi effektif. d. Angka Appendik normal. 3. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari a. Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. b. Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. c. Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.

d. Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. 4. Indikator Mutu Pelayanan Medis a. Angka infeksi nosokomial b. Angka kematian kasar (Gross Death Rate) c. Kematian pasca bedah d. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR) e. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR) f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)

g. ADR (Anasthesia Death Rate) h. PODR (Post Operation Death Rate) i. POIR (Post Operative Infection Rate)

5. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap: a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 6085% (Depkes RI, 2005). Rumus : BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100% b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,

apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus : AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati) d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Huffman (1994) adalah ...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus : BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur e. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus : NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 f. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus : GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000

6. Unit cost untuk rawat jalan a. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien b. Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya 1) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari 2) Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien a) Jumlah pelayanan dan tindakan medik b) Jumlah tindakan pembedahan c) Jumlah kunjungan SMF spesialis d) Pemfaatan oleh masyarakat e) Contact rate f) Hospitalization rate

g) Out patient rate h) Emergency out patient rate 7. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien 8. Indikator tambahan 9. Angka Kematian di IGD (IGD). 10. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis). 11. Angka Infeksi RS. 12. Reject Analisis (Radiologi). 13. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi). 14. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi). 15. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium). 16. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi). 17. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi). 18. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi)

BAB III HASIL PENGAMATAN

A. Gambaran Singkat Bangsal Anggrek 1 Rsup Dr. Sardjito Bangsal Anggrek 1 terletak di lantai 1 IRNA RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Bangsal Anggrek 1 merupakan bangsal rawat inap penyakit dalam. Kapasitas bangsal Anggrek 1 memiliki 27 tempat tidur, yang terdiri dari 3 kamar kelas 1 yang berada di kamar 1 dan 3 (dengan jumlah 1 tempat tidur tiap kamar), 7 kamar kelas 2 yang berada dikamar 2, 4, 5, 6, 7, 9, 11 (dengan jumlah 2 tempat tidur tiap kamar), 3 kamar kelas 3 yang berada di kamar 8, 10 dan 12 (dengan jumlah 3 dan 6 tempat tidur setiap kamar). Setiap kamar dilengkapi dengan sarana prasarana yang mendukung program pengobatan pelayanan keperawatan. Dalam pengorganisasian penugasan tenaga keperawatan, Bangsal Anggrek 1 menggunakan metode primary tim dengan PN dan AN untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Metode ini menggunakan tim terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi menjadi 3 tim yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam suatu grup kecil yang saling membantu. Bangsal Anggrek 1 dipimpin oleh Bapak Setyo Tri Wibowo, S.Kep, Ns selaku kepala ruang dengan 3 PN (ketua tim). Masing-masing PN membawahi 3 sampai 4 anggota tim (AN). Struktur keperawatan di bangsal dapat dilihat pada bagan di bawah ini

Bagan : Struktur Organisasi Bangsal Anggrek 1

Ka. Ru Setyo Tri Wibowo,S.Kep, Ns

PN 1 Dwianti, S.Kep, Ns

PN 2 Dalmi Isnawati, AMK

PN 3 Sulis Martuah, AMK

AN Setyowati, AMK Rida, AMK Niken, AMK

AN Semiyati, AMK Sukadi, AMK Upik Sukowati, AMK

AN Suparti, AMK Dyah Dwi I,AMK Dwi Retnoningrum, S.Kep, Ns

PH/PRT Sudirjo (PH) M. Enggarwati (PH) Mardiman (PRT) Tri Iriani (PRT)

B. Hasil Pengamatan Jumlah pasien periode bulan Oktober 2013 Jumlah pasien keluar hidup Jumlah pasien keluar mati Jumlah lama dirawat pasien Jumlah tempat tidur Distribusi diagnosis medis Dx. Medis ASD Procoronograpi MFH Ca Pansitopeni Talasemia Hematemesis CKD SS GIST Sepsis VE Pro Cath VCSS Efusi Pleura CHF SLE APS Syok Hipovolemik MDS Colesistitis Gastritis ITP KHS Massa GEA DVT DM Atelektasis MCI Limfadenopati Jumlah 2 1 2 23 7 1 4 4 16 1 2 1 2 1 2 10 2 4 1 3 1 1 2 1 3 1 1 2 1 1 1 Persentase 1.83% 0.92% 1.83% 21.10% 6.42% 0.92% 3.67% 3.67% 14.68% 0.92% 1.83% 0.92% 1.83% 0.92% 1.83% 9.17% 1.83% 3.67% 0.92% 2.75% 0.92% 0.92% 1.83% 0.92% 2.75% 0.92% 0.92% 1.83% 0.92% 0.92% 0.92% : 109 orang : 101 orang : 8 orang : 734 hari : 28 hari :

CML MM AMI

3 2.75% 1 0.92% 1 0.92% 109 Hasil perhitungan indikator mutu umum : 1. BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100% BOR = 734/2831x100% = 84.56% 2. AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) AVLOS = 734/((101+8)) = 6,73 3. TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati) TOI = ((2831)734)/109 = 1,229 4. BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur BTO = 109/28 = 3,892

C. Faktor Pendukung 1. RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan dari berbagai RS Daerah wilayah DIY dan sekitarnya. 2. RSUP Dr. Sardjito dalam rangka peningkatan mutu asuhan dan pelayanan akan menghadapi akreditasi JCI, sehingga seluruh

komponen pelayanan baik medis maupun keperawatan memperbaiki kinerjanya.

D. Faktor Penghambat 1. Pendokumentasian register pasien masih kurang lengkap, sehingga merugikan dari segi penghitungan indikator mutu umum.

BAB IV PEMBAHASAN

Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan didapatkan, hasil Bed Occupancy Rate (BOR) di Bangsal Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito pada bulan Oktober adalah 84,56%. Ini tergolong dalam kategori baik karena Departemen Kesehatan RI (2005) menyebutkan bahwa indikator BOR haruslah > 75 % untuk dapat dikatakan baik. Sumber lain menyebutkan bahwa BOR dikatakan baik apabila rentangnya antara 60 85 %. Berdasarkan analisis yang dilakukan, efisiensi penggunaan tempat tidur baik karena RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit rujukan tipe A untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah, sehingga banyak pasien dengan penyakit yang tak tertangani di daerah langsung dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito dan bangsal Anggrek 1 merupakan bangsal penyakit dalam tanpa ada spesifikasi khusus kecuali pasien infeksius, jadi pasien dengan penyakit apapun akan diterima di bangsal ini. Namun, bila dibandingkan dengan hasil BOR pada bulan yang sama tahun 2012, hasil ini dapat dikatakan menurun. Pada bulan Oktober tahun 2012, BOR Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito mencapai 85,81 %. Hal ini dapat disebabkan adanya 6 pasien keluar yang tak terdokumentasi tanggal keluar RS di buku register. Selain itu tahun ini telah ditambahkan satu temat tidur di ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito sehingga mempengaruhi hasil penghitungan BOR. Indikator mutu umum kedua adalah Length of Stay (LOS) atau lamanya hari rawat pasien dalam suatu periode. Lama rawat pasien di Bangsal Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito adalah 6, 73 hari. Berdasarkan Departemen Kesehatan (2005) hasil ini menunjukkan bahwa lamanya hari rawat inap baik, yaitu antara 6-9 hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya rawat inap pasien antara lain alasan masuk pasien, dimana sebanyak 14,68% dari pasien yang dirawat dengan rencana kemoterapi selama 1-5 hari, pasien dirawat dengan kanker sebanyak 21,10%, selain itu jumlah pasien dengan observasi penyakit dan penegakan diagnosa sebanyak 9,17% sehingga lama rawat inap menjadi berkurang. Turn Over Interval (TOI) merupakan indikator lamanya tempat tidur tidak dihuni. Di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito, nilai indikator TOI adalah 1, 229 hari. Pada November 2012, nilai indikator TOI adalah 1,95. Hal ini tidak berbeda

jauh dengan nilai indikator TOI 2013. Berdasarkan Departemen Kesehatan RI (2005), TOI dikatakan baik dalam rentang 1 3 hari. Namun, hal ini dapat meningkatkan tingginya angka infeksi nosokomial karena sebelum tempat tidur ditempati pasien baru, belum sempat didesinfeksi setelah ditinggalkan pasien lama. Indikator mutu umum yang keempat adalah Bed Turn Over (BTO). BTO merupakan rata-rata suatu tempat tidur dipakai dalam suatu periode. Setelah dilakukan penghitungan BTO di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito adalah 3,892 kali. Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), BTO dalam satu tahun idealnya adalah 40-50 kali. Hasil BTO di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito pada bulan Oktober tahun 2012 adalah 3, 52. Sehingga dapat dikatakan bahwa BTO tahun ini meningkat daripada tahun lalu. Secara umum, indikator mutu umum di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito tergolong baik untuk bulan Oktober tahun 2013. Semua indikator mencapai angka ideal.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Indikator mutu pelayanan rumah sakit adalah tolok ukur untuk memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut. Indikator mutu rumah sakit akan mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang. Salah satu indikator mutu rumah sakit adalah indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit yang meliputi : BOR (Bed Occupancy Rate), BTO (Bed Turn Over), TOI (Turn Over Interval), ALOS (Average Length of Stay). Setelah dilakukan pengamatan di ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito terkait indikator mutu rumah sakit di bulan Oktober2013 didapatkan hasil BOR BTO TOI ALOS : 84,56% : 3,892 kali : 1, 229 hari : 6, 73 hari Secara umum, indikator mutu umum di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito tergolong baik untuk bulan Oktober tahun 2013. Semua indikator mencapai angka ideal.

B. Saran
1. Diharapkan seluruh petugas di ruang Anggrek 1 bekerja sama dan saling mengingatkan untuk mendokumentasikan data pasien dengan lengkap, sehingga dapat memudahkan dalam rekapitulasi guna mengukur indikator mutu pelayanan 2. Diharapkan meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan paripurna sehingga dapat mempertahankan atau meningkatkan hasil penghitungan indikator mutu di ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2001. Petunjuk pelaksanaan indikator mutu pelayanan rumah sakit. Jakarta Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktek keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika. Djuhaeni, H. 2000. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Tasikmalaya : PERSI Cabang Jawa Barat. Rabiah Marhabang, Thini Nurul Rochmah dan Emma Pesik Adam 2004. Modifikasi model pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. Haryoto Lumajang dalam rangka peningkatan mutu asuhan keperawatan Sianturi G. 2004. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat, Diakses di http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0116/kes2.html.

You might also like