You are on page 1of 10

MAKALAH TINJAUAN PROGRAM BREEDING SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH)

Nama NIM

: :

Baiq Husnul Widyani B1D 011 043

UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS PETERNAKAN 2013

PENDAHULUAN

a.

Latar Belakang Sapi perah adalah hewan ternak yang berasal dari family Bovidae seperti bison, banteng dan kerbau. Sapi perah memiliki banyak manfaat yaitu menghasilkan air susu, daging, tenaga untuk bekerja, biogas, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sapi didomestikasikan sejak 400 tahun SM, dan diperkirakan berasal dari Asia tengah yang kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh Asia. Selain jenis sapi persilangan, ada pula jenis sapi asli seperti red shindi, australian milking zebu, brown swiss dan lainnya. Persilangan antar sapi perah dilakukan untuk mendapatkan sapi perah yang memiliki kualitas bagus. Persilangan ini dilakukan pada sapi lokal dengan sapi Friesian Holstein di Grati untuk memperoleh sapi perah yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Salah satu hewan ternak penghasil protein yang sangat penting adalah sapi perah. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu, dan 85% kebutuhan kulit. Sapi perah merupakan penghasil air susu yang kaya akan protein yang merupakan sumber gizi yang penting untuk bayi, anak dalam masa pertumbuhan serta lanjut usia. Protein dalam air susu sangat penting untuk menunjang pertumbuhan kecerdasan dan daya tahan tubuh. Selain bermanfaat bagi tubuh, sapi perah juga berperan besar dalam menunjang perekonomi dan kelestarian ekosistem. Sapi perah bisa dijadikan komoditas bisnis, selain itu bahan bakar dari fefesnya dapat menjadi solusi untuk pencemaran udara.

b.

Tujuan Adapun tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana tinjauan breeding terhadap sapi Frisien Holstein.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu di provinsi North Holand dan West Friesland yang memiliki padang rumput yang sangat luas. Sapi FH mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Ciri-ciri sapi Friesian Holstein yang baik adalah memiliki tubuh luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan Bade, 1998). Sapi ini tubuhnya memiliki pola warna hitam dan putih dan ada pula yang memiliki pola warna merah dan putih. Ukuran badan, kecepatan pertumbuhan serta karkasnya yang bagus menyebabkan sapi ini sangat disukai pula untuk tujuan produksi daging serta pedet untuk dipotong selain untuk produksi susu (Blakely dan Bade, 1998). Bangsa Friesian Holstein sangat menonjol dibandingkan bangsa lain karena memiliki jumlah produksi susu yang banyak dengan kadar lemak yang rendah. Sifat seperti ini sangat dibutuhkan oleh peternak sapi perah saat ini. Bangsa sapi FH merupakan penghasil susu tertinggi dibandingkan bangsa sapi perah lainnya di daerah tropis maupun sub tropis dengan kadar lemak yang rendah. Populasi sapi perah di Indonesia diperkirakan sebanyak 487.000 ekor yang sebagian besar adalah bangsa sapi Friesian Holstein (FH) (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Susu dihasilkan di sentra-sentra produksi sapi perah seperti di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Produksi susu sapi perah di Indonesia untuk daerah dataran tinggi berkisar antara 3.000-3.900 l per laktasi (Dwiyanto et al., 2000).

PEMBAHASAN

Produksi susu merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan banyak gen, sehingga ekspresinya merupakan akumulasi dari pengaruh genetik, lingkungan dan interaksi keduanya. Jenis sapi perah yang biasa dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri sebagai berikut : Warna bulu putih dengan bercak hitam Bulu ujung ekor berwarna putih. Bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah. Mempunyai ambing yang kuat dan besar. Kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg. Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas. Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture yang baik saja. Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15 18 bulan. Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya.

Sifat-sifat sapi : Tenang, jinak , sehingga mudah dikuasai Sapi tidak tahan panas, namun mudah beradaptasi Lambat menjadi dewasa Produksi susu:4500-5500 liter per satu masa laktasi Berat badan jantan lebih kurang 800-900 kilogram, sedangkan yang betina lebih kurang 600 sampai 625 kilogram dan tingginya rata-rata 1,35 meter (AAK, 1980).

Gambar sapi FH.

Umur Kawin Pertama Rata-rata umur pertama kali sapi dara dikawinkan melalui inseminasi pada umur 601 hari atau 21 bulan, sehingga didapatkan umur beranak pertama 28,8 bulan pada Holstein Ontario (Moore et al., 1989). Jika nutrisi yang diberikan pada sapi berimbang dan mencukupi maka sapi-sapi dara dapat diinseminasi antara umur 13-15 bulan (Rakes, 1978). Mekir (1982) menyatakan bahwa berhasil tidaknya perkawinan pada sapi perah yang menghasilkan kebuntingan ditentukan oleh faktor kesuburan pejantan, kesuburan betina induk dan tatalaksana perkawinan. Standar umur kawin pertama di Jepang adalah pada umur 15-16 bulan dengan bobot badan 350 400 kg sehingga dicapai umur beranak pertama 25 bulan. Hasil Penelitian Lin et al. (1986) bahwa menunda umur kawin pertama dari 350 menjadi 462 hari meningkatkan produksi susu selama laktasi pertama sekitar 7% masing-masing (14,3 dan 15,3 kg/hari). Menurut Pirlo et al (2000) bahwa fakor-faktor yang menyebabkan penundaan umur kawin pertama adalah (1) birahi yang terlambat, (2) kesalahan deteksi birahi, (3) kurangnya bobot badan, dan (4) faktor lingkungan.

Teknis Pelaksanaan Pengembangan Pembibitan Sapi Perah 1. Pemilihan ternak bibit Pemilihan ternak bibit didasarkan pada persyaratan teknis minimal yang berlaku. Adapun penyediaan bibit ternak dapat dilakukan melalui: a. b. c. Pembelian dari luar negeri (impor). Pembelian dari dalam negeri berupa turunan langsung sapi impor atau di Persyaratan bibit sapi perah perusahaan peternakan/UPT perbibitan. 1) Persyaratan umum bibit sapi perah yaitu : a) Mempunyai silsilah (pedigree) minimal 1 (satu) generasi di atasnya. b) Bebas dari penyakit menular dinyatakan dalam bentuk Surat Keterangan pejabat yang berwenag. c) Memiliki alat reproduksi normal, bentuk ideal (tipe sapi perah) serta struktur kaki dan kuku yang kuat dan tidak memiliki cacat fisik. 2) Persyaratan khusus bibit sapi perah betina yaitu : a) Umur : 15-20 bulan. b) tinggi pundak : minimum 115 cm. c) berat badan : minimum 300 kg. d) lingkar dada : minimum 155 cm. e) warna bulu : hitam putih atau merah putih sesuai f) ambing : ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah g) tanduk : sudah di-dehorning. h) status kelahiran : bukan dari kelahiran kembar jantan dan betina i) potensi produksi : memiliki informasi potensi j) bibit sapi perah yang baru datang harus dipelihara di kandang isolasi lebih dahulu sampai dinyatakan tidak tertular penyakit. 2. Perkawinan Perkawinan melalui teknik Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku dari pejantan FH dan tidak memiliki hubungan darah dekat (pejantan dengan anak betinanya, pejantan dengan saudara betinanya dan pejantan dengan cucu betinanya).

3.

Pencatatan (Rekording) a. Materi pencatatan meliputi : 1) Silsilah; 2) Produksi susu; 3) Perkawinan (tanggal IB, kode straw); 4) Beranak (beranak ke, tanggal) ; 5) Kelahiran anak (tanggal, berat, tipe); 6) Penyapihan (tanggal, berat) 7) Pertumbuhan (tinggi dan berat badan); 8) Penyakit (vaksinasi, pengobatan); 9) Mutasi dll. Data rekording tersebut digunakan untuk bahan seleksi calon bibit. b. Pencatatan dilaksanakan oleh peternak pada kartu rekording dan oleh petugas teknis dalam buku registrasi dengan model rekording yang sederhana, dan mudah diterapkan di lapangan. Format rekording sebagaimana lampiran-2.

4.

Seleksi a. Seleksi dilakukan untuk keperluan peremajaan, pengembangan populasi atau dijual sebagai bibit; b. Seleksi calon bibit betina dipilih 90 % terbaik dari hasil keturunan untuk menghasilkan bibit yang memenuhi kriteria mutu; c. Sifat kuantitatif dan kualitatif induk sapi perah yang perlu diperhatikan dalam seleksi 1) Sifat Kuantitatif : berat lahir berat sapih 2) Sifat Kualitatif : bentuk tubuh bentuk ambing dan puting d. Bibit sapi perah untuk pengganti induk/peremajaan di program secara teratur setiap

5.

Afkir (Culling) a. Sapi induk yang tidak produktif segera dkeluarkan. b. Keturunan yang tidak terpilih sebagai calon bibit (tidak lolos seleksi) dikeluarkan.

Pembibitan Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: a. produksi susu tinggi, b. umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, c. berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi, d. bentuk tubuhnya seperti baji, e. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, f. ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, g. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan h. tiap tahun beranak. Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya. Pemilihan bibit dan calon induk Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya. Perawatan bibit dan calon induk Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius (AAK), 1980. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta. Blakely , J dan David H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi ke-IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Statistik Peternakan 2009. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI, Jakarta. http://sapiperahbandung.blogspot.com/2013_01_01_archive.html (Diakses tanggal 19 November 2013). http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/09/03/sapi-perah-fries-holland391281.html (Diakses tanggal 19 November 2013). http://ag1992.blogspot.com/2011/11/penelitian-sapi-perah.html (Diakses tanggal 19 November 2013). http://umkm.aimitindo.co.id/produk.php?id=7&pid=4 (Diakses tanggal 19 November 2013).

You might also like