You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian Ketuban pecah dini ( KPD ) merupakan salah satu masalah obstetri yang penting karena berhubungan dengan 2 komplikasi utama yaitu infeksi dan persalinan kurang bulan. Meskipun keadaan ini hanya mencakup sekitar 1, ! dari seluruh kehamilan, tetapi menyebabkan sekitar 2"! kematian perinatal, ke#adian korioamnionitis, dan keadaan ga$at #anin intrapartum. %nsidensi KPD yang dilaporkan beberapa peneliti berbeda&beda yaitu berkisar antara 2, &1 ! dari seluruh kehamilan, sedangkan menurut 'ndersen, insidensi KPD berkisar 1"!. Perbedaan ini disebabkan perbedaan definisi yang dipakai oleh masing&masing peneliti. 'ndersen, (opkins dan (ayashi mendefinisikan KPD sebagai pecahnya ketuban secara spontan sebelum adanya kontraksi uterus. )atasan KPD lainnya atau yang disebut sebagai * premature rupture of the membranes * adalah pecahnya ketuban yang ter#adi sebelum onset persalinan pada umur kehamilan 2+&++ minggu, dan untuk umur kehamilan yang kurang dari ,- minggu disebut sebagai preterm rupture of the membranes. Di ./(/ digunakan istilah KPD untuk keadaan robeknya selaput khorioamnion dalam kehamilan. /ekitar +"! ke#adian KPD ter#adi pada kehamilan 0 , minggu dan secara langsung berhubungan dengan sepertiga dari seluruh persalinan kurang bulan. Di 'merika /erikat terdapat hampir setengah #uta persalinan kurang bulan setiap

tahun, dimana KPD merupakan penyebab terhadap kurang lebih sepertiga dari kelahiran ini. 'ngka ke#adian KPD di %ndonesia diduga masih tinggi bila

dibandingkan dengan negara&negara ma#u. Data laporan tahunan )agian 1bstetri dan 2inekologi ./(/ ( 2""" ) mencatat ke#adian KPD sebesar 3,23!. Dari tin#auan kematian perinatal di ./(/ tahun 2""" diketahui KPD merupakan komplikasi ibu yang menyebabkan kematian perinatal tertinggi kedua (14,"!). Penyebab KPD sampai saat ini masih diketahui pasti dan masih men#adi bahan perdebatan. 5erdapat beberapa kemungkinan penyebab yang telah diteliti namun belum ditemukan penyebab tersendiri sehingga diduga penyebabnya multifaktorial. Peningkatan tekanan intrauterin ( gemelli, hidramnion ), merokok, korioamnionitis, paritas, perdarahan midtrimester, dan defisiensi 6itamin 7 dihubungkan dengan meningkatnya risiko ter#adinya KPD.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ketuban Pecah Dini Ketuban Pecah Dini masih merupakan faktor predisposisi yang penting untuk ter#adinya persalinan kurang bulan dengan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian perinatal. Meningkatnya angka kesakitan dan angka

kematian tersebut antara lain tergantung pada umur kehamilan, masa laten, adanya infeksi pada ibu, serta keadaan sosioekonomi penderita 8tiologi yang pasti dari ketuban pecah dini sampai saat ini masih belum diketahui, karena itu penanganan kasus&kasus ketuban pecah dini ditu#ukan untuk mengurangi risiko pada bayi maupun ibu. .isiko pada ibu biasanya berkaitan dengan ter#adinya infeksi, sedangkan pada #anin atau bayi baru lahir adalah infeksi, kelahiran kurang bulan, ga$at #anin, dan persalinan traumatik.

2.1.1 Defini i Definisi ketuban pecah dini sampai saat ini masih belum seragam diantara beberapa penulis. Menurut beberapa penulis, definisi ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput khorioamnion sebelum dimulainya proses persalinan secara spontan. Mereka membedakan antara P.1M dan PP.1M, dimana definisi P.1M ( Premature Rupture of the membrane ) yaitu bila ketuban pecah pada usia

kehamilan 9 , minggu, sedangkan PP.1M ( Preterm Premature Rupture of the membrane ) bila usia kehamilan 0 , minggu. 'ndersen, (opkins dan (ayashi mendefinisikan KPD sebagai pecahnya ketuban secara spontan sebelum adanya kontraksi uterus. )atasan KPD lainnya adalah pecahnya selaput ketuban yang ter#adi sebelum onset persalinan (inpartu) pada umur kehamilan 2+&++ minggu, dan untuk kehamilan yang kurang dari ,minggu disebut sebagai preterm rupture of the membranes. Dibedakannya istilah ini karena merupakan keadaan yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas #anin. Pernoll menggunakan istilah preterm rupture of membranes (P5.1M) untuk keadaan ketuban pecah pada kehamilan prematur dan prelabor rupture of the membranes (P:.1M) bila ketuban pecah yang ter#adi pada kehamilan aterm dan bila P5.1M ter#adi lebih dari 2+ #am disebut sebagai prolonged premature rupture of the membranes. Di ./ (asan /adikin )andung digunakan istilah KPD pada keadaan robeknya selaput khorioamnion dalam kehamilan. 5idak ada perbedaan istilah untuk KPD pada kehamilan cukup bulan atau kurang bulan, tetapi pengelolaannya berbeda

2.1.2 In i!en i %nsidensi ke#adian ketuban pecah dini berbeda&beda tergantung kepada penelitinya, angka ini ber6ariasi antara perbedaan definisi yang dikemukakan. &12!. (al ini disebabkan adanya

7unningham dan Pernoll melaporkan ke#adian KPD berkisar antara 1, ; 1", !, sedangkan menurut 'ndersen, insidensi KPD berkisar 1"! (ampir <+! ter#adi pada kehamilan aterm dengan 2"! ter#adi lebih dari 2+ #am. 5ingginya insidensi ini merupakan risiko meningkatnya infeksi ibu dan #anin. Meningkatnya morbiditas berhubungan dengan lamanya periode laten, sedangkan morbiditas dan mortalitas pada #anin berhubungan #uga dengan usia kehamilan. Di %ndonesia, ke#adian ketuban pecah dini yang dilaporkan Muchtar (1<-") di ./ Mangkuyu =ogyakarta yaitu 4,,!, /udarmadi (1< 1) di ./7M >akarta sebesar +,2!. /edangkan ?sman : (2""") di ./. Dr. (asan /adikin )andung mendapatkan angka ke#adian sebanyak 1 , !. 2.1." Eti#l#gi /ampai saat ini etiologi KPD belum diketahui dengan pasti. )eberapa keadaan yang merupakan predisposisi untuk ter#adinya KPD antara lain 1. 5rauma @ 'mniosentesis, pemeriksaan dalam, koitus 2. Peningkatan tekanan intra uterin @ (idramnion, gemelli ,. %nkompeten ser6iks +. Kelainan letak @ :etak lintang, letak sungsang 4. %nfeksi @ Aagina, ser6iks, traktus urinarius 3. .i$ayat keluarga dengan KPD Diantara berbagai predisposisi yang ada, infeksi merupakan penyebab tersering ter#adinya KPD. %nfeksi ini dapat langsung ter#adi pada selaput #anin ataupun melalui infeksi 6agina yang men#alar secara asenden ke selaput #anin atau infeksi pada cairan amnion.

2.1.$ Diagn# i Menurut 2arite, berdasarkan anamnesis sa#a, diagnosis ketuban pecah dini dapat ditegakan dengan ketepatan <"!, ditambah dengan pemeriksaan fisik dan lakmus tes, maka lebih tinggi lagi ketepatan diagnosisnya . )ila tes lakmus dan * fern test * positif, ketepatan diagnostiknya <<!. )ila kedua pemeriksaan ini hasilnya negatif, berarti selaput ketuban intak. (anya harus diperhatikan bah$a pemeriksaan&pemeriksaan di atas dapat memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu bila terpapar darah, cairan semen, cairan 6agina ( pada 6aginitis ) Diagnosis ketuban pecah dini dapat ditegakkan berdasarkan@ Keluarnya keluar cairan banyak dari #alan lahir secara tiba&tiba 7airan tersebut tetap mengalir dari #alan lahir Pada pemeriksaan spekulum ditemukan cairan mengalir dari ser6iks Pemeriksaan cairan tersebut dengan kertas nitraBineCkertas lakmus bersifat basa Pada pemeriksaan ultrasonografi tampak oligohidramnion Pemeriksaan * fern test * secara mikroskopik (D)

2.1.$.1 %e&ala 1. Pasien biasanya mengeluhkan adanya cairan yang keluar secara tiba&tiba dari 6agina. Dengan keterangan tambahan berupa saat timbul, $arna, konsistensi serta bau dari cairan tersebut dapat membantu untuk membedakan KPD dengan leukorrhea normal dalam kehamilan, inkontinensia urin, infeksi 6agina dan secret mukus karena dilatasi cer6iE.

2.

'danya flek dari 6erniE atau mekonium.

,. ?kuran uterus berkurang. +. >anin semakin teraba pada palpasi.

2.1.$.2 Pe'erik aan S(ekulu' Steril Pemeriksaan spekulum steril adalah tahapan yang paling penting untuk diagnosis KPD yang akurat. Klinisi sebaiknya menghindari pemeriksaan intraser6ikal digital secara bersamaan disaat pasien tidak dalam inpartu dan tidak ada perencanaan tindakan induksi, karena tindakan itu memberi kemungkinan meningkatnya risiko komplikasi terhadap infeksi.

Pemeriksa harus mencari dari , buah tanda pasti yang berhubungan dengan KPD @ 1. Pooling Pengambilan cairan amnion dari forniE posterior untuk di6isualisasikan. KPD yang telah berlangsung lama dapat

menyebabkan kehilangan sebagian besar cairan, dan mukosa 6agina tampak hanya basah. Pada keadaan seperti itu, baik manu6er Aalsal6a atau tekanan pada fundus uteri selama pemeriksaan spekulum menghasilkan 6isualisasi dari adanya aliran atau pecahnya ketuban dari kanalis endoser6ikalis. 2. 5es FitraBine 7airan yang diambil dari forniE posterior menggunakan kapas steril (cotton-tipped swab) lalu diapuskan pada kertas strip

yang sensitif terhadap perubahan p(, perubahan $arna ter#adi dari kuning&hi#au men#adi biru tua pada p( diatas 3," ; 3,4. Aagina dalam kehamilan memiliki p( sekitar +,4 ; 3," dan cairan amnion memiliki p( ,1 ; ,,. 1leh karena itu, tes terhadap p( alkalis biasanya menun#ukkan adanya cairan amnion. 5es nitraBine ini memiliki tingkat akurasi sebesar -"&<"!, dengan 1"! false positif dan 1"! false negatif. FitraBine dapat memberikn hasil false& positif dari kontaminasi oleh darah, semen dari hubungan seksual sebelumnya, atau antiseptic alkalis. %nfeksi pada 6agina #uga akan meningkatkan p( 6agina. (asil false&positif #uga dapat diberikan pada urin yang alkalis. ,. Gerning /edikit cairan yang diambil dari forniE posterior diapuskan pada ob#ek glass, lalu dibiarkan mengering, dan lihat dengan mikroskop. 7airan amnion yang telah mengering tersebut menampakkan gambaran Harborization* atau Hpalm leaf pattern* atau Hfeathery karena seperti bulu. 2ambaran ferning ini ter#adi karena kristalisasi elektrolit terutama Fa7l dalam cairan amnion karena pengaruh dari hormone estrogen. (asil false&positif dapat ter#adi bila sampel terkontaminasi dengan semen dan mucus cer6ical. )ersama&sama, ketiga penemuan ini menun#ukkan ada rupturnya ketuban. 'pabila ada salah satu yang tidak diketemukan, merupakan indikasi untuk

dilakukan tes lebih lan#ut. >ika tidak ada cairan bebas ditemukan, H dry pad harus ditempatkan di ba$ah perineum pasien dan obser6asi adanya aliran . 5es yang dapat digunakan untuk konfirmasi KPD termasuk mengobser6asi adanya cairan dari ostium cer6iE saat pasien batuk atau melakukan manu6er Aalsal6a atau tekana pada fundus uteri selama pemeriksaan spekulum dan oligohydramnions pada pemeriksaan ultrasound. 'dapun tes lebih lan#ut yang dapat digunakan antara lain @ a. ?ltrasound Penilaian ultrasound terhadap 6olume cairan amnion dapat membantu dalam diagnosis KPD, terutama pada pasien yang sebelumnya memiliki 6olume cairan amnion yang normal. b. 'mniocentesis 5erdapat bukti yang kuat bah$a keberadaan organisme pada rongga amnion memiliki hubungan dengan peningkatan risiko terhadap pecahnya membran. 'dapun diagnosis infeksi intrapartum dapat ditun#ukkan dengan ge#ala&ge#ala sebagai berikut @ 1) Gebril di atas ,-I7 2) 5akikardi pada ibu (J1"" denyutCmenit) ,) Getal takikardi (J13" denyutCmenit) +) Fyeri abdomen, nyeri tekan uterus 4) 7airan amnion ber$arna keruh atau hi#au 3) :eukositosis pada pemeriksaan darah tepi (J14"""&2""""Cmm,)

<

Penilaian dari kultur membutuhkan $aktu yang cukup lama sehingga tidak dapat diandalkan untuk penatalaksanaan yang cepat. /edangkan pe$arnaan gram adalah standar baku emas untuk in6estigasi yang cepat. c. %ndigo 7armine Dye Memasukkan indigo carmine dye ke dalam rongga amnion dalam beberapa #am selama amniocentesis untuk mengkonfirmasi diagnosa KPD pada oligohydramnions tanpa ada bukti pecahnya ketuban. Penggunaan H perineal pad* mungkin dilakukan terutama digunakan untuk insersi 6agina karena teori risiko infeksi. (arus diperhatikan bah$a cairan pe$arna tersebut dapat mencapai kandung kemih maternal setelah beberapa #am dan dapat me$arnai Hpad* bila ada inkontinensia urin. 2.1.) K#'(lika i Komplikasi KPD yang paling sering ter#adi adalah meningkatnya angka ke#adian infeksi. Komplikasi lain yang dapat timbul adalah persalinan kurang bulan, tali pusat menumbung, sepsis neonatorum, endometritis. Dengan pecahnya ketuban akan ter#adi kondisi oligohidramnion yang meningkatkan risiko penekanan pada tali pusat yang dapat menimbulkan ga$at #anin dan kematian #anin.

1"

Penelitian retrospektif terhadap 3+24 kasus ketuban pecah dini pada kehamilan aterm memperoleh hasil adanya peningkatan kematian #anin setelah KPD 9 2 #am. Komplikasi yang berhubungan dengan KPD diantaranya adalah @ a. Per alinan (re'atur. Ketika membran ruptur, persalinan biasanya segera ter#adi. 5er#adinya persalinan setelah ketuban pecah ber6ariasi sesuai umur kehamilan. Pada #anin cukup bulan, persalinan sering ter#adi dalam 2+ #am dalam <"! kasus. Ketika KPD ter#adi pada usia 2-&,+ minggu, 4"! pasien bersalin dalam 2+ #am dan -"&<"! dalam 1 minggu. >ika KPD ter#adi pada #anin prematur akan

menyebabkan komplikasi prematuritas yang menyababkan kesakitan dan kematian perinatal. Pada kebanyakan kasus, mortalitas perinatal pada KPD #anin premature berhubungan dengan komplikasi prematuritas seperti '.D/, F87. Pada a$al kehamilan, persalinan dapat ter#adi dalam $aktu satu minggu

11

atau lebih setelah ter#adinya ketuban pecah, sehingga kemungkinan ter#adinya infeksi pun meningkat seiring bertambahnya $aktu antara ketuban pecah hingga ter#adinya persalinan. Pada umumnya, ter#adi pemendekan kala %, tapi tidak berefek pada durasi kala %%. b. Infek i (a!a ibu* &anin atau(un ne#natal. )aik ibu ataupun #anin memiliki resiko infeksi saat ter#adi KPD. %nfeksi pada ibu diantaranya adalah korioamnionitis. %bu dapat mengalami endometriasis #ika infeksi mencapai endometrium, penurunan akti6itas miometrium (distonia, atonia). %nfeksi #anin dapat berupa pneumonia, infeksi saluran kencing, infeksi lokal seperti omphalitis atau kon#ungti6itis. )iasanya korioamnionitis menga$ali ter#adinya infeksi #anin. 5etapi serpsis pada #anin dapat ter#adi sebelum korioamnionitis secara klinis terbukti pada ibu. (al ini di#elaskan dengan adanya infeksi preklinis, yang ter#adi saat selaput amnion men#adi tempat kolonisasi bakteri 6irulen, tetapi pada saat itu tidak terlihat infeksi ibu secara klinis. )eratnya infeksi meningkat sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. %nfeksi dapat ter#adi secara ascending, dimana pecahnya ketuban menyebabkan adanya hubungan langsung antara ruang intra amnion dan dunia luar. %nfeksi ter#adi ascenden dari 6agina ke intra uterin. /emakin lama ter#adinya KPD maka in6asi bakteri pun semakin meningkat. %nfeksi dapat berkembang men#adi infeksi sistemik saat infeksi uterin men#alar melalui sirkulasi fetomaternal, sehingga ter#adi sepsis hingga septik syok yang dapat mengakibatkan kematian ibu.

12

Korioamnionitis menyebabkan bertambahnya resiko sepsis pada #anin. 1rganisme yang paling sering menyebabkan korioamnionitis adalah bakteri yang berasal dari 6agina seperti streptococcus ) dan D, bakteri anaerob yang masuk secara ascenden. ?ntuk membuktikan amnionitis perlu dilakukan amniosentesis, kita dapat memeriksa leukosit, pe$arnaan gram ataupun kultur bakteri. /indroma respon peradangan #anin menggambarkan infeksi #anin dengan adanya korioamnionitis secara klinis dan mengakibatkan kerusakan system saraf pusat #anin. Manifestasinya adalah lesi pada substansi putih peri6entrikular (leukomalasia) diperantarai respon peradangan //P #anin dengan dikeluarkannya sitokin. :esi yang ter#adi menyebabkan cerebral palsy, berhubungan dengan meningkatnya konsentrasi leukosit dan kadar %:&3. 5anda ter#adinya infeksi diantaranya @ 1. Gebris, suhu J,-"7. 2. %bu leukositosis. >ika ditemukan kelainan pada #umlah leukosit, maka pemeriksaan harus diulang. >ika ternyata hasilnya lebih dari 13"""CK:, harus berhati&hati akan ter#adinya infeksi. ,. Gundus lunak +. 5akikardi, nadi ibu J1""ECm atau D>> J13"ECm. 4. Fyeri abdomen, nyeri tekan uterus 3. 7airan amnion ber$arna keruh atau hi#au dan berbau. c. Hi(#k ia !an a fik ia ekun!er karena k#'(re i tali (u at

1,

Prolaps tali pusat ter#adi lebih sering pada KPD(insidensi 1,4 !), hal ini disebabkan presentasi #anin yang kurang mencapai pel6is. Kombinasi antara KPD dan malpresentasi meningkatkan frekuensi ter#adinya komplikasi ini. /elain itu, kompresi tali pusat, meskipun tanpa prolaps, lebih sering sekunder karena oligohidramnion. (al ini bisa ter#adi sebelum atau saat persalinan dan mengakibatkan ga$at #anin. Ketuban pecah menyebabkan berkurangnya #umlah air ketuban, ter#adilah partus kering karena air ketuban habis. !. Def#r'ita &anin Komplikasi mayor yang ter#adi karena KPD adalah deformitas #anin.KPD yang ter#adi pada a$al kehamilan dapat menyebabkan

pertumbuhan terganggu, malformasi karena kompresi pada $a#ah dan ekstremitas #anin, dan yang paling penting adalah hipoplasia paru. Mekanisme ter#adinya hipoplasia paru berkaitan dengan KPD tidak #elas diketahui. Drainase ketuban menyebabkan oligohidramnion yang menyebabkan

hipoplasia paru. 1ligohidramnion menyebabkan kompresi ekstrinsik terhadap toraks #anin dan mengganggu pertumbuhan paru dengan menghambat gerakan nafas. Perubahan aliran darah paru #uga menyebabkan terhambatnya perkembangan dan maturasi paru. Diagnosis hipoplasia paru ditegakkan dengan mengukur diameter dada #anin dan dibandingkan dengan normogram sesuai umur kehamilan dan rasio lainnya. /elain itu, hipoplasia paru dapat ditegakkan melalui otopsi dengan cara menimbang berat paru.

1+

e. Meningkatn+a angka ek i# e area Komplikasi pada ibu seperti korioamnionitis, endometritis, #uga solusio plasenta , malformasi letak #anin ga$at #anin meningkatkan resiko seksio sesarea.

2.1., Pengaruh ketuban (ecah !ini terha!a( Ke akitan !an Ke'atian ba+i /etelah ter#adinya ketuban pecah dini, kuman 6agina dan ser6iks mengadakan in6asi ke dalam kantung amnion dan dalam 2+ #am cairan amnion akan terinfeksi. 'kibat dari cairan amnion yang terinfeksi akan ter#adi infeksi pada #anin seperti @ Pneumonia /eptikemia Meningitis 2astroenteritis Pyoderma

14

Komplikasi lain setelah ketuban pecah adalah timbulnya ga$at #anin intrapartum, asfiksia neonatorum, prematurutas, dan kematian bayi. )eberapa saat setelah ketuban pecah akan diikuti oleh persalinan, sehingga pada kehamilan kurang bulan akan menghasilkan bayi kurang bulan. )ayi&bayi yang lahir kurang bulan merupakan problem utama yang dihadapi pada kasus dengan ketuban pecah dini, karena bayi kurang bulan ini rentan terhadap infeksi, timbulnya sindroma ga$at nafas tipe % dan gangguan penutupan duktus arteriosus. (al tersebut akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian perinatal.

2.1.- Pengel#laan ketuban (ecah !ini Pengelolaan ketuban pecah dini, pada beberapa pusat pendidikan berbeda dan ini masih merupakan suatu dilema. )ila ketuban pecah dini ter#adi pada saat kehamilan aterm segera dilakukan induksi maka angka seksio sesarea meningkat. 'pabila ditunggu sampai persalinan spontan maka kemungkinan infeksi meningkat. Prematur KPD membutuhkan pengelolaan yang lebih sulit. /emakin muda #anin, semakin besar kemungkinan meninggal atau menderita kerusakan serius yang permanen bila persalinan prematur. 5ergantung dari usia #anin dan infeksi, dokter harus bisa memutuskan diantara menunda persalinan sampai #anin matur, atau menginduksi persalinan dan mempersiapkan komplikasi persalinan prematur. Aariasi dari medikasi yang digunakan dalam pengelolaan KPD @

13

Medikasi untuk menginduksi persalinan (oEytocin) digunakan pada KPD aterm atau pada kasus prematur KPD yang terkena infeksi.

5okolitik digunakan untuk mencegah mencegah dimulainya persalinan. %ni digunakan pada kasus prematur KPD yang tidak ada tanda infeksi.

/teroid digunakan untuk membantu kematangan paru&paru lebih cepat. /teroid biasanya digunakan pada KPD prematur #ika #anin dilahirkan lebih cepat karena infeksi atau persalinan tidak dapat dicegah.

'ntibiotik dapat diberikan untuk mengobati infeksi. /udah diteliti bah$a dengan pemberian antibiotik sebelum timbul tanda&tanda infeksi dapat mencegah perkembangan infeksi itu sendiri. Di ba$ah ini terdapat beberapa prosuder terapi yang di ambil dari berbagai sumber@

1. Menurut Pe!#'an Diagn# i !an .era(i /b tetri !an %inek#l#gi 0SUP Dr. ha an Sa!ikin1 K#n er2atif Pengelolaan konser6atif dilakukan apabila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada #anin), pada umur kehamilan 2-&,3 minggu, dira$at selama 2 hari. /elama pera$atan dilakukan @ 1bser6asi kemungkinan adanya amnionitis atau tanda&tanda infeksi 1) %bu @ suhu J ,-o7, takikardi, lekositosis, tanda&tanda infeksi intra uterin, rasa nyeri pada rahim, sekret 6agina purulen.

2) -

>anin @ 5akikardi

Penga$asan timbulnya tanda persalinan Pemberian antibiotika (ampisilin +E4"" mg atau eritromisin +E4"" mg dan metronidaBole 2E4"" mg) selama ,&4 hari

?ltrasonografi untuk menilai kese#ahteraan #anin )ila ada indikasi untuk melahirkan #anin, dilakukan pematangan paru #anin

Aktif Pengelolaan aktif pada ketuban pecah dini dengan umur kehamilan 2"&2minggu dan J , minggu 'da tanda&tanda infeksi 5imbulnya tanda&tanda persalinan 2a$at #anin

2. Menurut Buku (an!uan Prakti Pela+anan Ke ehatan Maternal !an Ne#natal .a$at di rumah sakit >ika ada tanda&tanda infeksi (demam, cairan 6agina berbau) berikan antibiotik >ika tidak ada infeksi dan kehamilan 0, minggu@ 1) )erikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan #anin@ ampisilin +E4"" mg selama oral selama hari hari ditambah eritromisin ,E24" mg per

1-

2) )erikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru #anin @ )etametason 12 mg i.m. dalam 2 dosis setiap 12 #am 'tau deksametason 3 mg i.m dalam + dosis setiap 3 #am

,) :akukan persalinan pada kehamilan , minggu >ika tidak terdapat infeksi dan kehamilan J, minggu 1) >ika ketuban telah pecah J 1- #am, berikan antibiotik profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus grup )@ antibiotik 2) Filai ser6iks >ika ser6iks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin >ika ser6iks belum matang, matangkan ser6iks dengan 'mpisilin 2 g i.6 setiap 3 #am 'tau penisilin 22 #uta unit i.6 setiap 3 #am sampai persalinan >ika tidak ada infeksi pasca persalinan hentikan

prostaglandin dan infus oksitosin atau sesarea

lahirkan dengan seksio

".

Penanganan 'enurut 3urrent /b tetric an! %+nec#l#g+ Dengan inter2en i ?mur kehamilan ,3 minggu dan berat #anin 24"" gram maka persalinan normal harus segera dilakukan dalam 2+ #am, $alaupun periode latennya

1<

-&12 #am, induksi oksitosin infus dapat diberikan dengan resiko infeksi yang rendah ?mur kehamlan ,+&,3 minggu dan berat #anin 2"""&,""" gram, induksi dapat diberikan karena sesuai dengan pematangan paru #anin. Persalinan dapat dimulai dalam 2+&+- #am. ?mur kehamilan 23&,+ minggu dan berat #anin 4""&2""" gram, penatalaksanaan harus berdasarkan dari pemeriksaan amniosintesis. >ika paru matur dan ter#adi amnionitis maka persalinan segera dilakukan. >ika paru masih immature dan tidak terdapat amnionitis maka penderita dian#urkan untuk tirah baring dengan pemeriksaan tanda&tanda 6ital setiap + #am dan pemeriksaan lekosit setiap hari. 'denokortikosteroid dapat diberikan untuk membantu maturitas. ?mur kehamilan 023 mingu dan berat #anin 04"" gram, sangat kecil kemungkinan bayi dapat diselamatkan dan resiko untuk ibunya sangat besar .an(a Inter2en i 5irah baring 5idak berhubungan seksual 5idak dipasang tampon Pengecekan suhu badan ,&3 kali perhari Pemeriksaan lekosit setiap hari BAB III KESIMPULAN

2"

Ketuban pecah dini ( KPD ) merupakan salah satu masalah obstetri yang penting karena berhubungan dengan 2 komplikasi utama yaitu infeksi dan persalinan kurang bulan. Meskipun keadaan ini hanya mencakup sekitar 1, ! dari seluruh kehamilan, tetapi menyebabkan sekitar 2"! kematian perinatal, ke#adian korioamnionitis, dan keadaan ga$at #anin intrapartum. Membuat diagnosis yang tepat terhadap KPD adalah hal yang penting. Penilaian diagnosis harus efisien dan tepat untuk meminimalisasi #umlah pemeriksaan 6agina dan risiko dari khorioamnionitis. Diagnosis sebagian besar dapat ditegakan oleh anamnesa. Ketuban pecah dini (KPD) dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi sesuai dengan umur kehamilan Komplikasi yang berhubungan dengan KPD. Komplikasi yang dapat timbul adalah persalinan kurang bulan, tali pusat menumbung, sepsis neonatorum, endometritis. Dengan pecahnya ketuban akan ter#adi kondisi oligohidramnion yang meningkatkan risiko penekanan pada tali pusat yang dapat menimbulkan ga$at #anin dan kematian #anin Pengelolaan pasien dengan ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu masalah kontro6ersial dalam ilmu obstetri. /eluruh pasien yang menampakkan ge#ala KPD sebaiknya diba$a ke rumah sakit untuk die6aluasi. Pengelolaan KPD tergantung dari tingkat kehamilan pasien. Pada KPD yang ter#adi saat aterm, ibu dan bayi diobser6asi ketat pada 2+ #am pertama untuk menilai apakah persalinan ter#adi secara alami. >ika persalinan tidak ter#adi setelah 2+ #am, kebanyakan dokter akan menginduksi persalinan untuk mencegah

21

perpan#angan $aktu antara KPD dan persalinan karena akan meningkatkan resiko infeksi

DA4.A0 PUS.AKA

22

7uningham G2, Mac Donald P7, 2ant FG, :e6eno K>, 2ilstrap %%% :7., 5illia' /b tetric 22n! e!., 7onnecticut @ Prentice&(al %nternational %nc., 2""4 Pre'ature 0u(ture #f .he Me'brane . httpCC$$$.eMedicine.com. Pre'ature 0u(ture #f .he Me'brane . httpCC$$$. health atoB.com High 0i k Pregnanc+* Pre'ature 0u(ture #f .he Me'brane 6P0/M7. httpCC$$$.healthsystem.6irginia.eduCu6ahealthCpedshrpregnantConline.cfm Pre'ature 0u(ture #f .he Me'brane httpCClpig.doereport.com. 7reasy, .obert MD. Maternal 4etal Me!icine* Princi(le an! Practi e )th e!., Philadelphia @ /aunders., 2""+. )agian 1bstetri dan 2inekologi Gakultas Kedokteran ?ni6ersitas Pad#ad#aran, Pe!#'an Diagn# i !an .era(i /b tetri !an %inek#l#gi 0S Dr. Ha an Sa!ikin bagian (erta'a, )andung @ )agian 1bstetri dan 2inekologi Gakultas Kedokteran ?ni6ersitas Pad#ad#aran, 2""4. 8ith Intrauterine S(rea!.

2,

You might also like